Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
05 Oktober 2012
TUBERKULOSIS PARU
LAPORAN TUTORIAL
MODUL 2 IMUNODEFISIENSI
BLOK IMUNOLOGI
Disusun Oleh:
Nama : Andi Heri Isman
No. Stambuk : 11-777-001
Kelompok : 6 (Enam)
Pembimbing : dr.
dr. Machyono
dr. Andi Rifai
PENDAHULUAN
I. Skenario
Seorang laki-laki 69 tahun, pensiunan pekerja di pabrik semen, dibawa
ke Rumah Sakit oleh anaknya yang juga seorang dokter puskesmaas
karena menderita sesak yang hebat dan sangat lemah. Kondisi
kelemahan ini sebenarnya telah dialaminya sejak 4 bulan lalu dimana
pada saat itu ia menderita batuk yang tidak produktif yang disertai
demam, yang membaik setelah diberikan antibiotik selama 6 hari
ditambah obat-obat simptomatik.
Saat ini ia juga menderita batuk yang produktif dengan sputum yang
kecoklatan sejak 4 hari lalu, dan sejak 2 hari lalu ia mengeluh demam
yang disertai muntah. Ia tidak ada riwayat merokok ataupun minum-
minuman keras. Ia tidak pernah keluar kota atau melakukan
perjalanan jauh sejak 1 tahun terakhir dan tidak pernah kontak dengan
orang sakit sebelumnya. Selain itu ia sering mengalami gastric reflux
yang disertai mual muntah. .
1. Gastric Reflux
II. Kata kunci
1. Seorang laki-laki 69 tahun, pensiunan pekerja dipabrik semen
2. Menderita sesak yang hebat dan sangat lemah
3. Kelemahan dialami sejak 4 bulan yang lalu
4. Menderita batuk yang tidak produktif yang disertai demam.
5. Membaik setelah diberikan antibiotik selama 6 hari ditambah obat-
obat simptomatik
6. Sputum yang kecoklatan sejak 4 hari yang lalu
7. Sejak 2 hari yang lalu mengeluh demam disertai muntah
8. Tidak ada riwayat merokok ataupun minum-minuman keras
9. Tidak pernah kontak sebelumnya dengan orang sakit
10. Sering mengalami gastrick reflux disertai mual dan muntah
III. Pertanyaan
1. Bagaimana mekanisme sesak, demam, batuk, muntah?
2. Bagaimana anatomi, fisiologi dan histologi sistem pernapasan?
3. Apa yang menyebabkan sputum pasien berwarna kecoklatan?
4. Apa hubungan riwayat pekerjaan dengan penyakit yang diderita
pasien?
5. Bagaimana penjalaran dari batuk tidak produktif menjadi batuk
produktif?
6. Mengapa pasien sering mengalami gastric reflux?
7. Apa manfaat diberikan obat-obat antibiotik dan simptomatik?
8. Apa definisi batuk dan sesak?
9. Apa hubungan riwayat merokok dan minuman keras pada
skenario?
10. Apa diferensial diagnosis skenario tersebut?
MIND MAP
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Respirasi
Hidung
Laring (tenggorok)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring
5
dan bagian atas esopagus.
Cartilago / tulang rawan pada laring ada 5 buah, terdiri dari sebagai
berikut: 5
Laring dilapisi oleh selaput lender , kecuali pita suara dan bagian
epiglottis yang dilapisi olehsel epithelium berlapis.
Epitel epiglotis, pada pars lingual berupa epitel gepeng berlapis dan
5
para pars laringeal berupa epitel respiratori.
Bronchus
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi
3
beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Merupakan sebuah
alat tubuh yang sebagian besar
terdiri atas gelembung-
gelembung kecil ( alveoli ).
Alveolus yaitu tempat pertukaran
gas assinus terdiri dari
bronkhiolus dan respiratorius
yang terkadang memiliki kantong
udara kecil atau alveoli pada
dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis
merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus
primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20
kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris.
3
Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama
segmen. Paru-paru kiri memiliki 10 segmen yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior dan lima lobus inferior. Paru-paru kiri juga
memiliki 10 segmen, yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2
buah segmen pada lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus
inferior. Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-
3
belahan yang bernama lobulus.
Suplai Darah
a. Ventilasi
b. Difusi
Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada
pertemuan udara dengan darah. Tempat difusi yg ideal yaitu di
membran alveolar-kapilar karena permukaannya luas dan tipis.
Pertukaran gas antara alveoli dan darah terjadi secara difusi.
Tekanan parsial O2 (PaO2) dalam alveolus lebih tinggi dari pada
dalam darah O2 dari alveolus ke dalam darah.
Sebaliknya (PaCO2) darah > (PaCO2) alveolus sehingga
perpindahan gas tergantung pada luas permukaan dan ketebalan
dinding alveolus. Transportasi gas dalam darah O2 perlu ditrasport
dari paru-paru ke jaringan dan CO2 harus ditransport kembali dari
jaringan ke paru-paru. Beberapa faktor yg mempengaruhi dari paru
ke jaringan , yaitu:
o Jumlah eritrosit.
o Exercise
c. Perfusi pulmonal 1, 2, 4
o Volume tidal (TV) yaitu volume udara yang dihirup dan dihembuskan
setiap kali bernafas.
Kapasitas Paru 1, 2, 4
Pengaturan pernafasan 1, 2, 4
Mual
Muntah
Pada saat terjadinya muntah, kontraksi intrinsic kuat terjadi baik pada
duodenum maupun pada lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari
sfingter esofagus lambung, sehingga membuat muntahan mulai bergerak dari
lambung ke dalam esophagus. Dari sini, kerja muntah spesifik yang
melibatkan otot-otot abdomen mengambil alih dan mendorong muntahan
keluar, seperti yang dijelaskan pada paragraph berikut ini. 7
Aksi muntah
Sekali pusat muntah telah cukup dirangsang dan timbul perilaku
muntah, efek yang pertama adalah (1) bernapas dalam, (2) naiknya tulang
lidah dan laring untuk menarik sfingter esophagus bagian atas supaya
terbuka, (3) penutupan glottis untuk mencegah aliran muntah memasuki paru,
dan (4) pengangkatan palatum molle untuk menutupi nares posterior.
Kemudian datang kontraksi diafragma yang kuat ke bawah bersama dengan
kontraksi semua otot dinding abdomen. Keadaan ini memeras perut di antara
diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk suatu tekanan intragastrik
sampai ke batas yang tinggi. Akhirnya, sfingter esophagus bagian bawah
berelaksasi secara lengkap, membuat pengeluaran isi lambung ke atas
melalui esophagus.6
Jadi, aksi muntah berasal dari suatu kerja memeras dari otot-otot
abdomen bersama dengan kontraksi bersama-sama dinding lambung dan
pembukaan sfingter esophagus sehingga isi lambung dapat dikeluarkan. 6
Dyspneu
a) Defenisi
b) Pembagian Dyspneu9
a. Dyspneu akut: Dyspneu yang kurang dari 1 bulan.
b. Dyspneu kronik: Dyspneu yang lebih dari 1 bulan.
c) Penyebab dyspneu8
1. Gangguan cardiovaskuler
2. Gangguan respirasi
3. Gangguan hematologi
4. Gangguan metabolic
5. Kehamilan
6. Kebugaran yang kurang baik
d) Mekanisme dyspneu9
1. Aktivasi system sensorik yang terdapat pada system respirasi
2. Informasi sensorik sampai di pusat pernapasan
3. Informasi diproses, menghasilkan pengaruh kognitif, kontekstual, dan
perilaku sehingga terjadi sensasi dyspneu.
e) Reseptor dyspneu9
a. Kemoresptor
- Hiperkapnia
- Hipoksia
b. Mekanoreseptor
- Saluran napas atas
- Reseptor di paru
- Reseptor di dinding dada
c. Afferent mismatch
f) Kategori fisiologik penyakit penyebab dyspneu
Respirasi adalah suatu proses memasukkan gas oksigen dan
melepaskan karbondioksida. Jika oksigen yang masuk ke dalam tubuh
kurang dari yang dibutuhkan, maka akan menyebabkan sesak. 8Oksigen yang
masuk ke dalam tubuh kurang dapat disebabkan oleh:
e. Dysfungsi psikologik9
- Somatisasi
- Ansietas
- Depresi
O
g
A
v
I
m
a
t
i
H
h
k
o
r
b
u
e
n
p
s
y
D
2
g) Mekanisme sesak pada asma dan bronkholitis10,11
Oleh serabut aferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak
di medula, di dekat pusat pemapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini
oleh serabut-serabut eferen. 13
a) Etiologi
b) Patofisiologi10, 14,15,
Mycobacterium tuberkulosis
Mycobacterium bovis(2)
Tuberkulosis Primer
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar. Partikel
infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk
dan kelembaban. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel
<5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil,
kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial
bersama gerakan silia dengan sekretnya. (2)
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh
lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk
sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau
afek primer atau sarang Ghon.(2)
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus.
Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. (2,)
6. Penatalaksanaan
Non medikamentosa
- Pemberian nutrisi yang baik
- Kurangi konsumsi alkohol
Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan selama 6 bulan.
- Rifampisin, Pirazinamid dan isozianid diberikan selama 2 bulan awal
- Rifampisin dan isozianid diberikan selama 4 bulan
Jika terjadi resistensi obat dapat ditambahkan :
- Etambutol
- Streptomisin
- Siprofloksasin(2)
7. Komplikasi
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan
komplikasi lanjut
- Komplikasi dini : Pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus,
poncets arthropathy
- Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas, kerusakan parenkim
berat, fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru,
sindrom gagal nafas dewasa, sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB.(2)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari tabel tabulasi diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosis penyakit yang
paling mendekati dengan skenario adalah Pneumonia
DAFTAR PUSTAKA
15. Sudoyo AW. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi IV.. Jakarta :
EGC;2007.