Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SKENARIO
Seorang wanita, umur 30 tahun, ke poliklinik dengan keluhan cepat lelah dan merasa
lemas. Disaat bersepeda pernah mau pingsan. Sering demam dan mimisan. Menurut
keluarganya dia terlihat lebih pucat dari biasanya.
KATA KUNCI
PERTANYAAN
Berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin,
dan volume packed red cells (hematokrit) per 100 ml darah. Penurunan jumlah massa eritrosit
sehinngah tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam junmlah yang
cukup ke jaringan perifer. Atau keadaan dimana sel darah merah atau jumlah hemoglobin
dalam sel darah merah dibawah normal.
2. Etiologi anemia :
Penurunan kecepatan eritropoiesis
Kehilangan eritrosit berlebihan
Defisiensi kandungan hemoglobin dalam eritrosit
MEKANISME EPISTAKSIS
5. DIFFERNTIAL DIAGNOSA
Suatu gangguan yang mengancam jiwa pada sel induk di sumsum tulang, yang sel-sel
darahnya diproduksi dalam jumlah yang tidak mencukupi. Anemia aplastik merupakan salah
satu jenis anemia yang ditandai dengan adanya pansitopenia (defisit sel darah pada jaringan
tubuh). Defisit sel darah pada sumsum tulang ini disebabkan karena kurangnya sel induk
pluripoten sehingga sumsum tulang gagal membentuk sel-sel darah. Kegagalan sumsum
tulang ini disebabkan banyak faktor. Mulai dari induksi obat, virus, sampai paparan bahan
kimia.
Istilah-istilah lain dari anemia aplastik yang sering digunakan antara lain anemia
hipoplastik, anemia refrakter, hipositemia progresif, anemia aregeneratif, aleukia hemoragika,
panmielofisis dan anemia paralitik toksik.
Kasus anemia aplastik ini sangat rendah pertahunnya. Kira-kira 2 5 kasus/juta
penduduk/tahun. Dan umumnya penyakit ini bisa diderita semua umur. Meski termasuk
jarang, tetapi penyakit ini tergolong penyakit yang berpotensi mengancam jiwa dan biasanya
dapat menyebabkan kematian.Pada pria penyakit anemia aplastik ini lebih berat dibanding
wanita walaupun sebenarnya perbandingan jumlah antara pria dan wanita hampir sama. Siapa
saja berpeluang mendapat anemia aplastik ini.
Penyebab hampir sebagian besar kasus anemia aplastik bersifat idiopatik dimana
penyebabnya masih belum dapat dipastikan. Namun ada faktor-faktor yang diduga dapat
memicu terjadinya penyakit anemia aplastik ini.
Faktor-faktor penyebab yang dimaksud antara lain:
Penyakit kongenital atau menurun seperti anemia fanconi, dyskeratosis congenita, sindrom
Pearson, sindrom Dubowitz dan lain-lain. Diduga penyakit-penyakit ini memiliki kaitan
dengan kegagalan sumsum tulang yang mengakibatkan terjadinya pansitopenia (defisit sel
darah).
Menurut sumber referensi yang lain, penyakit-penyakit yang baru saja disebutkan merupakan
bentuk lain dari anemia aplastik (Hematologi Klinik Ringkas; Prof. Dr. I Made Bakta).
Zat-zat kimia yang sering menjadi penyebab anemia aplastik misalnya benzen, arsen,
insektisida, dan lain-lain. Zat-zat kimia tersebut biasanya terhirup ataupun terkena (secara
kontak kulit) pada seseorang.
Radiasi juga dianggap sebagai penyebab anemia aplastik ini karena dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel induk ataupun menyebabkan kerusakan pada lingkungan sel induk.
Contoh radiasi yang dimaksud antara lain pajanan sinar X yang berlebihan ataupun jatuhan
radioaktif (misalnya dari ledakan bom nuklir). Paparan oleh radiasi berenergi tinggi ataupun
sedang yang berlangsung lama dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang akut dan kronis
maupun anemia aplastik.
Selain radiasi, infeksi juga dapat menyebabkan anemia aplastik. Misalnya seperti infeksi
virus Hepatitis C, EBV, CMV, parvovirus, HIV, dengue dan lain-lain.
7. PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan Suportif
Bila terapat keluhan akibat anemia, diberikan transfusi eritrosit berupa packed red
cells sampai kadar hemoglobin 7-8 g% atau lebih pada orang tua dan pasien dengan penyakit
kardiovaskular.
Resiko pendarahan meningkat bila trombosis kurang dari 20.000/mm 3. Transfusi
trombosit diberikan bila terdapat pendarahan atau kadar trombosit dibawah 20.000/mm3
sebagai profilaksis. Pada mulanya diberikan trombosit donor acak. Transfusi trombosit
konsentrat berulang dapat menyebabkan pembentukan zat anti terhadap trombosit donor. Bila
terjadi sensitisasi, donor diganti dengan yang cocok HLA-nya (orang tua atau saudara
kandung).
Pemberian transfusi leukosit sebagai profilaksis masih kontroversial dan tidak
dianjurkan karena efek samping yang lebih parah daripada manfaatnya. Masa hidup leukosit
yang ditransfusikan sangat pendek.
b. Terapi Imunosupresif
Obat-obatan yang termasuk terapi imunosupresif adalah antithymocyte globulin
(ATG) atau antilymphocyte globulin (ALG) dan siklosporin A (CSA). ATG atau ALG
diindikasikan pada15 :
- Anemia aplastik bukan berat
- Pasien tidak mempunyai donor sumsum tulang yang cocok
- Anemia aplastik berat, yang berumur lebih dari 20 tahun dan pada saat pengobatan tidak
terdapat infeksi atau pendarahan atau dengan granulosit lebih dari 200/mm3
Mekanisme kerja ATG atau ALG belum diketahui dengan pasti dan mungkin melalui
koreksi terhadap destruksi T-cell immunomediated pada sel asal dan stimulasi langsung atau
tidak langsung terhadap hemopoiesis.15
Karena merupakan produk biologis, pada terapi ATG dapat terjadi reaksi alergi ringan sampai berat
sehingga selalu diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid. 15 Siklosporin juga diberikan dan
proses bekerjanya dengan menghambat aktivasi dan proliferasi preurosir limfosit sitotoksik. Sebuah
protokol pemberian ATG dapat dlihat pada tabel
8. PENCEGAHAN
Usaha pertama untuk mencegah anemia aplastik ini adalah menghindari paparan bahan
kimia berlebih sebab bahan kimia seperti benzena juga diduga dapat menyebabkan anemia
aplastik. Kemudian hindari juga konsumsi obat-obat yang dapat memicu anemia aplastik.
Kalaupun memang harus mengonsumsi obat-obat yang demikian, sebisa mungkin jangan
mengonsumsinya secara berlebihan. Selain bahan kimia dan obat, ada baiknya pula untuk
menjauhi radiasi seperti sinar X dan radiasi lainnya yang telah dijelaskan di bagian faktor
penyebab di atas.
9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering terjadi dari anemia aplastik ini adalah perdarahan dan
rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan karena kurangnya kadar trombosit dan kurangnya
kadar leukosit. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kadar leukosit dan trombosit ini
menurun diakibatkan kegagalan sumsum tulang.
Terapi anemia aplastik juga dapat menyebabkan komplikasi pada penderita anemia
aplastik ini. Komplikasi yang dimaksud adalah GVHD (Graft-Versus-Host-Disease). Hal ini
merupakan kegagalan dari terapi transplantasi sumsum tulang
Maksudnya begini, transplantasi sumsum tulang merupakan salah satu terapi untuk
penderita Anemia Aplastik. Terapi ini dapat dilakukan jika si pasien masih muda dan HLA si
pendonor cocok dengan si penderita. HLA yang cocok biasanya jika berasal dari saudara
kandung atau orang tua si penderita. GVHD terjadi sebagai bukti bahwa terapi yang
dilakukan gagal.
10. PROGNOSIS
REFERENSI
Bakta, I Made, Prof. Dr. Hematologi Klinik Ringkas. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. 2006: 98 110.
Lauralee Sherwood. Fisiologi Tubuh Manusia.Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Farmakologi Dan Terapi Edisi 4
Sylvia A.Price Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit