Você está na página 1de 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Avatara adalah perwujudan dewa Wisnu sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widhi
Wasa yang turun ke dunia dengan mengambil suatu bentuk untuk menegakan dharma.
Sedangkan dewa adalah sinar suci Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang dapat memberikan
kekuatan hidup kepada seluruh mahluk hidup, serta mengatur seluruh isi dari alam semesta.
Sedangkan Bhatara adalah manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang bertugas dalam
melindungi alam semesta beserta seluruh isinya. Jadi Avatara, Devata dan Bhatara sama-sama
memiliki fungsi yang sama dalam menjaga dan menyelamatkan dunia beserta isinya dari
ancaman bahaya atau kehancuran.
Sejarah Agama Hindu di Indonesia, kerajaan yang tertua didapatkan di daerah
Kutai (Kalimantan Timur). Disini ditemukan prasasti berbentuk yupa, yaitu tugu peringatan
upacara kurban. Prasasti itu bertulisan huruf pallawa, yang menurut bentuk dan jenisnya
berasal dari sekitar tahun 400 Masehi. Bahasanya sanskerta, tersusun dalam bentuk syair.
Salah satu yupa dapat diketahui, bahwa raja yang memerintahkan adalah Mulawarman.
Sekitar tahun 400-500 Masehi di Jawa Barat ada kerajaan Tarumanagara dengan rajanya yang
bernama Purnawarman. lima buah prasasti daripadanya telah ditemukan, yaitu di daerah
Bogor (Garuton, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi dan Muara Ganten), di daerah Jakarta (Tugu,
Cilincing) dan di Banten Selatan (desa Lebak, Munjul). Di daerah Jawa Tengah Kerajaan
Mataram ditemukan di Desa Canggal (barat daya Magelang) bentuk dan jenisnya sekitar
tahun 732 Masehi. Prasasti itu di tulis dengan huruf pallawa dan berbahasa sanskerta yang
digubah dalam syair.
BAB II
PEMBAHASAN

B. Pengertian Avatara

Dalam kamus, istilah agama hindu, Avatara berasal dari kata ava artinya bawah dan
tara/ tra artinya menyebrang atau menjelma. Jadi, Avatara berarti Perwujudan Sang Hyang
Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa turun ke dunia untuk menegakan dharma dari tantangan
adharma dengan perwujudan tertentu untuk menyelamatkan umat manusia dari ancaman
bahaya.
Avatara biasanya ditandai dengan turunnya Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang turun
ke dunia untuk menyelamatkan manusia berupa manifestasi Sang Hyang Widhi sebagai Dewa
Visnu turun ke dunia dengan mengambil wujud tertentu. Dalam kitab Bhagawadgita Bab. IV
Sloka 7 dengan jelas disebutkan sebagai berikut :
Yada-yada hi dharmayasa
Glanir bhawanti bharata
Abhyuttanam adharmayasa
Tada tmanam srijamy aham ( Maswiwara 97, hal 191)
Terjemahan :
Manakala dharma hendak sirna, dan adharma hendak merajalela
Saat itu, wahai keturunan bharata Aku sendiri turun menjelma
Perkataan dharma berarti kebenaran spiritual dan adharma berarti ketidakbenaran atau
dosa. Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud avatara adalah
perwujudan Ida Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa turun ke dunia dengan
menyerupai salah satu bentuk yang sesuai dengan keadaan alam yang diakibatkan oleh
kejahatan/kegelapan (Awidya).

Filosofi Avatara
Avatara adalah perwujudan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa yang
turun ke dunia saat manusia tertimpa bahaya dalam wujud Visnu. Visnu adalah perwujudan
atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pemelihara alam semesta beserta
isinya, sehingga fungsi dan tugas Dewa Visnu sebagai manifestasi Tuhan pada saat bertugas
menyelamatkan dunia disebut Avatara.
Perwujudan / manifestasi Tuhan sebagai Avatara sesuai dengan sloka yang berbunyi
Ekam Sat Wiprah Bhahuda Wadhanti yang artinya hanya ada satu Tuhan, tetapi orang
bijaksana menyebutnya dengan banyak nama. Konsepsi Ketuhanan dalam Hindu yang
menyatakan tentang Avatara tersurat dengan jelas dalam Kitab Bhagavadgita Bab IV sloka 8
sebagai berikut :
Peritranaya sadhunam
Winaisaya ca duskrtam
Dharma samthapanarthaya
Sambhawani yuge yuge (Maswinara,97,hal 191)
Terjemahan :
Untuk melindungi orang-orang yang baik dan untuk memusnahkan orang yang jahat, Aku
lahir kedunia dari masa ke masa, untuk menegakkan hukum.

Dalam sejarah Sanantha Dharma , melalui sambarthayanya khususnya Vaisnawa


sangat percaya dengan Avatara Visnu, dan mereka dengan terbuka menyatakan bahwa hanya
Visnu-lah Tuhan yang Tunggal sedangkan yang lainnya adalah dewa yang biasa saja.
Hal ini pula yang embuat Dasa Avatara tersebut menjadi populer bahkan melahirkan
satu sistem ajaran yang mengacu pada Istadewata.
Dasa Avatara menjadi begitu popler di dunia khususnya pada kantong-kantong umat
Hindu di dunia termasuk Indonesia. Tetapi sanyangnya bahwa banyak pengikut sambhartaya
Vaisnawatersebt tidak tah bahwa Dasa Avatara bukanlah produk Hindu tidak terjadi seperti
cerita-cerita yang terdapat di buku atau yang kita degar selama ini.
Dasa Avatara adala seuah karya besar yang diperkasai oleh seorang tokoh sejarah
yang bernama Kayi Jaya Dewa. Belia yang melahirka DasaaAvatara dan toko yang
memasukkan Gautama Budha menjadi Avatara yang kesembilan, serta yang kesepuluh Sang
Kalki Avatara.
Kalaupun a tersebut ada seperti yang ditampilkan oleh banyak buku atau dongeng,
apakah kita bisa melihat, bahwa ada Avatara yang turun pada waktu, zaman atau cerita yang
sama (Ramayana), seperti Avatara Rama, Avatara Parasurama.
Dan yang lebih manjadi perhatian adalah parusurama tidak tahu bahwa Rama juga
berasal dari Avatara yang sama sehingga Parasurama hampir saja menyerang Rama karena
telah mematahkan panah saktinya dalam memenangkan sayembara merebu Sita. Kenapa ini
harus terjadi dan mengapa Visnu harus berawatara ganda,dan apakah Rama dan adiknya
Laksamana tidak mampu mengancurkan Adharma yang dilakukan oleh Rahwana?
C. Pengertian Dewa

Kata Deava berasal dari kata Div artinya sinar/bersinar. Deva artinya sinar suci dari
Shang Hyang Widhi, fungsi untuk menyinari semua mahluk hidup di alam semesta ini untuk
berintegrasi antara satu dengan yang lainnya sehingga bisa berkembang, kita banyak
mengenal sebutan Dewa, seperti Dewa Brahma, Dewa Visnu, Dewa Siva, Dewa Isvara, Dewa
Mahesora, Dewa Rudra, Dewa Samkara, Dewa Sambhu. Bila kita umpamakan matahari itu
adalah Shang Hyang Widhi, Dewa adalah Sinarnya.
Dalam perkembangan lebih lanjut Esa (Shang Hyang Widhi), sehingga dewa itu
sesungguhnya adalah yang Esa itu sendiri dalam aspek tertentu misalnya :
1. Dewa Brahma sebangai Dewa pencipta
2. Dewa Visnu sebagai Dewa pemelihara
3. Dewa Siva sebagai Dewa pelebur
4. Dewa Indra sebagai Dewa perang
5. Dewi Saraswati sebagai Dewi ilmu pengetahuan
6. Dewa Ganesa sebagai Dewa Penyelamat
7. Dewa Isvara sebagai Dewa penguasa arah timur
8. Dewa Samkara sebagai Dewa penguasa tumbuh-tumbuhan
9. Dewa Varuna sebagai Dewa penguasa lautan
10. Dewi Sri sebagai Dewi kesuburan

D. Pengertian Bhatara
Bhatara berasal dari kata bhar yang artinya pemimpin , pelindung. Jadi bhatara
artinya adalah manifestasi Sang Hyang widhi sebagai pelindung. Kadangkala bhatara
diartikan sama seperti raja, karena seorang raja mempunyai tugas sebagai pelindung
rakyatnya.
Bhatara yang bertugas sebagai pelindung alam semesta beserta isinya dalam agama
hindu seperti :
1. Bhatara Guru
2. Bhatara Rudra
3. Bhatara Gana
4. Bhatara Vayu
5. Bhatara Surya
6. Bhatara Uma
Dalam ajaran agama hindu kata bhatara sering dimaknai sama dengan dewa seperti :
1. Dewa Brahma / Bhatara Brahma
2. Dewa Visnu / Bhatara Visnu
3. Dewa Siva / Bhatara Siva
4. Dewa Varuna / Dewa Varuna
5. Dewa Surya / Bhatara Surya

E. Hubungan Avatara, Dewa dan Bhatara dengan Sang Hyang Widhi


Hubungan Awatara , Dewa , bhatara dengan Sang Hyang Widhi / Tuhan yang maha
esa sangat erat dan menyatu malah tidak dapat dipisahkan karena :
1. Avatara , Dewa , Bhatara sumbernya dari Sang Hyang Widhi ( Seperti Sinar matahari
bersumber dari matahari)
2. Avatara , Dewa , Bhatara merupakan manifestasi dari Sang hyang widhi
3. Avatara , Dewa , Bhatara sama sama sebagai pelindung
4. Avatara , Dewa , Bhatara merupakan kekuatan dari Sang Hyang widhi
5. Avatara , Dewa , Bhatara maha kasih dan penyayang

F. Perbedaan Dewa, Bhatara dan Avatara


a. Dewa adalah manifestasi ida Sang Hyang Widhi sebagai sinar sucinya yang memberikan
kekuatan hidup dan berkembangnya seluruh makhluk hidup yang ada di dunia ini
b. Bhatara adalah manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi yang berfungsi sebagai pelindung
dari alam semesta beserta isinya
c. Avatara adalah manifestasi tuhan atau perwwujudan dari Ida Sang Hyang Widhi wasa yang
turun kedunia untuk menegakkan kebenaran dari ancaman sifat sifat adharma.

G. Cerita Turunnya Avatara dalam Purana


Avatara adalah perwujudan Sang Hyang Widhi turun atau berinkarnasi ke dunia
untuk karya penyelamatan terutama pada saat dharma mengalami tantangan dan saat-saat
adharna (kejahatan) merajalela. Maharsi adalah manusia terpilih karena dapat meningkatkan
jiwanya kesempurnaan sehingga dapat menerima wahyu dari Sang Hyang Widhi. Dalam
Visnu Purana dikenal sepuluh perwujudan Sang Hyang Widhi Wasa dalam menyelamatkan
dunia, yaitu :
1. MATSYA AWATARA
Matsya Awatara yaitu Hyang Widhi turun kedunia sebagai Ikan yang besar yang
menyelamatkan manusia pertama dari tenggelam saat dunia dilanda banjir yang maha besar.
Dalam kitab Matsyapurana diceritakan, pada suatu hari, saat Raja Satyabrata (yang lebih
dikenal sebagai Waiwaswata Manu) mencuci tangan di sungai, seekor ikan kecil
menghampiri tangannya dan sang raja tahu bahwa ikan itu meminta perlindungan. Akhirnya
beliau memelihara ikan tersebut. Ia menyiapkan kolam kecil sebagai tempat tinggal ikan
tersebut. Namun lambat laun ikan tersebut bertambah besar, hampir memenuhi seluruh
kolam. Akhirnya beliau memindahkan ikan tersebut ke kolam yang lebih besar. Kejadian
tersebut terus terjadi berulang-ulang sampai akhirnya beliau sadar bahwa ikan yang ia
pelihara bukanlah ikan biasa.
Akhirnya melalui upacara, diketahuilah bahwa ikan tersebut merupakan penjelmaan
Dewa Wisnu. Ikan itu sendiri menyampaikan kabar bahwa di bumi akan terjadi bencana air
bah yang sangat hebat selama tujuh hari. Ikan itu berpesan agar sang raja membuat sebuah
bahtera besar untuk menyelamatkan diri dari banjir besar, dan mengisi bahtera tersebut
dengan berbagai makhluk hidup yang setiap jenisnya berjumlah sepasang (betina dan jantan),
serta membawa obat-obatan, makanan, dan bibit segala macam tumbuhan. Ikan tersebut juga
menambahkan bahwa setelah banjir besar tiba, diharapkan agar Saptaresi dibawa serta dan
bahtera tersebut diikat ke tanduk sang ikan dengan naga Basuki sebagai talinya. Setelah
menyampaikan seluruh pesan, ikan ajaib tersebut menghilang.
Seratus tahun kemudian, kekeringan yang hebat melanda bumi. Banyak makhluk yang
mati kelaparan. Kemudian, langit dipenuhi oleh tujuh macam awan yang dengan hebatnya
mencurahkan hujan lebat. Dengan cepat, air yang dicurahkan menutupi daratan di bumi. Oleh
karena Waiwaswata Manu sudah membuat bahtera sesuai dengan petunjuk yang disampaikan
awatara Wisnu, maka ia beserta pengikutnya selamat dari bencana.

2. KURMA AWATARA
Kurma Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai kura-kura besar yang menumpu
dunia agar selamat dari bahaya terbenam saat pemutaran Gunung Mandara di Lautan Susu
(Kesire Arnawa) oleh para Dewa untuk mencari Tirta Amertha (Air suci kehidupan)
Kisah tentang Kurma Awatara muncul dari kisah pemutaran Mandaragiri yang terdapat dalam
Kitab Adiparwa.
Pemutaran Mandaragiri
Dikisahkan pada zaman Satyayuga, para Dewa dan asura (rakshasa) bersidang di
puncak gunung Mahameru untuk mencari cara mendapatkan tirta amerta, yaitu air suci yang
dapat membuat hidup menjadi abadi. Sang Hyang Nryana (Wisnu) bersabda, "Kalau kalian
menghendaki tirta amerta tersebut, aduklah lautan Ksera (Kserasagara), sebab dalam lautan
tersebut terdapat tirta amerta. Maka dari itu, kerjakanlah!"
Setelah mendengar perintah Sang Hyang Nryana, berangkatlah para Dewa dan
asura pergi ke laut Ksera. Terdapat sebuah gunung bernama Gunung Mandara (Mandaragiri)
di Sangka Dwipa (Pulau Sangka), tingginya sebelas ribu yojana. Gunung tersebut dicabut
oleh Sang Anantabhoga beserta segala isinya. Setelah mendapat izin dari Dewa Samudera,
gunung Mandara dijatuhkan di laut Ksira sebagai tongkat pengaduk lautan tersebut. Seekor
kura-kura (kurma) raksasa bernama Akupa yang konon katanya sebagai penjelmaan Wisnu,
menjadi dasar pangkal gunung tersebut. Ia disuruh menahan gunung Mandara supaya tidak
tenggelam.
Naga Basuki dipergunakan sebagai tali, membelit lereng gunung tersebut. Dewa Indra
menduduki puncaknya, suapaya gunung tersebut tidak melambung ke atas. Setelah siap, para
Dewa, rakshasa dan asura mulai memutar gunung Mandara dengan menggunakan Naga
Basuki sebagai tali. Para Dewa memegang ekornya sedangkan para asura dan rakshasa
memegang kepalanya. Mereka berjuang dengan hebatnya demi mendapatkan tirta amerta
sehingga laut bergemuruh. Gunung Mandara menyala, Naga Basuki menyemburkan bisa
membuat pihak asura dan rakshasa kepanasan. Lalu Dewa Indra memanggil awan mendung
yang kemudian mengguyur para asura dan rakshasa. Lemak segala binatang di gunung
Mandara beserta minyak kayu hutannya membuat lautan Ksira mengental, pemutaran
Gunung Mandara pun makin diperhebat.
Alhasil dari pemutaran Gunung Mandara Giri itu muncullah berbagai dewa-dewi,
binatang, dan harta karun seperti : Sura (Dewi yang menciptakan minuman anggur), Apsara
(kaum bidadari kahyangan), Kostub (permata yang paling berharga di dunia), Uccaihsrawa
(kuda para Dewa), Kalpawreksa (pohon yang dapat mengabulkan keinginan), Kamadhenu
(sapi pertama dan ibu dari segala sapi), Airawata (kendaraan Dewa Indra), Laksmi (Dewi
keberuntungan dan kemakmuran) dan terakhir keluarlah Dhanwantari membawa kendi berisi
tirta amerta. Karena para Dewa sudah banyak mendapat bagian sementara para asura dan
rakshasa tidak mendapat bagian sedikit pun, maka para asura dan rakshasa ingin agar tirta
amerta menjadi milik mereka. Akhirnya tirta amerta berada di pihak para asura dan rakshasa
dan Gunung Mandara dikembalikan ke tempat asalnya, Sangka Dwipa.
Singkat cerita terjadilah perebutan tirta amerta antara para asura dan rakshasa dan
dimenangkan oleh pihak asura dan tirtha amerta berada di tangan para dewa. Para Dewa
kemudian terbang ke Wisnuloka, kediaman Dewa Wisnu, dan di sana mereka meminum tirta
amerta sehingga hidup abadi. Seorang rakshasa yang merupakan anak Sang Wipracitti dengan
Sang Singhika mengetahui hal itu, kemudian ia mengubah wujudnya menjadi Dewa dan turut
serta meminum tirta amerta. Hal tersebut diketahui oleh Dewa Aditya dan Chandra, yang
kemudian melaporkannya kepada Dewa Wisnu. Dewa Wisnu kemudian mengeluarkan senjata
chakranya dan memenggal leher sang rakshasa, tepat ketika tirta amerta sudah mencapai
tenggorokannya. Badan sang rakshasa mati, namun kepalanya masih hidup karena tirta
amerta sudah menyentuh tenggorokannya. Sang rakshasa marah kepada Dewa Aditya dan
Chandra, dan bersumpah akan memakan mereka pada pertengahan bulan.

3. WARAHA AWATARA
Waraha Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai Badak Agung yang mengait dunia
kembali agar selamat dari bahaya tenggelam. Menurut mitologi Hindu, pada zaman
Satyayuga (zaman kebenaran), ada seorang raksasa bernama Hiranyaksa, adik raksasa
Hiranyakasipu. Keduanya merupakan kaum Detya (raksasa). Hiranyaksa hendak
menenggelamkan Pertiwi (planet bumi) ke dalam "lautan kosmik," suatu tempat antah
berantah di ruang angkasa.
Melihat dunia akan mengalami kiamat, Wisnu menjelma menjadi babi hutan yang
memiliki dua taring panjang mencuat dengan tujuan menopang bumi yang dijatuhkan oleh
Hiranyaksa. Usaha penyelamatan yang dilakukan Waraha tidak berlangsung lancar karena
dihadang oleh Hiranyaksa. Maka terjadilah pertempuran sengit antara raksasa Hiranyaksa
melawan Dewa Wisnu. Konon pertarungan ini terjadi ribuan tahun yang lalu dan memakan
waktu ribuan tahun pula. Pada akhirnya, Dewa Wisnu yang menang.
Setelah Beliau memenangkan pertarungan, Beliau mengangkat bumi yang bulat seperti bola
dengan dua taringnya yang panjang mencuat, dari lautan kosmik, dan meletakkan kembali
bumi pada orbitnya. Setelah itu, Dewa Wisnu menikahi Dewi Pertiwi dalam wujud awatara
tersebut.
Waraha Awatara dilukiskan sebagai babi hutan yang membawa planet bumi dengan
kedua taringnya dan meletakkannya di atas hidung, di depan mata. Kadangkala dilukiskan
sebagai manusia berkepala babi hutan, dengan dua taring menyangga bola dunia, bertangan
empat, masing-masing membawa: cakra, terompet dari kulit kerang (sangkakala), teratai, dan
gada.

4. NARASIMA AWATARA
Narasima Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai manusia berkepala singa
(Simbha/Sima) yang membasmi kekejaman Raja Hyrania Kasipu yang sangat lalim dan
menindas Adharma
Menurut kitab Purana, pada menjelang akhir zaman Satyayuga (zaman kebenaran),
seorang raja asura (raksasa) yang bernama Hiranyakasipu membenci segala sesuatu yang
berhubungan dengan Wisnu, dan dia tidak senang apabila di kerajaannya ada orang yang
memuja Wisnu. Sebab bertahun-tahun yang lalu, adiknya yang bernama Hiranyaksa dibunuh
oleh Waraha, awatara Wisnu.
Agar menjadi sakti, ia melakukan tapa yang sangat berat, dan hanya memusatkan
pikirannya pada Dewa Brahma. Setelah Brahma berkenan untuk muncul dan
mengabulkannya. Narasinga datang untuk menyelamatkan Prahlada dari amukan ayahnya,
sekaligus membunuh Hiranyakasipu. Namun, atas anugerah dari Brahma, Hiranyakasipu
tidak bisa mati apabila tidak dibunuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tepat. Agar berkah
dari Dewa Brahma tidak berlaku, ia memilih wujud sebagai manusia berkepala singa untuk
membunuh Hiranyakasipu. Ia juga memilih waktu dan tempat yang tepat. Akhirnya, berkah
dari Dewa Brahma tidak berlaku. Narasinga berhasil merobek-robek perut Hiranyakasipu.
Akhirnya Hiranyakasipu berhasil dibunuh oleh Narasinga, karena ia dibunuh bukan oleh
manusia, binatang, atau dewa. Ia dibunuh bukan pada saat pagi, siang, atau malam, tapi senja
hari. Ia dibunuh bukan di luar atau di dalam rumah. Ia dibunuh bukan di darat, air, api, atau
udara, tapi di pangkuan Narasinga. Ia dibunuh bukan dengan senjata, melainkan dengan
kuku.
Makna dari cerita
Narasinga memberi contoh bahwa Tuhan itu ada dimana-mana
Rasa bakti yang tulus dari Prahlada menunjukkan bahwa sikap seseorang bukan ditentukan
dari golongannya, ataupun bukan karena berasal dari keturunan yang jelek, melainkan dari
sifatnya. Meskipun Prahlada seorang keturunan Asura, namun ia juga seorang penyembah
Wisnu yang taat.
Membunuh Hiranyakasipu dengan mengambil wujud sebagai Narasinga merupakan
salah satu cara menghukum yang paling sadis dari Dewa Wisnu. Di India, Narasinga sangat
terkenal. Dalam festival tradisional India, kisah ini berhubungan dengan perayaan Holi, salah
satu perayaan terpenting di India. Dari sinilah Narasimha menjadi terkenal. Di India Selatan,
Narasinga sering dituangkan ke dalam bentuk seni pahatan dan lukisan. Narasinga merupakan
awatara yang paling terkenal setelah Rama dan Kresna.

5. WAMANA AWATARA

Wamana Awatara yaitu Hyang Widhi turun kedunia sebagai orang kerdil
berpengetahuan tinggi dan mulia dalam mengalahkan Maha Raja Bali yang sombong dan
ingin menguasai dunia serta menginjak-injak Dharma.
Dalam agama Hindu, Wamana adalah awatara Wisnu yang kelima, turun pada masa
Tretayuga, sebagai putra Aditi dan Kasyapa, seorang Brahmana. Ia (Wisnu) turun ke dunia
guna menegakkan kebenaran dan memberi pelajaran kepada raja Bali (Mahabali), seorang
Asura, cucu dari Prahlada. Raja Bali telah merebut surga dari kekuasaan Dewa Indra, karena
itu Wisnu turun tangan dan menjelma ke dunia, memberi hukuman pada Raja Bali. Wamana
awatara dilukiskan sebagai Brahmana dengan raga anak kecil yang membawa payung.
Wamana Awatara merupakan penjelmaan pertama Dewa Wisnu yang mengambil bentuk
manusia lengkap, meskipun berwujud Brahmana mungil. Wamana kadang-kadang dikenal
juga dengan sebutan "Upendra."
Kisah Wamana Awatara dimuat dalam kitab Bhagawatapurana. Menurut cerita dalam
kitab, Wamana sebagai Brahmana cilik datang ke istana Raja Bali karena pada saat itu Raja
Bali mengundang seluruh Brahmana untuk diberikan hadiah. Ia sudah dinasehati oleh
Sukracarya agar tidak memberikan hadiah apapun kepada Brahmana yang aneh dan lain
daripada biasanya. Pada waktu pemberian hadiah, seorang Brahmana kecil muncul di antara
Brahmana-Brahmana yang sudah tua-tua. Brahmana tersebut juga akan diberi hadiah oleh
Bali.
Brahmana kecil itu meminta tanah seluas tiga jengkal yang diukur dengan langkah
kakinya. Raja Bali pun takabur dan melupakan nasihat Sukracarya. Ia menyuruh Brahmana
kecil itu melangkah.
Pada waktu itu juga, Brahmana tersebut membesar dan terus membesar. Dengan
ukurannya yang sangat besar, ia mampu melangkah di surga dan bumi sekaligus. Pada
langkah yang pertama, ia menginjak surga. Pada langkah yang kedua, ia menginjak bumi.
Pada langkah yang ketiga, karena tidak ada lahan untuknya berpijak, maka Bali menyerahkan
kepalanya. Sejak itu, tamatlah kekuasaan Bali. Karena terkesan dengan kedermawanan Bali,
Wamana memberinya gelar Mahabali. Ia juga berjanji bahwa kelak Bali akan menjadi Indra
pada Manwantara berikutnya.

6. PARASURAMA AWATARA

Parasurama Awatara yaitu Hyang Widhi turun kedunia sebagai Rama Parasu yaitu
Rama bersenjatakan Kapak yang membasmi para ksatrya yang menyeleweng dari ajaran
Dharma. Rama pun terkenal dengan julukan Parasurama karena selalu membawa kapak
sebagai senjatanya. Selain itu, Parasurama juga memiliki senjata lain berupa busur panah
yang besar luar biasa. Lukisan Parasurama yang sedang memotong seribu lengan Raja Arjuna
Pada zaman kehidupan Parasurama, ketenteraman dunia dikacaukan oleh ulah kaum kesatria
yang gemar berperang satu sama lain. Parasurama pun bangkit menumpas mereka, yang
seharusnya berperan sebagai pelindung kaum lemah. Tidak terhitung banyaknya kesatria,
baik itu raja ataupun pangeran, yang tewas terkena kapak dan panah milik Rama putra
Jamadagni. Konon Parasurama bertekad untuk menumpas habis seluruh kesatria dari muka
bumi. Ia bahkan dikisahkan telah mengelilingi dunia sampai tiga kali. Setelah merasa cukup,
Parasurama pun mengadakan upacara pengorbanan suci di suatu tempat bernama
Samantapancaka. Kelak pada zaman berikutnya, tempat tersebut terkenal dengan nama
Kurukshetra.
7. RAMA AWATARA

Rama Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai Sang Rama putra raja Dasa Rata dari
Ayodya untuk menghanncurkan kejahatan dan kelaliman yang ditimbulkan oleh Raksasa
Rahwana dari negara Alengka. Dalam agama Hindu, Rama atau Ramacandra adalah seorang
raja legendaris yang terkenal dari India yang konon hidup pada zaman Tretayuga, keturunan
Dinasti Surya atau Suryawangsa. Ia berasal dari Kerajaan Kosala yang beribukota Ayodhya.
Menurut pandangan Hindu, ia merupakan awatara Dewa Wisnu yang ketujuh yang turun ke
bumi pada zaman Tretayuga. Sosok dan kisah kepahlawanannya yang terkenal dituturkan
dalam sebuah sastra Hindu Kuno yang disebut Ramayana, tersebar dari Asia Selatan sampai
Asia Tenggara. Terlahir sebagai putera sulung dari pasangan Raja Dasarata dengan Kosalya,
ia dipandang sebagai Maryada Purushottama, yang artinya "Manusia Sempurna". Setelah
dewasa, Rama memenangkan sayembara dan beristerikan Dewi Sita, inkarnasi dari Dewi
Laksmi. Rama memiliki anak kembar, yaitu Kusa dan Lawa.
Asal-usul nama "Rama"
Rm dalam kitab Regweda dan Atharwaweda adalah kata sifat yang berarti "gelap,
hitam", atau kata benda yang berarti "kegelapan", bentuk feminim dari kata sifat tersebut
adalah rm. Dalam Wisnu sahasranama, Rama adalah nama lain Wisnu yang ke-394. Dalam
interpretasi dari komentar Adi Sankara, yang diterjemahkan oleh Swami Tapasyananda dari
Misi Ramakrishna, Rama memiliki dua pengertian: 1) Brahman yang maha kuasa yang
menganugerahkan para yogi; 2) Ia (Wisnu) yang meninggalkan kahyangan untuk menitis
kepada Rama, putera Dasarata.

Ayah Rama adalah Raja Dasarata dari Ayodhya, sedangkan ibunya adalah Kosalya.
Dalam Ramayana diceritakan bahwa Raja Dasarata yang merindukan putera mengadakan
upacara bagi para dewa, upacara yang disebut Putrakama Yadnya. Upacaranya diterima oleh
para Dewa dan utusan mereka memberikan sebuah air suci agar diminum oleh setiap
permaisurinya. Atas anugerah tersebut, ketiga permaisuri Raja Dasarata melahirkan putera.
Yang tertua bernama Rama, lahir dari Kosalya. Yang kedua adalah Bharata, lahir dari Kekayi,
dan yang terakhir adalah Laksmana dan Satrugna, lahir dari Sumitra. Keempat pangeran
tersebut tumbuh menjadi putera yang gagah-gagah dan terampil memainkan senjata di bawah
bimbingan Resi Wasista
Cerita hidup Rama tertuang dalam epos Ramayana yang merupakan salah satu bagian
dari Itihasa yang diyakini oleh umat hindu dan merupakan sebuah epos yang menginspirasi
masyarakat secara luas. Banyak terkandung nilai-nilai luhur yang tersirat dalam cerita
tersebut. Ada baiknya kita menonton atau setidaknya membaca kisah ini.

8. KRISNA AWATARA

Krisna Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai Sri Krisna raja Dwarawati untuk
membasmi raja Kangsa, Jarasanda dan membantu Pandawa untuk menegakkan keadilan
dengan membasmi Kurawa yang menginjak-injak Dharma..
Kresna atau Krishna adalah salah satu Dewa yang banyak dipuja oleh umat Hindu karena
dianggap merupakan aspek dari Brahman. Ia disebut pula Nryana, yaitu sebutan yang
merujuk kepada perwujudan Dewa Wisnu yang berlengan empat di Waikuntha. Ia biasanya
digambarkan sebagai sosok pengembala muda yang memainkan seruling atau pangeran muda
yang memberikan tuntunan filosofis. Dalam Agama Hindu pada umumnya, Kresna dipuja
sebagai awatara Wisnu yang kedelapan, dan dianggap sebagai Dewa yang paling hebat dalam
perguruan Waisnawa. Dalam tradisi Gaudiya Waisnawa, Kresna dipuja sebagai sumber dari
segala awatara (termasuk Wisnu).
Menurut kitab Mahabharata, Kresna berasal dari Kerajaan Surasena, namun kemudian
ia mendirikan kerajaan sendiri yang diberi nama Dwaraka. Dalam wiracarita Mahabharata, ia
dikenal sebagai tokoh raja yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Dalam kitab Bhagawadgita,
ia adalah perantara kepribadian Brahman yang menjabarkan ajaran kebenaran mutlak
(dharma) kepada Arjuna. Ia mampu menampakkan secercah kemahakuasaan Tuhan yang
hanya disaksikan oleh tiga orang pada waktu perang keluarga Bharata akan berlangsung.
Ketiga orang tersebut adalah Arjuna, Sanjaya, dan Byasa. Namun Sanjaya dan Byasa tidak
melihat secara langsung, melainkan melalui mata batin mereka yang menyaksikan perang
Bharatayuddha.
Asal usul nama "Krishna"
Dalam bahasa Sanskerta, kata Krishna berarti "hitam" atau "gelap", dan kata ini
umum digunakan untuk menunjukkan pada orang yang berkulit gelap. Dalam Brahma
Samhita dijabarkan bahwa Krishna memiliki warna kulit gelap bersemu biru langit. Dan
umumnya divisualkan berkulit gelap atau biru pekat. Sebagai Contoh, di Kuil Jaganatha, di
Puri, Orissa, India (nama Jaganatha, adalah nama yang ditujukan bagi Kresna sebagai
penguasa jagat raya) di gambarkan memiliki kulit gelap berdampingan dengan saudaranya
Baladewa dan Subadra yang berkulit cerah.
Kehidupan Sang Kresna
Ikthisar kehidupan Sri Kresna di bawah ini diambil dari Mahabharata, Hariwangsa,
Bhagawatapurana, dan Wisnupurana. Lokasi dimana Kresna diceritakan adalah India Utara,
yang mana sekarang merupakan wilayah negara bagian Uttar Pradesh, Bihar, Haryana, Delhi,
dan Gujarat. Kutipan pada permulaan dan akhir cerita merupakan teologi yang tergantung
pada sudut pandang cerita.
Penitisan
Kutipan di bawah ini menjelaskan alasan mengapa Wisnu menjelma. Dalam sebuah
kalimat dalam Bhagawatapurana:
Dewa Brahma memberitahu para Dewa: Sebelum kami menyampaikan permohonan kepada
Beliau, Beliau sudah sadar terhadap kesengsaraan di muka bumi. Maka dari itu, selama
Beliau turun ke bumi demi menuntaskan kewajiban dengan memakai kekuatan-Nya sendiri
sebagai sang waktu, wahai kalian para Dewa semuanya akan mendapat bagian untuk
menjelma sebagai para putera dan cucu dari keluarga Wangsa Yadu.
Kitab Mahabharata yang pertama (Adiparwa, bagian Adiwansawatarana) memberikan
alasan yang serupa, meskipun dengan perbedaan yang kecil dalam bagian-bagiannya.
Kelahiran
Kepercayaan tradisional yang berdasarkan data-data dalam sastra dan perhitungan
astronomi mengatakan bahwa Sri Kresna lahir pada tanggal 19 Juli tahun 3228 SM.
Kresna berasal dari keluarga bangsawan di Mathura, dan merupakan putera kedelapan yang
lahir dari puteri Dewaki, dan suaminya Basudewa. Mathura adalah ibukota dari wangsa yang
memiliki hubungan dekat seperti Wresni, Andhaka, dan Bhoja. Mereka biasanya dikenali
sebagai Yadawa karena nenek moyang mereka adalah Yadu, dan kadang-kadang dikenal
sebagai Surasena setelah adanya leluhur terkemuka yang lain. Basudewa dan Dewaki
termasuk ke dalam wangsa tersebut. Raja Kamsa, kakak Dewaki, mewarisi tahta setelah
menjebloskan ayahnya ke penjara, yaitu Raja Ugrasena. Karena takut terhadap ramalan yang
mengatakan bahwa ia akan mati di tangan salah satu putera Dewaki, maka ia menjebloskan
pasangan tersebut ke penjara dan berencana akan membunuh semua putera Dewaki yang baru
lahir. Setelah enam putera pertamanya terbunuh, dan Dewaki kehilangan putera ketujuhnya,
lahirlah Kresna. Karena hidupnya terancam bahaya maka ia diselundupkan keluar dan
dirawat oleh orangtua tiri bernama Yasoda dan Nanda di Gokula, Mahavana. Dua anaknya
yang lain juga selamat yaitu, Baladewa alias Balarama (putera ketujuh Dewaki, dipindahkan
ke janin Rohini, istri pertama Basudewa) dan Subadra (putera dari Basudewa dan Rohini
yang lahir setelah Baladewa dan Kresna).
Tempat yang dipercaya oleh para pemujanya untuk memperingati hari kelahiran
Kresna kini dikenal sebagai Krishnajanmabhumi, dimana sebuah kuil didirikan untuk
memberi penghormatan kepadanya.

9. BUDHA AWATARA
Budha Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai putra raja Sododana di Kapilawastu
India dengan nama Sidharta Gautama yang berarti telah mencapai kesadaran yang sempurna.
Budha Gautama menyebarkan ajaran Budha dengan tujuan untuk menuntun umat manusia
mencapai kesadaran, penerangan yang sempurna atau Nirwana.
Dalam agama Hindu, Gautama Buddha muncul dalam kitab Purana (Susastra Hindu)
sebagai Awatara kesembilan dari Dasa awatara Dewa Wisnu. Dalam Bhagavata Purana,
beliau disebut sebagai Awatara kedua puluh empat dari dua puluh lima awatara Wisnu. Kata
Buddha berarti "Dia yang mendapat pencerahan". Buddha Awatara terlahir sebagai putera
mahkota Raja Suddhodana di sebuah kerajaan Hindu bernama Kapilawastu di India Utara
(sekarang merupakan wilayah kerajaan Nepal) dengan nama Siddharta Gautama yang berarti
"Dia yang mencapai segala hasratnya".
Menurut kepercayaan Hindu populer, pada zaman Kaliyuga, masyarakat menjadi
bodoh akan nilai-nilai rohani dan kehidupan. Ada suatu kepercayaan bahwa pada kedatangan
Sang Buddha, banyak brahmana di India yang menyalahgunakan upacara Weda demi
kepuasan nafsunya sendiri, dan melakukan pengorbanan binatang yang sia-sia dan tiada
berguna. Maka dari itu, Buddha muncul sebagai seorang awatara untuk memulihkan
keseimbangan.
Gautama Buddha lahir sebagai Pangeran Siddhartha Gautama, putra Raja
Suddhodana, sekitar abad ketujuh sebelum Masehi (2400 tahun yang lalu). Ayahnya sangat
menginginkan dia menjadi Maharaja Dunia, namun pikirannya dibayang-bayangi oleh
ramalan petapa Kondanna yang mengatakan bahwa anaknya akan menjadi Buddha karena
melihat empat hal: orang sakit, orang tua, orang mati, dan Pertapa Suci atau Pertapa.
Keempat hal tersebut selalu berusaha ditutupi olah ayahnya. Ia tidak akan membiarkan
sesuatu yang bersifat sakit, tua, mati, dan pertapa suci dilihat oleh Siddharta.
Namun Siddharta memang sudah ditakdirkan untuk menjadi Buddha. Ramalan
pertapa Kondanna menjadi kenyataan. Keinginan Siddharta untuk menjadi Buddha terlintas
ketika ia melihat empat hal tersebut. Keempat hal tersebut pula yang membuka pikirannya
untuk mencari obat penawarnya. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi pertapa dan
berkeliling mencari pertapa-pertapa terkenal dan mengikuti ajarannya, namun semuanya tidak
membuat Siddharta puas. Akhirnya ia menemukan pencerahan ketika bertapa di bawah pohon
Bodhi di Bodh Gaya pada malam Purnama Sidhi bulan Waisak.

10. KALKI AWATARA

Kalki Awatara yaitu penjelmaan Hyang Widhi yang terakhir yang akan turun untuk
membasmi penghinaan-penghinaan, pertentangan-pertentangan agama akibat penyelewengan
umat manusia dari ajaran Hyang Widhi (Dharma). Menurut keyakinan umat Hindu, awatara
terakhir akan turun apabila memuncaknya pertentangan-pertentangan agama di dunia ini.
Dalam ajaran Agama Hindu, Kalki adalah awatara kesepuluh dan Maha Avatra (inkarnasi)
terakhir Dewa Wisnu Sang pemelihara, yang akan datang pada akhir zaman Kali Yuga ini
(zaman kegelapan dan kehancuran).
Berbagai tradisi memiliki berbagai kepercayaan dan pemikiran mengenai kapan,
bagaimana, di mana, dan mengapa Kalki Awatara muncul. Penggambaran yang umum
mengenai Kalki Awatara yaitu beliau adalah Awatara yang mengendarai kuda putih (beberapa
sumber mengatakan nama kudanya Devadatta (anugerah Dewa) dan dilukiskan sebagai
kuda bersayap). Kalki memiliki pedang berkilat yang digunakan untuk memusnahkan
kejahatan dan menghancurkan iblis Kali, kemudian menegakkan kembali Dharma dan
memulai zaman yang baru.
Salah satu sumber yang pertama kali menyebutkan istilah Kalki adalah Wisnu Purana,
yang diduga muncul setelah masa Kerajaan Gupta sekitar abad ke-7 sebelum Masehi. Wisnu
adalah Dewa pemelihara dan pelindung, salah satu bagian Trimurti, dan merupakan penengah
yang mempertimbangkan penciptaan dan kehancuran sesuatu. Kalki juga muncul di salah
satu dari 18 kitab Purana yang utama, Agni Purana. Kitab purana yang memuat khusus
tentang Kalki adalah Kalki Purana. Di sana dibahas kapan, dimana, bagaimana, dan mengapa
Kalki muncul
Tujuan
No. Avatara
Ikan yang Maha besar, muncul pada jaman Satya yoga
1. Matsya Avatara bertujuan untuk menyelamatkan benih benih manusia yang
terancam punah
Kura kura raksasa , muncul pada jaman satya yoga yang
2. Kurma Avatara
bertujuan untuk
3. Waraha Avatara Badak Agung , muncul pada jaman satya yoga
Raja Hiranijakasimpu sebagai tokoh adharma saat itu muncul
4. Narasima Avatara
pada jaman satya yoga
Orang kerdil yang membunuh raja bali sebagai tokoh
5. Wamana Avatara
adharma, muncul pada treta yoga
Pandita yang selalu membawa kapak , member kesadaraan
6. Parasurama Avatara kepada kesatria untuk mengendalikan dharma atau
kepempinan dengan sebaik baiknya muncul jaman treat yoga
Putra prabu dasarata, guna membela adharma yang dipimpin
7. Rama Avatara oleh rahwana yang pasukannya terbasmi , muncul jaman treat
yoga
Putra prabu wasudewa dengan dewi dewaki menghancurkan
8. Krisna Avatara raja kangsa dan jasrasanda golongan adharma pada saat itu,
muncul pada jaman Dwapara yoga
Putra prabu Sudodana dengan dewi Maya bertugas
menyadarkan manusia, agar bebas dari penderitaan melalui
9. Budha Avatara
jalan tengah di antara kedelapan cakram (putaran hidup),
muncul pada jaman kali yoga
Awatara yang ke-10, menurut keyakinan kita beliau akan
10. Kalki Avatara dating nanti bila adharma sudah betul betul merajalela,
muncul pada akhir jaman kali yoga
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Avatara adalah perwujudan Sang Hyang Widhi turun atau berinkarnasi ke dunia
untuk karya penyelamatan terutama pada saat dharma mengalami tantangan dan saat-saat
adharna (kejahatan) merajalela. Maharsi adalah manusia terpilih karena dapat meningkatkan
jiwanya kesempurnaan sehingga dapat menerima wahyu dari Sang Hyang Widhi.

B. SARAN SARAN
Perkataan dharma berarti kebenaran spiritual dan adharma berarti ketidakbenaran atau dosa.
Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud avatara adalah
perwujudan Ida Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa turun ke dunia dengan
menyerupai salah satu bentuk yang sesuai dengan keadaan alam yang diakibatkan oleh
kejahatan/kegelapan (Awidya).

Você também pode gostar