Você está na página 1de 14

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Kapal merupakan alat transportasi laut yang sudah tidak asing lagi bagi kita.
Orang yang membuat kapal ini merupakan salah seorang yang terbilang cerdas.
Karena jarang sekali orang yang berpikir untuk membuat hal semacam itu.
Namun, pada dasarnya kecerdasan manusia itu berasal dari Allah. Termasuk
dalam hal pembuatan alat transportasi ini.

Dalam perkembangan teknologi, tidak terlepas dari adanya perkembangan


sains. Teknologi merupakan hasil karya dan cipta manusia. Adapun yang menjadi
tujuan dari penciptaan teknologi adalah supaya mempermudah manusia dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Perubahan kemajuan teknologi dari masa-kemasa merupakan bukti nyata


dari semakin majunya pemikiran manusia. Teknologi yang ada sekarang,
sebetulnya sudah disinggung oleh teknologi zaman dahulu. Dengan begitu maka
ada teknologi zaman sekarang. Sebetulnya teknologi zaman sekarang lahir akibat
ketidakpuasan manusia akan teknologi masa lalu.

Dalam pembahasan pelajaran sehari-hari, kebanyakan kita hanya


mengetahui betapa canggihnya dunia barat, padahal kalau dikaji lebih dalam lagi,
sebetulnya dunia islampun memiliki kejayaan yang bahkan lebih canggih dari
dunia barat. Kemajuan teknologi dunia islam tidak terlepas dari pengaruh nabi-
nabi yang pernah menjadi kahlifah di muka bumi ini. Bahkan dalam Al-quran
digambarkan sangat canggihnya teknologi zaman dahulu di Negara islam.

I.2 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah yakni :

1
1. Bagaimana perkembangan teknologi perkapalan pada zaman Nabi dan
Khalifah ?
2. Bagaimana armada penakluk lautan di era kejayaan Islam ?
3. Apa saja tipe kapal perang pada kekuasaan kekhalifahan Islam di lautan ?
I.3 Tujuan
Dengan memperhatikan rumusan masalah diatas , tujuan yang ingin dicapai
yakni :
1. Mengetahui perkembangan teknologi perkapalan pada zaman Nabi dan
Khalifah.
2. Mengetahui armada penakluk lautan di era kejayaan Islam.
3. Mengetahui tipe kapal perang pada kekuasaan kekhalifahan Islam di
lautan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Perkembangan Teknologi Perkapalan pada Zaman Nabi dan Khalifah

Pada zaman nabi Nuh, telah ada yang namanya kapal. Dalam sejarahnya,
kapal ini berukuran raksasa, semua makhluk hidup yang patuh kepada nabi Nuh
mampu ditampungnya. Hal ini menandakan betapa canggihnya teknologi yang
ada di dunia islam. Tapi tatkala banjir besar itu datang, semau hancur luluh tak
berbekas. Sebelum banjir itu datang, berita dari langit memerintahkan Nuh untuk
membuat bahtera yang besar untuk menyelamatkan diri dan umatnya dari
ancaman banjir besar. Kapal Nabi Nuh harus dapat menampung umatnya, hewan-
hewan yang berpasangan serta spesies tanaman yang terpilih. Di sini kita dapat
mengetahui bahwa 'profesi' Nuh bukan hanya seorang Juru Dakwah (Rasul) tetapi
juga ilmuwan zoologi yang handal.
Setelah para malaikat bergerak maka Allah Swt. mewahyukan pada Nabi
Nuh As. agar membuat perahu. Bertanyalah Nabi Nuh: Ya Tuhan, apakah
perahu itu?
Allah Swt. berfirman: Perahu adalah rumah kayu yang bisa berjalan di
permukaan bumi.. Lalu Allah Swt. memerintahkan Nabi Nuh agar menanam
pohon jati di tanah Kufah, pendapat lain mengatakan pohon abnus. Dan kemudian
Nabi Nuh pun menanamnya dan membiarkannya tumbuh sampai 40 tahun sampai
siap untuk ditebang.
Langit dicegah dari hujan dan bumi pun dicegah untuk menumbuhkan
pepohonan. Seingga langit pun tidak lagi meneteskan air hujan dan bumi tak
menumbuhkan rerumputan. Para wanita, hewan jinak maupun buas, pun tidak lagi

3
beranak. Bahkan burung-burung pun tak bisa bertelur. Itu terjadi sebagai bukti
nyata atas kaum Nabi Nuh sebelum adzab menimpa mereka.
Kemudian Allah Swt. memerintahkan Nabi Nuh untuk menuju Kufah dan
memindahkan kayu-kayu jati. Bingunglah Nabi Nuh As., bagaimana cara
memindahkan kayu-kayu itu. Maka Allah Swt. pun mewahyukan bahwa
sesungguhnya Auj bin Anuq lah yang mampu menggendongnya.
Imam al-Kisai mengatakan bahwa sesungguhnya Anuq, ibunya Auj,
adalah keturunan Nabi Adam yang buruk rupa dan bentuk tubuhnya. Dia adalah
tukang sihir yang handal. Dia melahirkan Auj dan mati setelah 100 tahun dari
kelahiran anaknya itu.Ketika Auj sudah dewasa ia berubah wujud menjadi
raksasa yang tinggi dan lebar badannya mencapai 600 dzira. Ukuran 1 dzira
zaman dahulu adalah setara dengan 1,5 dzira sekarang.
Sehingga diceritakan bahwa, tatkala badai banjir tofan tiba takkan bisa
sampai pada lututnya, disaat duduk di atas gunung ia bisa memasukkan tangannya
ke laut dan bisa mengambil ikan dari dalamnya serta bisa memanggang ikan itu di
bawah teriknya matahari. Saat ia marah maka seluruh penduduk desa dikencingi
olehnya hingga mereka pun tenggelam di dalamnya.
Auj juga seringkali membuat keonaran pada penduduk desa. Maka
mereka pun menawari padanya: Kami akan membuatkanmu baju dan kami tidak
akan mengambil harganya kecuali setelah 1 tahun. (Auj memiliki hutang pada
penduduk desa itu dan berjanji akan melunasinya).
Akhirnya semua penduduk desa pun bahu-membahu membuatkan baju
dari kapas dan memakaikannya pada Auj yang kemudian membuat Auj pergi
menjauh dari penduduk desa tersebut. Disaat Auj ingin melewati perkampungan
itu ia teringat akan janjinya. Maka ia cepat-cepat lari karena takut ditagih
hutangnya.
Dikatakan bahwa Auj hidup selama 4500 tahun, sehingga ia bisa
menjumpai zaman Nabi Musa As. Tatkala Nabi Musa As. masuk ke tanah Tih
beserta rombongan Bani Israel, Auj pun ingin menghancurkan mereka. Ia datang
pada tentara Nabi Musa untuk mengetahui ukuran kekuatan mereka. Disaat ia

4
mendapatkan keleluasaan, maka ia mencabut gunung dan menggendong gunung
tersebut di atas kepalanya.
Kemudian ia mendatangi Nabi Musa As. untuk memukul mundur
tentaranya. Akan tetapi usaha Auj gagal karena Allah mengutus burung hudhud.
Burung hudhud itu memiliki paruh dari besi. Lalu burung hudhud itu meluncur
menuju batu (gunung) yang dibawa Auj dan memaruhnya sampai berlubang.
Akhirnya batu tersebut pun jatuh ke leher Auj dan membelenggunya sehingga ia
tak lagi mampu bergerak.
Disaat Nabi Musa As. melihat kejadian itu maka beliau mendekat dan
memukul Auj dengan tongkatnya yang tingginya 10 dzira. Lantas Nabi Musa
As. melompat ke udara setinggi 10 dzira. Sedangkan tinggi Nabi Musa As.
sendiri adalah 10 dzira. Maka pukulannya Nabi Musa As. pun tidak sampai
mengenai lutut Auj. Namun sebab pukulan Nabi Musa As. itu Auj pun terjatuh
dan mati tergeletak di lapangan seperti gunung besar.
Diceritakan pula bahwa di Gunung Tatri ada sebuah sungai yang bernama
Tha-i. Di sana ada jembatan yang besar. Dikatakan bahwa jembatan itu berasal
dari tulang iga Auj bin Anuq, dan hal ini termasuk dalam keajaiban dunia.Al-
Kisai melanjutkan penjelasannya: Disaat Allah Swt. Mewahyukan Nabi Nuh As.
bahwa yang akan (mampu) menggendong kayu-kayu jati dari Kufah ke Desa
Hairah di Baghdad adalah Auj. Maka Nabi Nuh As. pun mendatangi Auj dan
memintanya untuk menggendong kayu-kayu tersebut.Auj kemudian
menjawab: Aku takkan mau menggendongnya untukmu sehingga kamu
mengenyangkan perutku dulu dengan roti.
Saat itu Nabi Nuh As. hanya membawa 3 potong roti yang terbuat dari
gandum dan memberikannya pada Auj 1 iris seraya berkata: Makanlah roti
ini.Auj kemudian tertawa dan berkata: Seumpama gunung ini jadi roti, itu pun
takkan mampu mengenyangkan perutku. Lalu bagaimana mungkin aku bisa
kenyang hanya dengan irisan roti ini?
Kemudian Nabi Nuh As. memotong irisan roti tersebut dan
mengucapkan:Bismillahirrahmanirrahim. Makanlah.Maka Auj memakannya,
lalu diberinya lagi seiris roti oleh Nabi Nuh As. Akan tetapi Auj menolaknya

5
karena sudah merasa kenyang hanya dengan memakan setengah irisan roti tadi
dan tidak merasa mampu untuk memakannya lagi.
Akhirnya Auj menggendong semua kayu itu dari Kufah sampai Hairah di
Baghdad dengan sekali muatan. Ketika kayu-kayu itu sudah berada di hadapan
Nabi Nuh, lantas Nabi Nuh As. pun kebingungan seraya berkata: Wahai Tuhan,
bagaimanakah cara untuk membuat perahu?
Kemudian Allah Swt. memerintahkan Malaikat Jibril As. agar mengajari
Nabi Nuh As. membuat perahu. Lalu Nabi Nuh menjadikan kayu-kayu tersebut
sebuah papan dan menggabungkannya satu sama lain serta memakunya dengan
paku besi. Seterusnya Nabi Nuh As. menjadikan bagian depan (kepala) perahu
seperti kepala burung merak, ekornya seperti ekor ayam jago, paruhnya seperti
paruh burung gagak, sayapnya seperti sayap elang dan wajahnya seperti wajah
burung merpati dan kemudian menjadikannya 3 tingkat, pendapat lain
mengatakan 7 tingkat.
Ibnu Abbas Ra. berkata: Perahu Nabi Nuh As. panjangnya 1000 dzira,
lebarnya 600 dzira dan tingginya 300 dzira.
Konon Nabi Nuh As. membuat perahu itu selama 40 tahun. Sampai semua
kaumnya pun menghina dan meremehkan nabi mereka sendiri dengan
berkata: Wahai Nuh, kamu telah meninggalkan kenabian dan menjadi tukang
kayu.
Imam al-Kisai kemudian berkata bahwa pada suatu malam, kaum Nabi
Nuh keluar dan berusaha menyalakan api untuk membakar kayu perahu tersebut.
Akan tetapi apinya tidak bisa menyala. Lantas mereka berkata: Ini adalah
sihirnya Nuh.
Disaat pembuatan perahu sudah hampir jadi, maka Nabi Nuh As.
melapisinya dengan aspal. Kemudian Allah Swt. mewahyukan kepadanya agar
memberi 4 paku di samping kanan dan kiri perahu dan memberinya ukiran di
setiap satu pakunya. Lalu Nabi Nuh As. berkata: Ya Tuhan, apa faidahnya hal
itu?

6
Allah berfirman: Ini adalah nama-nama sahabat Nabi Muhammad Saw.
Mereka adalah hamba Allah yang bernama Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali Ra.
Perahu ini takkan bisa sempurna sehingga engkau melakukan hal tersebut.
Maka Nabi Nuh As. pun melakukan apa yang diperintahkan Allah Swt.
dan jadilah perahu tersebut dengan sempurna. Nabi Nuh bisa membangun kapal
yang teramat besar hanya berbekal pengikut kurang lebih 80 orang setalah 950
Tahun beliau berdakwah di tengah - tengah umatnya. Pikirkan. 80 orang itupun
ada yang wanita dan anak - anak. Jadi jumlah pekerja untuk membangun bahtera
Nuh teramatlah sedikit. Balum lagi, para pengikut Nabi Nuh as terdiri dari orang
miskin yang lemah dan miskin.
Keberhasilan dunia Islam dalam membangun perekonomian global di
zaman kekhalifahan tak lepas dari teknologi perkapalan dan navigasi yang
dikuasai umat Islam.
Dengan teknologi navigasi dan perkapalan yang canggih pada zamannya,
kekhalifahan Khulafaur Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah, Fatimiyah, dan Turki
Usmani mampu menjadi kekuatan ekonomi selama berabad-abad.Berbekal
teknologi perkapalan dan navigasi pula, para penjelajah Muslim dari Andalusia
dan Afrika Utara sukses mengarungi Lautan Atlantik antara abad ke-9 M hingga
14 M. Mereka telah mencapai benua Amerika, sebelum Christopher
Columbus menemukannya pada abad ke-15 M.
Para sarjana Muslim mulai mengembangkan teknologi navigasi yang
berguna untuk mengarungi lautan, mencapai tujuan serta melewati dan memahami
rute yang dituju pada abad ke-8 M.

II.2 Armada Penakluk Lautan Di Era Kejayaan Islam

Ilmu astronomi berkembang seiring dengan kebutuhan penjelajahan kaum


Muslim ke berbagai belahan dunia. Pasalnya, astronomi bermanfaat untuk
navigasi dalam upaya menjangkau negerinegeri yang jauh dari wilayah kekuasaan
Islam. Dengan demikian, astronomi membantu mengembangkan misi dakwah
Islam, juga memperkuat perkembangan ilmu pengetahuan umat. Dalam proses

7
menggapai dua misi itu, tak jarang umat Islam harus berhadapan dengan pasukan
musuh yang menghadang.
Maka dibutuhkan pasukan perang yang kuat dengan bekal pengetahuan
perbintangan yang mumpuni. Dalam satu dekade sejak penaklukan Mesir, umat
Islam berhadapan dengan Byzantium (Kekaisaran Romawi). Dalam persaingan
itu, umat Islam berhasil menguasai Laut Tengah bagian timur, yakni Cyprus
sekitar tahun 30 H (649 M), dan Rhodes pada tahun 52 H (672 M).
Pada saat itu, Kekaisaran Romawi memiliki armada angkatan laut yang
hebat dan kuat di Laut Tengah. Mereka menjadi salah satu kekuatan militer
terkuat di dunia pada zamannya. Maka, umat Muslim berpikir bagaimana cara
melawan angkatan laut yang tak terkalahkan itu. Sejak saat itulah dibentuk
armada angkatan laut Muslim. Di sini navigasi diperlukan untuk menuntun arah
hingga ke tempat-tempat yang mereka tuju.
Kaum Muslim berkeyakinan, makin teliti seorang navigator dalam
menentukan posisinya di tengah laut, berdasarkan peredaran matahari, bulan, atau
bintang, makin tinggi pula akurasi perhitungan waktu dan tempat yang dituju.
Dengan demikian, persiapan logistik selama perjalanan pun dapat dilakukan
secara lebih matang.
Ada kaidah berbunyi Ma laa yatimmul waajib illaa bihi, fahuwa wajib (apa
yang mutlak diperlukan untuk menyempurnakan sesuatu kewajiban, hukumnya
wajib pula). Kaidah ini menjadi pedoman bagi kaum Muslimin dalam menyiapkan
peperangan melawan Kaisar Romawi ketika itu.
Mereka mulai mempelajari teknik perkapalan, navigasi dengan astronomi
maupun kompas, dan mesiu. "Bangsa Arab sangat cepat menanggapi kebutuhan
akan angkatan laut yang kuat untuk mempertahankan dan mempersatukan daerah
kekuasaannya," jelas Ahmad Y. Al-Hassan dan Donald R Hill dalam karyanya
Islamic Technology: An Illustrated History.
Selama era kekuasaan Bani Ummayah, Khalifah Mu'awiyah (602M-
680M) berusaha memulihkan kembali kesatuan wilayah Islam. Setelah berhasil
mengamankan situasi dalam negeri, Mu'awiyah segera mengerahkan pasukan
untuk perluasan wilayah kekuasaan.

8
Penaklukan Afrika Utara (647 M- 709 M) merupakan peristiwa penting
dan bersejarah selama masa kekuasaannya. Gubernur Mesir kala itu, Amr Ibnu
Ash, merasa terganggu oleh kekuasaan Romawi di Afrika Utara. Karenanya, Amr
Ibnu Ash mengerahkan pasukan di bawah pimpinan Jenderal Uqbah untuk
menaklukkan wilayah Afrika Utara itu.

Pasukan Uqbah akhirnya berhasil menguasai Kairowan hingga ke bagian


selatan wilayah Tunisia. Khalifah Mu'awiyah kemudian membangun benteng
untuk melindungi kota Kairowan dari serangan pasukan Berber dan menjadikan
kota Kairowan sebagai ibukota propinsi Afrika Utara.
Mu'awiyah tercatat sebagai pendiri armada angkatan laut Islam. Ia pernah
menjabat sebagai Gubernur Syria, ketika kekhalifahan Islam dipimpin oleh
khalifah rasyidah ketiga, Ustman bin Affan. Selama itu pula Mu'awiyah telah
memiliki lima puluh armada laut yang tangguh. Pasukan laut ini akhirnya berhasil
menaklukkan Cyprus (649 M), Rhodes (672 M), dan kepulauan lainnya di sekitar
Asia Kecil.
Dengan penaklukan Afrika Utara (647 M- 709 M) dan Spanyol (705-715
M), kirakira 40 tahun kemudian, armada angkatan laut Islam di seluruh Laut
Tengah menjelma sebagai yang terkuat dan tak terkalahkan hingga dua abad
berikutnya. Pasukan ekspedisi dari Afrika Utara menduduki Sisilia pada tahun 211
H (837 M). Angkatan laut tersebut hingga masuk ke wilayah pantai Italia dan
Prancis Selatan.
Armada laut Turki Ustman. Berselang beberapa abad kemudian,
Kesultanan Ustmani (Ottoman) juga mampu mengalahkan kekuatan Kaisar
Romawi. Mereka berhasil menundukkan Konstantinopel (ibu kota Kekaisaran
Byzantium) pada tahun 1453. Sejak itu, pemerintahan Ustmani mulai
mengembangkan Istanbul (kota Islam) menjadi pusat pelayaran.
Bahkan, Sultan Muhammad II pun menetapkan lautan dalam Golden Horn
sebagai pusat industri dan gudang persenjataan maritim. Dia juga mengangkat
komandan angkatan laut, Hamza Pasha, untuk membangun industri dan gudang
persenjataan laut.

9
Kesultanan Ustmani juga membuat sebuah kapal di Gallipoli Maritime
Arsenal. Dengan komando Gedik Ahmed Pasha (tahun 1480 M), Kesultanan
Ustmani memperkokoh basis kekuatan lautnya di Istanbul. Maka tak heran, jika
marinir Turki mendominasi Laut Hitam dan menguasai Otranto.
Pada era kekuasaan Sultan Salim I (1512 M-1520 M), Kesultanan Turki
Ustmani memodifikasi pusat persenjataan maritim di Istanbul. Salim I berambisi
menciptakan negara yang kuat, tangguh di darat dan laut. Ia bertekad memiliki
angkatan laut yang besar dan kuat untuk menguasai lautan.
Pembangunan dan perluasan pusat persenjataan maritim pun dilakukan
dari Galata sampai ke Sungai Kagithane di bawah pengawasan Laksamana Cafer.
Pembangunan dan perluasan ini rampung pada tahun 1515 M. Proyek besar ini
menyedot dana hingga sekitar 50 ribu koin.
Selain mengembangkan pusat persenjataan Maritim Istanbul, Sultan Salim
I juga memerintahkan membuat beberapa kapal laut berukuran besar. Selang
beberapa tahun kemudian, sebanyak 150 unit kapal selesai dibuat. Dengan
kekuatan yang dahsyat itu, Sultan Salim I pernah mengatakan, "Jika Scorpions
(pasukan Kristen) menempati laut dengan kapalnya, jika bendera Paus dan raja-
raja Prancis serta Spanyol berkibar di Pantai Trace, itu semata-mata karena
toleransi kami."
Dengan memiliki armada kapal laut terbesar di dunia pada abad ke-16 M,
Turki Ustmani telah menguasai Laut Mediterania, Laut Hitam, dan Samudera
Hindia. Tak heran, bila kemudian Turki Ustmani kerap disebut sebagai kerajaan
yang bermarkas di atas kapal laut. Ambisi Sultan Salim I menguasai Lautan
akhirnya tercapai.
Bahkan, sekembalinya Sultan Salim I dari Mesir, ia berpikir kembali akan
pentingnya membangun kekuatan di lautan yang lebih kuat. Sebelumnya,
kekuasaan Ustmani Turki telah menguasai pelabuhan penting di Timur
Mediterania, seperti Syiria dan Mesir. Gagasan Sultan Salim I ini terus
dikembangkan oleh sultan-sultan berikutnya. Berkat kehebatannya, Turki Ustmani
sempat menjadi adikuasa yang disegani bangsa-bangsa di dunia, baik di darat
maupun di laut.

10
III.3 Mengenal Tipe Kapal Perang Pada Kekuasaan Kekhalifahan Islam Di
Lautan

Seiring berkembangnya teknologi navigasi, teknologi perkapalan pun


berkembang pesat di dunia Islam. Teknologi perkapalan merupakan kekuatan
industri dunia terbesar di abad pertengahan. Ketika itu, umat Islam memiliki
begitu banyak pelabuhan yang ramai dan padat.
Dan di sepanjang daerah pantai kota-kota Islam banyak berdiri pusat-pusat
pembuatan dan perakitan kapal. Setiap negeri Muslim menciptakan kapal dengan
model dan jenis yang berbeda-beda. Selain membuat kapal untuk tujuan berniaga,
pada era itu umat Islam juga gencar membuat kapal-kapal perang.
Kapal perang dibangun untuk memperkokoh pertahanan wilayah
kekuasaan kekhalifahan Islam di lautan. Sehingga, ketika itu kekhalifahan Islam
tak hanya tangguh di darat, namun juga kuat di lautan. Begitu sulit untuk
dikalahkan. Kapal perang didesain lebih ramping dan dikendalikan dengan layar
atau dayung. Sedangkan, kapal niaga dibangun dengan cukup lebar.
Rancangan seperti itu sengaja dibuat agar kapal dapat membawa barang
dalam jumlah yang banyak. Pada masa itu, kapal perang yang paling besar
sanggup menampung sekitar 1.500 pasukan. Sedangkan kapal dagang yang besar
mampu menampung 1.000 ton barang.
Menurut Al-Hasan dan Hill, pada mulanya kapal-kapal perang tersebut
dibuat di Mesir dan Syria oleh para ahli pembuat kapal nomor wahid. Konstruksi
kapal dibuat sama dengan kapal-kapal yang dibuat oleh angkatan laut Byzantium.
"Para kelasi direkrut dari penduduk setempat, tetapi para tentara yang membawahi
mereka adalah orang-orang Arab," jelas Al-Hassan dan Hill.
Seiring berjalannya waktu, dunia perkapalan semakin maju. Bahkan
pembuatan kapal serta perlengkapan angkatan laut secara keseluruhan menjadi
mata usaha orang-orang Islam kala itu. Akibatnya, kaum Muslimin menjadi ahli
dalam kedua cabang keahlian yang berkaitan dengan kelautan itu. Mereka tercatat
membuat beberapa kemajuan penting. Kapal-kapal yang besar mampu mereka

11
hasilkan. Bahkan mereka merancang kapal perang besar seperti shini, kapal besar
(galley) yang digerakkan dengan 143 dayung.
Pada tahun 326 H (972 M), papar Al-Hasan dan Hill, Khalifah Mu'izz Din
Allah dari Dinasti Fathimiyyah menjadi pimpinan pembuatan 600 kapal di
galangan kapal Maqs di Mesir. Salah satu kapal besar lainnya tipe buttasa, sebuah
kapal layar yang dapat menopang sebanyak 40 layar. "Salah satu kapal jenis ini
membuat rekor dengan kemampuannya memuat 1.500 orang termasuk awak dan
tentara," ungkap Al-Hasaan dan Hill.
Adapun jenis kapal lainnya adalah ghurab (secara harafiah berarti gagak).
Dinamai demikian mungkin berdasarkan bentuk haluan kapal tersebut. Jenis
lainnya adalah kapal shallandi, kapal dengan dek lebar yang digunakan untuk
membawa muatan. Dua nama kapal tersebut sampai ke Eropa, bahkan masuk ke
dalam kosakata bahasa Eropa dan berubah menjadi corvett dan challand.
Kaum Muslim juga mampu membuat kapal jenis qurqura (bahasa Latinnya
berburu), yakni kapal Cyprus yang besar untuk membawa kebutuhan armada.
Mereka juga menciptakan beberapa kapal kecil yang dirancang untuk tujuan-
tujuan tertentu, seperti kapal untuk suplai barang dan senjata, kapal untuk
komunikasi dari kapal ke pantai, kapal pengintai, dan kapal untuk pengeran dan
penangkapan musuh. "Kebanyakan kapal itu didayung, tetapi shubbak (perahu
nelayan Laut Tengah) selain mempunyai dayung-dayung dilengkapi pula dengan
sejumlah layar," kata Al-Hassan dan Hill.
Jenis kapal yang lebih besar bisa digunakan untuk membawa penembak
misi dan mesin-mesin untuk melepaskan bahan peledak dan juga untuk membawa
para awak kapal yang terampil. Ketika teknologi perkapalan belum canggih,
pertempuran laut berlangsung dalam jarak jauh. Namun dalam perkembangannya,
semua kapal dilengkapi jepitan besi untuk merapatkan pinggiran lambung kapal
musuh, sehingga banyak pertempuran pada akhirnya ditentukan oleh perkelahian
berhadap-hadapan antara para awak dan pelaut yang sedang bertempur.

12
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Nabi Nuh bisa membangun kapal yang teramat besar hanya berbekal
pengikut kurang lebih 80 orang setalah 950 Tahun beliau berdakwah di tengah -
tengah umatnya. Pikirkan. 80 orang itupun ada yang wanita dan anak - anak. Jadi
jumlah pekerja untuk membangun bahtera Nuh teramatlah sedikit. Balum lagi,
para pengikut Nabi Nuh as terdiri dari orang miskin yang lemah dan miskin.
Keberhasilan dunia Islam dalam membangun perekonomian global di
zaman kekhalifahan tak lepas dari teknologi perkapalan dan navigasi yang
dikuasai umat Islam. Dengan teknologi navigasi dan perkapalan yang canggih
pada zamannya, kekhalifahan Khulafaur Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah,
Fatimiyah, dan Turki Usmani mampu menjadi kekuatan ekonomi selama berabad-
abad.Berbekal teknologi perkapalan dan navigasi pula, para penjelajah Muslim
dari Andalusia dan Afrika Utara sukses mengarungi Lautan Atlantik antara abad
ke-9 M hingga 14 M. Mereka telah mencapai benua Amerika,
sebelum Christopher Columbus menemukannya pada abad ke-15 M.Para sarjana
Muslim mulai mengembangkan teknologi navigasi yang berguna untuk
mengarungi lautan, mencapai tujuan serta melewati dan memahami rute yang
dituju pada abad ke-8 M.

13
Kapal perang dibangun untuk memperkokoh pertahanan wilayah
kekuasaan kekhalifahan Islam di lautan. Sehingga, ketika itu kekhalifahan Islam
tak hanya tangguh di darat, namun juga kuat di lautan. Begitu sulit untuk
dikalahkan. Kapal perang didesain lebih ramping dan dikendalikan dengan layar
atau dayung. Sedangkan, kapal niaga dibangun dengan cukup lebar.

III.2 Saran
Adapun saran penyusun sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada
pembaca dapat memahami serta lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji
lebih dalam mengenai bidang perkapalan dalam perspektif islam.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.fazamediaonline.com/2015/04/tingginya-peradaban-dan-teknologi-
zaman.html

http://swara-arnawa.blogspot.co.id/2014/01/teknologi-navigasi-sumbangan-islam.html

https://www.facebook.com/notes/dukung-nu-mendirikan-tv-nu-nusantara/kisah-nabi-nuh-
badiul-alam-fi-dzikri-qishshati-nuh-alaihissalam/707656712608254/

http://al-quran-hadist.blogspot.co.id/2011/08/armada-penakluk-lautan-di-era-
kejayaan.html

14

Você também pode gostar