Você está na página 1de 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada perkembangan teknologi sekarang ini sangat mempengaruhi berbagai bidang yang
ada disekitar kita, seperti halanya dalam bidang farmasi. Maka dari perkembangan teknologi
yang sekarang ini semakin meningkat jumlah produk-produak farmasi yang tersedia untuk
masyarakat. Dalam penyediaan suatu produk farmasi dipergunakan berbagai senyawa-senyawa
yang dikombinasikan satu dengan yang lain untuk menghasilkan suatu senyawa baru yang sangat
bermanfaat. Pengkombinasian ini melibatkan berbagai senyawa baik yang mudah larut dalam air,
maupun yang tidak.

Pada penetapan kadar yang sukar senyawa yang sukar larut digunakan metode tertentu,
karena sifat dari senyawa yang mudah larut sangat berbeda dengan senyawa yang sukar larut.
Dimana salah satu metode tersebut adalah metode argentometri. Argentometri adalah suatu titrasi
dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar
larut.

Dengan adanya percobaan ini diharapkan praktikan mampu mengetahui dan


mempelajari cara menentukan kadar suatu senyawa yang sukar larut dengan menggunakan
metode argentometri. Dari latar belakang diatas bisa dilihat bahwa percobaan ini sangat perlu
diadakan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara menentukan kadar Efedrin-HCL?

2. Bagaimana cara menentukan kadar NaCl?

C. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari percobaan kali ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari serta
memahami cara menentukan kadar suatu senyawa dengan menggunakan metode argentometri.

D. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar Efedrin-HCl dan kadar NaCl
dengan metode argentometri.

E. Manfaat Praktikum

Setelah praktikum ini dilakukan diharapkan dapat :


1. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara menentukan kadar suatu senyawa
dengan menggunakan metode argentometri.

2. Memberikan data hasil analisa yang dapat dijadikan acuan untuk praktikum selanjutnya
serata pengembangan aplikasi dan pemamfaatannya dalam bidang farmasi.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung sutu larutan-larutan jenuh dari garam
yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan. Misalnya suatu garam yang sukar larut AmBn
dalam larutan akan terdisosiasi menjadi m kation dan n anion. Titrasi argentometri ialah titrasi
dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar
larut. (Susanti.2003)

Untuk menentukan berakhirnya suatu reaksi pengendapan dipergunakan indikator yang


baru menghasilkan suatu endapan bila reaksi dipergunakan dengan berhasil baik untuk titrasi
pengendapan ini. Dalam titrasi yang melibatkan garam-garam perak ada tiga indikator yang telah
sukses dikembangkan selama ini yaitu metode Mohr menggunakan ion kromat, CrO42-, untuk
mengendapkan Ag2CrO4 coklat. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk
sebuah kompleks yang berwarna dengan ion tiosianat, SCN. Dan metode Fajans menggunakan
indikator adsorpsi. (Underwood.2004)

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan


senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu.
Metode argentometri disebut juga metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan
pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan. (Gandjar,2007)

Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu metode Mohr, metode Volhard,
Metode K. Fajans, dan metode Leibig.

1. Metode Mohr

Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral
dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indkator.
Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik ekuivalen,
maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan
perak kromat yang berwarna merah. (Gandjar,2007)

1. Metode Volhard

Perak dapat ditetapkan secara teliti dengan suasana asam dengan larutan baku kalium dan
ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali kelarutan 7,1 x 10-13. Kelebihan tiosianat dapat
ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) ntrat atau besi (III) ammonium sulfat sebagai
indicator yang membentuk warna merah dari kompleks besi (III)-tiosianat dalam lingkungan
asam nitrat 0,5-1,5N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III) akan
diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasana basa sehingga titik akhir tidak dapat ditunjukan. pH
larutan dibawah 3, Pada titrasi terjadi perubahan warna 0,7 1 % sebelum titik ekuaivalen.
Untuk mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan mencapai titik akhir, titrasi digojog kuat-
kuat supaya ion perak yang diarbsorbsi oleh endapan perak tiosianat dapat bereksi dengan
tiosianat. Metode volhard dapat digunakan untuk menetapkan asam klorida, bromide, dan
iondida dalam suasana asam. (Gandjar,2007)

1. Metode K. Fajans

Pada metode ini digunakan indicator arbsorbsi, yang mana pada titik ekuivalen, indicator
terarbsorbsi oleh endapan. Indicator ini tidak membeikan warna pada larutan, tetapi pada
permukaan endapan. (Gandjar,2007)

1. Metode Leibig

Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indicator, akan tetapi ditunjukan
dengan terjadi kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan akali sianida
akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojongan akan larut kembali karena akan
terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut. (Gandjar,2007)

1. B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Aqua Destillata

Nama lain : Air suling

RM / BM : H2O/18,02

Rumus struktur :HOH

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan alkohol


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. AgNO3 (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Argenti Nitras

Nama lain : Perak (II) nitrat

BM / RM : AgNO3 / 169,73

Rumus Struktur : O

Ag N O

Pemerian: : Hablur transparan / serbuk hablur berwarna putih, tidak berbauh,


menjadi gelap jika terkena cahaya.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol 95% P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai titran

3. K2CrO4 (Ditjen POM, 1995)

Nama Resmi : Kalii cromat

Nama Lain : Kalium kromat

RM/BM : K2CrO4 / 194

Rumus struktur : O

K O Cr O K

Pemerian : Hablur kuning

Kelarutan : Sangatmudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Kegunaan : Sebagai indikator

4. NaCl (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM

Nama Lain : Natrium klorida

RM/BM : NaCl / 58,44

Pemerian : Hablur putih, berbentuk kubus atau berbentuk prisma, tidak


berbau, rasa asin, mantap diudara.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai sampel

1. Efedrin HCl (Ditjen POM, 1995)

Nama Resmi : EPHEDRINI HYDROCLORIDUM

Nama lain : Efedrin Hidroklorida

RM /BM : C10H15NO.HCl / 201,70

Pemerian : Serbuk atau hablus halus, putih, tidak berbau.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam etanol, tidak larut dalam eter.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya.

Kegunaan : Sebagai sampel.

1. C. Prosedur Kerja ( Anonim,2012)

Penentuan Kadar Efedrin-HCl

Timbang saksama 250 mg zat uji, kemudian dilarutkan dalam erlenmeyer dengan 10 ml
air suling, tambahkan indikator K2CrO4 5% 3 tetes dan titrasi dengan larutan baku AgNo3 0,1 N
sampai terbentuk endapan kemerah-merahan.

Tiap ml AgNO3 0,1 N setara dengan 20,15 mg Efedrin-HCl.

Penentuan Kadar NaCl


Timbang saksama 250 mg zat uji, kemudian dilarutkan dalam erlenmeyer dengan 10 ml
air suling, tambahkan indikator K2CrO4 5% 3 tetes dan titrasi dengan larutan baku AgNo3 0,1 N
sampai terbentuk endapan kemerah-merahan.

Tiap ml AgNO3 0,1 N setara 5,844 mg NaCl

BAB III

KAJIAN PRAKTIKUM

1. A. Alat Yang Dipakai

Alat yang dipakai dalam percobaan ini yaitu buret, erlenmeyer, statif, pipet tetes,
corong, dan gelas kimia.

1. A. Bahan Yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Aquadest, Efedrin HCl, Natrium
klorida, Kalium kromat (K2CrO4), Perak Nitrat (AgNO3) 0,052 N, dan tissue.

1. B. Cara Kerja

Ditimbang saksama 50 mg Efedrin HCl, kemudian dilarutkan dalam erlenmeyer dengan


10 ml air suling, ditambahkan indikator K2CrO4 3-5 tetes dan dititrasi dengan larutan baku
AgNo3 0,1 N sampai terbentuk endapan kemerah-merahan.

Ditimbang saksama 50 mg NaCl, kemudian dilarutkan dalam erlenmeyer dengan 10 ml


air suling, ditambahkan indikator K2CrO4 3-5 tetes dan dititrasi dengan larutan baku AgNo3 0,1 N
sampai terbentuk endapan kemerah-merahan.

BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM

1. A. Hasil Praktikum

1. Tabel Pengamatan

Penetapan kadar Efedrin HCl

Berat sampel V titran % kadar

Kel. I 50,9 mg 5,5 mL 113,33 %

Kel III 51,3 mg 6,8 mL 139,03 %

Rata- rata 126,18 %

Penetapan kadar NaCl

Berat sampel V titran % kadar

Kel. II 50,1 mg 5,1 mL 30,93 %

Kel IV 50,1 mg 7,7 mL 46,7 %

Rata-rata 38,815 %
1. Reaksi

Penetapan kadar Efedrin HCl

1) CHCH-CH3 . HCl + AgNO3

OH NH-CH3

CHCH-CH3 + HNO3 + AgCl

OH NH-CH3

2) AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3

Penetapan kadar NaCl

1) NaCl + AgNO3 NaNO3 + AgCl

2) AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3

3. Perhitungan

Penetapan kadar Efedrin HCl

Kelompok I

%=

%=

%=

% = 113,33 %

Kelompok III

%=

%=

%=

% = 139,03 %
Penentuan kadar rata-rata Efedrin HCl

% Kadar rata-rata Efedrin HCl =

= 126,18 %

Penetapan kadar NaCl

Kelompok II

%=

%=

%=

% = 30,93 %

Kelompok IV

%=

%=

%=

% = 46,7 %

Penentuan kadar rata-rata NaCl

% Kadar rata-rata NaCl =

= 38,815 %

1. B. Pembahasan

Argentometri merupakan metode titrasi pengendapan yang menggunakan perak nitrat


sebagai titran dan akan menghasilkan garam perak yang sukar larut. Titrasi argentometri pada
percobaan ini menggunakan metode Mohr yaitu suatu titrasi ion-ion halogen yang dititrasi oleh
perak nitrat yang menghasilkan garam perak dengan indikator K2CrO4 dalam suasana netral atau
basa lemah.

Pada percobaan penentuan kadar efedrin HCl didapat hasil volume titrasi akhir pada
kelompok I yaitu 5,5 ml. Sedangkan hasil volume titrasi pada kelompok III yaitu 6,8 mL. dari
perhitungan % kadar efedrin HCl diperoleh hasil untuk kelompok 1 yaitu 113,33%, sedangkan %
kadar efedrin HCl untuk kelompok III adalah 139,03%. Setelah dirata-ratakan diproleh % kadar
rata-rata efedrin HCl yaitu 126,18%. Hal ini tidak sesuai dengan batas kadar efedrin HCl yang
tertulis dalam Ditjen POM 1995 bahwa kadar efedrin HCl tidak kurang dari 98,0% dan tidak
lebih dari 100,5%.

Pada percobaan penentuan kadar NaCl didapat hasil volume titrasi akhir pada kelompok
II yaitu 5,1 ml. Sedangkan hasil volume titrasi pada kelompok IV yaitu 7,7 mL. dari perhitungan
% kadar NaCl diperoleh hasil untuk kelompok I yaitu 30,93%, sedangkan % kadar NaCl untuk
kelompok IV adalah 46,7%. Setelah dirata-ratakan diperoleh % kadar rata-rata yaitu 38,815%.
Hal ini tidak sesuai dengan batas kadar NaCl yang tertulis dalam Ditjen POM 1995 bahwa kadar
NaCl tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101,0%.

Faktor kesalahan pada praktikum ini adalah kurang teliti dalam melaukan titrasi
akibatnya titik akhir titrasi tidak sesuai yang diinginkan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Kadar Efedrin HCl adalah 125,18 %

2. Kadar NaCl adalah 38,815 %

B. Saran

Sebaiknya tempat pencucian alat diperbaiki agar kita mudah membersihkan alat dan
praktikum bisa berlangsung dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim .2012. Penuntun dan Laporan Kimia Analisisk. Laboraturium Kimia Farmasi
Universitas Muslim Indonesia: Makassar.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia :
Jakarta.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia :
Jakarta.
Gandjar, G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar. Yogyakarta.

S Susanti, 2003. Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif. Fakultas Farmasi Universitas Muslim
Indonesia. Makassar

Underwood A.L. 2004. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Erlangga : Jakarta.

http://arullatif.wordpress.com/2012/05/25/laporan-argentometri/

Landasan Teori Titrasi Argentometri Kimia Analis

Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang

melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant
dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian
keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit,
tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah
diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan
reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini
biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa
ion halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standart perak nitrat
AgNO3. Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion
halide akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol),
asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat
AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut
antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit
membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.

Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) -> AgCl(s) + NaNO3(aq)

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna
coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa
dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan
teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat dibedakan atas
Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain menggunakan jenis
indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk
menentukan titik ekuivalen.
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari
reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan
menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi
sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan
rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak
sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa
kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat.

http://landasanteori.blogspot.com/2012/03/landasan-teori-titrasi-argentometri.html

Titrasi Argentometri
Kata Kunci: senyawa halida, teknik volhard, titrasi argentometri

Ditulis oleh Zulfikar pada 29-12-2010

Titrasi argentometri merupakan teknik khusus yang digunakan untuk menetapakan perak dan
senyawa halida. Penetapan kadar zat analit didasari oleh pembentukan endapan. Empat teknik
argentometri telah dikembangkan yaitu metode Mohr, Volhard, Fajans dan Liebig.

Mohr mengembangkan titrasi argentometri untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam
suasana netral. Larutan standar yang dipergunakan adalah perak nitrat, dengan indikator kalium
kromat. Pada penambahan perak nitrat akan terbentuk endapan berwarna putih sampai mencapai
titik ekivalen, penambahan sedikit saja perak nitrat akan menyebabkan terjadi endapan merah
yang berasal dari perak kromat. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh klorida atau bromida
sudah bereaksi.
Teknik Volhard, dikembangkan untuk menetapkan kadar perak, sedangkan Fajans dan Liebig
kedua-duanya mengembangkan teknik penetapan titik ekivalensi titrasi. Fajans mnegembangkan
indikator adsorbsi, dimana warna teradsorpsi pada permukaan endapan sehinga terjadi perubahan
warna pada endapan sebagai titik akhir titrasi. Sedangkan Liebig terbentuknya larutan yang
kurah karena adanya senyawa kompleks sianida.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-
analisis/titrasi-argentometri/

Rabu, 19 Desember 2012


Titrasi Argentometri Metode Volhard

Lagaida A. Ratri No comments

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Titrasi argentometri dengan cara Volhard didasarkan atas pengendapan perak


tiosianat dalam larutan asam nitrat dengan menggunakan ion besi (III) untuk
mengetahui adanya ion tiosianat berlebih. Cara ini digunakan untuk titrasi langsung
atau tidak langsung. Cara titrasi langsung digunakan untuk menentukan kadar
perak dan cara titrasi tidak langsung digunakan untuk menentukan kadar klorida.

Cuplikan yang mengandung klorida direaksikan dengan perak nitrat berlebih,


selanjutnya kelebihan perak nitrat dititrasi dengan larutan tiosianat standar yang
diketahui konsentrasinya. Titik akhir titrasi dapat diketahui dengan terbentuknya
warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat.

Metode Volhard pertama kali diperkenalkan oleh Jacobus Volhard, ahli kimia dari
Jerman pada tahun 1874. Dengan metode ini, larutan standar AgNO3 berlebih
ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion halogen (misalnya Cl-).
Kelebihan ion Ag+ dalam suasana asam dititrasi dengan standar garam tiosianat
(KSCN atau NH4SCN) menggunakan indikator larutan Fe3+. Sampai titik ekivalen,
terjadi reaksi antara titran dan Ag+ membentuk endapan putih. Kelebihan titran
menyebabkan reaksi dengan indikator membentuk senyawa kompleks tiosianato
ferrat (III) yang berwarna merah.
Dalam proses titrasi ini terjadi pengendapan bertingkat, yaitu pengendapan ion
halida atau Cl- menjadi AgCl dan pengendapan garam AgSCN. Kedua garam
tersebut dalam sistem larutan ada dalam kesetimbangan sehingga persamaan
berikut dipenuhi.

http://hellomyinterest.blogspot.com/2012/12/titrasi-argentometri-metode-
volhard.html

Home

kimia dasar

kimia analisis

Instrumen

senyawa obat

Kontak

Subscribe

Titrasi Pengendapan
in kimia analisis, titrasi / by S Hamdani /

sesuai dengan judulnya, jenis titrasi ini prinsipnya adalah dengan pembentukan endapan

Pengendapan yang terjadi adalah antara titran (yang diburet) dengan analit ( yang di
Erlenmeyer), bila dilakukan dengan metoda langsung. Jenis titrasi pengendapan ada tiga, yaitu :

1. Titrasi Argentometri

2. Titrasi Merkurimetri

3. Titrasi metoda Kolhof

Dua yang terakhir tidak popular, bahkan mungkin saat ini sudah tidak ada lagi yang
menggunakan, karena itu mari kita bahas Argentometri saja.

Dari namanya jelas bahwa titirasi ini adalah pengukuran dengan menggunakan perak
(argentum), dalam hal ini perak yang dipakai adalah AgNO3 karena hanya garam perak ini yang
dapat larut dalam air.
Senyawa yang ditetapkan dengan metoda ini tentunya adalah senyawa yang dapat mengendap
dengan Ag, dalam bentuk endapan yang stabil dan harga Ksp yang besar. Senyawa tersebut
adalah halogen (Cl, Br, I) dan beberapa senyawa pseudo halogen (senyawa yang sifatnya mirip
halogen) seperti : SCN dan juga dapat digunakan untuk menentukan merkaptan (thioalkohol),
asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-.

Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran
dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion
Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut
AgCl.

Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq)
AgCl(s) + NaNO3(aq)

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan
indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan indicator ini
ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat
diamati. Indikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indikator adsorbsi.

Sebenernya Ag akan membentuk endapan dengan kromat membentuk Ag 2CrO4 tapi karena
endapan ini tidak lebih stabil dibanding endapan Ag-halogen, maka bila dalam Erlenmeyer masih
terdapat halogen maka perak yang masuk akan bereaksi lebih dulu dengan halogen, atau
kalaupun terbentuk endapan Ag2CrO4 lebih dulu, masih dapat dipecah bila ada halogen. Dari
kondisi ini bisa dikatakan bahwa titrasi argentometri termasuk jenis titrasi kompetisi (saingan)
antara Ag2CrO4 dengan Ag-halogen.

Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu metode Mohr, metode Volhard, metode K.
Fajans, dan metode Leibig.

1. Metode Mohr

Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam
suasana netraldengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium
kromat sebagai indikator.

2. Metode Volhard

Metoda Volhard dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromida, dan
iodida dalam suasana asam. Caranya dengan menambahkan larutan baku perak nitrat
berlebihan, kemudian kelebihan larutan baku perak nitrat dititrasi kembali dengan
larutan baku tiosianat. Ya ini adalah jenis titrasi balik.
3. Pada metoda ini digunakan indikator adsorpsi, yang mana pada titik
ekivalen, indikator teradsorpsi oleh endapan. Indikator ini tidak
memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan
endapan.

4. Metode Leibig

Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator, akan tetapi
ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan
kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojogan
akan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut.

http://catatankimia.com/catatan/titrasi-pengendapan.html

Rabu, 19 Desember 2012


Titrasi Argentometri Metode Fajans

Lagaida A. Ratri No comments

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah
dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar
suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya.

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu
larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan
ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator
dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur
volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.

Metode Fajans menggunakan indikator senyawa organik yang dapat diserap pada
permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung.
Indikator yang biasa digunakan yaitu indikator adsorbs diiododimetilfluoresen dan
fluoresen AgNO3 juga distandarisasi dengan NaCl dengan menggunakan indikator
fluorescein. Metode ini disebut dengan metode Fajans. Metode ini menggunakan
adsorbsi yaitu merupakan zat yang dapat diserap pada permukaan endapan
sehingga dapat menimbulkan warna. Metode Fajans dapat digunakan untuk
menetapkan kadar halida dengan menggunakan indikator adsorbs. Jika AgNO3
ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor (ditambahkan indikator
fluorescein), titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi
merah jingga dengan endapan berwarna merah muda. Pada saat itulah tercapai titik
ekivalen. Reaksi yang terjadi adalah :

Endapan berwarna merah muda dengan endapan berwarna orange disebabkan


karena pengaruh warna fluorescein dan adanya adsorbs indikator pada endapan
AgCl. Wana zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorbs pada permukaan.

(Sumber: Day A.R dan Underwood, A.L, 1990, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga,
Jakarta)

http://hellomyinterest.blogspot.com/2012/12/titrasi-argentometri-metode-
fajans.html

Rabu, 19 Desember 2012


Titrasi Argentometri Metode Mohr

Lagaida A. Ratri No comments

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi
dengan larutan standar perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan terbentuk
selama proses titrasi berlangsung dan digunakan indikator larutan kalium kromat
encer. Setelah semua ion klorida mengendap, maka kelebihan ion Ag+ pada saat
titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan indikator membentuk endapan coklat
kemerahan Ag2CrO4. Prosedur ini disebut sebagai titrasi argentometri dengan
metode Mohr. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi dengan metode Mohr adalah
titrasi dilakukan dengan kondisi larutan berada pada pH dengan kisaran 6,5-10. Hal
ini karena ion kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat. Jadi, jika pH dibawah
6,5 maka ion kromat akan terprotonasi sehingga asam kromat akan mendominasi di
dalam larutan. Akibatnya dalam larutan yang bersifat sagat asam, konsentrasi ion
kromat akan terlalu kecil untuk memungkinkan terjadinya endapan Ag2CrO4
sehingga hal ini akan berakibat pada sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi. Pada
pH diatas 10 maka endapan AgOH yang berwarna kecoklatan akan terbentuk
sehingga hal ini akan menghalangi pengamatan titik akhir titrasi. Analit yang
bersifat asam dapat ditambahkan kalsium karbonat agar pH-nya berada pada
kisaran pH tersbut atau dapat juga dilakukan dengan menjenuhkan analit dengan
menggunakan padatan natrium hidrogen karbonat.

(sumber: http://kimiaanalisa.web.id/argentometri-metode-mohr)

http://hellomyinterest.blogspot.com/2012/12/titrasi-argentometri-metode-mohr.html

Você também pode gostar