Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
K1A2 10 082
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU ANASTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
1
STRATEGI KOAGULOPATI DAN TRANSFUSI PADA TRAUMA
I. Pendahuluan
sendiri, hampir satu juta orang setiap tahun meninggal akibat trauma. Terlepas
dari cedera kepala, penyebab kematian yang paling sering dalam periode pasca
trauma akut adalah perdarahan yang tidak terkontrol. Dari pasien yang
meninggal pada fase akut setelah trauma, 30 sampai 40% berdarah sampai mati
1
. Luka trauma adalah penyebab umum dari koagulopati, terutama karena
koagulopati secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan cedera trauma
otak, terutama mereka dengan trauma tembus dibandingkan dengan cedera pada
2
batang dan limbic otak . Faktor yang berkontribusi untuk terjadinya
transfusi masif serta cedera jaringan besar. Cedera kepala berat adalah salah satu
trauma yaitu pemberian plasma secara cepat. Tujuan pemberian plasma adalah
2
II. Fisiologi Darah
sebagai transport dari tubuh yaitu menghantarkan bahan kimia, oksigen, dan
dalam tubuh berkisar 8% dari berat badan, rata-rata mendekati 5-6 liter. Darah
terdiri dari 2 komponen yaitu komponen padat yang terdiri dari sel darah (sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), sel pembekuan darah
(trombosit)) dan komponen cair yaitu plasma darah. Bagian atas adalah plasma
yang merupakan komponen cair darah (55%), warna kuning dan mengandung
makanan dan antibody. Bagian bawah merupakan zat padat, warnanya merah tua
darah, terdiri dari sel-sel eritrosit, leukosit, dan trombosit. Jadi, darah terdiri dari
3
Gambar 1. Komponen darah
1. Sebagai organ transportasi, khususnya O2, yang dibawa dari paru-paru dan
pertukaran O2 dan CO2 ini dilakukan oleh hemoglobin (Hb), yang terkandung
dalam sel darah merah. Protein plasma ikut berfungsi sebagai sarana
invasi berbagai jenis mikroba patogen dan antigen asing. Tranfusi darah
4
adalah salah satu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam
dilakukan oleh leukosit (granulosit dan limfosit) serta protein plasma khusus
(immunoglobulin).
sehingga darah tetap berada di dalam pembuluh darah dan mengalir pada
pembuluh darah normal yang utuh dan perdarahan hanya terjadi di daerah
kompleks, seimbang dan baik antara pembuluh darah, platelet, protein koagulasi
plasma, inhibitor koagulasi dan sistem fibrinolisis. Saat pembuluh darah cedera
akibat trauma, plak hemostasis terbentuk dalam beberapa menit. Proses ini
5
pembuluh darah, sedangkan kontraksi mikrosirkulasi terjadi akibat lepasnya
substansi vasokonstriktif 2.
sel endotel adalah thrombomodulin dan molekul mirip heparin, yang berfungsi
proteksi terhadap aksi trombin yang tidak terdeteksi 2. Koagulasi adalah proses
fisiologis yang kompleks dan melibatkan berbagai protein dan komponen darah
lainnya dalam serial reaksi yang bertujuan untuk membentuk fibrin dan agregasi
kolagen, faktor Von Willebrand dan faktor jaringan dari sel endotel yang rusak.
Spasme vaskular membantu migrasi platelet dari lumen pembuluh darah menuju
dinding pembuluh darah yang cedera. Agregasi platelet pada tempat cedera
hemostasis 4.
aktifnya faktor VII yang pada gilirannya akan mengaktifkan faktor IX. Kaskade
berlanjut dengan aktifnya faktor VIII dan X yang akhirnya mengawali konversi
menghasilkan matriks kuat yang menyelubungi plak platelet. Bekuan darah ini
6
menjadi stabil ketika fibrin berhubungan dengan faktor XIIIa. Pada kondisi
umpan balik negatif ini dapat terganggu akibat trauma yang selanjutnya
mengeksaserbasi koagulopati 4.
Transfusi darah adalah transfer darah atau komponen darah dari donor ke
resipien. Darah dikumpulkan dari donor yang telah sebelumnya disaring untuk
unit darah mungkin dimiliki oleh donor. Di Inggris, hingga 450 mL darah diambil
maksimal tiga kali setahun. Setiap unit diuji untuk bukti infeksi hepatitis B,
7
Berdasarkan asal darah yang diberikan transfuse dikenal dengan homologous
transfuse (berasal dari orang lain) dan autologous (berasal dari darah sendiri) 11, 12 .
3. Pasien anemia akut dengan Ht < 21% membutuhkan transfusi darah segera
4. Pasien anemia kronis yang tidak dapat menoleransi kadar Hb < 7 g/dL
5. Pada orang tua, pasien dengan kelainan paru, atau kelainan jantung, digunakan
6. Pada bedah mayor dengan kehilangan darah > 20% dari volume total
8
Faktor Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Kehilangan 750 750-1500 1500-2000 2000 atau lebih
darah (mL)
Kehilangan 15 15-30 30-40 40 atau lebih
darah (%)
Denyut nadi 100 100 120 140 atau lebih
Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun
Tekanan nadi Normal atau Menurun Menurun Menurun
meningkat
Capillary refill Normal Positif Positif Positif
test
Laju 14-20 20-30 30-40 35
pernapasan
Keluaran urin 30 20-30 5-10 Sulit dihitung
(mL/jam)
Status mental Cemas (ringan) Cemas (sedang) Cemas, bingung Bingung, letargi
Penggantian Kristaloid Kristaloid Kristaloid+darah Kristaloid+darah
cairan
Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini
adalah larutan air dengan elektrolit dan tidak mengandung molekul besar.
Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan keluar dari intravaskular,
sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume
darah yang hilang. Kristaloid mempunyai waktu paruh intravaskular 11-30 menit.
menit sesudah infus dan akan keluar dalam 24-48 jam sebagai urin. Secara umum
9
kristaloid digunakan untuk meningkatkan volume ekstrasel dengan atau tanpa
tidak menyebabkan reaksi alergi, dan sedikit efek samping. Kelebihan pemberian
cairan kristaloid dapat berlanjut dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian
larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan eksraseluler digunakan sebagai
pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hepatis dan asidosis
laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit
b. Plasma Expander
Cairan koloid ini mempunyai nilai onkotik yang tinggi (dextran, gelatin,
HES) sehingga mempunyai volume effect lebih baik dan tinggal lebih lama di
plasma expander. Dari segi harga juga jauh lebih mahal dibandingkan dengan
Ringer Laktat. Reaksi anafilaktik dapat terjadi pada pemberian dextran atau
gelatin.12
c. Albumin
10
Albumin 5% ataupun Plasma Protein Fraction adalah alternatif yang baik
dari segi volume effect. Tetapi harganya sangat mahal dibandingkan dengan
Larutan ringer laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis adalah
Kemungkinan ini bertambah besar jika fungsi ginjal kurang baik. Pada saat awal,
cairan hangat diberikan dengan tetesan cepat sebagai bolus. Dosis awal adalah 1-2
liter pada dewasa dan 20 ml/kg pada anak, diberikan dalam 30-60 menit pertama.
Jumlah cairan yang diperlukan untuk resusitasi sukar diramalkan pada awal
evaluasi penderita. Perhitungan kasar untuk jumlah total volulme kristaloid yang
secara akut diperlukan adalah mengganti setiap milliliter darah yang hilang
yang hilang ke dalam ruang interstitial dan intraseluler. Ini dikenal sebagai
hukum 3 untuk 1 (3 for 1 rule). Namun lebih penting untuk menilai respon
penderia kepada resusitasi cairan dan bukti perfusi dan oksigenasi end-organ yang
tekanan arteri tidak lebih dari 65 mmHg pada pasien tanpa bukti cedera otak
traumatis. Target tekanan darah yang lebih tinggi membutuhkan volume besar
ditemukan meningkat 40% pada pasien yang menerima 2 liter cairan dan sekitar
70% pada pasien yang menerima 4 liter cairan. Pada pasien dengan cedera otak
traumatis (TBI), tekanan darah sistolik lebih tinggi dari 100 mmHg dianjurkan
11
untuk menjaga tekanan perfusi serebral. Koloid harus digunakan dalam batas yang
ditentukan pada pasien yang hemodinamik tidak stabil sebagai solusi koloid
terutama solusi berbasis pati dapat memicu koagulopati dan gagal ginjal. Saline
Jumlah produksi urin merupakan indicator yang cukup sensitif untuk perfusi
ginjal. Produksi urin yang normal pada umumnya menandakan aliran darah ginjal
yang cukup, bila tidak dimodifikasi dengan pemberian obat diuretik. Sebab itu,
keluaran urin merupakan salah satu pemantau utama resusitasi dan respon
penderita4.
sekitar 0,5 ml/kg/jam pada orang dewasa, 1 ml/kg/jam pada anak dan 2 ml/kg/jam
pada bayi (di bawah umur 1 tahun). Bila kurang atau makin turunnya produksi
urin dengan berat jenis yang naik, maka ini menandakan resusitasi yang tidak
diagnostik.4
Bila telah jelas ada perbaikan hemodinamik (tekanan sistolik 100, nadi
100, perfusi hangat, urin 0,5 ml/kg/jam), infus harus dilambatkan dan biasanya
transfuse tidak diperlukan. Bahaya infus yang cepat adalah oedem paru, terutama
blood loss), jika membaik tetapi Hb < 8 gr, Ht < 25%, beri transfusi darah dan
12
Pada kondisi perdarahan masif, yaitu perdarahan lebih dari 1/3 volume total
darah dalam waktu < 30 menit, dilakukan transfusi darah masif. Batasan transfusi
darah masif masih bervariasi, diantaranya transfusi darah sebanyak > 1-2x lipat
volume darah pasien dalam waktu > 24 jam. Selain itu ada pula yang
mendefinisikannya sebagai transfusi darah > 50% volume darah yang diberikan
dalam waktu singkat.5 Transfusi masif adalah transfusi sejumlah darah yang telah
disimpan, dengan volume darah yang lebih besar daripada volume darah resipien
dalam jangka waktu kurang dari 24 jam. Transfusi ini sering digunakan pada
syok hipovolemik, serta koagulopati. Pemberian darah transfusi pada kasus ini
adalah istilah umum yang mencakup kedua istilah komponen darah dan derivate
plasma 10.
13
Mengandung komponen eritrosit, leukosit, trombosit, dan plasma.
disimpan antara 1-6 0C. menurut masa simpan ada 2 macam darah lengkap
yaitu darah segar yaitu darah yang disimpan dalam 48 jam dan darah baru
yaitu darah yang disimpan dalam 5 hari. Padah darah segar trombosit, factor
plasma dalam waktu yang bersamaan misalnya pada perdarahan aktif dengan
14
Gambar 3. Kantong
whoole blood
hematokritnya 60-70%. Satu kantong PRC (150-300 mL) terdiri dari eritrosit
sebanyak 100-200 mL. Penyimpanan pada suhu 1-6 0C. PRC adalah produk
pilihan untuk kapasitas pembawa oksigen yaitu pasien yang memiliki gejala
anemia yang membutuhkan penambahan sel darah merah saja, misalnya pada
pasien gagal ginjal atau anemia karena keganasan. Pemberian unit ini
disesuaikan dengan kondisi klinis pasien bukan pada nilai Hb atau Ht saja.
singkat. Setiap unit PRC akan menaikkan konsentrasi Hb kira-kira 1g/dL atau
a. Sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit (packed red blood cell
leukocytes reduced)
Setiap unit sel darah merah pekat mengandung 1-3 x 10 9 leukosit. American
15
sel darah merah dengan sedikit leukosit jika mengandung leukosit kurang dari
5 x 106 leukosit/unit. Produk ini dipakai untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah pada pasien yang mendapat/tergantung pada transfuse darah dan pada
mereka yang sering mendapat reaksi transfuse panas yang berulang dan reaksi
b. Sel darah merah pekat cuci (packed red blood cell washed)
Sel darah merah yang dicuci oleh larutan garam isotonik memiliki Ht 70-
80% dengan volume 180 mL. Pencucian dengan salin membuang hampir
konsentrasi leukosit, dan trombosit serta debris untuk (paling mungkin IgE)
mencegah reaksi alergi yang berat atau alergi yang berulang yang dapat
pada transfuse neonatal atau transfuse intrauterine, serta pada pasien paroximal
nocturnal hemoglobinuria.
c. Sel darah merah pekat beku (packed red blood cell frozen, packed red blood
cell deglycerolized)
terhadap darah yang usianya kurang dari 6 hari. Darah ini kemudian dibekukan
pada suhu minus 65 atau 100 0C (tergantung sediaan gliserol) dan dapat
dan pencuciannya ada sel darah merah yang hilangnmaka kandungan sel darah
merah minimal 80% dari jumlah sel darah merah pekat asal, demikian pula Ht
16
kurang lebih 70-80%. Proses pencuciannya dapat menggunakan larutan
kantongnya yang berasal dari 450 mL darah lengkap berisi kira-kira 5,5-1010
kemoterapi, invasi tumor, atau aplasia primer sumsum tulang. Paket ini tidak
boleh diberikan pada pasien dengan destruksi trombosit yang cepat seperti ITP,
TTP, KID dan transfuse biasanya hanya pada perdarahan yang aktif.
Menggigil, panas dan reaksi aergi dapat terjadi pada transusi trombosit.
17
Antipiretik yang dipilih sebaiknya bukan golongan aspirin karena dapat
5-7 unit pada orang deasa. 1 kantong trombosit pekat yang berasal dari 450 ml
4. Granulosit
18
granulosit memiliki masa hidup yang pendek pada sirkulasi resipien. Meskipun
darah putih fagosit) dapat diindikasikan pada pasien dengan jaringan lunak
yang mengancam jiwa atau infeksi organ dengan bakteri atau jamur dan jumlah
Ada dua komponen yang kaya granulosit utama yang tersedia yaitu mantel
buffy yang berasal dari donor darah utuh dan granulosit dikumpulkan oleh
apheresis dari donor individu. Karena mencemari sel darah merah, komponen
granulosit harus ABO dan RhD kompatibel serta telah di crossmatched dengan
Plasma adalah kompartemen cairan darah dan terdiri dari 90% air, 7%
19
koagulopati, dan pengobatan terapi warfarin. Setiap unit FFP menaikkan setiap
faktor pembekuan sebanyak 2-3% pada pasien dewasa. Dosis FFP biasanya 10-
faktor pembekuan darah dapat disimpan hingga 36 bulan pada -25C atau di
waterbath. Unit yang dicairkan dari FFP dapat disimpan sampai 24 jam pada
sehat normal dan variabilitas ini tercermin dalam konsentrasi yang ditemukan
tersedia. Dosis yang dianjurkan minimal empat unit dalam 70 kg dewasa dan
pemantauan koagulasi parameter. FFP dianjurkan bila PT atau APTT adalah 1,5
kali nilai normal. Namun dosis yang jauh lebih besar mungkin diperlukan
20
6. Cryoprecipitate
kaya fibrinogen, faktor VIII dan faktor von Willebrand. Dikembangkan sebagai
volume terkonsentrasi tinggi sehingga lebih rendah untuk infus dan sumber
fibrinogen dari FFP. Ini tersedia dari layanan darah sebagai paket donor-
tunggal. Direkomendasikan dosis terapi dewasa adalah lima kantong unit (atau
satu unit per 5-10 kg berat badan), yang biasanya akan menaikkan fibrinogen
21
Gambar 8. Kantong cryoprecipitate
Konsentrat factor VIII dengan kemurnian menengah memiliki 1-10% dari total
protein terdiri dari fibrinogen dan beberapa protein lainnya. Konsentrat F VIII
dengan defisiensi F VIII sedang sampai berat atau pasien dengan inhibitor F
VIII titer rendah yang kadarnya tidak lebih 5-10 bethesda units/ml.
8. Konsentrat factor IX
Kompleks F IX merupakan sediaan yang mengandung selain F IX juga
sejumlah F II, VII, X dan beberapa protein. Kira-kira 20-30% dari produk ini
yang diberikan tergantung gejala klinis dan kebutuhan pasien. Setiap unit F IX
22
9. Albumin dan fraksi protein plasma
Albumin adalah derivate plasma yang diperoleh dari darah lengkap atau
plasmaferesis, terdiri dari 96% albumin dan 4% globulin dan beberapa protein
lain. Fraksi protein plasma adalah produk yang sama dengan albumin hanya
fraksinasi. Fraksi protein plasma ini mengandung 83% albumin dan 17%
globulin. Albumin yang tersedia adalah larutan 25% dan 5%, sementara fraksi
protein plasma yang tersedia adalah larutan 5%. Tiap sediaan mengandung
natrium 145 mmol/L. larutan albumin 5%, osmotic dan onkotiknya sama
dengan plasma sedangkan larutan albumin 25% osmotic dan onkotiknya 5 kali
meningkatkan protein plasma. Albumin 25% tidak boleh diberikan pada pasien
dehidrasi dan hanya dapat diencerkan dengan salin normal dan dextrose 5%.
Dosis 500 ml (10-20 mL/kg pada anak-anak) diberikan secara cepat untuk
mengatasi syok. Pada pasien luka bakar dosis albumin atau fraksi protein
pemberiannya dibutuhkan waktu 4-7 hari untuk mencapai kadar puncak dalam
plasma., dosis maksimum yang dapat diberikan dibatasi oleh massa otot dan
23
pada pemberiannya menyebabkan nyeri. Sediaan ini diberikan hanya untuk
kurang lebih 16,5 g/dL. Sediaan IV meminimalisasi dari sediaan IM, produk ini
dapat mencapai puncak plasma begitu diinfuskan. Waktu paruh dari IMIG dan
pasif pada orang yang rentan terhadap penyakit-penyakit tertentu dan sebagai
pasien dengan kelainan autoimun misalnya ITP akut dan kronik pada anak-
anak dan dewasa. Dapat pula digunakan pada trombositopenia pada HIV,
purpura pasca transfuse dan Sindrom Guillan Bare. Juga dapat mengobati
infeksi serta profilaksis GVHD pada pasien penerima cangkok sumsum tulang.
agregat Ig yang dapat mengaktifkan system komplemen serta kinin yang dapat
sediaan yang digunakan (IM, IV). ITP dan penyakit autoimun lainnya (IV 400
mg/kg/hr selama 2-5 hari atau 0,8-1,0 g/kg/hr selama 1-2 hr), defisiensi Ig
24
hepatitis A (IM 0,02-0,04 mL/kg), hepatitis B ( 0,06 mL/kg IM diulang 1
terdapat 2 sediaan IM dan IV. Sediaan IV dosis 120 ug dan 300 ug telah
disetujui oleh FDA untuk supresi imun terhadap antigen D dan untuk
pengobatan ITP. Sediaan IM yang tersedia adalah dosis 300 ug dan 50 ug.
Dosis 300 ug RhIG baik IV maupun IM akan melindungi efek imun lebih dari
15 ml darah dengan D positif. Semua sediaan ini aman dari transmisi penyakit
infeksi dan virus dan diapakai untuk mencegah terjadinya penyakit hemolitik
12 minggu kehamilan, dosis penuh IM RhIG dapat diberikan. Dosis penuh juga
diberi 300 ug RhIG secara IM atau 120 ug secara IV. Pemberian hendaknya
Ada 4 faktor utama penyebab terjadinya gangguan koagulasi pada trauma, (1)
hipotermia/asidosis, (2) faktor dilusi, (3) trauma berat, (4) syok hemoragik.
25
Kurang dari 9% pasien trauma datang dengan hipotermia. Suhu inti tubuh di
Hipotermia yang terjadi di rumah sakit dapat menggangu proses koagulasi. Baju
yang dilepas saat pemeriksaan, relaksasi otot, cairan infus dingin saat resusitasi
hipotermia secara radiasi karena perbedaan suhu tubuh dengan suhu lingkungan.
pembentukan platelet oleh hepar, mengubah fungsi dan morfologi platelet, dan
mengurangi enzim kinetik fibrin. Efek klinisnya bekuan darah terbentuk dengan
lambat dan rapuh sehingga tidak adekuat saat mengambat perdarahan 4. Asidosis
Traumatic Life Support (ATLS) saat ini adalah dengan pemberian cairan
kristaloid sebanyak 2 L untuk resusitasi segera dan transfusi Packed Red Cell
(PRC) untuk mengatasi perdarahan lebih dari 100 ml/menit. Tapi ATLS tidak
26
seperti fresh frozen plasma (FFP), kriopresipitat dan platelet. Pemberian
belum jelas, perdarahan dalam jumlah besar akan menstimulasi APC dan
otak traumati (COT) memiliki risiko terjadinya abnormalitas baik koagulasi dan
fibrinolisis. Sifat abnormal koagulasi berbeda antara pasien dengan cedera otak
tunggal dan pasien dengan banyak cedera. Ada bukti yang menyatakan luasnya
pasca COT dibanding syok traumatik atau hipoksia 5. Cedera otak traumatik
Pada manusia, otak merupakan organ yang kaya faktor jaringan. Penyelidikan
aktifitas yang tinggi faktor jaringan di otak dan aktifitas fibrinolisis di bagian
otak yang kaya pembuluh darah seperti pleksus koroideus dan meningen. Lokasi
faktor jaringan di otak adalah pada substansia grisea. Sumber utama penghasil
27
di bagian otak yang kaya kapiler dan menandai adanya aktifitas fibrinolisis di
otak 6.
koagulasi Va dan VIIIa. Secara simultan, tPA endotel dilepas untuk mengawali
memperburuk luaran 7.
yang terdapat pada sel endotel, platelet dan leukosit dan diperlukan untuk
28
dan pelepasan faktor jaringan dapat mengaktifkan sistem koagulasi secara
berlebihan pada pasien cedera otak. Aktifitas ini dikatakan tergantung pada
jumlah faktor jaringan yang dilepaskan oleh bagian otak yang rusak 5. Paparan
dini faktor jaringan terhadap faktor VII dan VIIa menghasilkan FVIIa/kompleks
faktor jaringan. Bentuk kompleks ini menghasilkan sejumlah kecil faktor Xa dan
faktor V dan VIII, yang selanjutnya akan membentuk permukaan yang cocok
koagulasi secara independen oleh faktor jaringan yang awalnya disebut jalur
Meski hal ini sering sekali tidak mencukupi akibat lepasnya faktor jaringan
menjadi tidak efektif. Hal ini menyebabkan terjadinya nekrosis dan perdarahan
di banyak organ hingga terjadi kegagalan multi organ (MOF)5 . Baru-baru ini,
29
peningkatan penanda fibrin, memanjangnya PT dan kadar fibrinogen 5. Cedera
jaringan otak. Akut subdural dan epidural hematom merupakan akibat adanya
terjadi iskemik fokal dan kerusakan otak. Turunnya PT, fibrinogen dan aktifitas
umum yang terjadi pasca COT dan berkorelasi dengan terapi dan prognosis.
Penurunan antitrombin III (ATIII) dan alfa 2 antiplasmin (alfa2 AP) dan
antitrombin III (TAT) dan protrombin F1+2 telah ditandai pada COT 6.
dengan subdural hematom akut dan kontusio parenkim otak. Kerja aktif
hemostasis lebih dominan pada pembuluh darah otak dibanding pembuluh darah
otak manusia yang mengalami kontusio dan kontusia otak pada tikus dan babi.
dan lebih sering ditemukan pada wanita. Anak-anak dengan GCS <14 pasca
COT berisiko tinggi terkena koagulopati, dan risiko ini bahkan semakin
bahwa kadar fibrin degradation product (FDP) berkorelasi positif dengan derajat
kerusakan otak 5.
30
Parameter laboratorium yang digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan
(PT), the international normalized ratio (INR) pada PT, kadar fibrinogen, dan
hitung platelet. Perubahan ringan pada aPTT (>34 detik) dan hitung platelet
dilaporkan nilai aPTT dan PT antara 3460 detik dan 1318 detik dengan INR
secara cepat. Tujuan pemberian plasma adalah untuk menormalkan PT dan INR.
Kebutuhan akan jumlah plasma yang diberikan untuk memulihkan pasien dengan
bekuan darah), karena itu dianjurkan pemberian plasma segera bahkan sebelum
ada hasil pemeriksaan nilai PT atau INR. Pemberian plasma dapat memakan
lipat dari kematian 8. Pedoman manajemen Australia dan New Selandia pasien
trombosit harus dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi dalam kasus
31
traumatik cedera otak, yaitu, 100.109/L. Fibrinogen adalah senyawa wajib dalam
fibrinogen plasma kurang dari 1,5 ke 2,0 g / L. Namun, penggunaan FFP gagal
tingkat plasma 0,4/gL. Lebih dari 30 mL/kg dari FPP harus diperlukan untuk
dari 10 menit, kemudian infus 1 g lebih dari 8 jam) pada pasien dengan syok
dimasukkan dalam manajemen saat pasien dengan trauma syok hemoragik. Efek
dekat pembuluh darah yang cedera sebaik faktor X pada kondisi tidak adanya
32
mempercepat waktu intervensi pembedahan, dan menurunkan angka masuk ke
X. Kesimpulan
Gangguan koagulasi pasca trauma sering terjadi dan dikaitkan dengan luaran
yang buruk. Gangguan koagulasi yang terjadi dapat berupa hiperkoagulasi atau
koagulasi adalah nilai aPTT, PT, INR, hitung platelet. Risiko kematian pasien
trauma dengan koagulopati sekitar 10 kali lebih tinggi dari pasien trauma tanpa
koagulopati.
secara efektif dan mengurangi jumlah transfuse sel darah merah yang dibutuhkan,
dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada pasien trauma, tetapi
DAFTAR PUSTAKA
Injury Incidence, Risk Stratification, and Treatment Options. Dtsch Arztebl Int
33
2. ,Traumatic Brain Injury-Associated Coagulopathy. J Neurotrauma. 2012 Nov
studies in patients with orthopedic trauma. J Emerg Trauma Shock. 2010 Jan-
disorders after traumatic brain injury. Acta Neurochirurgica (Wien). 2008; 150:
16575.
6. Antovic J, Bakic M, Ignjatovic G, Milenkovich Z, Djuric S, Tasic J, et al.
Acute and delayed mild coagulopathy are related to outcome in patients with
literature, supported by weak evidence. Blood Transfus 2016; 14: 3-7 DOI
10.2450/2015.0244-15
9. Syaifuddin. Sistem Darah Unit 7 Dalam: Anatomi Fisiologi: Kurikulum
Hal. 290-311.
10. Welsby IJ, Halthaway JA. Blood and Component Therapy. Dalam: Brown
11. Williamns N, Bulstrode Cjk, Oconnell Pr. Bailey & Loves Short Practice
34
12. Sudarmanto B, Mudrik T, Sumantri. Transfusi Darah dan Transplantasi.
14. Gaol HL, Tanto C, Pryambodho. Transfusi Darah dalam Kapita Selekta
AW, Simadibrata MK, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Edisi VI. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam;
35