Você está na página 1de 34

MAKALAH FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

ANALGESIK DAN ANTIPIRETIK

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Muaadzatul izzah sudarman ( G 701 15 024 )
Hidayat laeto ( G 701 15 061 )
Amalia larasati ( G 701 15 096 )
Cindyah anastasya clarita ( G 701 15 131 )
Sahra sari ( G 701 15 182 )
Nurzamza ( G 701 15 236 )

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Analgesik dan antipiretik ini dengan baik meskipun banya
kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usaha demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa depan yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Obat-obat analgesik antipiretik merupakan suatu kelompok obat yang
heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian
obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek
samping. Protip obat gologan ini adalah aspirin, karena itu obat golongan ini sering
disebut juga sebagai obat mirip aspirin Sifat dasar obat anti inflamasi non-steroid.
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam
arakidonat menjadfi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase
dengan cara yang berbeda. Khusus parasetamol, hambatan biosintesis PG hanya
terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus. Lokasi
inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid yang dihasilkan oleh leukosit. Ini
menjelaskan mengapa efek anti inflamasi parasetamol praktis tidak ada.
Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila
tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun
obat-obatan. Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat
dengan bahan-bahan lain tersebut termasuk obat tradisional dan senyawa kimia lain.
Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika duaatau lebih obat sekaligus dalam
satu periode (polifarmasi ) digunakan bersama-sama. Interaksi obat berarti saling
pengaruh antarobat sehingga terjadi perubahan efek. Di dalam tubuh obat mengalami
berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-
proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan
eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara
bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi
dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang
digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk obat antiradang non-
steroid (NSAID). NSAID seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen bukan saja
melegakan sakit, malah obat ini juga bisa mengurangi demam dan kepanasan.
Analgesik bersifat narkotik seperti opoid dan opidium bisa menekan sistem saraf
utama dan mengubah persepsi terhadap kesakitan (noisepsi). Obat jenis ini lebih
berkesan mengurangi rasa sakit dibandingkan NSAID.
Analgesik seringkali digunakan secara gabungan serentak, misalnya bersama
parasetamol dan kodeinpseudoefedrin untuk obat sinus, atau obat antihistamin untuk
alergi. dijumpai di dalam obat penahan sakit (tanpa resep). Gabungan obat ini juga
turut dijumpai bersama obat pemvasocerut seperti
Analgesikadalahobatyangmengurangiataumelenyapkanrasanyeritanpa
menghilangkankesadaran.Antipiretikadalahobatyangmenurunkansuhutubuhyang
tinggi.Jadianalgesikantipiretikadalahobatyangmengurangirasanyeridanserentak
menurunkansuhutubuhyangtinggi.
Rasanyerihanyamerupakansuatugejala,fungsinyamemberitandatentang
adanyagangguangangguanditubuhsepertiperadangan,infeksikumanataukejang
otot.Rasanyeridisebabkanrangsangmekanisataukimiawi,kalorataulistrik,yang
dapatmenimbulkankerusakanjaringandanmelepaskanzatyangdisebutmediator
nyeri(pengantara).Zatinimerangsangreseptornyeriyangletaknyapadaujung
syarafbebasdikulit,selaputlendirdanjaringanlain.Daritempatinirangang
dialaihkanmelaluisyarafsensoriskesusunansyarafpusat(SSP),melaluisumsum
tulangbelakangketalamus(optikus)kemudiankepusatnyeridalamotakbesar,
dimanarangsangterasasebagainyeri.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah definisi dari analgesik dan antipiretik?
2. Bagaimana cara kerja dari analgesik dan antipiretik?
3. Apa sajakah macam-macam dari analgesik dan antipiretik?
4. Apakah kegunaan dari obat analgesic dan antipiretik?
5. Apa sajakah contoh dari masing-masing obat analgesik dan antipiretik?
6. Apa efek samping dari obat analgesik dan antipiretik?
7. Bagaimana penggunaan obat analgesik dan antipiretik pada ibu hamil?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI ANALGESIKDAN ANTIPIRETIK
2.1.1 Analgesik
Analgesik adalah obat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.
2.1.2 Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi
analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak
menurunkan suhu tubuh yang tinggi.

2.2 CARA KERJA DARI ANALGESIK DAN ANTIPIRETIK


Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa
neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan
blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal"
nyeri,sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang.
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang
adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang
otot. Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang
dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan disebut mediator
nyeri (pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung
syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangang
dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP), melalui sumsum
tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar,
dimana rangsang terasa sebagai nyeri.
2.3 MACAM-MACAM ANALGESIK
2.3.1 Macam-Macam Analgesik
a. Analgesik opioid / analgesik narkotika
Merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau
morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan
rasa nyeri. Tetap semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka
usaha untuk mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan
tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi.
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan
kanker. Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat,
yaitu : obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal, obat
perifer bersama kodein atau tramadol, obat sentral (Opioid) peroral atau rectal, obat
Opioid parenteral. Guna memperkuat analgetik dapat dikombinasikan dengan co-
analgetikum, seperti psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau prednisone).
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat
kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat
meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat
mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan
fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan.
Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, teteapi potensi.
Onzer, dan efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan
mengantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotansi serta depresi pernafasan.
Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai
untuk nyeri walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di Indonesia tersedia
dalam bentuk injeksi dan masih merupakan standar yang digunakan sebagai
pembanding bagi analgetik narkotika lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin
dapat menimbulkan euphoria dan ganguan mental.
Ada 3 golongan obat ini yaitu :
1. Obat yang berasal dari opium-morfin.
2. Senyawa semisintetik morfin, dan
3. Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang samapi sekarang masih


digunakan di Indonesia :
- Morfin HCL,
- Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),
- Fentanil HCL,
- Petinidin, dan
- Tramadol.

b. Analgesik Non Narkotik


Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Obat- obat inidinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem
Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua
analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada
keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan
rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan
vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai
keluarnya banyak keringat.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik hipotalamus atau di tempat
cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan
zat aktif seperti brandikinin, PG, dan histamine. PG dan brankinin menstimulasi
ujung staraf perifer dengan membawa implus nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat
sintesis PG dan brankinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor
nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah
golongan salisilat dan asetaminofen (parasetamol). Aspirin adalah penghambat
sintesis PG paling efektif dari golongan salisilat.
c. Analgesik Antipiretik Non-Narkotika
Analgesik: anti nyeri
Antipiretik: anti demam
Obat non narcotik analgetik antipiretik: obat yang dapat menghilangkan/ mengurangi
rasa nyeri dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, tanpa
mengganggu kesadaran

Cara Kerja
Analgesik:
Central (Thalamus) dengan jalan meningkatkan nilai ambang rasa nyeri
Perifer: merubah interpretasi rasa nyeri
Antipiretik: melalui termostat di hipotalamus mempengaruhi pengeluaran panas
dengan cara: vasodilatasi perifer dan meningkatkan pengeluaran keringat
Anti inflamasi: menghambat sintesa prostaglandin
Prostaglandin menimbulkan eritema, vasodilatasi dan peningkatan aliran darah lokal

Farmakodinamik
Efek analgesik: efektif terhadap nyeri intensitas rendah sampai sedang (sakit kepala,
mialgia, artralgia, nyeri yang berasal dari integumen, nyeri inflamasi)
Efek antipiretik: menurunkan suhu saat demam, (fenil butason dan antirematik tidak
dibenarkan sbg antipiretik)
Efek anti inflamasi: untuk kelainan muskuloskeletal (artritis rematoid, osteoartritis,
spondilitis ankilosa), hanya simptomatis

Efek samping
Induksi tukak lambung, kadang disertai anemia skunder akibat perdarahan saluran
cerna
Gangguan fungsi trombosit gangguan biosintesis tromboksan A2 (TXA2)
perpanjangan waktu perdarahan (efek ini dimanfaatkan untuk profilaksin trombo-
emboli)
Gagal ginjal pada penderita gangguan ginjal gangguan homeostasis ginjal
Reaksi alergi: rinitis vasomotor, edem angioneurotik, urtikaria luas, asma bronkial,
hipotensi sampai syok

Klasifikasi non narkotik Analgesik Antipiretik


1. Salisilat
2. Asam organik
3. Para aminofenol
4. Firazolon
5. Quinolon
6. Non Addicting Opioid

Golongan Salisilat
Merupakan derivat asam salisilat, berasal dari tumbuhan Willow Bark = Salix
alba
Efek farmakologi:
Anti inflamasi menghambat sintesa prostaglandin
Analgesik sentral dan perifer
Antipiretik termostat hipotalamus
SSP respirasi (dosis tinggi depresi pernafasan respirasi alkalosis
metabolik asidosis, behavior, nausea dan vomiting

Efek farmakologi:
Endokrin ACTH , sintesa protrombin , menghambat agregasi trombosit
(blooding time )
Farmakokinetik:
Reabsorbsi di lambung dan usus,
Distribusi ke semua jaringan, dapat menembus plasenta
Ekskresi melalui urine
Penggunaan Klinis:
Sistemik: analgetik, antipiretik, anti inflamasi, anti gout
Lokal: keratolitik, counter iritant
Reaksi merugikan:
Efek samping: iritasi lambung, alergi
Toksisitas: salicylisme, hipertermis, gangguan behavior, respirasi alkalosis

Sediaan:
Acetyl Salicylic Acid (aspirin, acetosal)
Sodium salisilat
Salicylamid
Salicylic acid sebagai topikal
Metil salicylat sebagai topikal
Golongan Asam Organik
Dibanding aspirin, kurang efektif (sebagai antiinflamasi, analgesik),
toksisitasnya lebih kecil
Efek: analgesik, antipiretik, anti inflamasi, iritasi pada lambung, menghambat
sintesa protrombin dan agregasi trombosit

Sediaan:
Mefenamic acid (Ponstan), Indometacin (Indocin), Ibuprofen (Brufen),
Meclofenamat (Meclomen), Fenbufen (Cybufen), Carprofen (Imadil), Diclofenac
(Voltaren), Ketoprofen (Profenid)
Golongan Para Amino Fenol

Indikasi:
Sebagai analgesik dan antipiretik
Jangan digunakan dalam jangka waktu lama nefropati analgesik
Sediaan;
Tablet 500mg
Sirup 120mg/5ml
Dosis:
Dewasa: 300 1g per kali maksimum 4x
Anak: 10 mg/kgBB/kali maksimum 4x

Perbedaan dengan salisilat:


Kurang atau tidak iritasi terhadap gaster
Tidak mempunyai sifat anti inflamasi
Tidak mempunyai efek uricosuric
Reaksi merugikan:
Alergi: eritem, urtikaria, demam, lesi mukosa
Intoksikasi akut: dizzines, excitement, diorientasi, central lobuler necrosis
hepar, renal tubuler necrosis, methaemogloninemia, anemia hemolitik
Reaksi merugikan:
Intoksikasi kronis: hemolitic anemia, methaemoglobinemia, kelainan ginjal
(interatitiel necrosis, papillary necrosis)

Sediaan:
Fenasetin
Asetaminofen (Parasetamol)
Golongan Pirazolon

Efek farmakologi:
Analgesik meningkatkan nilai ambang rasa nyeri
Antipiretik mempengaruhi termostat
Anti inflamasi efeknya lemah
Kurang iritasi lambung kecuali fenilbutazon
Reaksi merugikan:
Agranulositosis, anemia aplastik, trombositopenia, hemolisis, udem, tremor,
mual, muntah, perdarhan lambubg, anuria.
Efek merugikan;
Fenil butazon, Oksifenbutazon: edema (retensio urina), mulut kering, nausea,
vomiting, perdarahan lambung, renal tubuler necrosis, liver necrosis, alergi
(dermatitis exfoliative), agranulositosis
Kontra indikasi: ulcus pepticum, hipertensi, (karena sifat retensi air dan
natrium) dan alergi
Fenilbutazon: digunakan untuk mengobati artritis rematoid
Efek antiinflamasinya sama kuat dengan salisilat, serta punya efek uricosuric
ringan
payah jantungEfek retensi natrium dan klorida menyebabkan edema dan
bertambahnya volume plasma
Diabsorbsi cepat po kadar maksimum 2 jam
Indikasi: pirai akut, artritia rematoid, gangguan sendi (spondilitis ankilosa,
osteoartritis)

Sediaan:
Aminopirin (piramidon) dan Antipirin (fenazon) tidak digunakan lagi
(1977) karena toksik nitrosamin (karsinogenik)
Fenilbutazon (butazolidin) dan Oksifenbutazon karena toksisitasnya
(koma, trismus, kejang, syok, asidosis metabolik, depresi sumsum tulang, proteinuria,
hematuria, oliguria, gagal ginjal, ikterus) digunakan jika obat lain yang lebih aman
tidak ada
Dipiron (antalgin/novalgin): Tablet 500 mg dan larutan suntik 500 mg/ml
Dipiron: hanya digunakan sebagai analgesik antipiretik, antiinflamasinya
lemah
Keamanan diragunakan, sebaiknya digunakan secara suntikan
Efek samping dan intoksikasi:
Agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia (perhatikan penggunaan
jangka panjang)
Hemolisis, udem, tremor, mual, muntah, perdarahan lambung dan anuria

AINS lainnya
Asam mefenamat dan Meklofenamat digunakan sebagai analgesik, sebagai
anti inflamasi kurang efektif dibanding aspirin, tidak dianjurkan untuk anak, wanita
hamil dan pemakaian >7 hari
Terikat sangat kuat pada protein plasma perhatikan interaksi dengan
antikoagulan
Efek samping: dispepsia, iritasi lambung, diare, alergi(eritem kulit,
bronkospasme), anemia hemolitik
Dosis: 2-3kali 250-500mg
Diklofenak: absorbsi cepat dan lengkap
Efek samping: mual, gastritis, eritema kulit, sakit kepala
Tidak disarankan pada waktu wanita hamil
Dosis dewasa; 100 150 mg sehari terbagi 2-3 dosis
Ibuprofen bersifat analgesik, antiinflamasinya tidak kuat, tidak dianjurkan
pada wanita hamil dan menyusui
Absorbsi melalui lambung, kadar maksimum 1-2 jam
Efek samping: saluran cerna (lebih ringan dibanding aspirin), eritema kulit,
sakit kepala, trombositopenia
Dosis: 4 x 400mg
Piroksikam: indikasi untuk antiinflamasi sendi (artritis reumatoid, osteoartritis, spondilitis
ankilosa),
Efek samping: iritasi lambung, pusing, tinitus, nyeri kepala, eritema kulit,
Tidak dianjurkan pada wanita hamil, ulcus peptikum dan terapi antikoagulan
Dosis: 10 20 mg per hari

Obat Pirai

Ada 2 macam:
1. Obat yang menghentikan proses inflamasi akut: kolkisin, fenilbutason,
oksifenbutason, indometasin
2. Obat yang mempengaruhi kadar asam urat: probenesid, alopurinol dan
sulfinpirazon

Kolkisin
Merupakan alkaloid dari bunga leli (Colchicum autumnale)
Sifat anti inflamasi-nya spesifik untuk pirai tidak secara umum
Tidak meningkatkan: ekskresi, sintesis atau kadar asam urat dalam darah
Indikasi: pirai
Dosis: 0,5 0,6 mg tiap jam sampai gejala akut reda atau gangguan saluran
cerna timbul
Alopurinol
Menurunkan kadar asam urat
Obat ini bekerja menghambat xantin oksidase, enzim yang mengubah
hipoxantin xantin asam urat
Efek samping: reaksi kulit (kemerahan), alergi (demam, menggigil,
leukopenia, leukositosis, eosinofilia, artralgia, pruritus)
Dosis: 200 400 mg sehari
2.3.2 Cara Pemberantasan Rasa Nyeri
Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh analgetik
perifer atau oleh anestetik lokal.
Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya dengan
anestetik local.
Menghalangi pusat nyeri dalam SSP dengan analgesik sentral (narkotik) atau
dengan anestetik umum.
2.4. KEGUNAAN DARI ANALGESIK, ANTIPIRETIK, ANTIINFLAMASI
Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil
harus diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat
menyebabkan cacat pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat
menembus plasenta sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam
sirkulasi bayi hampir sama dengan kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa
situasi akan membahayakan bayi.

Pengaruh buruk obat terhadap janin, secara umum dapat bersifat toksik,
teratogenik, maupun letal tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat
minum obat. Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan
menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang
dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah kelahiran.
Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika menyebabkan terjadinya malformasi
anatomic (kelainan/kekurangan organ tubuh) pada pertumbuhan organ janin.
Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh
obat yang bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.

Secara umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai dengan fase-fase
berikut:
a. Fase Implantasi yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu.Pada fase ini obat
dapat member pengaruh buruk atau mingkin tidak sama sekali.Jika terjadi pengaruh
buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus).
b. Fase Embrional atau Organogenesis,yaitu pada umur kehamilan antara 4-8
minggu.Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk pembentukan organ-
organ tubuh, sehingga merupakan fase yang paling peka untuk terjadinya malformasi
anatomik (pengaruh teratogenik). Selama embriogenesis kerusakan bergantung pada
saat kerusakan terjadi, karena selama waktu itu organ-organ dibentuk dan blastula
mengalami deferensiasi pada waktu yang berbeda-beda. Jika blastula yang
dipengaruhi masih belum berdeferensiasi dan kerusakan tidak letal maka terdapat
kemungkinan untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya jika bahan yang merugikan
mencapai blastula yang sedang dalam fase deferensiasi maka terjadi cacat
(pembentukan salah).
Berbagai pengaruh buruk yang terjadi pada fase tersebut antara lain:
Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya baru muncul
kemudian jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan.
Pengaruh letal berupa kematian janin atau terjadinya abortus.
Pengaruh sub-letal,tidak terjadi kematian janin tetapi terjadi malformasi anatomik
(struktur) pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik. Kata teratogenik sendiri
berasal dari bahasa yunani yang berarti monster.
c. Fase Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.Dalam fase ini terjadi
maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk senyawa asing bagi
janin dalam fase ini dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap fungsi-fungsi
fisiologik atau biokimiawi organ-organ.

Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum di jumpai. Hal ini berkaitan
dengan masalah fisiologis dari si ibu karena adanya karena adanya tarikan otot-otot
dan sendi karena kehamilan maupun sebab-sebab yang lain.Untuk nyeri yang tidak
berkaitan dengan proses radang,pemberian obat pengurang nyeri biasanya dilakukan
dalam jangka waktu relatife pendek.Untuk nyeri yang berkaitan dengan proses
radang,umunya diperlukan pengobatan dalam waktu tertentu. Penilaian yang seksama
terhadap pereda nyeri perlu dilakukan agar dapat ditentukan pilihan jenis obat yang
paling tepat.
Pemakaian NSAID(Non steroid anti infamantory Drug ) sebaiknya dihindari
pada TM III. Obat-obat tersebut menghambat sintesis prostaglandin dan ketika
diberikan pada wanita hamil dapat menyebabkan penutupan ductus arteriousus,
gangguan pembentukan ginjal janin, menghambat agregasi trombosit dan tertundanya
persalinan dan kelahiran. Pengobatan NSAID selama trimester akhir kehamilan
diberikan sesuai dengan indikasi. Selama beberapa hari sebelum hari perkiraan lahir,
obat-obat ini sebaiknya dihindari. Yang termasuk golongan ini adalah diklofenac,
diffunisal, ibuprofen, indomethasin, ketoprofen, ketorolac, asam mefenamat,
nabumeton, naproxen, phenylbutazon, piroksikam, sodium salisilat, sulindac,
tenoksikam, asam tioprofenic mempunyai mekanisme lazim untuk menghambat
sintesa prostaglandin yang terlibat dalam induksi proses melahirkan, NSAID dapat
memperpanjang masakehamilan.
2.5 CONTOH DARI MASING-MASING OBAT ANALGESIK ANTIPIRETIK,
DAN ANTIINFLAMASI
2.5.1 ContohobatobatanalgesikantipiretikyangberedardiIndonesia:
1. Aspirinmenghambatsintesisprostaglandin.Ketikadiberikankepadawanitahamil
dapatmenyebabkanpenutupanprematurductusarterioususjanin,persalinandan
kelahirantertunda,meningkatkanwaktuperdarahanpadajaninmaupunibukarena
efekantiplateletnya.Penggunaanaspirinyangkronikdiawalkehamilanberhubungan
dengananemiapadawanitahamil.Aspirinterbuktimenimbulkangangguanproses
tumbuhkembangjanin.Selainitu,aspirinmemicukomplikasiselamakehamilan.
Bahkan,kandunganaspirinmasihditemukandalamASI.Tubuhbayiakanmenerima
48%dosisaspirinyangdikonsumsiolehibu.Penelitinamengatakanbahwabayi
memilimASIdariibuyangmengkonsumsiaspirinberisikountukmenderitaReyes
Syndromeyangmerupakansuatupenyakitgangguanfungsiotakdanhati.Karenanya,
hindaripemakaianaspirin,terutamaselamatrimestertiga.
a) Farmakodinamik
EfekAnalgesik:
menghambatsintesisPGE&PGI
EfekAntipiretik:
memperbaikifungsitermostatdihypothalamus,hambatansintesisPGE2
mepengeluarankeringat,vasodilatasiperifer
EfekAntiinflamasi:
hambatansintesisPGE2&PGI2
tidakmenghambatmigrasisel
Efekpadadarah:
waktuperdarahan
hipoprotrombinemia
plateletdisfungsimenghambatagregasi
Efekpadametabolisme:
dosis>hiperglikemiaglukosuria
Efekpadakelenjarendokrin:
dosis>hiperglikemia
rangshypothalamussteroidbebasdarah>

EfekpadaSSP:
dosis>intoksikasi
salisilismuspusing,bingung,tinitus,vertigo
EfekantiGout:
dosis>(5gr)hambtreabsurikosurik
dosis<(12gr)hambtsekresieks<

EfekpadaG.I.tract:
iritasilokal:difusikembaliasamlambungkemukosakerusakanjaringan
sistemik:hambatansintsPGE2&PGI2(hambatansekresiasmlambung&
merangsangsekresimukusbersifatsitoprotektif)
Efekpadapernapasan:
dosistxrespirasialkalosisterkompensasi
dosis>depresipernafasan
Efekpdhepar&ginjal:
hambatanPGE2gangguanhemostasisginjal
SGOT&SGPThepatomegali,ikterus

b) Farmakokinetik
Topikal:Asamsalisilat;Metilsalisilat
Distribusi:
a. Seluruhjaringantubuh&cairantranselular
b. Cairansinovial,spinal,peritoneal,liur,ASI
c. Menembussawarotak&uri
Metabolisme:dihepar
Ekskresi:
Urine>>>>Keringat>Empedu>
Efeksamping:
Iritasilambung
Allergi
Kemungkinanpeningkatanperdarahan
Penggunaanklinis:
AnalgesikAntipiretik
Demamreumatikakut
Reumatoidartritis
Mencegahtrombus
KontraIndikasi:
Ulkuspeptikum
Haemophylia
Allergi

2. Paracetamolmerupakananalgesikantipiretikdanantiinflamasinonsteroid(AINS)
yangmemilikiefekanalgetik(menghilangkanrasanyeri),antipiretik(menurunkan
demam),danantiinflamasi(mengurangiprosesperadangan).Paracetamolpaling
amanjikadiberikanselamakehamilan.Parasetamoldalamdosistinggidanjangka
waktupemberianyanglamabisamenyebabkantoksisitasataukeracunanpadaginjal.
sehinggadikategorikansebagaianalgetikantipiretik.Golongananalgetikantipiretik
adalahgolongananalgetikringan.Parasetamolmerupakancontohobatdalam
golonganini.Beberapamacammerkdagang,contohnyaParasetamol(obatpenurun
panasataupenghilangnyeri)bisadiperdagangkandenganmerkBodrex,Panadol,
Paramex.
3. Antalgin
Antalginadalahsalahsatuobatpenghilangrasasakit(analgetik)turunanNSAID,
atauNonSteroidalAntiInflammatoryDrugs.Antalginlebihbanyakbersifat
analgetik.PemakaiannyadihindarisaathamilTMIdan6mingguterakhir.
4. Analgesik Opiate
Pemakaianobatobatananalgetikanarkotikpadakelahirankemungkinandapat
menyebabkanterjadinyadepresirespirasipadajaninyangmanifestsebagaiasfiksia
padawaktulahir.Namundemikianternyataberdasarpenelitian,morfinsendiritanpa
disertaidenganfaktorfaktorpendoronglain,baikyangberasaldariibuataujanin,
tidaksecaralangsungmenyebabkanasfiksia.Tetapihalinibukanberartibahwaobat
obatopiatedapatdipakaibegitusaja.dalamproseskelahiran.Risikoterjadinya
depresikardiorespirasiharusselaludiperhitungkanpadapemakaianobatobat
analgetikanarkotikpaadakelahiran.

Kemungkinanlainjugadapatterjadibradikardipadaneonatus.Petidinmerupakan
analgetikanarkotikayangdianggappalingamanuntukpemakaianselamaproses
persalinan(obstetricanalgesics).Tetapikenyataannyabayibayiyanglahirdariibu
yangmendapatkanpetidinselamaproseskelahiranmenunjukkanskala
neuropsikologiklebihrendahdibandingbayibayiyangibunyatidakmendapatkan
obatapapunatauyangmendapatkananestesilokal.Sehinggakarenaalasaninimaka
pemakaianpetidinpadapersalinanhanyadibenarkanapabilaanestesiepidural
memangtidakmemungkinkan.

Pemakaiananalgetikanarkotikselamakehamilanataupersalinandapatmengurangi
kontraktilitasuterussehinggamemperlambatproseskelahiran.Terhadapibu,karena
depresifungsiototpolosdapatterjadipenurunanmotilitasususdanstasislambung
dengansegalakonsekuensinya.
Penyalahgunaanobatobatanalgetikanarkotikolehibuhamildapatmenyebabkan
ketergantunganpadajanindalamkandungan.Haliniakanmanifestdengan
munculnyagejalagejalawithdrawlpadabayiyangbarulahir.Gejalagejalatersebut
meliputimuntah,diare,tremor,mudahterangsangsampaikejang.

5. Ibuprofen

Merupakanderivatasampropionatyangdiperkenalkanbanyaknegara.Obatini
bersifatanalgesikdengandayaantiinflamasiyangtidakterlalukuat.Efek
analgesiknyasamadenganaspirin.Ibuprofentidakdianjurkandiminumolehwanita
hamildanmenyusui.
2.5.2 Contoh Obat Obat Antiinflamasi Yang Lebih baru
Obat antiinflamasi dapat dikelompokkan dalam 7 kelompok besar :
1. Derivat asam propionate
2. Derivat inidol
3. Fenamat
4. Asam pirolalkanoat
5. Derivate Pirazolon
6. Aksikam
7. Asam salisilat

Aktifitas anti inflamasi dari obat NSAID mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin, terutama karena kemampuannya menghambat biosintesis
prostaglandin.
Proses inflamasinya dikurangi dengan penurunan pelepasan mediator dari
granulosit, basofil, dan sel must. Obat-obat NSAID juga menurunkan sensitivitas
pebuluh darah terhadap bradikinin dan histamine, mempengaruhi produksi limfokin
dari limfosit T dan meniadakan vasodilatasi. Semuanya ialah penghambat sintesis
protrombin, walau derajatnya berbeda-beda. Mereka semua juga :
1. Analgesik
2. Antiinflamasi
3. Antipiretik
4. Menghambat agregasi platelet
5. Menyebabkan iritasi lambung
6. Bersifat nofrotoksik

1. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivate dari asam fenilpropionat. Pada dosis 2400 mg,
efekantiinflamasinya setara dengan 4gr aspirin. Pada dosis lebih rendah, hanya efek
analgesiknya yang jelas, sedangkan efek antiinflamasinya sedikit. Waktu paro 2 jam ,
metabolism di hati, 10% diekskresi tanpa di ubah.
2. Fenoprofen
Merupakan derivate asam propionate. Waktu paronya 2 jam . Dosis anti atritis
(inflamasi) ialah 600-800 mg, 4 kali sehari. Efek smpingnya menyerupai ibuprofen
yaitu nefrotoksis, interik, nausea, dispepsi, udema perifer, rash pruritas, efek sistem
saraf pusatdan kardiovaskuler.
3. Indomethacin
Indometasin merupakan derifat indol. Walaupun lebih toksik dari aspirin,
tetapi efektivitasnya juga lebih tinggi. Ia juga penghambat sintesis prostaglandin.
Metabolisme di hati. Waktu paro serum 2 jam.
4. Sulindac
Suatu obat sulfosid, yang baru aktif setelah di ubah oleh enzim hati
menjadi sulfide, duraksi aksi 16 jam. Indikasi dan reaksi buruknya menyerupai obat
NSAID yang lain. Dapat juga terjadi sindrom Stevens-Jhonson, trombositipenia,
agranulositosi dan sindrom nefrotik. Dosis rata-rata untuk arthritis inflamasi ialah
200mg, 2 kali sehari.

5. Maclofenamate
Derifat fenamat, mencapai kadar puncak dalam plasma darah 30-60
menit, waktu paro 2 jam. Ekskresi lewat urin sebagai besar dalam bentuk konjungasi
glukuronid. Efek sampingnya menyerupai obat NSAID lain, nampaknya tidak
mempunyai keistimewaan disbanding yang lain.
Kontraindikasi : hamil, belum terbukti keamanan dan efekasinya pada
anak. Dosis untuk atritis inflamasi ialah 200-400 mg/hari, terbagi dalam 4 dosis.
6. Asam Mefenamat
Juga drifat fenamat, mempunyai efek analgesik, tapi sebagai antiinflamasi
kurang kuat disbanding aspirin serta lebih toksik. Obat ini tidak boleh di berikan
berturut-turut lebih dari 1 minggu dan tidak diindikasikan untuk anak-anak. Dosis
awal 500mg 9dewasa), selanjutnya 250 mg.
7. Tolmetin
Suatau derivate dari asam pirololkanoat, menyerupai aspirin dalam
efektivitasnya terhadap arthritis rematoid dan osteortritis pada penderita dewasa dan
remaja. Waktu paronya pendek 1 jam. Rata-rata dosis dewasanya ialah 400mg, 4 kali
sehari
8. Fenilbutazon
Merupakan derifat pirazolon, mempunyai efek antiinflamasi yang kuat.
Akan tetapi di temukan berbagai pengaruh buruknya seperti : agranulositosis, anemia
aplastika, anemia hemolitik, sindrom nefrotik, neuritis optic, tuli, reaksi alergi serius,
dermatitis eksfoliotif serta nekrosis hepar dan tubuler ren.

9. Piroxicam
Waktu paronya 45 jam, oleh karena itu pemakaiannya cukup sekali sehari.
Obat ini cepat diabsorbsidari lambung, dan dalam 1 jam konsentrasi dalam plasma
mencapai 80% dari kadar puncaknya. Keluhan gastrointestinal di alami oleh sekitar
20 % penderita, efek buruk lainnya ialah dizziness, tinnitus, nyeri kepala dan ruam
kulit

10. Diflunisal
Diflunsial ialah derivate difluorofenil asam salisilat. Waktu paronya dalam
plasma ialah 8-12 jam dan mencapai steady state setelah beberapa hari. Seperti halnya
aspirin, ia mempnyai efek analgesik dan antiinflamasi akan tetapi efek antipiretiknnya
kecil. Indikasinya ialah nyeri dan osteoarthritis. Efek buruknya menyerupai NSAID
yang lain
11. Meloxicam
Merupakan generasi baru NSAID. Suatu penghambat sikloogsigenase-2
selektif (COX-2). Banyak study menunjukkan bahwa meloxicam mempunyai efek
samping pada saluran gastrointestinal lebih renfdah di banding dengan NSAID yang
lain, dengan kekuatan antiinflamasi, analgetik dan antipiretik. Pemakaian meloxicam
15 mg tidak memperlihatkan perbedaan dalam hal efek sampingnya terhadap saluran
gastrointestinal yang dinilai sebelum dan sesudah pengobatan.
2.5.2 Contoh Obat-Obat AntiInflamasi
NSAID dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu:
1. golongan salisilat (diantaranya aspirin/asam asetilsalisilat, metil salisilat, magnesium
salisilat, salisil salisilat, dan salisilamid)
2. golongan asam arilalkanoat (diantaranya diklofenak, indometasin, proglumetasin,
dan oksametasin)
3. golongan profen/asam 2-arilpropionat (diantaranya ibuprofen, alminoprofen,
fenbufen, indoprofen, naproxen, dan ketorolac),
4. golongan asam fenamat/asam N-arilantranilat (diantaranya asam mefenamat,
asam flufenamat, dan asam tolfenamat)
5. golongan turunan pirazolidin (diantaranya fenilbutazon, ampiron, metamizol, dan
fenazon)
6. golongan oksikam (diantaranya piroksikam, dan meloksikam),
7. golongan penghambat COX-2 (celecoxib, lumiracoxib),
8. golongan sulfonanilida (nimesulide)
9. golongan lain (licofelone dan asam lemak omega 3).
Secara umum, NSAID diindikasikan untuk merawat gejala penyakit
berikut:rheumatoid arthritis, osteoarthritis, encok akut, nyeri haid, migrain dan sakit
kepala, nyeri setelah operasi, nyeri ringan hingga sedang pada luka jaringan,
demam, ileus, dan renal colic.
NSAID merupakan golongan obat yang relatif aman, namun ada 2 macam
efek samping utama yang ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran
pencernaan (mual, muntah, diare, pendarahan lambung, dan dispepsia) serta efek
samping pada ginjal (penahanan garam dan cairan, dan hipertensi). Efek samping ini
tergantung pada dosis yang digunakan.

Obat anti inflamasi dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu:


1. Glukokortikoid (Golongan Steroidal) yaitu anti inflamasi steroid. Anti Inflamsi
steroid memiliki efek pada konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit perifer serta
penghambatan aktivitas fosfolipase. contohnya gologan Prednisolon.
2. NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) juga dikenal dengan AINS
(Anti Inflamasi Non Steroid) NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim
siklooksigenase tetapi tidak enzim lipoksigenase. Contoh Obat AntiInflasmasi
golongan NSAIDs adalah Turunan Asam Propionat (Ibuprofen, Naproxen), Turunan
Asam Asetat (Indomethacin), Turunan Asam Enolat (Piroxicam).
Obat AntiInflamasi pada umumnya bekerja pada enzim yang membantu terjadinya
inflamasi, Namun Pada umumnya Obat Antiinflamasi bekerja pada enzim
Siklooksigenase (COX) baik COX1 maupun COX2

Mekanisme Kerja
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi
asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat
siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda. Enzim
siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform disebut COX-1 dan COX-2. Kedua isoform
tersebut dikode oleh gen yang berbeda dan ekspresinya bersifat unik. Secara garis
besar COX-1 esensial dalam pemeliharaan berbagai fungsi dalam kondisi normal di
berbagai jaringan khususnya ginjal, salurancerna dan trombosit. Di mukosa lambung,
aktivasi COX-1 menghasilkan prostasiklin yang bersifat sitoprotektif.
Siklooksigenase-2 semula diduga diinduksi berbagai stimulusinflamatoar, termasuk
sitokin, endotoksin dan faktor pertumbuhan (growth factors).

Ternyata COX-2 juga mempunyai fungsi fisiologis yaitu di ginjal, jaringan


vaskulardan pada proses perbaikan jaringan. Aspirin 166 kali lebih kuat menghambat
COX-1 dari pada COX-2. Penghambat COX-2 dikembangkan dalam mencari
penghambat COX untuk pengobatan inflamasi dan nyeri yang kurang menyebabkan
toksisitas saluran cerna dan pendarahan. Khusus parasetamol, hambatan biosintesis
PG hanya terjadi pada lingkungan yang rendah kadar peroksid yaitu di hipotalamus.
Parasetamol diduga menghambat isoenzim COX-3,suatu variant dari COX-1. COX-3
ini hanya terdapat di otak. Aspirin sendiri menghambat dengan mengasetilasi gugus
aktiv serin dari COX-1, trombosit sangat rentan terhadap enzim karena trombosit
tidak mampu mensintesis enzim baru. Dosis tunggal aspirin 40 mg sehari cukup
untuk menghambat siklooksigenase trombosit manusia selama masa hidup trombosit,
yaitu 8-11 hari. Ini berarti bahwa pembentukan trombosit kira-kira 10% sehari. Untuk
fungsi pembekuan darah aktivitas siklooksigenase mencukupi sehingga pembekuan
darah tetap dapat berlangsung. Semua obat mirip-aspirin bersifat antipiretik,
analgesik, dan antiinflamasi. Ada perbedaan aktivitas di antara obat-obat tersebut,
misalnya parasetamol (asetaminofen) bersifat antipiretik dan analgesik tetapi sifat
antiinflamasinya lemah sekali. Sebagai antipiretik, obat mirip-aspirin akan
menurunkan suhu badan dalam keadaan demam.
Walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan efek antipiretik ,tidak
semuanya berguna sebagai antipiretik karena sifat toksik bila digunakan secara rutin
atau terlalu lama. Ini berkaitan dengan hipotesis bahwa COX yang ada di sentral otak
terutamaCOX-3 dimana hanya parasetamol dan beberapa obat AINS lainnya dapat
menghambat. Fenilbutazon dan antireumatik lainnya tidak dibenarkan digunakan
sebagai antipiretik atas alasan tersebut menghambat enzim siklooksigenase (COX 2),
dapat memproduksi leukotrien, sehingga produksi prostaglandin turun, jumlah
prostaglandin turun sehingga set point mengatur suhu tubuh. Obat: paracetamol,
peroksikam, fenilbutazon, diklofenak, ibuprofen(neoremasil), metamizol (antalgin),
asetosal (aspirin), indometasin, dan naproxen.
2.6 EFEK SAMPING DARI OBAT ANALGESIK DAN ANTIPIRETIK
Efek samping yang paling sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan
resiko tukak lambung dan perdarahan samar. Penyebabnya adalah sifat asam dari
asetosal, yang dapat dikurangi dengan kombinasi dengan suatu antasidum (MgO,
alumuniumhidroksida, CaCO3atau garam kalsiumnya (carbasalat, Ascal). Pada dosis
besar, faktor lain memegang peranan yakni hilangnya efek pelindung dari prostasiklin
terhadap mukosa lambung. Selain itu asetosal menimbulkan efek efek spesifik,
seperti reaksi alergi kulit dan tinnitus (telinga mendengung) pada dosis lebih tinggi.
Efek yang lebih serius adalah kejang-kejang bronki hebat pada pasien asma meski
dalam dosis kecil.
Anak-anak kecil yang menderita cacar air atau flu/ salesma sebaiknya jangan
diberikan asetosal melainkan parasetamol, karena beresiko terhadap syndrom grey
yang berbahaya. Syndrom ini bercirikan muntah hebat, termangu-mangu, gangguan
pernafasan.
Wanita hamil tidak dianjurkan menggunakan asetosal dalam dosis tinggi, terutama
pada triwulan terakhir dan sebelum persalinan, karena lama kehamilan dan persalinan
dapat diperpanjang,jugakecenderungan perdarahan meningkat.Selain itu ada beberapa
efek samping yaitu :
1. Gangguan Saluran Cerna
Selain menimbulkan demam dan nyeri, ternyata prostaglandin berperan
melindungi saluran cerna. Senyawa ini dapat menghambat pengeluaran asam
lambung dan mengeluarkan cairan (mukus) sehingga mengakibatkan dinding saluran
cerna rentan terluka, karena sifat asam lambung yang bisa merusak.
2. Gangguan Hati (hepar)
Obat yang dapat menimbulkan gangguan hepar adalah parasetamol. Untuk
penderita gangguan hati disarankan mengganti dengan obat lain
3. Gangguan Ginjal
Hambatan pembentukan prostaglandin juga bisa berdampak pada ginjal.
Karena prostaglandin berperan homestasis di ginjal. Jika pembentukan terganggu,
terjadi gangguan homeostasis.
4. Reaksi Alergi
Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan raksi alergi. Reaksi dapat berupa
rinitis vasomotor, asma bronkial hingga mengakibatkan syok.

2.7 CARA PENGGUNAAN OBAT ANALGESIK DAN ANTIPIRETIK PADA


IBU HAMIL

Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil


harus diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat
menyebabkan cacat pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat
menembus plasenta sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam
sirkulasi bayi hampir sama dengan kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa
situasi akan membahayakan bayi.
Pengaruh buruk obat terhadap janin, secara umum dapat bersifat toksik, teratogenik,
maupun letal tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat minum obat.
Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan
menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang
dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah kelahiran.
Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika menyebabkan terjadinya malformasi
anatomic (kelainan/kekurangan organ tubuh) pada pertumbuhan organ janin.
Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh
obat yang bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.
Secara umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai dengan fase-fase
berikut:
a. Fase Implantasi yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu.Pada fase ini obat
dapat member pengaruh buruk atau mingkin tidak sama sekali.Jika terjadi pengaruh
buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus).
b. Fase Embrional atau Organogenesis,yaitu pada umur kehamilan antara 4-8
minggu.Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk pembentukan organ-
organ tubuh, sehingga merupakan fase yang paling peka untuk terjadinya malformasi
anatomik (pengaruh teratogenik). Selama embriogenesis kerusakan bergantung pada
saat kerusakan terjadi, karena selama waktu itu organ-organ dibentuk dan blastula
mengalami deferensiasi pada waktu yang berbeda-beda. Jika blastula yang
dipengaruhi masih belum berdeferensiasi dan kerusakan tidak letal maka terdapat
kemungkinan untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya jika bahan yang merugikan
mencapai blastula yang sedang dalam fase deferensiasi maka terjadi cacat
(pembentukan salah)
Berbagai pengaruh buruk yang terjadi pada fase ini antara lain:
Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya baru muncul
kemudian jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan
Pengaruh letal berupa kematian janin atau terjadinya abortus
Pengaruh sub-letal,tidak terjadi kematian janin tetapi terjadi malformasi anatomik
(struktur) pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik. Kata teratogenik sendiri
berasal dari bahasa yunani yang berarti monster.
c. Fase Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.Dalam fase ini terjadi
maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk senyawa asing bagi
janin dalam fase ini dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap fungsi-fungsi
fisiologik atau biokimiawi organ-organ.
Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum di jumpai. Hal ini berkaitan
dengan masalah fisiologis dari si ibu karena adanya karena adanya tarikan otot-otot
dan sendi karena kehamilan maupun sebab-sebab yang lain.Untuk nyeri yang tidak
berkaitan dengan proses radang,pemberian obat pengurang nyeri biasanya dilakukan
dalam jangka waktu relatife pendek.Untuk nyeri yang berkaitan dengan proses
radang,umunya diperlukan pengobatan dalam waktu tertentu. Penilaian yang seksama
terhadap pereda nyeri perlu dilakukan agar dapat ditentukan pilihan jenis obat yang
paling tepat.
Pemakaian NSAID(Non steroid anti infamantory Drug ) sebaiknya dihindari
pada TM III. Obat-obat tersebut menghambat sintesis prostaglandin dan ketika
diberikan pada wanita hamil dapat menyebabkan penutupan ductus arteriousus,
gangguan pembentukan ginjal janin, menghambat agregasi trombosit dan tertundanya
persalinan dan kelahiran. Pengobatan NSAID selama trimester akhir kehamilan
diberikan sesuai dengan indikasi. Selama beberapa hari sebelum hari perkiraan lahir,
obat-obat ini sebaiknya dihindari. Yang termasuk golongan ini adalah diklofenac,
diffunisal, ibuprofen, indomethasin, ketoprofen, ketorolac, asam mefenamat,
nabumeton, naproxen, phenylbutazon, piroksikam, sodium salisilat, sulindac,
tenoksikam, asam tioprofenic mempunyai mekanisme lazim untuk menghambat
sintesa prostaglandin yang terlibat dalam induksi proses melahirkan, NSAID dapat
memperpanjang masakehamilan.
Berikut contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia:
1. Paracetamol
Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid
(AINS) yang memiliki efek analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik
(menurunkan demam), dan anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).
Paracetamol paling aman jika diberikan selama kehamilan. Parasetamol dalam
dosis tinggi dan jangka waktu pemberian yang lama bisa menyebabkan toksisitas atau
keracunan pada ginjal. sehingga dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik.
Golongan analgetik-antipiretik adalah golongan analgetik ringan.Parasetamol
merupakan contoh obat dalam golongan ini.
Beberapa macam merk dagang, contohnya Parasetamol (obat penurun panas atau
penghilang nyeri) bisa diperdagangkan dengan merk Bodrex, Panadol, Paramex
2. Antalgin
Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik) turunan
NSAID, atau Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs. Antalgin lebih banyak bersifat
analgetik. Pemakaiannya dihindari saat hamil TM I dan 6 minggu terakhir.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. a. Analgesik adalah obat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.
b. Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-
antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu
tubuh yang tinggi.
c. Antiinflamasi adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan peradangan
2. Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa
neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan
blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal"
nyeri,sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang.
3. Macam-macam analgesik ada 2 macam, yaitu: Analgesik Narkotik dan Analgesik
Non-Narkotik. Analgesik Narkotik merupakan turunan poium yang berasal dari
tumbuhan Papaver somniferum atau dari senyawa sintetik. Sedangkan Analgesik
Non-Narkotik tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat- obat ini
dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat,
tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan
4. PenggunaanobatAnalgetikAntipiretikpadasaatmengandungbagiibuhamilharus
diperhatikan.Ibuhamilyangmengkonsumsiobatsecarasembarangandapat
menyebabkancacatpadajanin.JadipenggunaanAnalgesikAntipiretikharusbenar
benarkonsulterlebihdahuludanmenggunakanresepdokter.

5. a. Contoh Obat Analgesik Narkotik sekarang masih digunakan di Indonesia :


- Morfin HCL,
- Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),
- Fentanil HCL,
- Petinidin, dan
- Tramadol.
b.Obat-obat Analgesik Non-Narkotik disebut juga sebagai obat Analgesik-Antipiretik
(Obat- obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem
Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan, Semua
analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada
keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan
rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan
vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai
keluarnya banyak keringat. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan
antipiretik adalah golongan salisilat dan asetaminofen (parasetamol).
3.1 SARAN
Untuk obat analgesik-antipiretik , dianjurkan jangan terlalu mengkonsumsi obat
ini secara berlebihan dikarenakan dapat menyebabkan ketergantungan bagi
pemakainya.
Dan untuk obat anti inflamasi pengguna juga di harapkan tidak terlalu berlebihan
atau ketergantungan karena mekanisme kerja obat ini dapat menyebabkan terjadinya
perubahan kerja enzim.
3. Obat-Obat NSID, selain Obat parasetamol tidak disarankan untuk digunakan oleh
wanita hamil, terutama pada trimester ketiga. Namun parasetamol dianggap aman
digunakan oleh wanita hamil namun harus diminum sesuai aturan karena dosis tinggi
dapat menyebabkan keracunan hati.

DAFTAR PUSTAKA

Latief. S. A, Suryadi K. A, dan Dachlan M. R, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi


II, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UI, Jakarta, Juni, 2001, hal ; 77-83,
161.
Sardjono, Santoso dan Hadi rosmiati D, Farmakologi dan Terapi, bagian farmakologi
FK-UI, Jakarta, 1995 ; hal ; 189-206.
Samekto wibowo dan Abdul gopur, Farmakoterapi dalam Neuorologi, penerbit
salemba medika, 1995; hal : 138-14
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik buku 2. Jakarta : Salemba
Medika.
Widodo, Samekto dan Abdul Gofir . 2001. Farmakoterapi dalam Neurologi . Jakarta :
Salemba Medika
Deglin, Judith Hopfer . 2005. Pedoman Obat Untuk Perawat. Jakarta : EGC

Você também pode gostar