Você está na página 1de 6

FAKTOR-FAKTOR KEPERILAKUAN

Manajer keuangan dan akuntan manajemen terlibat secara mendalam pada penyusunan
anggaran operasional, baik dalam pengembangan anggaran maupun dalam pelaporan kinerja
setelahnya. Manajer keuangan dan akuntan manajemen juga terlibat dalam proses penyusunan
jenis lain dari anggaran, yaitu anggaran modal (capital budgeting). Karena keterlibatan ini, maka
penting bagi mereka untuk menyadari berbagai faktor, khususnya faktor-faktor keperi-lakuan,
yang sangat memengaruhi proses penganggaran modal dan pengambilan keputusan.

Definisi Penyusunan Anggaran Modal


Penyusunan anggaran modal dapat didefinisikan sebagai proses pengalokasian dana untuk
proyek atau pembelian jangka panjang. Keputusan penyusunan anggaran modal dibuat ketika
kebutuhan itu muncul dan melibatkan jumlah yang relatif besar, komitmen dana jangka panjang,
dan ketidakpastian yang disebabkan oleh panjangnya waktu terlibat dan kesulitan dalam
mengestimasikan variabel-variabel pengambilan keputusan (jumlah arus kas, penentuan waktu,
dan seterusnya).
Karena melibatkan jumlah dana yang begitu besar, keputusan anggaran modal yang salah
dapat mengakibatkan kebangkrutan, masalah-masalah arus kas yang sulit, atau paling tidak,
kegagalan untuk mengoptimalkan operasi perusahaan. Akibatnya banyak perusahaan melakukan
pendekatan terhadap keputusan ini dengan serius dan terus menerus mencari cara untuk
memperbaiki proses penyusunan anggaran modal.

Jenis dan Pentingnya Faktor-Faktor Keperilakuan dari Penyusunan Anggaran Modal


Keseluruhan proses identifikasi atas proyek potensial, estimasi arus kas untuk setiap proyek,
penggunaan teknik analisis, seleksi keputusan, dan kemudian penerapan proyek tersebut
melibatkan sejumlah pertimbangan keperilakuan atas dampak-dampak yang luas. Identifikasi dan
spesifikasi atas proyek potensial memerlukan kerativitas dan kemampuan untuk mengubah ide
yang bagus menjadi suatu proyek yang praktis. Ketidakpastian yang melekat dalam data yang
menggambarkan suatu proyek (seperti mengestimasikan waktu dari arus kas atau nilai sisa) tidak
memungkinkan penerapan teknik seleksi untuk dapat sepenuhnya objektif. Karena hasil dari
teknik analisis harus diinterpretasikan dengan hati-hati, maka kemampuan manusia untuk
mempertimbangkan dan menilai adalah faktor yang penting.
Masalah dalam Mengidentifikasikan Proyek Potensial
Orang-orang yang terlibat dalam proses penganggaran harus memiliki kemampuan yang
kreatif dalam mencari dan mengamati susunan proyek modal yang potensial untuk organisasi.
Setelah diidentifikasi, mereka harus merinci secukupnya atau mendefinisikan sehingga dapat
dilakukan proses-proses pertimbangan. Tidak kalah pentingnya penjelasan variabel keputusan,
dimana pengambilan keputusan berdasarkan adopsi proyek tidak seharusnya digunakan.

Masalah Prediksi yang Disebabkan oleh Perilaku Manusia


Memproyeksikan kemulusan dan kesesuaian dari aktivitas individual maupun kelompok
aktivitas untuk suatu periode selama lima sampai dua puluh tahun adalah tindakan yang
berbahaya. Secara serupa, kemungkinan adanya keresahan tenaga kerja dan politik yang terjadi
dalam proyek modal yang melibatkan otomasi atau tugas-tugas klerikal yang tidak memerlukan
keterampilan sebaiknya dipertimbangkan dalam memprediksikan data untuk seleksi proyek.
Tingkat perputaran karyawan yang potensial juga harus dipertimbangkan ketika mengembangkan
estimasi yang akurat dari biaya yang berkaitan dengan proyek tersebut.

Masalah Manajer dan Ukuran Kinerja Jangka Pendek


Aspek keperilakuan lain dari prosedur seleksi proyek adalah bahwa metode peninjauan
kinerja adalah tidak konsisten dengan metode seleksi proyek. Penilaian dan kompensasi kinerja
cenderung bersifat jangka pendek, biasanya untuk tahun, kuartal, atau bulan lalu. Dengan
demikian fokus dari manajemen tingkat bawah dan sampai tingkat tertentu, manajemen tingkat
menengah tentu saja akan berupa kinerja jangka pendek, yang sering kali diukur dengan tingkat
pengembalian akuntansi.
Sedikit sekali proyek yang akan dimulai dan diselesaikan oleh manajer yang sama karena
tingkat perputaran yang cukup besar (misalnya promosi, transfer, dan seterusnya) yang terjadi
dikebanyakan organisasi. Manajer cenderung untuk memilih proyek-proyek yang mereka mulai
oleh pendahulunya. Jika perputaran manajer cukup cepat, maka tidak ada seorangpun yang dapat
dianggap bertanggungjawab untuk keberhasilan atau kegagalan dari proyek manapun.
Modal akan terbuang percuma jika manajer baru secara periodik membuang proyek-proyek
dari manajer sebelumnya dan memulai proyek baru, hanya untuk diikuti oleh manajemen baru
lainnya yang meneruskan siklus tersebut.

Masalah yang Disebabkan Identifikasi Diri dengan Proyek


Dalam beberapa kasus, manajer dapat bertahan dalam posisi mereka tanpa dipomosikan atau
ditransfer. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan jika manajer mengidentifikasikan dirinya dengan
proyek yang mereka pikirkan dan mereka mulai. Karena proyek umumnya diidentifi-kasikan
dengan orang tau divisi tertentu, orang semacam itu cenderung untuk menjadi terlibat secara
pribadi dengan proyek-proyek masa lalu yang mereka pilih dan mungkin mencoba agar proyek
tersebut berhasil atau tampak berhasil setelah proyek tersebut didanai.

Pengembangan Anggota dan Proyek Modal


Dalam proses seleksi proyek, manajemen puncak harus mempertimbakan apakah proyek yang
diusulkan adalah baik untuk pengembangan dari si pengusul proyek tersebut pada saat ini.
Proyek tersebut mungkin terlalu besar bagi orang atau divisi tersebut untuk diserap tanpa
membuat mereka menjadi putus asa.
Dipihak lain, manajemen puncak dapat mendorong divisi untuk terlibat dalam proyek-proyek
yang secara ekonomi tidak menarik, tetapi menawarkan manfaat pelatihan karyawan yang
potensial dimasa depan yang tidak dapat dikuantifikasikan. Dengan demikian, suatu perusahaan
dapat melaksanakan suatu proyek yang melibatkan sedikit labat atau bahkan tidak sama sekali
hanya untuk manfaat pelatihan karyawan.pertimbangan karyawan mungkin saja melebihi nilai
sekarang bersih yang negatif dari proyek modal individual, terutama untuk proyek-proyek yang
lebih kecil.

Penyusunan Anggaran Modal sebagai Ritual


Beberapa ilmuan keperilakuan menyarankan bahwa seluruh proses penyusunan anggaran
modal adalah sebuah ritual. Mereka menyarankan bahwa hanya sedikit proyek yang diajukan
oleh manajer tingkat bawah kecuali jika usulan tersebut memiliki peluang yang bagus untuk
disetujui. Ketika suatu proyek memperoleh persetujuan awal pada tingkat organisasi lebih
bawah, proyek tersebut biasanya harus melalui serangkaian peninjauan dan persetujuan ke
tingkat organisasi yang lebih tinggi. ketika proses persetujuan atas pryek tersebut berjalan,
proyek tersebut telah menerima persetujuan pada beberapa tingkatan bawah, para pembuat
keputusan dan analisis ditingkat atas biasanya tidak mau menolaknya.
Dengan demikian, manajer tingkat atas biasanya menolak suatu proyek hanya jika terdapat
alasan yang sangat kuat untuk melakukannya. Dan ketika proses persetujuan atas proyek tersebut
naik semakin tinggi dan hierarki, momentum tersebut terus tumbuh sehingga keputusan akhir
lebih menyerupai suatu anugerah dan bukannya keputusan pemberian persetujuan yang rasional.

Perilaku Mencari Risiko dan Menghindari Risiko


Kondisi tertentu dari tingkat penghindaran risiko oleh pengambilan keputusan dalam
penyusunan anggaran modal akan mempengaruhi bagaimana orang tersebut akan bereaksi
terhadap proyek. Berdasarkan kelompk data yang sama, dua pengambilan keputusan yang
berbeda kemungkinan besar akan membuat keputusan yang berlawanan bergantung pada
perasaan mereka terhadap risiko.

Membagi Kemiskinan
Fenomena membagi kemiskinan seringkali memiliki dampak yang penting dalam proses
penyusunan anggaran modal. Hal ini terjadi ketika tersedia lebih nanyak proyek anggaran modal
yang potensial lebih menguntungkan dibandingkan dengan dana yang tersedia untuk
mendanainya, suatu kondisi yang disebut dengan rasionalisasi modal.

7.2 TAMPILAN RASIONAL


Faktor manusia sangat terlibat dalam proses penyusunan anggaran modal, telah ditunjukan
bahwa proyek modal marginal kadang kala diimplementasikan untuk menyediakan suatu
mekanisme guna melatih karyawan manajemen. Penyusunan anggaran modal juga dapat menjadi
ritual dan dengan demikian gagal untuk memanfaatkan teknik pengambilan keputusan yang
rasional. Telah dicatat bahwa penerimaan atau penolakan terhadap suatu proyek modal dapat
bergantung pada tingkat penghindaran risiko dari pribadi si pengambil keputusan. Perilaku
mencari risiko atau menghindari risiko juga dapat mempengaruhi proses tersebut dan sebaiknya
dipantau. Akhirnya, dicatat bahwa tekanan politik dapat sangat mempengaruhi keputusan
penyusunan anggaran modal.
Kesimpulannya, seseorang dapat mengatakan bahwa proses penyusunan anggaran memiliki
tampak muka rasionalitas, terutama ketika model matematis yang rumit digunakan. Model
matematis tersebut memberikan atmosfer kepastian, logika, dan ilmu pengetahuan.

7.3 SARAN-SARAN PERBAIKAN


Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek samping dari faktor perilaku manusia
pada proses penganggaran modal? Pertama, adalah penting bahwa mereka yang terlibat dalam
penyusunan anggaran modal menyadari faktor-faktor keperilakuan yang melekat pada proses
tersebut. Dimana mungkin, faktor-faktor ini sebaiknya tidak diperbolehkan untuk mengaburkan
data keputusan yang relevan dan yang bersifat lebih rasional. Lebih lanjut lagi, disarankan agar
audit pasca-implementasi dilakukan terhadap proyek-proyek anggaran modal. Audit pasca-
implementasi yang disarankan disini sebaiknya dilakukan sebelum akhir dari masa proyek modal
tersebut dan sebaiknya mempertimbangkan kondisi-kondisi yang berubah. Karena audit pasca-
implementasi dapat dilakukan dari waktu ke waktu dan objektif kineja ditentukan secara
periodik, maka adalah mungkin untuk menetapkan ukuran-ukuran kinerja jangka pendek untuk
proyek modal yang konsisten dengan kinerja jangka panjang dari proyek tersebut.
Kesimpulannya, disarankan bahwa mereka yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran
modal dan dalam manajemen proyek modal sebaiknya paling tidak menyadari akan faktor-faktor
keperilakuan yang terlibat. Paling tidak, mereka sebaiknya mengambil langkah-langkah aktif
untuk memastikan bahwa faktor-faktor keperilakuan dari penyusunan anggaran modal tidak
menghasilkan keputusan yang suboptimal.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Você também pode gostar