Você está na página 1de 4

Akupuntur merupakan bagian dari Tradisional Chinese Medicine (TCM)

yang telah digunakan di Cina sejak lebih dari 4000 tahun yang lalu. Secara harfiah
akupuntur berasal dari kata Acus yang berarti jarum dan puncture yang berarti
tusuk sehingga akupuntur diartikan sebagai pengobatan dengan cara menusuk
jarum. Dasar dari akupuntur, adalah teori kesimbangan Yin Yang dan Lima Unsur
yang terdiri dari unsur Kayu, Api, Tanah, Logam dan Air. Dalam pandangan
kedokteran modern, keseimbangan Yin Yang diartikan sebagai homeostasis neuro-
endokrinimun. Yin bersifat lambat dengan aktivitas lama, menguasai bagian depan
tubuh yang bersifat lunak dan dekat dengan organ viscera sedangkan Yang bersifat
cepat dengan aktivitas pendek dan menguasai daerah kepala dan leher sebagai
pusat segala aktivitas gerak, baik sadar maupun otonom. Lima Unsur juga harus
dalam keadaan seimbang supaya tubuh tetap dalam keadaan sehat. Kelainan pada
salah satu unsur akan mempengaruhi unsur yang lain sehingga dapat
menimbulkan sakit (Saputra, 2005).
Kemoterapi merupakan suatu tindakan pemberian segolongan obat-obatan
yang bersifat sitotoksik. Pemberian kemoterapi bertujuan untuk menghambat
pertumbuhan sel kanker atau bahkan membunuh sel kanker (Chabner, 2005).
Selain memiliki efek terapi yang dapat menyembuhkan kanker, kemoterapi juga
memiliki efek samping yang berbahaya seperti, depresi sumsum tulang, diare,
kehilangan rambut, mual muntah serta gangguan kesehatan mulut. Komplikasi
kesehatan mulut yang sering terjadi akibat kemoterapi adalah mukositis, kesulitan
mengunyah, menelan, perdarahan, berbicara, mulut kering dan hilangnya sensaasi
rasa (Eilers, 2004).
Mukositis merupakan suatu keadaan sel mukosa yang berwarna
kemerahan, erosif, inflamasi dan ulserasi. Penyakit ini sering ditemukan pada
mukosa mulut (oral), faring, esophagus dan traktus gastrointestinal (Dodd, 2004).
Mukositis ini dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain faktor
jenis keganasan kanker, umur, riwayat mukositis sebelumnya, jenis terapi yang
diberikan, adanya penyakit lain yang menyertai (AIDS, DM), status nutrisi,
alkohol dan kebiasaan merokok (Cancer Care Nova Stovia, 2008).
Selain mukositis, efek samping dari kemoterapi yang sering terjadi adalah
gejala mual muntah. Kondisi ini dapat menjadi sesuatu yang membuat stres pada
pasien yang terkadang membuat pasien memilih untuk menghentikan siklus terapi
dan berpotensi untuk mempengaruhi harapan hidup dimasa depan. Disamping itu,
jika efek samping ini tidak ditangani dengan baik, maka mual muntah dapat
menyebabkan terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan resiko
aspirasi pneumonia (Hesket, 2008; Smeltzer et al., 2008). Mual adalah suatu
keadaan yang subjektif dan tidak dapat diobservasi, merupakan sensasi yang tidak
menyenangkan dibelakang tenggorokan dan pada epigastrium yang dapat atau
tidak menyebabkan muntah. Sementara itu, muntah merupakan dorongan ekspulsi
yang kuat dari isi lambung, duodenum atau yeyunum melalui mulut (Price &
Wilson, 2005). Beberapa obat yang sering menyebabkan mual muntah
diantaranya, dosis tinggi Cisplatin (DDP), Dacarbazin (DTIC), Mostar Nitrogen
(HN2), Citarabin (Ara-C), Cyclophosphamid (CTX), dan Carmustin (BCNU)

(Desen, 2008; Smeltzer, et al., 2008). Obat kemoterapi dari golongan Cisplatin,
Carmustin dan Cyclophospamid merupakan obat yang mempunyai derajat
potensiasi muntah yang tinggi. Lebih dari 90% pasien yang menggunakan obat
golongan ini mengalami muntah (Hesket, 2008).

Mual muntah yang diakibatkan oleh kemoterapi ini dapat terjadi melalui
beberapa mekanisme. Kemoterapi dapat menyebabkan mual muntah melalui
mekanisme yang bervariasi dan rangkaian yang kompleks. Pertama, kemoterapi
secara langsung menstimulasi Chemoreseptor trigger zone (CTZ). Efek ini
dimediasi oleh pengeluaran 5HT3 dan Nk1 akibat pemberian kemoterapi. Kedua,

kemoterapi menyebabkan gangguan pada mukosa gastro intestinal dan


menyebabkan pengeluaran neuro transmitter termasuk 5HT3. Hal ini

menyebabkan mual muntah melalui jalur perifer yang dimediasi oleh saraf vagus.
Ketiga, gejala ini disebabkan oleh pengaruh neurohormonal melalui terganggunya
arginin vasopressin dan prostaglandin. Keempat, mual muntah dimediasi oleh
kecemasan yang memberikan pengaruh terhadap sistem saraf pusat termasuk
pusat muntah (Wood et al., 2007).

Daftar Pustaka

Cancer Care Nova Stovia. 2008. Best Practice Guidelines for the
Managements of Oral Complication from Cancer Therapy. California: Nova
Stovia Government

Chabner BA. 2005. Cancer Chemotherapy and Biotherapy. Principle and


Practice (4th edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Desen, W. (2008). Buku Ajar Onkologi Medik. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI

Dodd MJ. 2004. The Pathogenesis and Characterization of Oral Mucositis


Associated with Cancer Therapy. Oncology Nursing Forum 31(4), 5-12

Eilers J. 2004. Nursing Intervention and Supportive Car for the Prevention and
Treatment of Oral Mucositis Associated with Cancer Treatment. Oncology
Nursing Forum, 31(4). 13-28

Hesket PJ. (2008). Chemotherapy-induced Nausea and Vomiting. The New


England Journal of Medicine. 358(23), 2482-2494.

Price SA, & Wilson LM. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC

Saputra Kosnadi. 2005. Akupuntur Dasar. Surabaya : Airlangga University Press,


pp : 10-25.

Smeltzer SC, Bare BG, Hinkle JL, & Cheever K H. (2008). Textbook of Medical-
Surgical Nursing. Eleventh edition. Brunner, & Suddarths. Philadhelpia
Lippincott Williams & Wilkins, a Wolter Kluwer bussiness.

Wood GJ, Shega JW, Lynch B, & Roenn JH. (2007). Management of intractable
nausea and vomiting in patients at the end of life; I Was Feeling
Nauseous All of the Time Nothing Was Working. Journal of American
Medical Association. 298(10). 1196-1207.

Você também pode gostar