Você está na página 1de 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam

menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelinan badaniah dan

rokhaniah pada manusia atau hewan memperelok badan atau bagian badan

manusia.
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,

berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat

mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan saki kepala atau

memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsang nyeri.

Nyeri merupakan suau perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri

berbeda-beda setiap orang.


Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) padamana nyeri

dirasakan unuk pertama kalinya. Dengan kata lain, intensitas rangsangan yang

terendah saat seseorang merasakan nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya

adalah konstan.
Obat yang dapat menurunkan dan mengilangkan rasa nyeri disebut

golongan obat analgesik. Analgesik narkotik adalah analgesik yang berasal dari

opium yang menunjukkan efek analgesik serupa morfin, dengan dosis terapi

analgesik narkotik dapat mengatasi rasa sakit yang parah tanpa depresi

menyeluruh seperti pada anastesi umum. Analgesik narkotik meliputi fentanil,

kodein, morfin dan sufetanil.


Analgesik non narkotik meliputi sub kelas analgesik antipiretik, analgesik

antiinflamasi non steroid dan antipirai. Analgesik antipiretik merupakan suatu


golongan obat yang digunakan dalam terapi untuk mengatasi rasa nyeri ringan

hingga sedang, demam, dan diantaranya juga mengatasi peradangan. Obat-obat

yang termasuk dalam golongan ini diantaranya adalah asama mefenamat,

asetosal, paracetamol, ibuprofen dan selesgin. Metode pegujian nyeri pada

percobaan ini menggunakan metode rangsang kimia dan metode hot plate.
B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari percobaan ini adalah :

1. Bagaimana membandingkan daya analgesik pada mencit (Mus musculus)

dengan menggunakan obat analgesik yaitu asam mefenamat, asetosal,

ibuprofen dan paracetamol dengan menggunakan induksi bahan kimia yaitu

asam asetat 1 % ?
2. Bagaimana membandingkan daya analgesik pada mencit (Mus musculus)

dengan menggunakan obat analgesik yaitu asam mefenamat, asetosal,

ibuprofen dan paracetamol dengan menggunakan hot plate pada suhu 50C ?
C. TUJUAN

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Untuk membandingkan daya analgesik pada mencit (Mus musculus) dengan

menggunakan obat analgesik yaitu asam mefenamat, asetosal, ibuprofen dan

paracetamol dengan menggunakan induksi bahan kimia yaitu asam asetat 1

%.
2. Untuk membandingkan daya analgesik pada mencit (Mus musculus) dengan

menggunakan obat analgesik yaitu asam mefenamat, asetosal, ibuprofen dan

paracetamol dengan menggunakan hot plate pada suhu 50C.


D. MANFAAT
Manfaat dari percobaan ini adalah :
1. Mampu membandingkan daya analgesik pada mencit (Mus musculus)

dengan menggunakan obat analgesik yaitu asam mefenamat, asetosal,


ibuprofen dan paracetamol dengan menggunakan induksi bahan kimia yaitu

asam asetat 1 %.
2. Mampu membandingkan daya analgesik pada mencit (Mus musculus)

dengan menggunakan obat analgesik yaitu asam mefenamat, asetosal,

ibuprofen dan paracetamol dengan menggunakan hot plate pada suhu 50C.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR TEORI

Nyeri didefinisikan secara sederhana sebagai rasa tidak nyaman atau

gejala yang terjadi dalam berbagai derajat keparahan akibat cedera, penyakit

tertentu , atau gangguan emosional. Beratnya nyeri dan tanggapan seseorang

terhadap rasa nyeri diakibatkan karena dari faktor bilogis, fisiologis dan

kultural, dan tindakan sebelumnya terhadap cedera atau penyakit yang sangat

nyeri. Hal ini akan mempengaruhi sensitivitas seseorang terhadap nyeri

tersebut (Ping Hui, 2013).

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman

berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat

mempengaruhi nyeri misalnya emosi, emosi dapat menimbulkan sakit kepala

ata memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan

nyeri. Nyeri merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dann ambang

toleransi nyeri berbeda-beda bagi tiap orang (Hoan, 2013).

Ambangnyeri dapat didefinikan sebagai tingkat atau level padamana

nyeri dirasakan unutk pertamakalinya. Dengan kata lain, intensitas

rangsangan yang terendah saat seseorang merasakan nyeri. Unutk tiap orang

ambang nyerinya adalah konstan. Rasa nyeri yang berfngsi sebagai isyarat

bahaya tentang adanya gangguan pada jaringan, seperti peradangan, infeksi

jasad renik atau kejang otot (Hoan, 2013).

Ada dua jenis nyeri dasar yakni akut dan kronik. Nyeri akut seringkali

dipacu oleh adanya kerusakan jaringan tubuh, seperti pada penyakit, cedera
ata pembedahan. Nyeri akut bersifat ringan dan berlangsung sementara atau

bisa juga berat dan berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Nyeri kronik adalah nyeri berkepanjangan yang berlangsung lama bahkan

sesudah cedera penyebabnya sudah teratasi. Nyeri sering kali disebut sebagai

kronik jika berlangsung selama lebih dari 6 bulan (Ping Hui, 2013).

Nyeri merupakankeluhan yang paling seringdijumpaidalam

praktekdokter. Walaupun merupakan mekanisme protektif bagi tubuh

terhadapkerusakan jaringan namun nyeridapat menyebabkan perubahan

fungsifisikdan emosionaldan menurunkan kualitas hidup. Untuk

mengurangigejala nyeri diperlukan obatanalgesik,yaituobatyang dapat

menguranginyeriakibatsebabyang beragam seperti aspirin, parasetamol dan

morfin (Yusuf, 2013).

Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam

menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah

dan rohaniah pada manusia atau hewan memperelok badan atau bagian badan

manusia (Anief, 2006).

Menurut buku saku kedokteran Dorland analgesik adalah

menghilangkan nyeri, berhubungan dengan analgesia, bahan yang

mengurangi nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran. Antipiretik

adalah menghilangkan atau menurunkan demam, juga agen yang bekerja

seperti itu. Inflamation adalah respon jaringan protektif terhadap cedera atau

kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi atau


mengurung baik agen maupun jaringan yang menyebabkan cedera itu (Poppy,

1998).

Pemakaian analgesikyangbertujuan untukmenghilangkan nyeri,.

Penggunaan analgesiknonopioid sepertinon-steroid antiinflamasidrug

(NSAID)atauparasetamol ditujukan untukmengatasi nyeriringansampai

sedang.Analgesik opioidbekerja diperantarai oleh reseptor spesifik

yangterdapat padasistemsyaraf pusatdanbeberapa jaringanlainnya (Khotib,

2006).

Awal tahun 1990 telah berhasil dikloning 3jenisreseptoropioidyaitu

reseptor opioidmu,deltadankappa. Aktivasi reseptor opioidmuoleh agonisnya

sepertimorfin,fentanil, oksikodon ataubetaendorfin

menghasilkanantinyeriyangsangatpoten.Demikian jugastimulasi

reseptoropioidkappaolehdynorfin, (-)U-50,488H danketosiklasin

menghasilkan efekanalgesikyang kuat.Sementara reseptoropioiddelta

olehdeltorfin danenkefalin menghasilkan efekanalgesiktidak

sekuatpadamuataukappa (Khotib, 2006).

Analgesik narkotik adalah analgesik yang berasal dari opium yang

menunjukkan efek analgesik serupa morfin, dengan dosis terapi analgesik

narkotik dapat mengatasi rasa sakit yang parah tanpa depresi menyeluruh

seperti pada anastesi umum. Analgesik narkotik meliputi tentanit, kodein,

morfin dan sufentanil. Analgesik non narkotik meliputi subkelas analgesik

antipiertik, analgesik antiinflamasi non steroid dan antipirai (Kasim, 2013).


Analgesik antipiretik merupakan suatu golongan obat yang digunakan

dalam terapi untuk mengatasi rasa nyeri ringan hingga sedang, demam dan

diantaranya juga mengatasi peradangan. Efek analgesiknya terhadap rasa

nyeri diduga bersifat efek perifer, pada peradangan juga bersifat efek perifer.

Sedangkan efeknya terhadap demam berpengaruh pada hipotalamus yaitu

pusat pengatur suhu tubuh. Obat yang tergolong dalam analgesik non narkotik

meliputi diantaranya asam mefenamat, asetosal, paracetamol dan ibu

profen (Kasim, 2013).

Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan digunakan

tanpa resep dokter. Obat-obat ini merupakan suatu kelompok obat heterogen,

secara kimia. Klasifikasi kimiawi anti inflamasi nonsteroid (AINS) tidak

bayak manfaat kliniknya karena ada obat AINS dari golongan yang sama

memiliki sifat yang berbeda, sebaliknya ada obat AINS yang berbeda

subgolongan tapi memiliki sifat yang serupa (Setiabudy, 2012).


B. URAIAN OBAT
1. Parasetamol (Zulkoni, 2009:49-51).
Indikasi : Sebagai antipiretikanalgesik, termasuk bagi pasien yang
tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk
mengurangi asa nyeri pada salit kepala, sakit gigi, sakit
waktu haid dan sakit pada otot. Menurunkan demam

pada influenza dan setelah vaksinasi.


Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi
glucose-6-fosfate dehidrogenase. Tidak boleh digunakan

padapenderita gangguan fungsi hati.


Peringatan : Pemberian harus berhati-hati pada pasien gangguan
fungsihati, gangguan fungsi ginjal, ketergantungan

alcohol serta penggunaan jangka lama pada pasien

anemia. Jangan melampaui dosis yang disarankan. Harap

ke dokter bila gejala demam belum sembuh dalam waktu

2 hari atau rasa sakit tidak berkurang selama 5 hari.


Efek samping : Jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi ruam
kulit, kelainan darah (termasuk trombosito[enia,
leukopenia, netropenia), hipotensi juga dilaporkan dan
kerusakan ginjal dengan frekuensi yanglebih kecil
disebabkan oleh overdosis.
Golongan : Analgetik antipretik (Analgesik non-opioid)
Dosis : - Oral 0,5-1 gram setiap 4-6 jam
- Anak-anak 2 tahun 60 mg untuk pasca imunisasi

pireksia.
- Diatas 12 tahun -1 g tiap 4 jam, maksimum 4 gram per

hari.

Mekaniske kerja : Parasetamol menghambat biosintesis PG yang lemah.

Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui

saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai

dalam waktu jam dan masa paruh plasma antar 1-3 jam.

Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati.


Sebagian parasetamol di konjugasi dengan asam

glukuronat dan sebagian lainnya dengan asam sulfat. Obat

ini dapat mengalami hidroksilasi (IONI, 2008 : 301)

Farmakokinetik : obat ini mudah diabsorbsi usus dan cepat didistribsi

kejaringan. Obat ini menghambat glukuronidasi obat

analgesik lain misalnya Na salisilat dan asam salisilat

sehingga pemberian bersama dapat meningkatkan efek

terapi dan toksisitas obat tersebut. Kadar maksimum

dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60

menit setelah pemberian. Parasetamol diekskresikan

melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami

perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi

(Setiabudy, 2012:237 dan Zulkoni, 2009:50).

2. Asam Mefenamat (IONI, 2008:295).


Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang dan kondisi yang
berhubungan, dismenore dan menoragi
Kontra indikasi : Dikontra indikasikan terutama pada peradangan pada
peradangan usus besar
Peringatan : Sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien
lansia, pengobatan jangka lama lakukan tes darah.
Efek samping : Mengantuk, diare atau ruam kulit (hentikan
pengobatan), trombositopenia, anemia hemolitik,
kejang pada overdosis.
Golongan : Analgesik non-opioid
Dosis : 500 mg 3 kali sehari sebaliknya setelah makan, selama
tidak lebih dari 7 hari.
Mekanisme kerja : Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase
sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2
terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase
dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda.
Enzim siklooksigenae terdapat dalam 2 isoform
disebut COX 1 dan COX2. COX1 esensial dalam
pemeliharaanberbagai fungsi dalam kondisi normal
diberbagai fungsi jaringan khususnya ginjal. COX2
mempunyai fungi fisiologis yaitu di ginjal, jaringan
vaskular dan pada proses perbaikan jaringan COX2 di
endotel makrovaskular melawan efek tersebut dan
menyebabkan penghambatan agregasi trombosit,
vasodilatasi dan efek ani-poliferatif.
3. Asetosal (IONI, 2008:297).
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, demam, sakit kepala,
dismenore, dan demam.
Kontra indikasi : Anak dan remaja dibawah usia 16 tahun dan iu menyusui
(sindron rege), riwayat maupun sedang menderita tukak
saluran cerna, hemofilia, tidak untuk pengobatan gout.
Peringatan : Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Bila setelah 2 hari
demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak
menghilanh, segera hubungi dokter atau unit pelayanan
kesehatan. Hati-hati unutk penderita gangguan fungsi
ginjal atau hati dan dehidrasi. Sebaiknya obat ini diminum
setelah makan atau bersama dengan makanan. Alkohol
dapat meningkatkan pendarahan gastrointestinal bil
diminum bersamaan dengan obat ini.pemakaian jangka
panjang dapat menyebabkan pendarahan dilambung
(Zulkoni, 2009:54).
Efek samping : Biasanya ringan dan tidak sering, tetapi kejadiannya tinggi
untuk terjadinya iritasi saluran cerna dengan pendarahan
ringan yang asimtomati, memanjangnya bleding time,
bronkospasene dan reaksi kulit pada pasien hipersensiif.
Golongan : Analgesik non-opioid
Dosis : Anak 2-6 tahun - 1 tablet, anak 6-12 tahun 1-2 tablet
dewasa 300-900 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan,
maksimum 4 g/hari.
Mekanisme kerja : Asetosal adalah obat anti nyeri tertua yang sampai kini
paling banyak digunakan di seluruh dunia. Zat ini juga
berkhasiat dimana berdaya menghambat agregasi
trombosit. Menghambat enzim siklooksigenase sehingga
konversi asam-asam arakhidonat menjadi PGG terganggu.
Asam asetilsalisilat dengan buffer, bekerja dengan
mempengaruhi pusat pengatur suh dihipotalamus sehingga
dapat menurunkan demam, dan menghambat pembentukan
prostaglandin sehingga dapat meringankan rasa sakit
(Zulkoni, 2009:53).
4. Ibuprofen (IONI, 2008:299).
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang antara lan nyei pada penyakir
gigi atau pencabutan gigi, nyeri pasca bedah, sakit kepala
gejala nyeri ringan sampai sedang pada gejala reumatik
tulang sendi dan non sendi, terkilir, menurunkan demam
pada anak-anak.
Kontra indikasi : Hipersensitif pada obat-obat ibuprofen, tulang sendi,
nonsendi, menurunkan demam pada anak-anak.
Efek samping : Saluran cerna, lebih ringan dibandingkan dengan aspirin,
eritema kulit, sakit kepala, trombosiponia, ambuopia
toksik yang reversible.
Interaksi : Penggunaan bersama aspirin mengantagonis efek aspirin
terhadap trombosit sehingga meniadakan sifat kardio
protektif aspirin
Golongan : Analgesik non-opioid
Dosis : Dewasa, sehari 3-4 kali 200-250 mg
Anak-anak, 1-2 tahun sehari 3-4 kali 50 mg, 3-7 tahun 3-4
kali 100 125 mg, 8-12 tahun sehari 3-4 kali 200-250 mg.
Mekanisme kerja : Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar
meksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu
paruh plasma sekitar 2 jam.
C. URAIAN BAHAN

1. Natrium Karboksimetilselulosa (Ditjen POM, 1979:401)

Nama resmi : Natrii Carboxymethyl Cellulosum

Nama lain : Natrium Karboksimetilselulosa

Pemerian : serbuk atau butiran, putih atau putih kuning


gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau.

Kelarutan : mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol 95 % P,

dalam eter P dan dlaam pelarut organik lain.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Kontrol

2. Asam Asetilsalisilat / Asetosal (Ditjen POM, 1979:56)


Nama resmi : Acidum Acetylsalicylicum
Nama lain : Asetosal
RM/BM : C9H8O4/180,16
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih,

tidak berbau atau hampir tidak berwarna


Kelarutan : sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol

(95 %) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : obat sampel

3. Parasetamol (Ditjen POM, 1979:37)


Nama resmi : Acetaminopheum
Nama lain : Parasetamol
RM/BM : C8H9NO2/151, 16
Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa

pahit
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dan 7 bagian etanol
(95%) P, larut dalam larutan alkali hidroksida
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik (terlindung dari cahaya)
Kegunaan : obat sampel

4. Asam mefenamat (Ditjen POM, 1995:43)


Nama resmi : Acidum Mefenamacium
Nama lain : Asam mefenamat
RM/BM : C15H15NO2/241, 29
Pemerian : serbuk hablur, putih atau hampir putih, melebur

pada suhu kurang lebih 230o disertai peruraian


Kelarutan : laut dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar

larut dalam kloroform, sukar larut dalam etanol


Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : obat sampel

5. Aquades (Ditjen POM, 1979:96)

Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain : Air suling

RM/BM : H2O/18,02 g/ml

Pemerian : jernih, tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai pelarut


D. URAIAN HEWAN COBA

1. Klasifikasi mencit (Pribadi, 2008).


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodenta
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
2. Karakteristik mencit (Pribadi, 2008).
Lama hidup (tahun) :1-3
Lama hamil (hari) : 19-21
Umur hidup (hari) : 18-28
Pubertas (hari) : 35
Masa tumbuh (hari) : 56
Bobot lahir (gr/ekor) : 0,5-1,0
Bobot badan rata-rata (gr/ekor) : 18-20
Bobot dewasa jantan (gr/ekor) : 20-40
Bobot dewasa betina (gr/ekor) :18-35
Pertambahan bobot badan (gr/ekor/hari) :1
Jumlah anak perkelahiran (ekor) : 6-15
Pernafasan (menit) : 140-180
Denyut jantung (menit) : 600-650
Suhu tubuh (oC) : 35-39
o
Suhu rektal ( C) :37-40
Konsumsi makanan : 3-5
Konsumsi air : 4-8
Aktivitas : nokturnal
3. Morfologi mencit (Pribadi, 2008)
Tikus ruamh memiliki panjang 65-95 mm dari ujung hidung

mereka ke ujung tubuh mereka. Bulu mencit berkisar dalam warna dari

coklat muda sampai hitam dan pada umumnya memiliki warna putih.

Mencit memiliki ekor panjang yang memiliki sedikit bulu dan memiliki

deretan lingkaran sisik. Tikus ruamh cenderung memiliki panjang bulu

lebih gelap ketika hidup erat dengan manusia.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
a. Sarung tangan
b. Spoit 1 ml g. Gelas ukur
c. Kanula h. Batang pengaduk
d. Timbangan analitik i. Spatula besi
e. Hot plate j. Stopwatch
f. Gelas kimia k. Elektomantel
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
a. Mencit (Mus musculus)
b. Parasetamol
c. Asetosal
d. Asam mefenamat g. Asam asetat 1%
e. Ibuprofen h. Akuades
f. NaCMC 0,5 % i. Aqua Pro Injeksi
j. Alkohol 70 %
k. Kapas
l.
m.

B. PROSEDUR KERJA
1. Penyiapan hewan coba
a. Disiapkan 8 ekor mencit
b. Dimasukkan dalam gelas kimia
c. Ditimbang masing-masing mencit
d. Diberi tanda penomoran pada tubuh mencit
2. Penyiapan bahan
a. Dihitung berat rata-rata mencit
b. Dihitung dosis masing-masing mencit
c. Dihitung larutan stok 20 ml untuk rute PO dan IP
d. Dihitung volume pemberian untuk masing-masing mencit dengan rute

PO dan IP
3. Perlakuan hewan coba
a. Metode rangsang kimia
- Mencit 1
a. Ditimbang menggunakan timbangan analitik
b. Dihitung dosis mencit
c. Dihitung volume pemberian obat kontrol NaCMC yang akan

diberikan
d. Diberikan secara PO obat kontrol NaCMC sebanyak 1ml
e. Dibiarkan selama 5 menit
f. Diinduksikan secara IP asam asetat 1 %
g. Diamati refleks geliat mencit (kaki ditarik kebelakang, dan perut

dirapatkan ke lantai) pada menit ke 5,10,15,20,25 dan 30.


- Mencit 2
a. Ditimbang menggunakan timbangan analitik
b. Dihitung dosis mencit
c. Dihitung volume pemberian obat asetosal yang akan diberikan
d. Diberikan secara PO obat asetosal sebanyak 0,7 ml
e. Dibiarkan selama 5 menit
f. Diinduksikan secara IP asam asetat 1 %
g. Diamati refleks geliat mencit (kaki ditarik kebelakang, dan perut

dirapatkan ke lantai) pada menit ke 5,10,15,20,25 dan 30.


- Mencit 3
a. Ditimbang menggunakan timbangan analitik
b. Dihitung dosis mencit
c. Dihitung volume pemberian obat asam mefenamat yang akan

diberikan
d. Diberikan secara PO obat asam mefenamat sebanyak 0,7 ml
e. Dibiarkan selama 5 menit
f. Diinduksikan secara IP asam asetat 1 %
g. Diamati refleks geliat mencit (kaki ditarik kebelakang, dan perut

dirapatkan ke lantai) pada menit ke 5,10,15,20,25 dan 30.


- Mencit 4
a. Ditimbang menggunakan timbangan analitik
b. Dihitung dosis mencit
c. Dihitung volume pemberian obat parasetamol dan ibuprofen

yang akan diberikan


d. Diberikan secara PO obat parasetamol dan ibuprofen sebanyak

0,7 ml
e. Dibiarkan selama 5 menit
f. Diinduksikan secara IP asam asetat 1 %
g. Diamati refleks geliat mencit (kaki ditarik kebelakang, dan perut

dirapatkan ke lantai) pada menit ke 5,10,15,20,25 dan 30.


b. Metode Hot Plate
- Mencit 1
a. Ditimbang menggunakan timbangan analitik
b. Dihitung dosis mencit
c. Dihitung volume pemberian obat kontrol NaCMC yang akan

diberikan
d. Diberikan secara PO obat kontrol NaCMC sebanyak 0,7 ml
e. Dibiarkan selama 30 menit
f. Disiapkan Hot Plate dengan suhu 50oC
g. Dimasukkan mencit ke dalam gelas kimia yang berada diatas

Hot Plate
h. Diamati gerakan yang timbul (menjilat kaki dan loncat-loncat)

pada menit ke 3,6,9,12 dan 15.

- Mencit 2
a. Ditimbang menggunakan timbangan analitik
b. Dihitung dosis mencit
c. Dihitung volume pemberian obat paracetamol

yangakandiberikan
d. Diberikan secara PO obat paracetamol sebanyak 0,7 ml
e. Dibiarkan selama 30 menit
f. Disiapkan Hot Plate dengan suhu 50oC
g. Dimasukkan mencit ke dalam gelas kimiayang berada diatas

Hot Plate
h. Diamati gerakan yang timbul (menjilat kaki dan loncat-loncat)

pada menit ke 3,6,9,12 dan 15.


- Mencit 3
a. Ditimbang menggunakan timbangan analitik
b. Dihitung dosis mencit
c. Dihitung volume pemberian obat asetosal yang akan diberikan
d. Diberikan secara PO obat asetosal sebanyak 0,8 ml
e. Dibiarkan selama 30 menit
f. Disiapkan Hot Plate dengan suhu 50oC
g. Dimasukkan mencit ke dalam gelas kimia yang berada diatas

Hot Plate
h.Diamati gerakan yang timbul (menjilat kaki dan loncat-loncat)

pada menit ke 3,6,9,12 dan 15.


- Mencit 4
a. Ditimbang menggunakan timbangan analitik
b. Dihitung dosis mencit
c. Dihitung volume pemberian obat asam mefenamat yang

akandiberikan
d. Diberikan secara PO obat asam mefenamat sebanyak 0,8 ml
e. Dibiarkan selama 30 menit
f. Disiapkan Hot Plate dengan suhu 50oC
g. Dimasukkan mencit ke dalam gelas kimia yang berada diatas

Hot Plate
h. Diamati gerakan yang timbul (menjilat kaki dan loncat-loncat)

pada menit ke 3,6 ,9 ,12, 15


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A HASIL PENGAMATAN
1 Rangsang Kimia

Jumlah respon geliat (kaki ditarik kebelakang + perut rapat


Obat
di lantai) pada menit
5 10 15 20 25 30
NaCMC
6 3 7 2 4 2
0,5%
Asetosal 4 25 7 8 17 11
Asam
3 7 6 12 5 2
mefenamat
PCT +
6 10 5 4 1 3
Ibuprofen

2 Hot plate

Jumlah respon (jilat kaki + loncat) pada menit


Obat
3 6 9 12 15
NaCMC
10 34 79 35 42
0,5%
Asetosal - 33 40 85 95
PCT 71 44 20 40 74
Asam
5 10 25 24 22
mefenamat

DATA PERHITUNGAN

Perhitungan Obat
Dik : Berat mencit 1 = 20,46 gram
Berat mencit 2 = 22,35 gram
Berat mencit 3 = 20,09 gram
Berat mencit 4 = 20,01 gram
Berat mencit 5 = 26,41 gram
Berat mencit 6 = 20,05 gram
Berat mencit 7 = 20,05 gram
Berat mencit 8 = 20,03gram
Berat rata-rata mencit = 21,18 gram
Dit : Dosis mencit = ...?
Larutan stok = ...?
Volume pemberian = ... ?

Peny :

Paracetamol
Berat etiket : 500 mg
Berat rata-rata : 597 mg
Dosis mencit = dosis obat x bilangan konversi
= 500 mg x 0,0026
= 1,3 mg/20 g
berat mencit
x dosis
Untuk mencit rata-rata = berat mencit standar

21,18 gram
x 1,3
= 20 gram = 1,3767 mg.

Larutan stok 20 ml

jumlah ; arutan stok yang diinginkan


x dosis mencit ratarata
= volume pemberian maks imum

20 m
x 1,3767
= 1 ml = 27, 534 mg

Berat yang ditimbang

berat yang diinginkan


x berat ratarata
= berat etiket

27,534
x 579
= 500 = 32,88 mg = 0,0032 gram

Ibuprofen
Berat etiket : 400 mg
Berat rata-rata : 610 mg
Dosis mencit = dosis obat x bilangan konversi
= 400 mg x 0,0026
= 1,04 mg/20 g
berat mencit
x dosis
Untuk mencit rata-rata = berat mencit standar
21,18 gr am
x 1,04
= 20 gram = 1,10136 mg.

Larutan stok 20 ml

jumlah ; arutan stok yang diinginkan


x dosis mencit ratarata
= volume pemberian maksimum

20 m
x 1,10136
= 1 ml = 22,02 mg

Berat yang ditimbang

berat yang diinginkan


x berat ratarata
= berat etiket

22,02
x 618
= 400 = 34,0209 mg = 0,034 gram

Asam Mefenamat
Berat etiket : 500 mg
Berat rata-rata : 667 mg
Dosis mencit = dosis obat x bilangan konversi
= 500 mg x 0,0026
= 1,3 mg/20 g
berat mencit
x dosis
Untuk mencit rata-rata = berat mencit standar

21,18 gram
x 1,3
= 20 gram = 1,3767 mg.

Larutan stok 20 ml

jumlah ; arutan stok yang diinginkan


x dosis mencit ratarata
= volume pemberian maksimum
20 m
x 1,3767
= 1 ml = 27, 534 mg

Berat yang ditimbang

berat yang diinginkan


x berat ratarata
= berat etiket

27,534
x 667
= 500 = 36,730356 mg = 0,0036 gram

Asetosal
Berat etiket : 80 mg
Berat rata-rata : 189 mg
Dosis mencit = dosis obat x bilangan konversi
= 80 mg x 0,0026
= 0,208 mg/20 g
berat mencit
x dosis
Untuk mencit rata-rata = berat mencit standar

21,18 gram
x 0,208
= 20 gram = 0,220272 mg.

Larutan stok 20 ml

jumlah ; arutan stok yang diinginkan


x dosis mencit ratarata
= volume pemberian maksim um

20 m
x 0,220272
= 1 ml = 4,40544 mg

Berat yang ditimbang

berat yang diinginkan


x berat ratarata
= berat etiket

4,40544
x 189
= 80 = 10,407852 mg = 0,0104 gram

Volume pemberian
berat mencit
x volume pemberian
Mencit 1 = berat mencit terberat

26,41 gram
x 1 ml
= 26,41 gram

= 0,7 ml

berat mencit
x volume pemberian
Mencit 1 = berat mencit terb erat

20,05 gram
x 1 ml
= 26,41 gram

= 0,8 ml
Daya analgesik metode rangsang kimia
a Asetosal
Menit ke 5

persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )


persentase day a analgesik =100 ( 46 x 100 )
persentase daya analgesik =100 66,66

persentase daya analgesik =33,34

Menit ke 10

persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )


persentase daya analgesik =100 ( 253 x 100 )
persentase daya analgesik =100 8,33

persentase daya analgesik =91,67

Menit ke 15
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 77 x 100 )
persentase daya analgesik =100 100
persentase daya analgesik =0

Menit ke 20
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 82 x 100 )
persentase daya analgesik =100 400
persentase daya analgesik =300

Menit ke 25
persentase daya analges ik=100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 174 x 100 )
persentase daya analgesik =100 425
persentase daya analgesik =325

Menit ke 30
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 112 x 100 )
persentase daya analgesik =100 550
persentase daya analgesik =450

b Asam mefenamat
Menit ke 5

persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )


persentase daya analgesik =100 ( 36 x 100 )
persentase daya analgesik =100 50

persentase daya analgesik =50

Menit ke 10
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 73 x 100 )
persentase daya analgesik =100 233,33

persentase daya analgesik =133,33

Menit ke 15

persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )


persentase daya analgesik =100 ( 67 x 100 )
persentase daya analgesik =100 85,71
persentase daya analgesik =14,29

Menit ke 20

( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100

persentase daya analgesik =100 ( 122 x 100 )


persentase daya analgesik =100 600
persent ase daya analgesik =500

Menit ke 25
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 54 x 100 )
persentase daya analgesik =100 125
p ersentase daya analgesik =25

Menit ke 30

persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )


persentase daya analgesik =100 ( 22 x 100 )
persentase daya analgesik =100 100
persentase daya analgesik =0

c PCT + Ibuprofen
Menit ke 5
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 66 x 100 )
persentase da ya analgesik =100 100

persentase daya analgesik =0

Menit ke 10

persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )


persentase daya analgesik =100 ( 103 x 100 )
persentase daya analgesik =100 30

persentase daya analgesik =70

Menit ke 15
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 57 x 100 )
per sentase daya analgesik =100 71,42
persentase daya analgesik =28,58

Menit ke 20
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 42 x 100 )
persentase daya analgesik =100 200
persentase daya analgesik =100

Menit ke 25
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 14 x 100 )
persentase daya analgesik =100 25
persentase daya analgesik =75

Menit ke 30
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya anal gesik =100 ( 32 x 100 )
persentase daya analgesik =100 150
persentase daya analgesik =50

Daya analgesik metode hot plate

a Asetosal
Menit ke 3
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 100 x 100 )
persentase daya analgesik =100 0

persentase daya analgesik =100

Menit ke 6

persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )


persentase daya analgesik =100 ( 3334 x 100 )
persentase daya analgesik =100 97,05

persentase daya analgesik =2,95

Menit ke 9
persentase daya a nalgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 4079 x 100 )
persentase daya analgesik =100 50,63
persentase daya analgesik =49,37

Menit ke 12
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 8535 x 100 )
persentase daya analgesik =100 242,85
persentase daya analgesik =142,85

Menit ke 15
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 9542 x 100 )
persentase daya analgesik =100 226,19
persentase daya an algesik =126,19

b PCT
Menit ke 3

persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )


persentase daya analgesik =100 ( 7110 x 100 )
persentase daya analgesik =100 710

persent ase daya analgesik =610

Menit ke 6

persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )


persentase daya analgesik =100 ( 4034 x 100 )
persentase daya analgesik =100 117,64

persentase daya analgesik =17,64

Menit ke 9
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 2079 x 100 )
persentase daya ana lgesik =100 25,31
persentase daya analgesik =74,69

Menit ke 12

persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )


persentase daya analgesik =100 ( 4035 x 100 )
persentase daya analgesik =100 114,28
persentase daya analgesik =14,28

Menit ke 15
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 7442 x 100 )
persentase daya analgesik =100 176,19
persentase daya analgesik =76,19

c Asam mefenamat
Menit ke 3

persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )


persentase daya analgesik =100 ( 105 x 100 )
persentase daya analgesik =100 50
persentase daya analgesik =50

Menit ke 6

persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )


persentase daya analgesik =100 ( 1034 x 100 )
persentase daya analgesik =100 29,41

persentase daya analgesik =70,59

Menit ke 9
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 253
79
x 100 )

persentase daya analgesik =100 31,64


persentase daya analgesik =68,36

Menit ke 12
persentase daya analgesik =100 ( kp x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 2435 x 100 )
persentase daya analgesik =100 68,57
persentase daya analgesik =31,43

Menit ke 15
persentase day a analgesik =100 ( pk x 100 )
persentase daya analgesik =100 ( 2242 x 100 )
persentase daya analgesik =100 52,38
persentase daya analgesik =47,62
B. PEMBAHASAN
Nyeri adalah perasaaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman

berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat

mempengaruhi nyeri misalnya emosi dapat menimbulkan rasa sakit kepala

atau memperberatnya, tetapi dapat pula menghidarkan sensasi rangsangan

nyeri. Nyeri merupakan suatu persaaan subjektif pribadi dan ambang toleransi

nyeri berbeda-beda bagi tiap orang.


Ada dua jenis nyeri dasar yaitu akut dan kronik. Nyeri akut sering kali

dipacu oleh adanya kerusakan jaringan tubuh seperti pada penyakit, cedera

atau pembedahan. Nyeri akut bersifat singan dan berlangsung sementara, atau

bisa juga berat dn berlansung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Nyeri kronik adalah nyeri berkepanjangan yang berlangsung lama bahkan

sesudah cedera penyebabnya sudaah teratasi. Nyeri sering kali disebut kronik

juga berlangsung selama lebih dari 6 bulan.


Obat untuk mengatasi nyeri disebut obat golongan analgesik. Menurut

buku saku kedoktern Dorland, analgesik adalah menghilangkan nyeri,

berhubungan dengan analgesia, bahkan mengurangi nyeri tanpa menyebabkan

hilangnya kesadaran. Obat analgesik baik narkotik maupun non anrkotik

tergolong dalam golongan ananlgesik antiperetik. Analgesik anatipiretik

merupakan suatu golongan obat yang digunakan dalam terapi untuk

mengatasi rasa nyeri ringan hingga sedang, demam dan diantaranya juga

mengatasi peradangan. Obat-obat yang digunakan dalam percobaan ini adalah

obat analgesik non-narkotik yakni obat asam mefenamat, asetosal, ibu profen

serta paracetamol.
Pada percobaan ini, pengujian efek analgesik beberapa obat dilakukan

dengan dua metode, yakni metode rangsang kimia dan metode hot plate.

Perlakuan ini di bagi menjadi empat kelompok, kelompok pertama dan dua

melakukan metode hot plate sedang kelompok tiga dan empat menggunakan

metode rangsang kimia.


Pengujian pertama menggunakana metode hot plate. Kelompok I

menggunakan obat kontrol (Na CMC) dan Paracetamol sedang kelompok II

menggunakan obat asetosal dan asam mefenamat. Disini ingin dilihat berapa

kali mencit melompat dan menjilat kaki ketika diletakkan diatas hot

plate.Dilihat pada waktu pemanasan 1-3, 3-6, 6-9, 9-12 dan 12-15 menit.

Induksi obat diberikan secara oral kemudian didiamkan selama 30 menit.Hal

ini dimaksudkan agar obat dapat memberikan efek. Kemudian dilakukan

perlakuan metode hot plate dan rangsang kimia.


Penggunaan kontrol didapat hasil respon geliat dan melompat

berturut-turut adalah 10, 34, 79, 35 dan 42 kali. Ketika dipanaskan, kontol

tidak memeberikan efek analgesik sehingga tidak mempengaruhi

pengurangan gerak refeleks mencit.Jika dibandingkan dengan penggunaan

paracetamol, didapat hasil yakni 70, 44, 20, 40 dan 74 kali. Hasil ini tidak

sesuai, seharusnya dengan pengguanaan paracetamol dapat menurunkan

gerak menjilat kaki dan melompat pada mencit.Berdasarkan mekanisme kerja

paracetamol yakni Parasetamol menghambat biosintesis PG yang

lemah.Sehingga menyebabkan berkurangnya rasa panas yang dirasakan

mencit pada permukaan telapak kaki yang berkontak langsung dengan panas

dari hot plate.


Terjadinya kesalahan ini dapat disebabkan oleh beberpa faktor. Faktor

tersebut diantaranya yakni kuranganya pemberian dosis obat, terlalu panasnya

hot plate, kesalahan penghitungan gerakan refleks mencit serta terlalu

aktifnya mencit sehingga menyebabkan terlalu banyaknya gerakan melompat

dan menjilat kaki.


Penggunaan asetosal juga didapat hasil berturut-turut adalah 0, 33, 40,

85 dan 95 kali. Bila dibandingkan dengan penggunaan kontrol, terjadi

penurunan gerakan menjilat kaki dan melompat pada mencit. Berdasarkan

mekanisme kerjanya, zat ini berkhasiat dimana berdaya menghambat

agregasitrombosit. Menghambat enzim siklooksigenase sehinggakonversi

asam-asam arakhidonat menjadi PG terganggu. Asam asetilsalisilat dengan

buffer, bekerja dengan mempengaruhi pusat pengatur suhu dihipotalamus

sehingga dapat menurunkan demam, dan menghambat pembentukan

prostaglandin sehingga dapat meringankan rasa sakit. Namun terjadi

peningkatan gerak lompat dan menjilat kaki setelah dipanaskan selama 9 - 15

menit.
Digunakan pula obat asam mefenamat, didapat hasil gerakan

melompat dan menjilat kaki pada mencit yakni 5, 10, 25, 24 dan 22 kali. Bila

dibandingkan dengan penggunaan kontrol, terjadi penurunan gerak refleks

mencit. Hal ini dapat terjadi karena pemberian bat asam mefenamat sebagai

analgesik (penurun panas) dengan mekanisme kerja golongan obat ini yakni

menghambat enzim siklooksigenasesehingga konversi asam arakhidonat

menjadi PG2terganggu. Sehingga menyebabkan penghambatan pembentukan

prostaglandin sehingga dapat meringankan rasa sakit.


Kemudian ada metode rangsang kimia mencit diberikan obat Na CMC

0,5%, asetosal, asam mefenamat dan parasetamol yang dikombinasikan

dengan ibuprofen serta asam asetat sebagai perangsang terbentuknya

prostaglandin dan menimbulkan rasa nyeri pada mencit. Metode ini cukup

peka pada pengujian obat analgesik, obat yang mempunyai efek analgesik

lemahpun dapat memberikan efek pada mencit. Obat yang telah diberikan

secara peroral diidikasikan dengan asam asetat 1%. Pemberian asam asetat

1% akan merangsang pemebtkan prostaglandin sehingga menimbulkan nyeri

pada hewan coba, hal ini ditandai dengan adanya geliat pada mencit.
Salah satu pembanding yang digunakan untuk mengetahui efek dari

obat analgesik adalah asam mefenamat. Obat ini digunakan karena memiliki

aktivitas dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase sehingga

pembentukan prostaglandin terhambat. Jika dibandingkan dengan kontol

seharusnya geliat yang dilakukan hewan coba hanya 50% dari jumalah geliat

yang terjadi pada kontrol. Namun berdasarkan percobaan yang dilakukan

jumlah geliat mencit yang diberikan asam mefenamat adalh 35 kali dalam 15

menit sedangkan pada mencit yang diberikan kontrol hanya 24 kali dalam 15

menit. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi kesalahan dalam percobaan

ini, karena berdasarkan literatur seharusnya jumlah geliat mencit yang

diberikan asam mefenamat hanya 50% dari kontrol atau hanya 12 kali dalam

15 menit.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam data

yang diperoleh adalah faktor penyuntikan yang mungkin kurang tepat, dapat

juga dikarenakan faktor fisiologis dari mencit yang stress dengan lingkunagn
yang baru. Selain itu juga mungki karena kesalahan praktikan dalam

mengamati aktivitas mencit yang sedang diuji.


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
1 Daya analgesik padametode rangsang kimialemah dan kurang sensitive.

Karena bagian kulit memiliki luas permukaan yang kecil sehingga

cenderung kurang cepat memberikan respon terhadap nyeri. Pada metode

rangsang kimia daya analgesik sebesar 75% pada paracetamol + ibu

profen.
2 Daya analgesik pada metode hot plate lebih kuat, dikarenakan Adanya

perbedaan reseptor nyeri inilah yang menyebabkan metode hot plate lebih

sensitive dibandingkan dengan rangsang kimia.Karena bagian kaki

memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan kulit

sehingga bagian kaki cenderung lebih cepat memberikan respon terhadap

nyeri. Pada hot plate daya anlgesik terbesar yatiu 100% pada asetosal .
B. SARAN
Sebaiknya dalam pemberian obat dilakukan dengan berhati-hati, dan

dengan dosis yang sesuai sehingga efek yang diinginkan tercapai.


DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2006,Ilmu Meracik Obat, Gadjah Madah Universitas Press, Yogykarta.

Ditjen POM, 1979,Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Ditjen POM, 1995.,Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Hoan, T. T., dan Kirana R, 2007.Obat-Obat Penting Edisi Keenam Cetakan


Ketiga. PT Gramedia. Jakarta.

Kasim, F. D. dan Trisna D. Y. 2013.ISO ( Informsi Spesialite Obat ) Indonesia. PT


ISFI Penerbitan. Jakarta.

Khotib, J., 2006, Mekanisme MolekularToleransiObatAnti NyeriOpioid, Jurnal


FarmasiIndonesia, Vol. 3 (1), Hal. 2.

Ping Hui, N., 2013,MIMS Petunjuk Konsultas Indonesia Edisi 13, PT Bhuana
Ilmu Populer (Kelompok Gramedia), Jakarta.

Poppy, K., 1998,Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28, EGC, Jakarta.

Setiabudy, R., 2012,Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Balai Penerbit FKUI,


Jakarta.

Yusuf, Y., Yuliastuti dan ReginaS., 2013,


EfekAnalgesikEkstrakDaunMakutadewa
(Phaleriamacrocarpa)padaMencit, JurnalBionature,Vol.14 (1),Hal. 1-2.

Zulkoni, D.H.A., dan Fitrianingsih D., 2009,Farmakologi Obat-Obat dalam


Praktek Kebidanan, Nuha Medika, Yogyakarta.

Você também pode gostar