Você está na página 1de 6

ISSN: 0215-9617

ANALISA TURAP KANTILEVER PADA


TANAH PASIR MENGANDUNG BELERANG

Roski R.I. Legrans

ABSTRAK

Turap (sheet pile) adalah salah jenis konstruksi yang digunakan dalam pekerjaan teknik sipil yang
secara garis besar konstruksi turap dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yakni turap kantilever (cantilever
sheet pile walls) dan turap penjangkaran (anchored sheet pile walls). Untuk turap kantilever,
analisanya adalah untuk menentukan kedalaman pemancangan dan momen maksimum yang
berguna untuk penentuan panjang turap yang dibutuhkan dan profil dan bahan yang akan
digunakan pada turap tersebut. Dengan menggunakan komponen geser tanah pasir murni dan
pasir mengandung belerang yang telah diteliti di laboratorium, dihitung kedalaman pemancangan
teoritis dan momen maksimum turap dinding kantilever yang dipancang pada tanah pasir. Dari
hasil perhitungan disimpulkan bahwa pasir mengandung belerang yang menambah nilai sudut
geser dalam memberikan nilai Dteoritis dan Mmax masing-masing sebesar 11,17 % dan 16,04 %
lebih kecil dari hasil pada pasir murni. Pada tanah pasir yang terdiri atas 2 (dua) lapisan, kondisi
1 < 2 memberikan nilai Dteoritis sebesar 0,43 % lebih kecil dari hasil pada kondisi 1 > 2, dan
kondisi 1 > 2 memberikan nilai Mmax sebesar 10,5 % lebih kecil dari hasil pada kondisi 1 < 2.

Kata kunci : turap kantilever, pasir, belerang

1. PENDAHULUAN belerang yang homogen. Dari hasil analisa


Turap (sheet pile) adalah salah satu akan diperoleh kedalaman pemancangan
jenis konstruksi yang digunakan dalam teoritis turap kantilever dan momen
pekerjaan teknik sipil. Walaupun sering maksimum yang bekerja pada dinding turap.
difungsikan sebagai penahan tanah, akan
tetapi jika dibandingkan dengan konstruksi 2. PERILAKU GESER PADA PASIR
dinding penahan tanah (retaining wall) Kuat geser tanah pasir dapat ditentukan
memiliki perbedaan dalam jenis material dari pengujian triaksial (Triaxial Test) atau
pembentuk, model konstruksi maupun pengujian geser langsung (Direct Shear Test).
perhitungan untuk perencanaan. Secara garis Kelebihan tekanan air pori akibat adanya
besar konstruksi turap dibagi menjadi 2 (dua) beban yang bekerja di atas tanah pasir dalam
jenis, yakni turap kantilever (cantilever sheet kondisi jenuh adalah nol. Pada pengujian
pile walls) dan turap penjangkaran (anchored geser langsung pasir padat dan tidak padat
sheet pile walls). Dalam pelaksanaannya, diperoleh kesimpulan yakni : 1.) pada
turap dipancang ke dalam tanah dan bagian pengujian pasir padat, butirannya
belakang turap diberi isian timbunan (backfill). berhubungan saling mengunci satu sama lain
Pada umumnya, tanah yang digunakan dan rapat. Sebelum keruntuhan tercapai,
sebagai backfill adalah tanah berbutir kasar hubungan antar butiran ini dapat menambah
(granular soil) seperti pasir. perlawanan terhadap gesekan pada bidang
Hasil pengujian laboratorium gesernya. Setelah tegangan puncak tercapai
menunjukkan bahwa pasir yang dicampur pada L yang rendah, tingkatan penguncian
belerang bertambah kekuatan gesernya antar butirannya turun dan tegangan geser
dibandingkan dengan pasir murni (tidak selanjutnya berkurang. Pengurangan tingkat
dicampur belerang). Tulisan ini bertujuan penguncian antarbutir menghasilkan
untuk menganalisa turap kantilever yang pertambahan volume benda uji selama geser
dipancang pada tanah pasir dengan batasan berlangsung. Pada kondisi ini tegangan geser
masalah yakni tidak ada pengaruh muka air menjadi konstan, yaitu pada nilai tegangan
tanah serta pemancangan dilakukan pada batasnya; 2.) Pada pasir yang tidak padat,
tanah pasir murni dan pasir mengandung

TEKNO-SIPIL/Volume 09/No. 55/April 2011 8


ISSN: 0215-9617

derajat penguncian antarbutiran kecil


sehingga kenaikan tegangan geser secara
berangsur-angsur akan menghasilkan nilai
yang menuju tegangan batasnya, dengan
tidak ada nilai tegangan geser pada
puncaknya. Tiap kenaikan tegangan gesernya
akan diikuti oleh suatu pengurangan volume
benda ujinya.

Gbr 2. Hasil pengujian triaksial pada tanah pasir

Karena pasir adalah tanah non-kohesi


(cohesionless), maka nilai c = 0. Dengan
demikian persamaan kuat geser untuk pasir
adalah :

Keterangan : f = tegangan geser saat


keruntuhan; = tegangan efektif; = sudut
Gbr 1. Hasil pengujian geser langsung pada tanah pasir
geser dalam
Pengujian triaksial pada tanah pasir
biasanya diterapkan pada kondisi
consolidated drained. Ini disebabkan karena
air pori relatif cepat mengalir dan konsolidasi
cepat terjadi pada tanah pasir (Jumikis, 1967).
Perbedaan antara perubahan volume yang
terjadi pada tanah pasir dan lempung adalah
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
perubahan volume. Perbedaan waktu sangat
tergantung dari permeabilitas tanah.
Permeabilitas tanah pasir yang tinggi Gbr 3. Lingkaran Mohr hasil pengujian triaksial pada tanah
menyebabkan air pori keluar akan lebih cepat pasir
sehingga perubahan volume akibat
penghamburan air pori akan lebih cepat
terjadi pada tanah pasir dibandingkan pada
Type of sand
Loose Dense
tanah lempung. Uniform sand,
0
rounded 27 35
particles
Well graded
sand,
330 45
angular
particles
Sandy gravel 350 50
Silty sand (270 300) (300 340)
Tabel 1. Sudut geser dalam () untuk tanah pasir

TEKNO-SIPIL/Volume 09/No. 55/April 2011 9


ISSN: 0215-9617

3. SIFAT-SIFAT BELERANG
Belerang secara visual berwarna kuning (o) rata-rata
dan memiliki wujud padat pada suhu ruangan Kode benda uji A1na A1nb A1nc
Pasir murni 36,095 43,00 43,017 40,704
dan bisa berwujud cair maupun gas pada Kode benda uji A2na A2nb A2nc
suhu tertentu. Dalam keadaan padat belerang Pasir + 5 % 40,324 48,477 40,563 43,121
saling mengunci rapat seperti batuan, tapi belerang
dalam suhu ruangan partikel belerang bisa Kode benda uji A3na A3nb A3nc
Pasir + 10 % 45,673 48,232 42,097 45,334
terpisah satu sama lain dan tidak berikatan belerang
lagi. Partikelnya bisa berikatan jika mengalami Kode benda uji A4na A4nb A4nc
panas melewati titik lelehnya sehingga Pasir + 20 % 37,387 33,508 47,147 39,347
belerang
berubah wujud menjadi cair, setelah itu Tabel 2. Hasil uji sudut geser dalam pada benda uji pasir Paal
berubah wujud menjadi cair bila suhunya II pada Kecepatan geser 0,5 mm/menit
berangsur-angsur turun. Belerang murni tidak
(o) rata-rata
berasa, tidak berbau dan tidak larut dalam air.
Kode benda uji B1na B1nb B1nc
Kekasaran elemennya berkisar dari 1,5 2,5 Pasir murni 47,499 50,255 52,157 49,970
pada skala Mohr, serta merupakan konduktor Kode benda uji B2na B2nb B2nc
buruk dari listrik dan panas. Pada suhu 119O Pasir + 5 % 42,576 46,205 48,394 45,725
belerang
C belerang mulai melebur dan bila terus Kode benda uji B3na B3nb B3nc
mendapat panas belerang dapat terbakar Pasir + 10 % 50,916 46,549 51,221 49,562
dengan warna biru. Partikelnya terpisah dan belerang
Kode benda uji B4na B4nb B4nc
berubah wujud menjadi gas. Pasir + 20 % 44,631 47,067 52,299 47,999
Dalam tanah, belerang bercampur belerang
dengan partikel tanah sehingga keduanya Tabel 3. Hasil uji sudut geser dalam pada benda uji pasir
Klabat pada Kecepatan geser 0,5 mm/menit
menjadi komposit tapi itu lebih condong pada
permukaan tanah yang bercampur dengan
(o) rata-rata
belerang hasil aktifitas gunung berapi. Untuk Kode benda uji C1na C1nb C1nc
sifat mekanik belerang tergantung dari formasi Pasir murni 42,330 49,939 45,057 45,775
belerang. Ketahanan dalam menahan Kode benda uji C2na C2nb C2nc
berbagai kombinasi gaya bisa dikatakan sama Pasir + 5 % 53,606 43,185 43,416 46,737
belerang
dalam segala arah karena dalam keadaan Kode benda uji C3na C3nb C3nc
murni mineral penyusunnya serba sama Pasir + 10 % 43,311 39,587 38,142 40,347
dengan ukuran butiran sama. Dalam fase belerang
Kode benda uji C4na C4nb C4nc
padat belerang berbentuk batuan. Dalam Pasir + 20 % 42,104 49,111 38,861 43,358
menahan gaya-gaya pada belerang murni belerang
bergantung pada kepadatannya. Bila padat Tabel 4. Hasil uji sudut geser dalam pada benda uji pasir Paal
II pada Kecepatan geser 1,0 mm/menit
tanpa rongga maka belerang cukup kuat
untuk menahan beban normal maupun beban (o) rata-rata
geser, tapi jika terdapat rongga dalam Kode benda uji D1na D1nb D1nc
belerang maka bisa sangat rapuh. Pasir murni 50,093 54,037 38,663 47,598
Kode benda uji D2na D2nb D2nc
Pasir + 5 % 54,710 49,440 49,609 51,253
4. HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM belerang
TERHADAP KUAT GESER PASIR Kode benda uji D3na D3nb D3nc
MENGANDUNG BELERANG Pasir + 10 % 48,775 41,869 43,176 44,607
belerang
Wuisan (2003) melakukan penelitian Kode benda uji D4na D4nb D4nc
kuat geser pada pasir melalui pengujian geser Pasir + 20 % 45,250 45,028 45,028 45,102
langsung (Direct Shear Test) yang diambil belerang
Tabel 5. Hasil uji sudut geser dalam pada benda uji pasir
dari 2 (dua) lokasi berbeda, yakni pasir Klabat Klabat pada Kecepatan geser 1,0 mm/menit
dan pasir Paal II. Benda uji divariasikan Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa
dengan campuran belerang dengan kadar 0 dengan variasi tambahan kadar belerang, nilai
%, 5 %, 10 %, 20 %, dan berat volume kering sudut geser dalam () naik pada penambahan
sebesar d = 1,283 gr/cm3 konstan untuk tiap- sampai 5 % dari berat total campuran dan
tiap benda uji. Kecepatan geser yang diambil setelah itu menunjukkan kecenderungan
sebesar 0,5 mm/menit dan 1 mm/menit untuk penurunan. Nilai terendah dicapai pada titik
setiap benda uji. Setiap beban dilakukan 3 10 % campuran belerang. Dengan 5 %
(tiga) kali pengujian a, b dan c untuk benda uji campuran belerang, nilai sudut geser dalam
yang berjumlah 144 benda uji. Hasilnya dapat () naik 0,962O 3,655O walaupun pada pasir
dilihat pada tabel.

TEKNO-SIPIL/Volume 09/No. 55/April 2011 10


ISSN: 0215-9617

Klabat dengan kecepatan geser 1 mm/menit


menunjukkan penurunan nilai sebesar
1,971 . Dibandingkan nilai pada pasir
O

murni, angka kenaikan itu berkisar 2,101 % -


7,68 %. Untuk kecepatan geser, semakin
tinggi kecepatan geser nilai naik tapi
kisarannya tidak lebih dari 1,5O, dibandingkan
dengan nilai pada kecepatan geser yang
lebih rendah kenaikan ini tidak lebih dari 3,4
%.

5. TURAP KANTILEVER PADA TANAH


PASIR
Gbr 5. Diagram distribusi tekanan tanah pada turap tanpa
Pemakaian turap kantilever umumnya muka air tanah
direkomendasikan sampai pada ketinggian
tanah 6 m atau kurang di atas permukaan Besar tekanan p2 dari permukaan tanah
keruk (dredge line). Dengan demikian turap sampai dengan garis keruk adalah :
yang berada di atas garis keruk akan p2 .L.K a
berperilaku seperti balok kantilever. Gbr. 4
menunjukkan distribusi tekanan tanah yang Keterangan : Ka = Koefisien tekanan aktif
bekerja pada sepanjang dinding turap. Zona A Rankine = tg2 (45 /2); = berat volume
merupakan zona tekanan aktif, karena pada tanah
zona ini lapisan tanah yang berada di Pada kedalaman L3 di bawah garis keruk
belakang dinding akan bekerja menekan tekanan p2 akan menjadi nol, yakni :
dinding untuk berpindah ke depan. Adanya p2
L3
muka air tanah pada zona ini akan .K p K a
berpengaruh terhadap besarnya tekanan aktif
zona A. Keterangan : Ka = Koefisien tekanan aktif
Rankine = tg2 (45 + /2)
Substitusi p2 pada persamaan L3 di atas
menjadi :
L.K a
L3
K p K a
Dengan menghitung luas diagram distribusi
tekanan tanah aktif di belakang dinding turap
diperoleh :
P 1 . p2 .L 1 . p2 .L3
2 2
dan jarak z yakni :
L
Gbr 4. Diagram tekanan tanah pada turap dinding kantilever
z L3
3
Pada zona B bekerja tekanan tanah aktif
Tekanan tanah pasif pp pada bagian bawah
dan pasif. Tanah yang berada di bawah garis
dinding bekerja dari depan dinding menuju
keruk akan menahan dinding agar tidak
dinding, dan tekanan tanah aktif pa pada
berpindah (pasif) , sementara tanah yang
bagian bawah dinding bekerja dari belakang
berada di belakang dinding akan mendorong
dinding menuju dinding. Sehingga pada
dinding ke depan (aktif). Kondisi pada zona C
kedalaman L + D :
p p .L .D.K p
adalah kebalikan dari zona B, dimana
terdapat titik O yang merupakan titik rotasi
dinding yang membedakan zona B dan C. dan
Apabila turap tersebut dipancang pada tanah pa .D.K a
pasir tanpa ada muka air tanah, maka Total tekanan lateral yang bekerja pada
diagram distribusi tekanan tanah akan bagian bawah dinding adalah :
p p pa p4 .L .D.K p .D.K a
menjadi seperti yang ditunjukkan oleh Gbr. 5.

p p pa p4 .L.K p .L3 .K p K a .L4 .K p K a

TEKNO-SIPIL/Volume 09/No. 55/April 2011 11


ISSN: 0215-9617

p p p a p 4 p 5 p3 A4 di atas kemudian diselesaikan dengan


menggunakan metode Newton-Raphson
dimana :
p5 .L.K p .L3 .K p K a
untuk mencari nilai x.

dan 6. APLIKASI
p3 .L4 .K p K a Data-data tanah hasil pengujian
laboratorium terhadap pengujian kuat geser
Untuk menghitung L4, digunakan persamaan :
tanah pasir yang mengandung belerang, yakni
L44 A1.L34 A2 .L24 A3 .L4 A4 0 sudut geser dalam dan berat volume kering
Dimana : d, digunakan dalam aplikasi terhadap 4
p5 (empat) kasus turap kantilever pada tanah
A1
.K p K a pasir yang disajikan dalam tabel berikut :

8.P Lapisan 1 Lapisan 2


A2
.K p K a Kasus (di bawah garis keruk)
d d

A3

6.P. 2.z . .K p K a p5 1 40,704
o
o
1,283 t/m
3
3
- -

2 .K p K a 2
2 43,121 1,283 t/m - -
o 3 o 3
3 40,704 1,283 t/m 43,121 1,283 t/m
o 3 o 3

P.6.z . p5 4.P
4 43,121 1,283 t/m 40,704 1,283 t/m
A4
2 .K p K a 2 Dari ke-4 kasus di atas akan dihitung berapa
Kedalaman teoritis Dteoritis turap kantilever kedalaman pemancangan teoritis Dteoritis dan
yang dipancang pada tanah pasir tanpa muka momen maksimum Mmax apabila L = 6 m.
air tanah dapat dihitung dengan persamaan : Penyelesaian untuk ke-4 kasus di atas
dilakukan dengan urutan langkah-langkah
Dteoritis L3 L4 perhitungan yakni : 1.) hitung Ka dan Kp; 2.)
Kedalaman aktual turap dinding kantilever hitung p2; 3.) hitung L3; 4.) hitung P; 5.) hitung
ditambah 20 % sampai 30 % nilai Dteoritis, atau z; 6.) hitung p5; 7.) hitung A1, A2, A3, dan A4;
D = 1,2.Dteoritis sampai 1,3.Dteoritis. Perhitungan 8.) hitung L4 dengan menggunakan metode
titik geser nol z, momen maksimum Mmax dan Newton-Raphson; 9.) hitung p3; 10.) hitung
modulus penampang profil S, menggunakan p4; 11.) hitung Dteoritis; 12.) hitung z; 13.)
persamaan-persamaan : hitung Mmax.
2.P Hasil perhitungan untuk ke-4 kasus tersebut
z
K p K a . disajikan sebagai berikut :

2

M max P.z z 1 . .z 2 .K p K a . 1 .z
3 Kasus
Dteoritis
(m)
Mmax
(tm)
M max
S 1 3,5604 16,0752
all 2 3,1626 13,4965
Keterangan : S = modulus penampang profil; 3 3,3469 15,5538
all = tegangan lentur ijin material profil 4 3,3614 13,9202
Untuk menghitung L4, digunakan solusi
numerik dengan metode Newton-Raphson 7. KESIMPULAN
yakni melalui terkaan nilai akar pertaman xi Dari aplikasi diperoleh hasil sebagai
dengan nilai fungsi f(xi). Persamaan Newton- berikut : 1.) Dteoritis dan Mmax memberikan nilai
Raphson adalah : terkecil pada sudut geser dalam = 43,121o,
f xi yakni pada pasir yang mengandung belerang
xi 1 xi dibandingkan Dteoritis dan Mmax yang diperoleh
f xi dari pasir murni dengan sudut geser dalam
L4 diganti dengan variabel x, dan konstanta = 40,704o; 2.) Pada tanah pasir yang terdiri
A1, A2, A3 dan A4 diganti dengan b, c, d dan atas 2 (dua) lapisan dengan sudut geser
e, sehingga persamaan menjadi : dalam 1 dan 2, Dteoritis memberikan nilai
a.x 4 b.x 3 c.x 2 d .x e 0 terkecil pada kondisi 1 < 2 dibanding kondisi
Konstanta-konstanta tersebut dihitung terlebih 1 > 2, dan Mmax terkecil pada kondisi 1 > 2
dahulu dengan menggunakan persamaan- dibanding kondisi 1 < 2.
persamaan untuk menghitung A1, A2, A3 dan

TEKNO-SIPIL/Volume 09/No. 55/April 2011 12


ISSN: 0215-9617

Dengan demikian dapat disimpulkan


bahwa pasir mengandung belerang yang
menambah nilai sudut geser dalam
memberikan nilai Dteoritis dan Mmax masing-
masing sebesar 11,17 % dan 16,04 % lebih
kecil dari hasil pada pasir murni. Pada tanah
pasir yang terdiri atas 2 (dua) lapisan, kondisi
1 < 2 memberikan nilai Dteoritis sebesar 0,43
% lebih kecil dari hasil pada kondisi 1 > 2,
dan kondisi 1 > 2 memberikan nilai Mmax
sebesar 10,5 % lebih kecil dari hasil pada
kondisi 1 < 2.
Nilai Dteoritis dan Mmax berhubungan
dengan panjang turap dan profil turap yang
akan digunakan. Semakin besar nilai Dteoritis
maka semakin panjang turap yang dibutuhkan
untuk digunakan pada pemancangan, dan
semakin besar nilai Mmax, maka semakin
besar profil yang akan digunakan pada turap.
Pada akhirnya kedua nilai tersebut akan
sangat berpengaruh pada biaya pengadaan
turap. Oleh karena itu jika kekuatan geser
tanah backfill dan tanah pada garis keruk
makin besar, maka makin kecil nilai Dteoritis dan
Mmax.

REFERENSI
Bowles,Joseph E.,1968. Foundation Analysis
And Design. McGraw-Hill Book
Company,New York.
Craig,R.F.,1992. Soil Mechanics, Fifth Edition.
Chapman & Hall,New York.
Das,Braja M.,1990. Principles Of Foundation
Engineering, Second Edition. PWS
Publishing Company,Boston.
Holtz,R.D.,Kovacs,W.D.,1981. An Introduction
To Geotechnical Engineering. Prentice-
Hall,New York.
Jumikis,Alfreds D.,1967. Introduction To Soil
Mechanics. D. Van Nostrand Company
Inc.,Amsterdam.
Munir,R.,2006. Metode Numerik, Edisi Revisi.
Penerbit Informatika,Bandung.
Wuisan,V.,2003. Skripsi : Pengaruh
Campuran Belerang Terhadap Kuat
Geser Pasir. Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik UNSRAT,Manado.

TEKNO-SIPIL/Volume 09/No. 55/April 2011 13

Você também pode gostar