Você está na página 1de 42

BAB II

STUDI KEBUTUHAN AIR MINUM

2.1 Gambaran Umum Wilayah Perencanaan


Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Tenggara pada
koordinat 656'49 - 7 45'00 Lintang Selatan dan 10725'8 - 1087'30 Bujur Timur.
Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha
(3.065,19 km) dengan batas-batas sebagai berikut:
Utara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang
Selatan Samudera Hindia
Barat Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur
Timur Kabupaten Tasikmalaya

Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung


sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan
hinterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu,
Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan
warga Kota dan Kabupaten Bandung, sekaligus berperan di dalam pengendalian
keseimbangan lingkungan.

II-1
II-2

Gambar 2.1 Peta Garut

Sumber : www.google.com

Diakses : 26-12-2016

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-3
Topografi
Ibukota Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 m dpl dikelilingi
oleh Gunung Karacak (1.838 m), Gunung Cikuray (2.821 m), Gunung
Papandayan (2.622 m), dan Gunung Guntur (2.249 m). Karakteristik topografi
Kabupaten Garut: sebelah Utara terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan,
sedangkan bagian Selatan (Garut Selatan) sebagian besar permukaannya memiliki
tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat labil. Kabupaten Garut
mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah
yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi d ipuncak gunung.
Wilayah yang berada pada ketinggian 500100 m dpl terdapat di kecamatan
Pakenjeng dan Pamulihan dan wilayah yang berada pada ketinggian 1001500
mdpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng, Pamulihan, Cisurupan dan
Cisewu. Wilayah yang terletak pada ketinggian 100500 m dpl terdapat di
kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang serta wilayah
yang terletak di daratan rendah pada ketinggian kurang dari 100 mdpl terdapat di
kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk.
Rangkaian pegunungan vulkanik yang mengelilingi dataran antar gunung
Garut Utara umurnya memiliki lereng dengan kemiringin 30-45% disekitar
puncak, 15-30% di bagian tengah, dan 10-15% di bagian kaki lereng pegunungan.
Lereng gunung tersebut umumnya ditutupi vegetasi cukup lebat karena sebagian
diantaranya merupakan kawasan konservasi alam. Wilayah Kabupaten Garut
mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara 0-40%, diantaranya sebesar
71,42% atau 218.924 Ha berada pada tingkat kemiringan antara 8-25%. Luas
daerah landai dengan tingkat kemiringan dibawah 3% mencapai 29.033 Ha atau
9,47%; wilayah dengan tingkat kemiringan sampai dengan 8% mencakup areal
seluas 79.214 Ha atau 25,84%; luas areal dengan tingkat kemiringan sampai 15%
mencapai 62.975 Ha atau 20,55% wilayah dengan tingkat kemiringan sampai
dengan 40% mencapai luas areal 7.550 Ha atau sekitar 2.46%.

Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut


dibagi menjadi dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang
bermuara di Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-4
Indonesia. Daerah aliran selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan
berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara
merupakan DAS sungai Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran selatan
merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdapat
33 buah sungai dan 101 anak sungai dengan panjang sungai seluruhnya 1.397,34
Km; dimana sepanjang 92 Km diantaranya merupakan panjang aliran sungai
Cimanuk dengan 58 buah anak sungai.

Berdasarkan interpretasi citra landsat Zona Bandung, nampak bahwa pola


aliran sungai yang berkembang di wilayah dataran antar gunung Garut Utara
menunjukan karakter mendaun, dengan arah aliran utama berupa sungai Cimanuk
menuju ke utara. Aliran Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak sungai
yang berasal dari lereng pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual,
cabang-cabang anak sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang
membentuk pola penyaliran sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari
DAS Cimanuk.

Morfologi
Bentang alam Kabupaten Garut Bagian Utara terdiri dari atas dua
aransemen bentang alam, yaitu: (1) dataran dan cekungan antar gunung berbentuk
tapal kuda membuka ke arah utara, (2) rangkaian-rangkaian gunung api aktif yang
mengelilingi dataran dan cekungan antar gunung, seperti komplek G. Guntur - G.
Haruman - G. Kamojang di sebelah barat, G. Papandayan - G. Cikuray di sebelah
selatan tenggara, dan G. Cikuray - G. Talagabodas - G. Galunggung di sebelah
timur. Bentang alam di sebelah Selatan terdiri dari dataran dan hamparan pesisir
pantai dengan garis pantai sepanjang 80 km.
Evolusi bentang alam Kabupaten Garut khususnya Garut Utara dapat
dijelaskan melalui 2 (dua) pendekatan hipotesis, yaitu:

1. Bemmelen (1949) berpendapat bahwa terbentuknya tataan bentang alam,


khususnya di sekitar Garut, dikontrol oleh aktivitas volkanik yang
berlangsung pada periode Kuarter (sekitar 2 juta tahun lalu sampai sekarang).

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-5
Setelah terjadi pergerakan tektonik yang memicu pembentukan pegunungan
di akhir Pleistosen, terjadilah deformasi regional yang digerakan oleh
beberapa patahan, seperti patahan Lembang, patahan Kancana, dan patahan
Malabar-Tilu. Khusus di sekitar dataran antar gunung Garut diperkirakan
telah terjadi suatu penurunan (depresi) akibat isostasi (proses menuju
keseimbangan) dari batuan dasar dan pembebanan batuan sedimen
volkaniklasik diatasnya.

2. Menurut konsep Tektonik Lempeng (Hamilton, 1979), proses


pembentukan gunung api di Zona Bandung tidak terlepas dari proses
pembentukan busur magmatis Sunda yang dikontrol oleh aktivitas
penunjaman (subduksi) Lempeng Samudera Indonesia yang menyusup sekitar
610 cm/tahun di bawah Lempeng Kontinen Asia. Bongkahan (slab) lempeng
samudera setebal lebih dari 12 km tersebut akan tenggelam ke mantel bagian
luar yang bersuhu lebih dari 3000, sehingga mengalami pencairan kembali.
Akibat komposisi lempeng kerak samudera bersifat basa, sedangkan mantel
bagian luar bersifat asam, maka pada saat pencairan akan terjadi asimilasi
magma yang memicu bergeraknya magma ke permukaan membentuk busur
magmatis berkomposisi andesitis-basaltis. Setelah terbentuk busur magmatis,
pergerakan tektonik internal (intra-arctectonics) selanjutnya bertindak sebagai
penyebab utama terjadinya proses perlipatan, patahan, dan pembentukan
cekungan antar gunung.

Klimatologi

Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan


sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk
tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Berdasarkan studi data
sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh tiga faktor
utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern),
topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat; dan
elevasi topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut
berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan,

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-6
sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi
temperatur bulanan berkisar antara 24C - 27C. Besaran angka penguap
keringatan (evapotranspirasi) menurut Iwaco-Waseco (1991) adalah 1572
mm/tahun.

Selama musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang
membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa. Pada
musim kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah
Australia yang terletak di tenggara.

Hidrologi
Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut
dibagi menjadi dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang
bermuara di Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera
Indonesia. Daerah aliran selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan
berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara
merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran selatan
merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdapat
33 dan 101 anak sungai buah sungai dengan anak sungainya dengan panjang
seluruhnya 1.403,35 Km; dimana sepanjang 92 Km diantaranya merupakan
panjang aliran Sungai Cimanuk dengan 58 buah anak sungainya. Berdasarkan
interpretasi citra landsat Zona Bandung, nampak bahwa pola aliran sungai yang
berkembang di wilayah dataran antar gunung Garut Utara menunjukkan karakter
mendaun, dengan arah aliran utama berupa Sungai Cimanuk menuju ke utara.
Aliran Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak sungai yang berasal
dari lereng pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual, cabang-cabang
anak sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang membentuk pola
pengaliran sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari DAS Cimanuk.

2.1.1 Kependudukan
Kependudukan merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan
dalam proses perkembangan kota, dimana penduduk dengan segala aktivitasnya

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-7
akan membentuk struktur prasarana kota. Jumlah penduduk pada wilayah
perencanaan tahun 2015 sejumlah 436.280 jiwa. Data kependudukan mengenai
jumlah penduduk yang berasal dari sumber data adalah penduduk tahun 2006-
2015 yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Data Penduduk 10 Tahun Terakhir


Tahun Jumlah Penduduk
2006 325.488
2007 336.474
2008 341.120
2009 349.116
2010 355.222
2011 376.280
2012 382.199
2013 391.120
2014 418.117
2015 436.280
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2016

Berdasarkan Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dari tahun
2006-2015 pada suatu wilayah berkisar antara 300.000 s/d 500.000 jiwa, hal
tersebut menunjukan bahwa wilayah perencanaan sistem penyediaan air minum
termasuk kategori kota sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2
berikut ini.

Tabel 2.2 Standar Pemakaian Air Berdasarkan Kategori Kota


KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH
PENDUDUK (JIWA)
100000
500000
NO URAIAN s/d 20000 s/d
> 1000000 s/d < 20000
500000 100000
METRO 1000000 DESA
SEDA KECIL
BESAR
NG
1 Konsumsi unit 190 170 150 130 30
Sambungan

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-8
Rumah (SR)
L/o/h
Konsumsi unit
Hidran
2 30 30 30 30 30
Umum (HU)
L/o/h
Komsumsi unit
3 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 30
non domestik
Kehilangan air
4 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20
(%)
Faktormaksim
5 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
um day
Faktor peak -
6 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
hour
Jumlahjiwa per
7 5 5 6 6 10
SR
Jumlahjiwa per
8 100 100 100 100 - 200 200
HU
Sisa tekan
dijaringan
9 10 10 10 10 10
distribusi
(mka)
10 Jam operasi 24 24 24 24 24
Volume
reservoir
11 20 20 20 20 20
(%) (maks day
demand)
50 : 50 s/d 50 : 50 s/d
12 SR : HU 80 : 20 70 : 30 70 : 30
80 : 20 80 : 20
Cakupanpelay
13 **) 90 **) 90 **) 90 **) 90 ***) 70
anan (*)
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air
minum vol VI, 1998 Dept. PU

2.1.2 Tata Guna Lahan

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-9
Peruntukan guna lahan pada wilayah perencanaan digunakan untuk
pemukiman, fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, fasilitas kesehatan,
perindustrian, fasilitas perdagangan dan jasa serta fasilitas umum.

2.1.2.1 Pemukiman
Pemukiman merupakan prasarana hunian yang diperlukan
penduduk sebagai tempat tinggal. Perkembangan perumahan senantiasa
sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dengan berbagai
aktivitasnya. Pada wilayah perencanaan terdapat tiga jenis pemukiman
berdasarkan kondisi fisiknya yaitu :
A. Rumah Permanen
Rumah dengan dinding berupa konstruksi pasangan batu bata secara
keseluruhan.
B. Rumah Semi Permanen
Rumah dengan konstruksi pasangan batu bata yang dipadukan dengan
bilik atau papan.
C. Rumah Non Permanen
Rumah dengan dinding yang terbuat dari bilik atau papan secara
keseluruhan.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.3 Jenis Pemukiman Penduduk Tahun 2016
Jenis Rumah Persentase (%)
Permanen 75
Semi Permanen 15
Non Permanen 10
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2016
Dari tabel 2.3 dapat diketahui bahwa 75% penduduk pada wilayah
perencanaan sudah memiliki rumah permanen, 15% yang memiliki rumah
semi permanen dan hanya 10% yang memiliki rumzh non permanen.
Dengan demikian wilayah perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum
tersebut dapat digolongkan sebagai daerah maju.

2.1.2.2 Pendidikan

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-10
Tingkat pendidikan yang diperoleh akan berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan, kesehatan, dan kesejahteraan penduduk. Fasilitas
pendidikan memegang peranan penting dalam usaha mewujudkan
kecerdasan masyarakat juga dalam upaya untuk mendapatkan sumber daya
manusia yang handal. Fasilitas pendidikan yang terdapat pada wilayah
perencanaan dari tingkat TK, SD, SLTP, SLTA. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 2.4 berikut ini.

Tabel 2.4 Tata Guna Lahan Untuk Pendidikan


Keterangan
Jenis Fasilitas
Jumlah (Unit) Jumlah (Jiwa)
TK 72 3.237
SD 93 35.727
Fasilitas Pendidikan
SLTP 35 33.683
SMU 23 9.719
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2016

2.1.2.3 Peribadatan
Fasilitas peribadatan yang terdapat pada wilayah perencanaan
terdiri dari Masjid, Surau/Langgar, Gereja Katolik, Gereja Protestan,
Vihara dan Pura. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.5 Tata Guna Lahan Untuk Peribadatan


Keterangan
Jenis Fasilitas
Jumlah (Unit) Jumlah (Jiwa)
Masjid 370 -
Surau/Langgar - -
Gereja Katholik 2 -
Fasilitas Peribadatan
Gereja Protestan 16 -
Vihara 2 -
Pura 1 -
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2016
Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina
II-11

2.1.2.4 Kesehatan
Pada wilayah perencanaan terdapat beberapa fasilitas kesehatan
yang merupakan pelayanan medis bagi masyarakat dimana sarana-sarana
kesehatan yang ada antara lain : Rumah sakit dan Puskesmas. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 2.6 Tata Guna Lahan Untuk Kesehatan


Keterangan
Jenis Fasilitas
Jumlah (Unit) Jumlah (Jiwa)
Rumah Sakit 3 746 (tt)
Fasilitas Kesehatan
Puskesmas 20 -
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2016

2.1.2.5 Perindustrian
Perindustrian yang terdapat pada wilayah perencanaan sejumlah 70
unit :

Tabel 2.7 Tabel Tata Guna Lahan Untuk Perindustrian


Keterangan
Jenis Fasilitas
Jumlah (Unit) Jumlah (Jiwa)
Perindustrian Industri 70 350 (ha)
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2016

2.1.2.6 Perdagangan dan Jasa


Pada wilayah perencanaan terdapat fasilitas perdagangan yang
terdiri dari Pasar, Pertokoan, dan Bioskop. Pasar dan Pertokoan merupakan
sarana dan prasarana masyarakat untuk mencari kebutuhan hidupnya
seperti makanan, minuman dan lain sebagainya. Sementara pada fasilitas
jasa terdapat Terminal, Hotel dan Restauran. Kegiatan perekonomian di

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-12
bidang jasa merupakan kegiatan yang melayani penduduk akan kebutuhan
jasa pelayanan serta melayani kegiatan-kegiatan lainnya yang salah
satunya seperti telah disebutkan sebelumnya yaitu Terminal. Terminal
merupakan sarana dan prasarana perhubungan serta sebagai alat untuk
mempermudah pergerakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Tabel 2.8 Tata Guna Lahan Untuk Perdagangan dan Jasa


Keterangan
Jenis Fasilitas Jumlah
Jumlah (Unit)
(Jiwa)
Terminal 1 -
Pasar (Ha) 1.46 -
Fasilitas Perdagangan Pertokoan 120 -
dan Jasa Hotel 28 310 (tt)
Bioskop 1 -
Restoran 19 350 (Td)
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2016

2.1.2.7 Fasilitas Umum


Fasilitas umum adalah fasilitas yang melayani keperluan
masyarakat. Fasilitas umum yang terdapat pada wilayah perencanaan
terdiri dari Perkantoran yang berjumlah 50 unit dan Koperasi yang
berjumlah 18 unit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini.

Tabel 2.9 Tata Guna Lahan Untuk Fasilitas Umum


Keterangan
Jenis Fasilitas Jumlah
Jumlah (Unit)
(Jiwa)
Koperasi 18 -
Fasilitas Umum
Perkantoran 50 2404
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2016

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-13

2.2 Proyeksi Penduduk


Komponen utama yang berperan dalam menentukan atau menggambarkan
kondisi atau keadaan suatu wilayah adalah penduduk. Semakin besar jumlah
penduduk akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jumlah
dan jenis kegiatan dalam suatu wilayah. Kegiatan yang berlangsung pada suatu
wilayah juga akan mempengaruhi jumlah penduduk di wilayah tersebut. Dalam
perencanaan sistem Penyediaan Air Minum harus diperhatikan kondisi
kependudukan dan pola pertumbuhan penduduk.
Proyeksi penduduk berguna untuk memberikan perkiraan jumlah
kebutuhan air dimasa yang akan datang dan perkiraan timbulan pembuangan
akibat pemakaian air tersebut, dengan demikian dapat memberikan gambaran
perencanaan pembiayaan pembangunan.
Pemilihan metode proyeksi disesuaikan dengan kriteria, dapat dilakukan
secara statistik yaitu dengan rumus standar deviasi (SD) dan rumus Koefisien
korelasi (r). Penggunaan koefisien korelasi dimaksudkan untuk menunjukan
tingginya derajat hubungan antara dua variabel (x dan y), maka dari itu nilai
koefisien korelasi harus mendekati 1, sedangkan standar deviasi digunakan untuk
menghomogenkan data, sehingga nilai standar deviasi dipilih nilai yang paling
kecil. Metode proyeksi jumlah penduduk 20 tahun mendatang dihitung dengan
menggunakan 3 metode sebagai bahan pembandingnya.
Ketiga metode tersebut antara lain :
- Metode Aritmatika
- Metode Geometrik
- Metode Regresi Linier

2.2.1 Metode Aritmatika


Metode Aritmatika adalah metode untuk menghitung pertumbuhan
penduduk dengan jumlah jumlah setiap tahun adalah sama.
Kriteria pemakaian proyeksi penduduk metode aritmatika adalah :
- Pertambahan penduduk relatif konstan
- Grafik pertambahan penduduk linear

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-14
- Cocok digunakan untuk kota tua yang sangat luas atau kota kecil
dimana tidak terdapat industri dan daerah agraris.
Rumus yang digunakan :
Pn = Pt + (Ka*x)
( PtPo)
Ka = t

Dimana :
Pn = Jumlah Penduduk n pada tahun mendatang
Po = Jumlah penduduk pada awal tahun data
Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
X = Selang waktu (tahun dari tahun n tahun terakhir)
t = Interval waktu tahun data (n-1)
Contoh Perhitungan :
Ka = (P2012 P2003) / (n-1)
Ka = (449.480 375.552) / (10-1)
Ka = 8.214 jiwa
Rumus Uji Korelasi :
Xi . Yi
n

Xi
r = Yi



Xi
Xi
Yi
Yi



n

n

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-15
2.2.2 Metode Geometrik
Metode geometrik merupakan metode pertumbuhan penduduk bertahap.
Yaitu dengan memperhitungkan penduduk hanya pada akhir tahun dari suatu
periode.
Kriteria pemakaian proyeksi penduduk metode geometri adalah :
- Didasarkan atas ratio penduduk rata-rata tahun yang sama
- Kota-kota muda yang cenderung banyak industri yang sedang
berkembang
- Jika digunakan untuk kota muda dengan pertumbuhan industri yang cepat
maka hasilnya akan over estimate.
- Kota-kota yang sudah tidak berkembang dengan laju pertumbuhan
penduduk 20-30% per tahun.

Rumus yang digunakan :


Yn = Pt (1+r)^n
Pt
r = [ Po ]^1/9-1

Dimana :
Pn = Jumlah Penduduk pada Tahun n tahun mendatang
Po = Jumlah Penduduk pada awal tahun data
Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
n = Jumlah tahun proyeksi
r = Ratio kenaikan penduduk rata-rata per tahun
t = Interval waktu tahun data (n-1)
Contoh perhitungan :
Pt
r = [ Po ]^1/9-1

P 2015
= [ P 2006 ]^1/9-1

436.280
= [ 325.488 ]^1/9-1

= 0,033

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


Penduduk Xi^
Tahun Xi ln Yi xi.ln yi (ln yi)^2 II-16
(Yi) 2

2006 325.488 -9 81 12,69 -114,24 161,11


2007 336.474 -8 64 12,73 -101,81 161,96
2008 341.120 -7 49 12,74 -89,18 162,31
2009 349.116 -6 36 12,76 -76,58 162,90
2010 355.222 -5 25 12,78 -63,90 163,34
2011 376.280 -4 16 12,84 -51,35 164,82
2012 382.199 -3 9 12,85 -38,56 165,22
2013 391.120 -2 4 12,88 -25,75 165,81
2014 418.117 -1 1 12,94 -12,94 167,53
2015 436.280 0 0 12,99 0,00 168,64
Jumla
3.711.416 -45 285 128 -574 1.644
h
Tabel 2.10 Perhitungan Uji Korelasi Metode Geometrik
Sumber : Hasil Perhitungan

Perhitungan Uji Korelasi :


Xi . lnYi
n

Xi
r = lnYi



Xi
Xi
lnYi
lnYi



n

n

r = [ 10(574 ) ][ (45 )( 128 ) ]

[ 10 ( 285 )(45 ) ][10 ( 1644 )( 128 ) ]


2

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-17
r = 0,98

Contoh Perhitungan Proyeksi penduduk Metode Geometrik :


Yn = Pt (1+r)
= 436.280 (1+0,033)1
= 313.967
Tabel 2.11 Perhitungan Standar Deviasi Metode Geometrik
Penduduk
Tahun yn yi-yn (yi-yn)^2
(Yi)
2006 325.488 325488 0 0
2007 336.474 336229 245 59974
2008 341.120 347578 -6458 41701140
2009 349.116 352377 -3261 10633860
2010 355.222 360637 -5415 29320362
2011 376.280 366944 9336 87154809
2012 382.199 388697 -6498 42227123
2013 391.120 394812 -3692 13627667
1409
2014 418.117 404027 198529227
0
2015 436.280 431915 4365 19054438
3.708.70
Jumlah 3.711.416 2.713 442.308.601
3
Sumber : Hasil Perhitungan

Perhitungan Standar Deviasi :

Sd = r =
(YiYn)
n2

r = 442.308.601
102

r = 7.435,63

2.2.3 Metode Regresi Linier


Metode regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk
membentuk model hubungan antar variabel terikat dengan satu atau lebih variabel

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-18
bebas. Apabila banyaknya variabel bebas hanya ada satu, disebut sebagai regresi
linier sederhana, sedangkan apabila terdapat lebih dari 1 variabel bebas disebut
regresi linier berganda.
Rumus yang digunakan adalah :
Y = a0 + a1 . X
Xi . Yi
n

Yi
a1 = Xi



Xi
Xi



n

a0 = y a1.x

dimana :
y = rata-rata y
x = rata-rata x
n = jumlah data
kesalahan (eror) adalah perbandingan antara data sebenarnya dan data di
garis regresi yang dihasilkan.

Sr = ( y 1a 1a 0x 1)
t =1

Dimana :
Sr = Jumlah eror / kesalahan total

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-19

Banyaknya simpangan total :


n

St = ( y 1 )
t=0

Sedangkan standar deviasinya adalah :

Sy = St
n1

Koefisien determinasi :
StSr
r = St

koefisien korelasinya :

r= St Sr
St

2.2.4 Penentuan Metode Terpilih


Dengan adanya nilai r dan SD dari ketiga metode di atas, maka harus
dipilih salah satu dari metode tersebut untuk digunakan pada perhitungan
selanjutnya yaitu untuk menghitung proyeksi penduduk daerah pelayanan sampai
akhir tahun perencanaan. Pemilihan metode tersebut dengan mempertimbangkan
beberapa faktor yaitu :
1. Nilai Korelasi (r)
Pertimbangan untuk pemilihan metode proyeksi penduduk berdasarkan
nilai koefisien korelasi, diambil dari pernyataan seberapa dekat hubungan antar
variabel X dan Y. Dalam pengambilan pernyataan nilai korelasi ini digunakan
pernyataan yang menyatakan r=1 atau mendekati 1, karena angka-angka tersebut
diperkirakan mempunyai hubungan yang sempurna antara X dan Y. Untuk
jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 2.12 Kategori Penilaian Koefisien Korelasi


Nilai r Pernyataan
r=-1 Adanya hubungan linier yang tidak langsung antar

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-20
variabel X dan Y
r=0 Tidak adanya hubungan antara X dan Y atau hubungan
X dan Y sangat lemah
r=1 Adanya hubungan linier sempurna secara langsung
antara X dan Y

2. Nilai Standar Deviasi (SD)


Kriteria pemilihan nilai SD yang akan dijadikan sebagai metode terpilih
untuk perhitungan proyeksi penduduk pada tahun berikutnya adalah metode yang
memiliki nilai standar deviasi paling kecil untuk dijadikan sebagai metode yang
terpilih. Karena nilai standar deviasi yang kecil menunjukan bahwa data yang
didapat dari proyek tidak berbeda jauh dengan data aslinya.
Dari hasil perhitungan dengan Metode Aritmatika, Geometri, dan Regresi
Linier dapat diketahui nilai standar deviasi dan koefisien korelasi yang sangat
bervariasi seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2.13 Nilai Koefisien Korelasi Dan Standar Deviasi


Metode Koefisien Korelasi (r) Standar Deviasi (SD)
Geometri 0,98 7.435,63
Sumber : hasil perhitungan

Tabel 2.14 Proyeksi Penduduk 20 Tahun Metode Geometrik

Jumlah
Tahun
Penduduk

2006 325.488
2007 336.474
2008 341.120
2009 349.116
2010 355.222
Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina
II-21
2011 376.280
2012 382.199
2013 391.120
2014 418.117
2015 436.280
2016 450.677
2017 465.550
2018 480.913
2019 496.783
2020 513.177
2021 530.112
2022 547.605
2023 565.676
2024 584.343
2025 603.627
2026 623.546
2027 644.124
2028 665.380
2029 687.337
2030 710.019
2031 733.450
2032 757.654
2033 782.656
2034 808.484
2035 835.164
Sumber : Hasil Perhitungan

Gambar 2.2 Pertumbuhan Penduduk Metode Geometri

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-22

Metode Geometrik
900,000
800,000
700,000 Linear () Linear () Linear ()
600,000
500,000
Penduduk 400,000
300,000
200,000
Linear ()
100,000 Linear () Linear ()
0
2015 2020 2025 2030 2035 2040

Tahun

Sumber : Hasil Perhitungan

2.3 Studi Kebutuhan Air Bersih


Suatu perencanaan kebutuhan penyediaan air minum suatu kota
dipengaruhi oleh keadaan sosial, ekonomi, potensi daerah, angka kelahiran, angka
kematian, perpindahan penduduk dan perencanaan kota itu sendiri.
Sebelum menghitung kebutuhan air bersih, sebaiknya kita memperhatikan
standar pemakaian air untuk setiap pemakaiannya. Hal ini untuk standar acuan
kebutuhan air bersh pada setiap aktivitas atau kegiatan.

2.3.1 Standar Kebutuhan Air Bersih Domestik


Standar kebutuhan air bersih domestik dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.15 Standar Kebutuhan Air Domestik


Kegiatan Pemakaian Air Sumber
Rumah Permanen 100-200 l/org/h Plambing (Soufyan dan Morimura )
Rumah semi Permanen 60-90 l/org/h Dir.Jend.Cipta Karya Dept PU 1988
Rumah Non Permanen 40-60 l/org/h Dir.Jend Cipta Karya Dept PU 1988

2.3.2 Standar Kebutuhan Air Bersih Non Domestik


Di bawah ini adalah standar kebutuhan air bersih fasilitas non domestik.
Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina
II-23

Tabel 2.16 Standar Kebutuhan Air Bersih Non Domestik


Non Rumah Tangga
No Tingkat Pemakaian Air
(Fasilitas)
1 Sekolah 10 liter/hari
2 Rumah Sakit 200 liter/hari
3 Puskesmas (0,5 - 1) m3/unit/hari
4 Peribadatan (0,5 - 2) m3/unit/hari
5 Kantor (1 - 2) m3/unit/hari
6 Toko (1 - 2) m3/unit/hari
7 Rumah Makan 1 m3/unit/hari
8 Hotel/Losmen (100 - 150) m3/unit/hari
9 Pasar (6 - 12) m3/unit/hari
10 Industri (0,5 - 2) m3/unit/hari
11 Pelabuhan/Terminal (10 - 20) m3/unit/hari
12 SPBU (5 - 20) m3/unit/hari
13 Pertamanan 25 m3/unit/hari
Sumber : SK-SNI Air Bersih

2.3.3 Faktor Maksimum Harian dan Faktor Maksimum Jam


Faktor maksimum harian merupakan pemakaian satu hari terbanyak rata-
rata pemakaian dalam setahun atau dapat dirumuskan sebagai berikut.
Q max/hari = Qr * fd
Dimana :
Qr = debit rata-rata
fd = maksimum perhari
Faktor maksimum perhari biasanya antara (1,1-1,7) dan fd yang biasa
digunakan di Indonesia berkisar antara fd =1,1-1,4 sedangkan untuk di negara
empat musim fd yang digunakan adalah 1,3 1,7.
Faktor pemakaian jam terbanyak (maksimal hourly demand) atau
pemakaian jam tertinggi dalam 24 jam. Biasa digunakan fh berkisar 1*{(1,5-3,0)}.
Di Indonesia biasanya antara fh =1,7-3,0 sedangkan untuk negara empat musim
yaitu berkisar antara fh =1,5-2,0.
rumus yang digunakan adalah :
Q max/jam = Qr * fh

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-24
Dimana :
Qr = Debit rata-rata
fh = maksimum perjam
(Sumber : Evi Afiatun,Ir., MT, Catatan Perkuliahan Penyediaan Air Minum 2016)

2.3.4 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Domestik


Kebutuhan air domestik ditentukan berdasarkan jenis permukiman
penduduk. Adapun jenis permukiman adalah rumah permanen, semi permanen,
dan non permanen.
Tabel 2.17 Jenis Pemukiman Penduduk
Jenis Rumah Persentase (%)
Permanen 75
Semi Permanen 15
Non Permanen 10
Sumber : Lembar Tugas PAM 2016

2.3.4.1 Kebutuhan Air Bersih Untuk Rumah Permanen


Untuk rumah permanen standar air minum yang digunakan adalah 150
l/org/h, dengan persen pelayanan yang terus meningkat setiap 5 tahunnya sebesar
10%.
Contoh perhitungan :
Kebutuhan air (2020)= ( Penduduk2020*% rumah* % pelayanan* std keb.air)
86400 dtk
= (513.177org* 75% * 65% * 150 l/o/h) / 86400 dtk
= 434,33 l/dtk

Tabel 2.18 Kebutuhan Air Rumah Permanen


Standar
Persentas Kebutuha
Persen Kebutuha
Populas e Rumah n Total
Tahun Pelayana n Air
i (jiwa) Permanen
n (%) (l/org/h) (l/dtk)
(%)

2020 513.177 75 65 150 434,33


2025 603.627 76 75 150 597,34

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-25
2030 710.019 77 85 150 806,78
2035 835.164 78 95 150 1074,40
Sumber: Hasil Perhitungan
Dari tabel dapat dilihat bahwa kebutuhan air bersih untuk rumah permanen
dari tahun ke tahun semakin meningkat, ini disebabkan karena jumlah penduduk
dari tahun ke tahun yang semakin meningkat dan persen pelayanannya yang juga
meningkat. Kenaikan ini semakin ditunjang dengan semakin meningkatnya
persentase rumah permanen. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Garut adalah
Kabupaten yang semakin berkembang dalam bidang perekonomian, karena rumah
permanen hanya dimiliki oleh penduduk dengan tingkat ekonomi menengah ke
atas.

2.3.4.2 Kebutuhan Air Bersih Untuk Rumah Semi Permanen


Untuk rumah semi permanen, standar kebutuhan air yang digunakan
adalah 70 l/org/hr, standar air minum ini lebih rendah dibandingkan dengan
standar air minum untuk rumah permanen, dengan pelayanan yang tetap dari
tahun ke tahun.

Contoh perhitungan :
Kebutuhan air 2020 = (Jmh Penduduk 2020*% rumah*% pelayanan* std keb.air)
86400 dtk
= (513.177*15%*65%*70 l/org/hr)/86400
= 40,54 l/dt

Tabel 2.19 Kebutuhan Air Rumah Semi Permanen


Tahun Populasi Persentase Persen Standar
Kebutuhan
(jiwa) Rumah Semi Pelayanan Kebutuhan
Total
Permanen (%) Air
(%) (l/org/h) (l/dtk)
Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina
II-26

2020 513.177 15 65 70 40,54


2025 603.627 16 75 70 58,69
2030 710.019 17 85 70 83,12
2035 835.164 18 95 70 115,71
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan air untuk rumah semi
permanen dari tahun ke tahunnya semakin meningkat karena jumlah penduduk di
kota ini pun semakin meningkat begitu juga dengan persen pelayanannya.
Persentase rumah semi permanen setiap 5 tahunnya meningkat 1%, persentasi
jumlah rumah semi permanent yang semakin meningkat ini menunjukkan bahwa
perekonomian di kota ini yang semakin maju.

2.3.4.3 Kebutuhan Air Bersih Untuk Rumah Non Permanen


Untuk rumah non permanen standar kebutuhan air minum yang digunakan
adalah 50 l/org/hr, standar air minum ini lebih rendah dibandingkan dengan
standar air minum untuk rumah permanen dan rumah semi permanen. Perbedaan
standar air minum ini disebabkan oleh tingkat perekonomian penghuni rumah non
permanen yang sangat rendah dibandingkan dengan penghuni rumah semi
permanen dan penghuni rumah permanent. Persen pelayanan pada rumah non
permanen terus meningkat setiap tahunnya sebesar 10% setiap 5 tahunnya.

Kebutuhan air 2020 = (Jmh Penduduk 2020*% rumah*% pelayanan* std keb.air)
86400 dtk
= (513.177*10%*65%*50 l/org/hr)/86400
= 19,30 l/dtk

Tabel 2.20 Kebutuhan Air Rumah Non Permanen


Tahun Populas Persentase Persen Standar
Kebutuhan
i (jiwa) Rumah Non Pelayanan Kebutuhan
Total
Permanen (%) Air
(%) (l/org/h) (l/dtk)

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-27

2020 513.177 10 65 50 19,30


2025 603.627 8 75 50 20,96
2030 710.019 6 85 50 20,96
2035 835.164 4 95 50 18,37
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan air untuk rumah non
permanent dari tahun ke tahunnya semakin menurun karena jumlah penduduk di
kota ini pun semakin meningkat begitu juga dengan persen pelayanannya.
Persentase rumah non permanent setiap 5 tahunnya menurun 2%.

2.3.4.4 Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih Domestik


Dibawah ini tabel Rekapitulasi Air bersih Domestik.

Tabel 2.21 Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih Domestik Kota Bengkulu


Semi Non Total
Permanen
Tahun Permanen Permanen Domestik
( l/dtk) (l/dtk) (l/dtk) (l/dtk)
2020 434,33 40,54 19,30 494,17
2025 597,34 58,69 20,96 676,98
2030 806,78 83,12 20,96 910,86
2035 1074,40 115,71 18,37 1208,47
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel dapat dilihat bahwa kebutuhan air oleh masyarakat dengan
tingkat ekonomi yang tingi akan lebih besar daripada masyarakat dengan ekonomi
rendah. Ini terlihat dari rumah permanen memerlukan kebutuhan yang lebih besar
dibandingkan dengan rumah semi permanen dan rumah non permanen.

2.3.5 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Non Domestik


2.3.5.1 Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Pendidikan
Untuk mengetahui kebutuhan air bersih sarana pendidikan, maka perlu
diketahui persentase jumlah siswa dan guru dalam kota.

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-28

Contoh Perhitungan:
Persentase Siswa TK = ( Jmlh Siswa/Jmlh Penduduk 2015) * 100%
= (3237 org/436.280org)*100%
= 0,74 %

Tabel 2.22 Data Pendidikan Tahun 2015


Jumlah Siswa Jumlah
%
Jenis dan Guru penduduk
Fasilitas Siswa dan
( jiwa ) Tahun 2015
Guru
TK 3237 436.280 0,74
SD 35727 436.280 8,19
SLTP 33683 436.280 7,72
SMU 9719 436.280 2,23
Sumber : Lembar Tugas PAM 2016

Persentase jumlah siswa tiap sarana pendidikan diasumsikan tetap sampai


dengan akhir tahun perencanaan.
Contoh perhitungan:
Jumlah Siswa 2020 = Persentase * Jmlh Penduduk 2020
= 0,74 % * 513.177 jiwa
= 3.808 orang

Tabel 2.23 Jumlah Siswa dan Guru


Jumlah
Total Siswa dan
Tahun Fasilitas Siswa dan
Guru
Guru
TK 3.808
SD 42.024
2020 96.883
SLTP 39.620
SMU 11.432
TK 4.479
SD 49.431
2025 113.960
SLTP 46.603
SMU 13.447
2030 TK 5.268 134.046
Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina
II-29
Jumlah
Total Siswa dan
Tahun Fasilitas Siswa dan
Guru
Guru
SD 58.144
SLTP 54.817
SMU 15.817
TK 6.197
SD 68.392
2035 157.672
SLTP 64.479
SMU 18.605
Sumber: Hasil Perhitungan

Contoh perhitungan kebutuhan air bersih sarana pendidikan.


Kebutuhan Air 2020 = (Jmlh Siswa 2020*% Pelayanan* Std.Air Minum)/86400
= (96.883* 65 % * 10 l/org/hr )/86400
= 7,29 l/dtk

Tabel 2.24 Kebutuhan Air Bersih Sarana Pendidikan


Jumlah Pelayana Kebutuhan
Std.Keb Air
Tahun Siswa dan n air
Guru (%) (l/org/hr) (l/dtk)
2020 96.883 65 10 7,29
2025 113.960 75 10 9,89
2030 134.046 85 10 13,19
2035 157.672 95 10 17,34
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel di atas dapat dilihat kebutuhan air bersih untuk setiap 5
tahunnya terus meningkat, ini disebabkan karena jumlah siswa yang terus
meningkat setiap 5 tahunnya dan persen pelayanan yang juga meningkat 10%
setiap 5 tahunnya. Standar kebutuhan air bersih untuk sarana pendidikan adalah
10 L/siswa/hari ( Dirjen Cipta Karya,PU,1998 ).

2.3.5.2 Kebutuhan Air Bersih Sarana Peribadatan


Penduduk Kota Bengkulu mayoritas beragama Islam, sehingga terdapat
mesjid dan mushola lebih banyak daripada gereja dan vihara, yang mempunyai
Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina
II-30
standar air bersih 800 l/unit/hari untuk Masjid, 500 l/unit/hari untuk Langgar, 300
l/unit/hari untuk Gereja, 100 l/unit/hari untuk Klenteng (Pura) dan Vihara.
(Departemen Pekerjaan Umum, 1996 ).

Tabel 2.25 Fasilitas Peribadatan Tahun 2015


Jenis Fasilitas Jumlah Jumlah
Peribadatan (Unit) (Jiwa)
Masjid 370 -
Surau/Langgar - -
Gereja Katholik 2 -
Gereja Protestan 16 -
Vihara 2 -
Pura 1 -
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2016

Contoh Perhitungan :
Layanan 2015 = Jmlh Penduduk 2015 / Jmlh Sarana 2015
= 436.280 / 391
= 1116 jiwa/unit

Jumlah Sarana Ibadah 2015


Masjid 2015 = (Jmlh Mesjid 2015* Jmlh Penduduk 2015)/(Jmlh sarana Ibadah
2015* Layanan 2015)
= (370 * 436.280) / (391 * 1116)
Masjid 2015 = 370 unit

Tabel 2.26 Proyeksi Fasilitas Peribadatan


Jumlah Fasilitas
Fasilitas
2015 2020 2025 2030 2035
Masjid 370 435 512 602 708
Surau/Langgar - - - - -
Gereja Katholik 2 2 3 3 4
Gereja Protestan 16 19 22 26 31
Vihara 2 2 3 3 4
Pura 1 1 1 2 2
Total 391 460 541 636 748

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-31
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari Tabel di atas dapat dilihat, karena bertambahnya penduduk di Kota


Garut, maka bertambah pula jumlah fasiltas peribadatan setiap 5 tahunnya.

Contoh Perhitungan :
Kebutuhan Air Bersih Sarana Peribadatan:
Keb. Air Masjid 2020 = (Jmlh sarana 2015*Std Keb. Air*% Pelayanan)/86400
= (391*800*65%)/86400
= 2,62 l/dtk

Tabel 2.27 Kebutuhan Air Fasilitas Masjid


Jumlah
Sarana % Std. Kebutuhan Kebutuhan
Tahun
Ibadah Pelayanan Air (l/unit/hr) Air (l/dtk)
(Unit)
2020 435 65 800 2,62
2025 512 75 800 3,56
2030 602 85 800 4,74
2035 708 95 800 6,23
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 2.28 Kebutuhan Air Fasilitas Surau/Langgar


Jumlah Sarana Std. Kebutuhan Kebutuhan
Tahun % Pelayanan
Ibadah (Unit) Air (l/unit/hr) Air (l/dtk)
2020 - 65 500 -
2025 - 75 500 -
2030 - 85 500 -
2035 - 95 500 -
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 2.29 Kebutuhan Air Fasilitas Gereja Katholik


Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina
II-32
Jumlah Sarana Std. Kebutuhan Kebutuhan
Tahun % Pelayanan
Ibadah (Unit) Air (l/unit/hr) Air (l/dtk)
2020 2 65 300 0,0045
2025 3 75 300 0,0078
2030 3 85 300 0,0089
2035 4 95 300 0,0132
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 2.30 Kebutuhan Air Fasilitas Gereja Protestan


Jumlah Sarana Std. Kebutuhan Kebutuhan
Tahun % Pelayanan
Ibadah (Unit) Air (l/unit/hr) Air (l/dtk)
2020 19 65 300 0,0425
2025 22 75 300 0,0576
2030 26 85 300 0,0769
2035 31 95 300 0,1010
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 2.31 Kebutuhan Air Fasilitas Vihara


Jumlah Sarana Std. Kebutuhan Kebutuhan
Tahun % Pelayanan
Ibadah (Unit) Air (l/unit/hr) Air (l/dtk)
2020 2 65 100 0,0015
2025 3 75 100 0,0026
2030 3 85 100 0,0030
2035 4 95 100 0,0044
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 2.32 Kebutuhan Air Fasilitas Pura


Jumlah Sarana Std. Kebutuhan Kebutuhan
Tahun % Pelayanan
Ibadah (Unit) Air (l/unit/hr) Air (l/dtk)
2020 1 65 100 0,0008
2025 1 75 100 0,0009
2030 2 85 100 0,0020
2035 2 95 100 0,0022
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 2.33 Rekapitulasi Kebutuhan Air Fasilitas Peribadatan

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-33
Jenis Surau/ Gereja Gereja
Fasilitas % Masjid Vihara Pura Total
Langgar Katholik Protestan
Pelayanan (l/dtk) (l/dtk) (l/dtk) (l/dtk)
Tahun (l/dtk) (l/dtk) (l/dtk)
2020 65 2,62 - 0,0045 0,0425 0,0015 0,0008 2,67
2025 75 3,56 - 0,0078 0,0576 0,0026 0,0009 3,62
2030 85 4,74 - 0,0089 0,0769 0,0030 0,0020 4,83
2035 95 6,23 - 0,0132 0,1010 0,0044 0,0022 6,35
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel di atas dapat dilihat, kebutuhan air bersih setiap 5 tahunnya
terus bertambah, dengan semakin bertambahnya fasilitas peribadatan di Kota
Bengkulu dan jumlah penduduk yang terus meningkat.

2.3.5.3 Kebutuhan Air Bersih Sarana Kesehatan


Untuk mengetahui jumlah kebutuhan air bersih total sarana kesehatan
perlu diketahui terlebih dahulu jumlah sarana kesehatan yang ada pada kota
tersebut. Sarana kesehatan yang ada pada Kota Bengkulu ini adalah Rumah Sakit
dan Puskesmas.

Tabel 2.34 Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Kesehatan


Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah (Unit) Jumlah (Jiwa)
Rumah Sakit 3 746 (tt)
Puskesmas 20 -
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2016
Contoh Perhitungan :
Proyeksi 2020 = (Jmlh tempat tidur/Jmlh Penduduk 2015)*Jmlh Penduduk 2020
= (746/436.280) * 513.177
= 877 tt

Tabel 2.35 Proyeksi Untuk Fasilitas Kesehatan


Fasilitas Jumlah (tt/unit)
Kesehatan 2020 2025 2030 2035
Rumah Sakit (tt) 877 1032 1214 1428
Puskesmas (unit) 24 28 33 38
Sumber: Hasil Perhitungan

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-34

Kebutuhan air minum untuk fasilitas kesehatan ini ditentukan berdasarkan


standar kebutuhan air minum yang telah ditetapkan. Standar Kebutuhan Air
Rumah Sakit = 200 l/tt/hari ( Dirjen Cipta Karya, PU, 1998 ) dan Puskesmas =
1000 l/unit/hari ( Dirjen Cipta Karya, PU, 1996 ).

Contoh perhitungan:
JumlahTemp atTidur % Pelayanan StdKebutuhanAir
KebutuhanAir 2018
86400

877 tt 65% 200l / tt / hari


86400
=

= 1,32 l/detik

Tabel 2.36 Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Kesehatan

Jumlah Persen Standar


Kebutuhan
Tahun Tempat Tidur Pelayanan Kebutuhan
Total (l/dtk)
(tt) (%) Air (l/tt/h)
2020 877 65 200 1,32
2025 1032 75 200 1,79
2030 1214 85 200 2,39
2035 1428 95 200 3,14
Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat, dengan bertambahnya jumlah
tempat tidur dan persentase pelayanan, maka bertambah pula kebutuhan air bersih
pada fasilitas kesehatan.

2.3.5.4 Kebutuhan Air Bersih Sarana Perindustrian


Jumlah fasilitas perindustrian di Pangandaran akan terus bertambah hingga
akhir periode perencanaan, asumsi ini diambil berdasarkan jumlah penduduk yang
terus bertambah hingga akhir periode perencanaan.

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-35
Tabel 2.37 Kebutuhan Air Bersih untuk Sarana Perindustrian
Jenis Fasilitas Jumlah (Unit) Jumlah Hektar
Industri 70 350 (Ha)
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2016

Contoh Perhitungan:
Proyeksi 2020 = (Jmlh Ha/Jmlh Penduduk 2015)*Jmlh Penduduk 2020
= (350/436.280) * 513.177
= 412 Ha

Tabel 2.38 Proyeksi Untuk Fasilitas Perindustrian


Jumlah Hektar (Ha)
Fasilitas
2020 2025 2030 2035
Perindustria
412 484 570 670
n
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan tabel di atas, luas perindustrian setiap 5 tahunnya naik,


dikarenakan jumlah penduduk yang terus bertambah maka kebutuhan akan
industri juga bertambah.
Kebutuhan air minum untuk fasilitas perindustrian ini 0,6 l/Ha/dtk ( Dirjen
Cipta Karya PU, 1998 ). Berdasarkan standar kebutuhan air minum ini, maka
kebutuhan air fasilitas perindustrian ini dapat dilihat pada Tabel 2.41, dengan
contoh perhitungan seperti berikut:
jmlhHektar % pelayanan stdKebutuhanAir
KebutuhanAir 2018
86400

412 Ha 65% 0,6l / ha / dtk


86400
= = 0,0019 l/dtk

Tabel 2.39 Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Perindustrian


Tahun Jumlah Persen Standar Kebutuhan
Hektar (Ha) Pelayanan Kebutuhan Air Total (l/dtk)
Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina
II-36
(%) (l/ha/dtk)
2020 412 65 0,6 0,0019
2025 484 75 0,6 0,0025
2030 570 85 0,6 0,0034
2035 670 95 0,6 0,0044
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari Tabel dapat di lihat, dengan bertambahnya jumlah fasilitas


perindustrian di Kota Garut, maka kebutuhan air bersih juga meningkat.

2.3.5.5 Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Umum


Jumlah fasilitas umum di Kota Garut akan terus bertambah hingga akhir
periode perencanaan, asumsi ini diambil berdasarkan jumlah unit koperasi dan
perkantoran yang terus bertambah hingga akhir periode perencanaan.

Tabel 2.40 Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Umum


Jenis Fasilitas Umum Jumlah (Unit) Jumlah (Jiwa)
Koperasi 18 -
Perkantoran 50 2404
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2016

Contoh Perhitungan :
JumlahSara na 2015
proyeksikoperasi 2020 Jumlahpenduduk 2020
Jumlahpenduduk 2015

= (18/436.280) * 513.177 = 19 unit


Tabel 2.41 Proyeksi Untuk Fasilitas Umum
Fasilitas Jumlah (Unit)
umum 2020 2025 2030 2035
Koperasi 21 25 29 34
Perkantoran 56 66 78 92
Sumber: Hasil Perhitungan

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-37
Kebutuhan air minum untuk fasilitas umum ini diasumsikan berdasarkan
standar kebutuhan air minum yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan contoh
perhitungan sebagai berikut :

JumlahUnit % Pelyanan StdKebutuhanAir


KebutuhanAir 2020
86400

21unit 65% 600l / unit / hr


86400
=
= 0,10 l/dtk

Tabel 2.42 Kebutuhan Untuk Air Fasilitas Umum


Standar Kebutuhan
Persen Total
Jenis Jumlah Kebutuhan Total
Tahun Pelayanan Kebutuhan
Fasilitas unit Air
(%) (l/dtk) Air (l/dtk)
(l/unit/hr)
Koperasi 21 0,10
2020 65 600 0,35
Kantor 56 0,25
Koperasi 25 0,13
2025 75 600 0,48
Kantor 66 0,35
Koperasi 29 0,17
2030 85 600 0,63
Kantor 78 0,46
Koperasi 34 0,23
2035 95 600 0,83
Kantor 92 0,61
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel dapat dilihat, dengan bertambahnya fasilitas umum seperti


koperasi dan perkantoran, maka semakin bertambah pula kebutuhan air bersihnya,
karena bertambahnya jumlah karyawan pada fasilitas umum tersebut.
2.3.5.6 Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Jumlah fasilitas perdagangan dan jasa di Pangandaran akan terus
bertambah hingga akhir periode perencanaan, asumsi ini diambil berdasarkan
jumlah unit terminal, pasar (Ha), pertokoan, dan bioskop. Sedangkan hotel
dihitung berdasarkan jumlah tempat tempat tidur dan restoran dihitung

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-38
berdasarkan jumlah tempat duduk. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

Contoh Perhitungan :
JumlahUnit
proyeksiHo tel 2020 JumlahPenduduk 2020
JumlahPenduduk 2015

= (310/436.280) * 513.177
= 365 unit

Tabel 2.43 Proyeksi Untuk Fasilitas Perdagangan dan Jasa


Fasilitas Jumlah fasilitas
Perdaganga
n 2020 2025 2030 2035
Terminal 1 1 2 2
Pasar (Ha) 2 2 2 3
Pertokoan 141 166 195 230
Hotel 365 429 505 593
Bioskop 1 1 2 2
Restourant 412 484 570 670
Sumber: Hasil Perhitungan

Kebutuhan air minum untuk fasilitas perdagangan dan jasa ini yaitu
terminal, pasar (Ha), pertokoan, dan bioskop diasumsikan berdasarkan standar
kebutuhan air minum yang telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan fasilitas hotel
dan restouran dihitung berdasarkan jumlah tempat tidur dan jumlah tempat duduk.
Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Contoh Perhitungan :
365unit 65% 150l / unit / hr
86400

JumlahFasilitas % Pelayanan StdKebutuhanAir


KebutuhanAirHotel 2020
86400

= = 0,41 l/dtk

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-39
Tabel 2.44 Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Tahun 2020 2025
Fasilitas Std. Keb. Keb.
Air Keb.
% Jmlah Air % Jmlah
(l/unit/hr) Pelayanan Fasilitas Air
(l/dt Pelayanan Fasilitas
(l/dt)
)
Terminal 2000 1 0,02 1 0,02
Pasar
1500 2 0,02 2 0,03
(Ha)
Pertokoa
500 65 141 0,53 75 166 0,72
n
Hotel 150 365 0,41 429 0,56
Bioskop 2000 1 0,02 1 0,02
Restouran 10 412 0,03 484 0,04
Jumlah 1,03 1,40
Tahun 2030 2035
Fasilitas Std. Keb. Keb.
Air Keb.
% Jmlah Air % Jmlah
(l/unit/hr) Pelayanan Fasilitas Air
(l/dt Pelayanan Fasilitas
(l/dt)
)
Terminal 2000 2 0,03 2 0,04
Pasar
1500 2 0,04 3 0,05
(Ha)
Pertokoa
500 195 0,96 230 1,26
n 85 95
Hotel 150 505 0,74 593 0,98
Bioskop 2000 2 0,03 2 0,04
Restou-
10 570 0,06 670 0,07
ran
Jumlah 1,86 2,45
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari Tabel di atas dapat dilihat, kebutuhan air bersih fasilitas perdagangan
dan jasa setiap 5 tahunnya bertambah sesuai dengan bertambahnya fasilitas yang
ada di Kota Garut, jumlah penduduk dan persentase pelayanan yang terus
meningkat.

2.3.5.7 Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih Non Domestik di Kota Garut

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-40
Kebutuhan air bersih non domestik setiap 5 tahunnya bertambah, hal ini
disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk di Kota Garut.

Tabel 2.45 Rekapitulasi Untuk Kebutuhan Air Bersih Non Domestik


Saran Total
Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana
a non
Tahu Pendidik Peribadat Kesehat Perindustri Umu Perdagang Domesti
n an an an an m an k (l/dtk)

2020 7,29 2,67 1,32 0,0019 0,35 1 12,66


2025 9,89 3,62 1,79 0,0025 0,48 1,4 17,18
2030 13,19 4,83 2,39 0,0034 0,63 1,9 22,90
2035 17,34 6,35 3,14 0,0044 0,83 2,4 30,11
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel di atas dapat dilihat, kebutuhan air bersih non domestik setiap 5
tahunnya meningkat. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya jumlah
penduduk, fasilitas yang disediakan dan persentase pelayanan di Kota Garut.

2.3.6 Perhitungan Total Kebutuhan Air Bersih


Contoh Perhitungan :
- Sub Total Keb.air 2020 = keb.domestik 2020 + keb.non domestik 2020
= (494,17 + 12,66)l/dtk
= 506,83 l/dtk
- Kebutuhan untuk air hidran diasumsikan adalah 10% dari sub total
kebutuhan air
Kebutuhan hidran 2020 = 10% x sub total keb.air 2020
= 10% x 506,83 l/dtk
= 50,68 l/dtk
- Kehilangan Air
Untuk kehilangan air berdasarkan standar PU Cipta Karya, besarnya
kehilangan air adalah (20% - 30%), dan diasumsikan kehilangan air adalah
30%.
Kehilangan air 2020 = 30% x sub.total keb.air 2020
= 30% x 506,83 l/dtk
= 152,05 l/dtk

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-41

- Total Kebutuhan Air Bersih

Total keb.air 2020 = sub.total keb.air 2020 + keb.air untuk hidran 2020 +
kehilangan air 2020
= 506,83 l/dtk + 50,68 l/dtk + 152,05 l/dtk
= 709,56 l/dtk
Tabel 2.46 Total Kebutuhan Air Bersih Domestik dan Non Domestik
Kebutuhan Air Bersih (l/dtk)
Fasilitas
2020 2025 2030 2035
Domestik 494,17 676,98 910,86 1208,47
Non
12,66 17,18 22,90 30,11
Domestik
Sub Total 506,83 694,17 933,77 1238,59
Hidran 50,68 69,42 93,38 123,86
Kehilangan
152,05 208,25 280,13 371,58
Air
1307,2
Total 709,56 971,83 1734,03
7
Sumber: Hasil Perhitungan

2.3.7 Debit Maksimum / Fluktuasi Pemakaian Air Bersih


Untuk debit maksimum hari (Q peak day) nilai fd berkisar antara 1,11,7
sedangkan untuk debit maksimum jam (Q peak hour) nilai fh berkisar antara 1,5-
2.

Contoh Perhitungan Untuk Tahun 2020


Q peak day = fd x Q rata rata
= 1,1 x 709,56 l/dtk
= 780,52 l/dtk

Q peak hour = fh x Q rata- rata


= 1,5 x 709,56 l/dtk
= 1064 l/dtk

Setelah dilakukan perhitungan secara keseluruhan, maka fluktuasi


pemakaian air bersih dapat dilihat pada Tabel 2.49.

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina


II-42
Tabel 2.47 Fluktuasi Pemakaian Air Bersih Domestik dan Non Domestik
Q peak Q peak
Q rata-rata
day Hour
Tahun fd fh
(l/dtk) (l/dtk) (l/dtk)

2020 709,56 1,1 780,52 1,5 1064


2025 971,83 1,1 1069,02 1,5 1458
2030 1307,27 1,1 1438,00 1,5 1961
2035 1734,03 1,1 1907,42 1,5 2601
Sumber: Hasil Perhitungan

Anggi Gunawan/143050037/Penyediaan Air Minum/2016-2017/Anna Ayudina

Você também pode gostar