Você está na página 1de 11

Ruptur Tendon

1. Definisi
Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa. Ruptur tendon
adalah robek, pecah atau terputusnya tendon yang diakibatkan karena tarikan yang
melebihi kekuatan tendon.

2. Etiologi
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan resiko ruptur
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton, tenis, basket dan sepak bola
4. Trauma benda tajam atau tumpul

3. Faktor Resiko
1. Umur : 30-40 tahun
2. Jenis kelamin : >= 5:1
3. Obesitas
4. Olahraga
5. Riwayat ruptur tendon sebelumnya
6. Penyakit tertentu artritis, DM
7. Pekerjaan

4. Manifestasi Klinis
1. Seperti merasa atau mendengar bunyi pop
2. Nyeri yang hebat
3. Memar
4. Terdapat kelemahan
5. Ketidakmampuan untuk menggunakan lengan atau kaki yang terkena
6. Ketidakmampuan untuk memindahkan bidang yang terlibat
7. Ketidakmampuan untuk menanggung beban
8. Terdapat deformitas

Penatalaksanaan8
1. Fase Akut
Rehabilitasi Program
Terapi Fisik
Terapi fisik tidak diindikasikan untuk fase akut, tetapi akan menjadi terapi
penting pada fase rehabilitasi. Pengobatan (nonoperatif vs operatif) ditentukan
bedasarkan kondisi pasien, dengan penekanan khusus pada manfaat dan
risiko dari setiap prosedur.
Bedah Intervensi
Terdapat kontroversi mengenai apakah terlebih dahulu dilakukan tindakan
konservatif atau langsung dengan rekonstruksi pada tendon yang ruptur.
Terdapat manfaat dan risiko yang berbeda untuk setiap pendekatan.
Menurut Kahn et al, pasien dengan terapi nonoperatif memiliki resiko
rerupture sekitar 3 kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang diobati dengan
operasi, namun pasien memiliki risiko minimal untuk komplikasi lainnya.
Tercatat komplikasi akibat perbaikan bedah terbuka termasuk infeksi dalam
(1%), fistula (3%), nekrosis kulit atau tendon (2%), rerupture (2%), dan
komplikasi kecil lainnya.
Terapi Konservatif
Laporan presentase kejadian rerupture pada pasien yang diterapi secara
konservatif mencapai 40%. Dalam protokol baru dengan periode imobilisasi
yang pendek, tingkat rerupture tampaknya jauh lebih sedikit dan sebanding
dengan tingkat rerupture untuk ruptur tendon yang diperbaiki pembedahan
Bedah Percutaneous
Ma dan Griffith melaporkan pada 18 perbaikan tendon menggunakan
jahitan perkutan. Melalui luka tusuk, jahitan yang melewati ujung distal dan
proksimal, sementara pergelangan kaki diatur menjadi equinus maksimal.
Jahitan itu kemudian dipotong pendek, diikat menggunakan surgons knot.
Jahitan dibersihkan dan dibalut kering dengan perban steril. Setelah itu, pasien
dipasang gips selama 4 minggu.
Bedah Terbuka
Rekonstruksi terbuka dilakukan dengan menggunakan pendekatan medial
longitudinal. Insisi medial memiliki keuntungan yaitu visualisasi yang lebih baik
dari tendon plantaris, serta menghindari cedera pada saraf Sural. Insisi midline
jarang digunakan karena tingkat komplikasi yang tinggi terjadinya luka dan
adhesi.
Setelah pemasangan tourniquet dan palpasi tempat ruptur, insisi dibuat
melalui kulit dan lemak subkutan untuk menciptakan paratenon. Paratenon
tersebut kemudian dibagi secara longitudinal untuk mengekspos ujung ruptur
yang diirigasi dan didebridement. Ujung kemudian dijahit dengan jahitan heavy
nonabsorbable menggunakan modifikasi Kessler, Krackow, atau teknik Bunnell,
dan tidak boleh terlalu rapat.

Secara umum, perawatan dianjurkan untuk individu muda dan atlet yang
sering menggunakan tendo Achilles dengan aktivitas yang relatif tinggi.
Perbaikan operasi dari ruptur tendon Achilles telah dilaporkan memiliki resiko
rerupture yang lebih rendah, meningkatkan kekuatan otot pasca operasi, dan
kembali melakukan kegiatan seperti sebelumnya dibandingkan dengan
pengobatan nonoperative. Komplikasi luka kadang-kadang memang terjadi
setelah perawatan operasi dan mungkin termasuk infeksi, drainase,
pembentukan sinus, dan pengelupasan kulit.
Pengobatan nonoperative biasanya diindikasikan untuk pasien yang sudah
berusia lanjut dan / atau tidak aktif, serta bagi mereka yang memiliki penyakit
sistemik atau integritas kulit yang buruk. Pasien dengan diabetes, berhubungan
masalah penyembuhan luka, penyakit pembuluh darah, neuropati, atau
komorbiditas sistemik yang serius dianjurkan untuk memilih pengobatan
nonoperative karena terdapatnya risiko yang signifikan dari terapi operatif.
Medikamentosa
Tidak ada terapi medis diindikasikan untuk kondisi ini. Obat hanya
diresepkan untuk mengurangi rasa nyeri seperti acetaminophen, berbagai obat
anti-inflammatory drugs (NSAIDs), atau narkotika, tergantung pada pilihan
dokter.
1. Rotator cuff
Rotator cuff adalah sekelompok tendon yang menghubungkan empat otot bahu
atas ke tulang. Kekuatan cuff memungkinkan otot untuk mengangkat dan memutar
tulang humerus. Tendon berjalan di bawah akromion yang sangat rentan untuk
mengalami kerusakan. Hal ini dapat menyebabkan robekan yang mengakibatkan
bahu terasa nyeri dan lemah. Robekan dapat terjadi tiba-tiba oleh karena trauma
tunggal atau berkembang secara bertahap. Ketika tendon atau otot-otot rotator cuff
robek, pasien tidak lagi mampu mengangkat atau memutar lengan nya dengan
kekuatan yang sama seperti sebelum cedera dan / atau merasakan rasa sakit yang
signifikan bila bahu digerakkan. Rasa sakit ini juga sangat umum di malam hari
dan sering menjalar ke lengan.9
Tendo rotator cuff terdiri dari:1
Tendo Supraspinatus
Tendo Infraspinatus
Tendo Teres minor
Tendo Subskapularis
Keempat otot biasanya bertindak untuk mengangkat tangan ke atas dan
menjauh dari tubuh yang disebut abduksi.

Patofisiologi9
Patogenesis dari ruptur tendo rotator cuff berdasarkan studi histologis bedah
dan spesimen otopsi ditemukan adanya perubahan degeneratif pada tendo.
Simmonds menyatakan bahwa kematian sel adalah penyebab dasar dari
perubahan degeneratif. Adanya respon inflamasi dan adanya bagian dari tendon
yang mati mungkin mengalami degenerasi lemak, diikuti dengan pengapuran atau
kerusakan. Pada awal perubahan terjadinya degeneratf terdapat pemisahan dan
pelurusan dari bundel kolagen, dengan perpindahan dari sel ke dalam ruang
intrafascicular. Hal ini mengurangi kekuatan tarikan tendon. Dengan meningkatnya
degenerasi kolagen fasikula yang terpisah menjadi disorientasi, acellular dan
terfragmentasi.

Robek sebagian biasanya terjadi sebagai akibat erosi dangkal dibawah


permukaan tendon supraspinatus di dekat insersi. Ini dapat menyebabkan tendon
melengkung selama abduksi lengan. Robekan parsial kemudian menjadi komplit
karena stres. Robekan lengkap dapat kecil atau besar, dengan penampilan yang
bervariasi: ruptur baru memiliki tepi yang tidak teratur, namun ruptur yang lama
terkesan lebih lembut, dengan tepi teratur.
Etiologi
Codman dan Akerson berpendapat bahwa perubahan degeneratif dan robek
mungkin terjadi karena trauma, meskipun mereka tidak yakin apakah penuaan
pada tendon sebelum ruptur berkontribusi terhadap terjadinya degenerasi tersebut.
Pendapat lain menyimpulkan bahwa ruptur cuff biasanya terjadi karena trauma
pada tendon yang sudah mengalami degenerasi.10
Meyer mengatakan bahwa ruptur cuff terjadi akibat gesekan. 11 Keyes,
DePalma, Galeri dan Bennett'dan Moseley mengatakan bahwa adanya jaringan
granulasi vaskular yang merupakan reaksi terhadap trauma dapat melemahkan
tendon, sehingga kerusakan terjadi karena adanya stres.12,13
Lindblom, pada tahun 1939, mengatakan bahwa terdapat hubungan antara
degenerasi rotator cuff dan iskemia. Pada mayat yang diautopsi, supraspinatus
dan tendo bisep dekat pusat insersi relatif avaskular. Kemudian investigasi
melaporkan temuan serupa, terdapat daerah avaskular di di daerah supraspinatus
sesuai dengan Codman ini disebut "zona kritis". Iskemia di zona ini dapat
mengakibatkan perubahan selular dan memunculkan sel-sel inflamasi, yang
mengakiatkan pelepasan lisosim dan kerusakan dari jaringan ikat. 9
Rathburn dan Macnab mencatat bahwa iskemia meningkat ketika caput humeri
menekan pembuluh darah supraspinatus selama adduksi lengan. Saat degenerasi
berlangsung, sedikit trauma saja dapat menyebabkan ruptur tendon.9
Gejala Klinis9
Dalam kasus, biasanya pria lebih dari 40 melakukan aktifitas dan terluka
bahunya ketika mengangkat ataumenarik benda berat atau pada jatuh dengan
lengan terulur. Pasien merasakan sensasi seperti robek disertai oleh rasa nyeri
yang berat. Gerakan bahu menjadi terbatas. Rasa sakit secara bertahap berkurang
namun berulang antara 8 dan 12 jam kemudian secara progresif biasanya di atas
deltoid, yang diperburuk oleh pergerakan lengan. Pasien sulit untuk tidur
menghadap sisi yang terkena. Beberapa pasien mengatakan adanya sensasi
seperti bunyi klik pada bahunya. Pada kasus lain, dilaporkan terjadi kelemahan
bukan nyeri. Dalam beberapa kasus tidak ada riwayat cedera. Trauma kecil pada
pasien yang lebih tua dapat mengganggu tendon yang sudah parah kerusakannya,
sehingga menyebabkan sedikitnya gejala yang terlihat.
Gejala-gejala dapat berlangsung dalam hitungan hari atau tahun, dapt terjadi
resmisi dan kambuh. Ketika pasien diminta untuk mengabduksikan lengan, pasien
hanya mampu mengangkat bahu, dan bahu terasa nyeri. Dengan bantuan pasin
mungkin dapat mengangkat lengan horisontal dan menahannya, tapi dengan
sedikit tekanan oleh pemeriksa lengan akan turun ke samping. Jika rasa sakit
mengganggu tes ini dapat dihilangkan dengan infiltrasi bius lokal.
Pemeriksaan Khusus9
Pemeriksaan khusus ini berguna untuk menemukan diagnosis yang akurat.
Pain Ablasion Test
Kelemahan yang persisten saat abduksi lengan setelah anestesi lokal yang
disuntikkan ke dalam ruang subacromial untuk menghilangkan rasa sakit dan
mencegah spasme otot, menunjukkan adanya ruptur supraspinatus. Namun, ini
bukan tes definitif karena kadang-kadang seorang pasien dengan ruptur rotator
cuff dapat mempertahankan kekuatan abduksi.
Roentgenografi
Codman20 tahun 1934 menulis bahwa Roentgenograms polos biasanya
menunjukan gambaran normal dengan ruptur tidak melibatkan insersi tendon pada
tulang. Hal ini memang benar untuk ruptur akut, dan roentgenografi saat ini
digunakan dalam kasus-kasus terutama untuk menyingkirkan lesi lain dan akibat
trauma. Sebagian besar roentgenographi yang abnormal didapatkan pada kasus
ruptur yang lama dengan gambaran :
Kista dengan diameter hingga 1 cm di dua pertiga bagian atas leher
humerus, dibawah insersi tendo rotator cuff atau di sendi, tanpa bukti
adanya osteoarthritis.
Depresi antara permukaan artikular di caput humeri dan tuberositas
mayor humeri.
Sclerosis atau atrofi tuberositas mayor
Pembentukan tulang tidak teratur pada margin lateral atau dibawah
permukaan akromion.
Perubahan konveksitas yang normal di permukaan bawah akromion.
Sclerosis dibawah permukaan akromion.
Kista subcortical di akromion.
Penyempitan interval antara caput humeri dan bagian bawah akromion,
yang biasanya 7 sampai 14 mm dalam standar pandangan
anteroposterior.
Arthrography
Injeksi udara atau media opaque ke sendi glenohumeral sebelum
roentgenografi, direkomendasikan oleh Codman tetap tidak diperoleh hasil yang
memuaskan. Beberapa tahun kemudian Oberholzer, berhasil menggunakan udara
sebagai media kontras dalam mempelajari dislokasi kronis pada sendi.
Arthrogram dapat menunjukan diagnosis ruptur rotator cuff lengkap dengan
menunjukkan hubungan langsung antara rongga glenohumeral dan bursa
subacromial. Bahkan mungkin menunjukan ukuran ruptur oleh seberapa cepat
kontras mengisi rongga atau dengan membaca tekanan intra-artikular.
Diagnosis ruptur rotator cuff sebagian sulit dengan arthrography. Hasil negatif
palsu dapat terjadi jika prosedur ini dilakukan oleh seseorang yang belum terbiasa
dengan teknik ini.
Artroskopi
Penggunaan Artroskopi relatif baru. Media dimasukkan baik ke posterio sendi
glenohumeral atau ke dalam ruang subacromial. Adanya ruptur rotator cuff dan
ukurannya baik parsial maupun lengkap dapat terlihat. Arthroscopy dapat
membantu dalam perencanaan operasi dan memilih pendekatan bedah.

Penatalaksanaan14
Ruptur tendo rotator cuff unik karena pengobatan tanpa operasi adalah
pengobatan pilihan utama dalam cedera tendon kebanyakan. Lebih dari 90% dari
cedera tendon yang terjadi secara kronis dan alami, dan 33% -90% dari gejala
cedera kronis hilang tanpa operasi.
Sebaliknya, pada ruptur akut, seperti yang terjadi pada trauma, tidak atau
mungkin diperbaiki dengan operasi tergantung pada beratnya robekan.
Jika robekan adalah kurang dari 50% dari ketebalan cuff atau kurang dari 1 cm,
jaringan mati dapat dibuang dengan athroskopi. Sebuah sayatan kecil dibuat dan
alat yang disebut arthroscope di masukkan ke dalam sendi. Melalui itu, ahli bedah
dapat melihat dan membuang jaringan mati tanpa melakukan bedah terbuka.

2. Biceps
Tendo biseps merupakan struktur yang menghubungkan otot bisep ke tulang.
Terdapat tendon biseps proksimal pada sendi bahu, dan tendon biseps distal di
siku.15

Ruptur tendo biseps adalah trauma yang terjadi pada tendon biseps
menyebabkan terpisahnya tendo dari tulang. Tendo biseps normalnya terhubung
kuat ke tulang. Ketika terjadi ruptur tendo biseps, tendo ini terlepas, otot tidak
dapat menarik tulang, dan gerakan tertentu dapat melemah atau terasa nyeri.
Terdapat dua jenis ruptur tendo biseps:
1. Ruptur tendo biseps proksimal15
Ruptur tendo biseps proksimal adalah trauma yang terjadi pada tendon
biseps di sendi bahu. Jenis cedera adalah jenis yang paling umum dari cedera
tendo biseps. Umumnya sering terjadi pada pasien usia lebih dari 60 tahun,
dan biasaya meunjukkan gejala minimal.
Ruptur tendo biseps melibatkan salah satu dari dua ujung tendon biseps.
Kondisi ini biasanya terjadi pada orang tua dan disebabkan oleh perubahan
degeneratif dalam tendo biseps yang menyebabkan kegagalan struktur.
Kebanyakan pasien terlebih dahulu merasakan nyeri bahu menetap dengan
impingement syndrome atau rotator cuff tear. Ruptur tendon biseps proksimal
juga dapat terjadi selama kegiatan ringan, dan beberapa pasien mungkin
mengalami beberapa nyeri setelah terjadi ruptur tendon.
Tendo biseps proksimal dapat ruptur pada pasien muda dengan kegiatan
seperti angkat berat atau olahraga melempar, tapi kejadian ini cukup jarang
terjadi.

2. Ruptur tendo biseps distal15


Tendon biseps distal terdapat di sekitar sendi siku. Trauma yang terjadi
biasanya disebabkan oleh angkat berat atau olahraga yang dilakukan oleh pria
paruh baya. Kebanyakan pasien dengan ruptur tendo bisep distal perlu
menjalani operasi untuk memperbaiki tendo yang robek.
Ruptur tendo biseps distal pada sendi siku lebih jarang terjadi.
Presentasenya kurang dari 5% dari ruptur tendo biseps. Trauma ini juga
biasanya ditemukan di pasien usia paruh baya, meskipun tidak selalu.
Biasanya terdapat tendinosus, atau perubahan degeneratif dalam tendo, yang
merupakan prodisposis terjadinya ruptur tendo.
Pada ruptur tendo biseps distal penting diketahui bahwa tanpa perbaikan
dengan bedah, pasien yang mengalami ruptur tendo biseps distal lengkap akan
mengalami kehilangan kekuatan pada siku. Kekuatan akan mempengaruhi
kemampuan untuk menekuk siku, melawan tahanan, dan kemampuan untuk
memutar lengan (misalnya, memutar gagang pintu atau obeng).
Penatalaksanaan15
Penatalaksanaan saat ini menekankan pada keputusan pasien mengenai
pilihan pengobatan, dengan mempertimbangkan usia, tingkat aktivitas,
kebutuhan pribadi, dan kondisi komorbid. Ruptur parsial dapat diobati secara
konservatif atau dengan pembedahan.
Konservatif, pengobatan nonsurgical pada ruptur tendo biseps terdiri dari
istirahat, penguatan dan latihan gerak, dan penggunaan obat anti-inflammatory
drugs (NSAIDs). Es diberikan untuk beberapa hari pertama pengobatan,
kemudian diikuti oleh terapi panas.
Pembedahan melibatkan reattaching bagian tendon yang robek ke tulang
(tenodesis) atau memotong tendon untuk menghasilkan robekan yang lengkap
dan dilakukan terapi seperti pada ruptur lengkap. Robekan pada tendo
m.biseps caput longum biasanya dirawat secara konservatif karena cedera
menyebabkan perubahan fungsional yang minimal. Namun, atlet atau individu
yang sangat aktif lainnya tidak dapat mentolerir setiap hilangnya fungsi dan
akan meminta untuk dilakukan tenodesis. Ruptur tendon biseps distal
ditatalaksana dengan tenodesis menggunakan logam stitch (jahitan) jangkar.
Ruptur pada musculotendinous junction atau ruptur dalam corpus tendon
dilakukan pembedahan (tendinoplasty) dengan perangkat augmentation
ligament atau dengan metode lipat sederhana/menyelipkan. Setelah operasi,
lengan dipertahankan dalam posisi membungkuk selama 4 sampai 5 hari.

Você também pode gostar