Você está na página 1de 6

BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN BETON

Oleh : Achmad Basuki, ST., MT.


Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Minggu 29 April 2012

Secara umum material beton yang digunakan pada


konstruksi terdiri atas semen, air, pasir (agregat halus) dan kerikil
(agregat kasar) yang dicampur dengan perbandingan tertentu dan
untuk menghasilkan kekuatan tertentu pula. Kekuatan yang diukur
pun biasanya hanya kuat tekannya saja yang diuji pada standar
umur 28 hari. Beton yang dibuat secara konvensional umumnya
mempunyai kuat tekan antara 18 - 32 MPa. (N/mm 2) dan berat 2,4
ton/m3, biasanya disebut sebagai beton norma/konvensional,
sedangkan beton yang mempunyai kuat tekan di atas 35 MPa
biasanya disebut dengan beton mutu tinggi.
Selain kualitas dan gradasi agregat halus dan kasar, kualitas beton
yang dibuat juga bergantung pada nilai perbandangan berat
penggunaan air dengan semen, yang disebut sebagai faktor air
semen (fas). Nilai fas ini juga akan mempengaruhi tingkat
kemudahan pengerjaan (workability) dari beton yang dibuat.
Disamping itu, untuk keperluan tertentu terkadang campuran beton
tersebut masih ditambahkan bahan tambah berupa zat-zat kimia
tambahan (chemical additive) dan mineral/material tambahan. Zat
kimia tambahan tersebut biasanya berupa serbuk atau cairan yang
secara kimiawi langsung mempengaruhi kondisi campuran beton.
Sedangkan mineral/material tambahan berupa agregat yang
mempunyai karakteristik tertentu. Penambahan zat-zat kimia atau
mineral tambahan ini diharapkan dapat merubah performa dan
sifat-sifat campuran beton sesuai dengan kondisi dan tujuan yang
diinginkan, serta dapat pula sebagai bahan pengganti sebagian dari
material utama penyusun beton. Standar pemberian bahan
tambahan beton ini pun sudah diatur dalam SNI S-18-1990-03
tentang Spesifikasi Bahan Tambahan pada Beton.
Berdasarkan tujuan yang diharapkan terdapat beberapa tujuan
penggunaan zat kimia diantaranya yaitu a) Zat kimia untuk
mengurangi penggunaan air pada beton (water reduction). Hal ini
dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang tetap
dengan kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi
didapatkan adukan beton yang lebih encer. Hal ini dimaksudkan
agar diperoleh kuat tekan yang lebih tinggi, dengan tidak
mengurangi kekentalannya, atau diperoleh beton dengan kuat
tekan yang sama, tapi adukan dibuat menjadi lebih encer agar lebih
memudahkan dalam penuangan.
b) zat kima untuk memperlambat proses ikatan campuran beton
(retarder). Biasanya diperlukan untuk beton yang tidak dibuat
dilokasi penuangan beton. Proses pengikatan campuran beton
sekitar 1 jam. Sehingga apabila sejak beton dicampur sampai
penuangan memerlukan waktu lebih dari 1 jam, maka perlu
ditambahkan zat kimia ini. Zat tambahan ini diantarannya berupa
gula, sucrose, sodium gluconate, glucose, citric acid, dan tartaric
acid.
c) zat kimia untuk mempercepat ikatan dan pengerasan campuran
beton (accelerators). Diperlukan untuk mempercepat proses
pekerjaan konstruksi beton, pencampuran beton dilakukan di
tempat atau dekat dengan penuangannya. Zat tambahan yang
digunakan adalah CaCl2, Ca(NO3)2 dan NaNO3. Namun demikian,
lebih dianjurkan menggunakan yang nitrat, karena penggunaan
khlorida dapat mempercepat terjadinya karat pada penulangan.
Pada kenyataan di lapangan terkadang diperlukan kondisi
kombinasi dari ketiga perilaku penambahan zat kimia tersebut yaitu
untuk mengurangi penggunaan air dan memperlambat proses
ikatan campuran beton, atau untuk mengurangi air dan
mempercapat waktu pengikatan serta pengerasan campuran beton.
Penambahan gelembung udara pada kadar tertentu juga dapat
meningkatkan performa beton pada saat proses pengerasan dari
cair ke plastis. Tapi, pada setiap penambahan gelembung 1% dapat
mengurangi kekuatan beton 5%, sehingga jarang disarankan
penggunaannya. Zat kimia lain yang terkadang ditambahkan juga
pada beton adalah pigmen, untuk memberikan warna pada beton,
penghambat korosi, lem untuk ikatan dengan beton lama dan
pengurang segregasi dan bleeding pada proses pengerasan beton.
Sedangkan mineral pada campuran beton biasanya berupa
pozzolan dan material lain pengganti agregat, seperti agregat ringa
dan berat, serat. Pozzolan merupakan bahan alami atau buatan
yang mempunyai sifat pozzolanik dengan unsure silika dan
aluminat yang aktif. Silika dan aluminat aktif ini akan bereaksi
dengan kapur bebas, yang merupakan sisa reaksi hidrasi air
dengan semen, untuk menjadi tubermorite lagi yang sama dengan
hasil hidrasi air dengan semen sebelumnya, sehingga akan
meningkatkan kuat tekan beton. Jenis pozzolan diantaranya adalah
fly ash (abu terbang) yang berasal dari produk sampingan
pembangkit listrik tenaga batu bara, tras alam, gilingan terak dapur
tinggi pada pembakaran dan peleburan biji besi, abu sekam padi
(hulk ash), abu ampas tebu, bubuk bata merah, metakaolin
dan silica fume.
Material tambahan yang digunakan disamping sebagai bahan
tambah, terkadang sebagai pengganti sebaian atau seluruh
agregat. Agar diperoleh beton ringan biasanya digunakan agregat
ringan seperti batu apung, alwa (artificial light weigth aggregate),
serbuk/potongan kayu, serbuk stereofoam, dan sebagainya. Untuk
memperoleh beton dengan performa tarik yang meningkat
ditambahkan serat-serat, seperti serat baja,serat aluminium, serat
ban atau beberapa serat alami. Dan beton berat diperoleh dengan
menambahkan agregat dengan berat jenis yang lebih besar dari
agregat kerikil dan pasir.***
BETON AGREGAT PECAHAN GENTENG
Oleh : Dr.Techn. Ir. Sholihin As'ad, MT. dan Selvia Agustina,
ST.
Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Minggu 1 Juli 2012
Beton adalah bahan bangunan yang tersusun oleh agregat (pasir
dan kerikil), semen, dan air dengan atau tanpa bahan tambah.
Bahan konstruksi ini paling banyak digunakan untuk perumahan,
gedung, bendungan, jembatan, dan jalan raya. Beton sangat
diminati karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan
konstruksi lainnya, diantaranya adalah harga relatif murah, kuat
tekan besar, tahan lama, mudah dibentuk, dan tahan terhadap
temperatur tinggi.
Akhirakhir ini, pemerintah sedang gencargencarnya mensosialisasikan pembangunan yang
berkonsep sustainable construction. Konsep ini bertujuan agar suatu kontruksi pada saat
produksi, desain, penggunaan, pemeliharaan serta penghancuran tidak menghabiskan sumber
daya baik berupa uang, energi, maupun material. Banyaknya konstruksi bangunan yang
menggunakan beton membuat kebutuhan material beton meningkat. Hal ini mengakibatkan
adanya penambangan material secara besarbesaran sehingga jumlah sumber daya alam yang
ada menjadi turun dan harga material penyusun beton semakin mahal. Oleh sebab itu,
berbagai inovasi dilakukan untuk menanggulangi permasalahan tersebut yakni mengganti
agregat alam dengan agregat daur ulang. Pemanfaatan agregat daur ulang dari limbah
kontruksi dapat mengurangi kelangkaan sumber daya alam, menambah panjang umur
penggunaan, dan ikut serta dalam melestarikan lingkungan.
Bahkan di beberapa negara seperti Austria, Jerman, Inggris, Hongaria, Italia dan Jepang
sudah tersedia peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penggunaan material daur ulang.
Terutama yang berhubungan dengan material daur ulang yang mempunyai kandungan
kimiawi yang berbahaya atau harus dengan batasan dan takaran tertentu.
Salah satu agregat daur ulang yang dapat digunakan sebagai material dan agregat beton
adalah pecahan genteng.
Menurut SII 022-81 genteng adalah suatu unsur bangunan yang berfungsi sebagai atap yang
terbuat dari tanah liat atau tanpa campuran bahanbahan lain, dibakar pada suhu yang cukup
tinggi hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dengan air. Tanah liat memiliki mineral
silika dan alumina yang cukup besar sehingga apabila tanah liat ini dibakar pada suhu tertentu
akan mengeras.
Banyak sekali limbah pecahan genteng tanah liat yang tidak dimanfaatkan. Penggunaan
agregat daur ulang genteng dapat mengurangi biaya produksi beton. Selain itu, agregat
pecahan genteng mempunyai beberapa kelebihan, antara lain berat jenis betonnya ringan dan
beton yang dihasilkan memiliki daya hantar panas yang rendah. Sedangkan kelemahanya
antara lain kuat tekannya tidak sebesar kuat tekan dengan agregat batu alami, keausan dan
daya serap air yang tinggi, juga kekerasan agregat yang sangat beragam tergantung pada
mutu pembakaran.
Agregat pecahan genteng ini dapat digunakan untuk mengganti sebagian atau seluruhnya
agregat alami (kerikil). Nilai kuat tekan beton dengan agregat pecahan genteng dengan
berbagai variasi prosentase penggantian agregat alami berkisar antara 60% sampai 100% dari
kuat tekan beton dengan agregat alami seluruhnya. Sebagai contoh hasil pengujian yang telah
dilakukan penulis, pada penggantian seluruhnya agregat alami dengan pecahan genteng
diperoleh kuat tekan 13,2 MPa, sedangkan bila tidak digunakan agregat pecahan genteng
diperoleh kuat tekan 22,26 MPa.
Agregat pecahan genteng mempunyai daya serap yang tinggi sehingga dalam pengadukanya
beton akan cepat keras hanya dalam beberapa menit saja setelah pencampuran. Untuk
mengatasi hal itu maka sebelum dipakai agregat ini harus dalam keadaan SSD. Menurut
Mulyono, sifat pecahan genteng seperti pasir, sedikit menaikan kekuatan mortar, dan
meningkatkan sifat hidrolis mortar. Agregat pecahan genteng ini memiliki tingkat poros yang
tinggi sehingga beton yang dihasilkan lebih ringan dan tahan terhadap panas. Pecahan
genteng juga termasuk agregat ringan karena mempunyai berat jenis kurang dari 2gr/cm3.
Agregat pecahan genteng berasal dari tanah liat (lempung) yang dibakar di atas suhu 1000 oC.
Lempung yang digunakan untuk genteng adalah lempung yang memiliki butiran yang halus
agar mudah dalam membentuk dan tidak menimbulkan retakretak pada saat pembakaran
atau pengeringan.
Karena sifat agregat genteng yang mudah menyerap air, maka yang penting juga diketahui
apabila digunakan sebagai agregat beton adalah tingkat porositas dan
permeabilitasnya. Porositas beton adalah besarnya kadar pori yang terkandung dalam beton.
Biasanya pori-pori beton tidak semuanya tertutup oleh pasta semen. Pori tersebut biasanya
terisi oleh udara (air void) atau berisi air (water filled space). Gelembung udara yang
terperangkap dan air yang menguap merupakan sumber utama dari timbulnya rongga/ pori
dalam beton. Beton yang memiliki jumlah pori sedikit merupakan beton kedap air, padat, dan
kuat. Kepadatan beton diperoleh dengan cara mereduksi perbandingan air semen seminimal
mungkin tetapi workability tetap baik. Beton dengan pecahan genteng mempunyai nilai
porositas berkisar antara 13% sampai 18%.
Sedangkan permeabilitas berkaitan dengan sifat dapat dilewati oleh zat cair atau gas. Jadi
permeabilitas beton adalah kemudahan cairan atau gas melewati beton. Beton yang baik
adalah beton yang relatif tidak bisa dilewati air/gas, atau dengan kata lain mempunyai
permeabilitas yang rendah.Faktor air semen yang digunakan akan mempengaruhi besarnya
koefisien permeabilitas. Makin tinggi faktor air semen akan menyebabkan nilai koefisien
permeabilitas makin tinggi. Beton dengan agregat genteng mempunyai nilai permeabilitas
antara 7,01.10-10sampai 2,35.10-9 m/dt.
Penggunaan agregat genteng yang optimum sebagai agregat pengganti sebagian agregat alami
(kerikil) pada beton struktural berkisar antara 10%-25%.
Di Inggris pun, beberapa prasarana untuk penyelenggaraan event Olimpiade 2012 telah
menggunakan material daur ulang sekitar 20%.

Você também pode gostar