Você está na página 1de 5

C.

Dalam Bidang Shalawat

Bentuk-bentuk akulturasi dalam bidang ini dapat juga dikategorikan


sebagai suatu dampak dari kentalnya nilai-nilai islam yang mempengaruhi
budaya lokal namun nuansa kedua unsur tersebut baik itu islam maupun
budaya lokal masih tetap terasa. Contoh misalnya beberapa shalawatan
yang ada di jogjakarta :

1. Sholawat Rodat

Kesenian ini salah satunya ditemukan di daerah kota santri yaitu


daerah Jejeran, Wonokromo, Bantul. Kelompok kesenian Sholawat Rodat ini
menamakan dirinya Kelompok Lintang Songo.

Kesenian Rodat merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan


ummat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati
Maulid Nabi di kalangan ummat Islam. Kesenian ini menggunakan syair atau
syiiran berbahasa arab yang bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab
sastra yang masykur di kalangan ummat Islam. Isi dari sholawat rodat adalah
bacaan sholawat yang merupakan puji-pujian terhadap Nabi Muhammad
SAW.

Sesuatu yang khas dari kesenian ini ialah tarian yang mengiringi syair
(yang dilagukan) dan musik rebana yang dinyanyikan secara bersama-sama
(berjamaah). Tarian inilah yang disebut dengan rodat. Tarian ini ditarikan
dengan leyek (menari sambil duduk). Praktek tersebut jelas merupakan hasil
akulturasi budaya karena barzanji maupun ritual yang ada bukan
sepenuhnya ajaran islam.

2. Sholawat Maulud

Salah satu kelompok sholawat maulud yang masih eksis adalah


kelompok kesenian sholawat maulud puji rahayu yang berada di daerah
Kasihan, Bantul, DIY. Shalawat maulud sebenarnya merupakan tradisi
pembacaan shalawat pada saat peringatan maulid Nabi Muhammad. Dalam
perkembangannya, tradisi ini menjadi kesenian pembacaan shalawat yang
dibacakan pada acara-acara khitanan, aqiqah (kelahiran bayi), maupun
acara-acara rutin yang diselenggarakan masyarakat.
Kesenian ini memiliki 2 fungsi bagi masyarakat, yaitu ekspresi
keberagamaan dan kesenian. Dalam pertunjukannya, prosesi diawali dengan
bacaan sholawat yang diiring terbang, gong, kendang dan gamelan jawa.
Perpaduan alat musik tersebut menghasilkan bunyi yang indah yang
mengiringi bacaan sholawat yang bersumber dari kitab Al-Barzanji. Sesekali
diiringi oleh bacaan Rowi (narasi) dalam bahasa Arab. Dalam
perkembangannya sudah dicampur dengan lagu-lagu bahasa jawa dan
bersumber dari hal-hal yang baru terjadi (missal: mereka menciptakan lagu
terkait dengan bencana gempa bumi yang baru melanda Jogja dan
sekitarnya).

3. Sholawat Jawi

Shalawat Jawi di temukan di daerah Pleret, Bantul, dan beberapa juga


sudah menyebar di sekitar kecamatan Pleret, atau bahkan di sekitar
Kabupaten Bantul. Kesenian ini merupakan salah satu bentuk penegasan
jawanisasi kesenian Islam. Kesenian yang berkembang seiring dengan tradisi
peringtaan Maulid Nabi ini mengartikulasikan syair atau syiiran shalawat
kepada Nabi Muhammad dengan medium bahasa Jawa, bahkan juga dengan
melodi-melodi Jawa (langgam sinom, dandang-gula, pangkur dan lain-lain).

Kesenian ini merupakan ekspresi keberagamaan sekaligus ekspresi


kesenian bagi pelakunya. Mereka mendapatkan manfaat keberagamaan
yang mententramkan hati (sebagai kubutuhan spiritualitas) sekaligus
kebutuhan akan keindahan (seni) juga terpenuhi. Kesenian tradisi islam ini di
dominasi oleh para oang tua ( rata-rata di atas 50 tahun) dan regenerasi
sepertinya tidak. Kalangan mudah lebih senang kesenian yang lebih modern
(model dan alatnya). Jadi tidak heran kesenian ini mulai jarang ditemui,
karena kelompok-kelompok kesenian ini semakin sedikit.

D. Dalam Bidang Instrument (Alat Musik)

Instrumen-instrumen yang pada saat ini digunakan oleh umat islam


yang ada di jawa pada khususnya juga telah depengaruhi oleh nilai-nilai
keislaman dimana pada zaman dahulu peralatan-peralatan seperti gamelan,
gong, gambus, rebana dan lain sebagainya digunakan pada ritual-ritual
mistis yang pada ajaran islam di anggap sebagai suatu penyimpangan.
Namun pada saat setelah unsur nilai islam masuk kedalam budaya lokal
masyarakat indonesia, alat-alat tersebut digunakan untuk kepentingan
dakwah dan dimaknai sebagai simbol-simbol keagamaan seperti gamelan,
gong, gambus, rebana dan lain sebagainya.

E. Dalam Bidang Seni Lukis

Dalam bidang ini kita dapat melihat peninggalan-peninggalan sejarah


seperti candi Borobudur, Prambanan dls. Dimana pada dinding-dindingnya
dipenuhi lukisan-lukisan atau ukiran-ukiran yang menunjukkan budaya jawa
terdahulu sebelum masuknya islam.

Berbeda ketika melihat bangunan-bangunan masjid yang megah dan


dipenuhi dengan lukisan atau ukiran kaligrafi yang indah. Secara tidak
langsung, fakta tersebut mencerminkan adanya proses asimilasi yang
kemudian menghasilkan sebuah karya seni yang dahulunya dapat dijumpai
pada peninggalan sejarah, sedangkan pada saat ini terlihat dalam bentuk
keindahan yang juga merupakan karya seni pada masjid-masjid yang ada di
indonesia.

Kesimpulan

Kehadiran Islam ke nusantara tidak lepas dari nuansa, dimana Islam


itu lahir. Sungguhpun demikian, ia mampu beradaptasi dengan kebudayaan
lokal, dimana Islam itu datang. Proses persenyawaan keislaman dengan
kenusantaraan, menjadikan Islam yang ada di nusantara ini, mudah diterima
oleh masyarakat. Tidak ada resistensi; yang ada adalah penyambutan.
Sungguhpun ada modifikasi, itu tidak lebih pada injeksi nilai-nilai keislaman
dalam tradisi yang telah ada.

Dalam perkembangannya, Islam nusantara dengan wataknya yang


moderat dan apresiatif terhadap budaya lokal, serta memihak warga
setempat dalam menghadapi tantangan, menyebabkan Islam mudah
diterima sebagai agama baru.Bukti nyata dari proses persenyawaan antara
Islam dan budaya lokal dalam bidang seni dapat ditemukan dalam bentuk
karya Babad, hikayat, lontara, sastra suluk, mitologi, qasidah rebana,
gambus dan lain sebagainya. Kemudian dari segi bentuk arsitektur
bangunan-bangunan atap masjid Demak yang berlapis sembilan dari Meru
pra Islam, kemudian diganti oleh Sunan Kalijaga menjadi tiga yang
melambangkan Iman, Islam, dan Ihsan. Budaya selamatan, Maulid Nabi,
Yasinan, Sekaten.

Proses perpaduan islam dan budaya lokal di bidang seni juga


bermacam-macam, namun secara luas dapat dimakanai sebagai proses
akulturasi, asimilasi dan singkretisasi. Sungguhpun demikian, yang lebih
menjadi sorotan adalah; bahwa perpaduan budaya islam dan budaya lokal di
bibang seni telah memberikan konstribusi besar dalam perjalanan dan
perkembangan islam di indonesia.

Filsafat. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha menjawab masalah-


masalah yang tidak terjawab oleh disiplin ilmu yang lain. Filsafat akan
mencari suatu kebenaran yang hakiki. Dalam mencari kebenaran, umat Islam
menggunakan pendekatan tasawuf. Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari
tentang orang-orang yang langsung mencari Tuhan karena terdorong oleh
cinta dan rindu terhadap Tuhan. Mereka meninggalkan masyarakat ramai dan
kemewahan dunia serta mendekatkan diri kepada Tuhan dengan seluruh jiwa
dan raga mereka. Para pencari Tuhan itu mengembara ke mana-mana.
Mereka dinamakan sufi dan alirannya dinamakan tasawuf. Bersamaan
dengan perkembangan tasawuf, muncul tarekat di Indonesia, seperti tarekat
qadariyah. Tarekat adalah jalan atau cara yang ditempuh oleh kaum sufi
untuk mendekatkan dirinya kepada Allah.

Bentuk akulturasi ilmu tasawuf dengan budaya pra-Islam tampak dalam hal-hal
sebagai berikut:

Aliran Kebatinan

Dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, muncul usaha mencari Tuhan dari
kalangan sufi. Seperti ajaran manunggaling kawulo gusti yang diajarkan oleh Syeikh
Siti Jenar. Ajaran Syeikh Siti Jenar banyak dipengaruhi oleh unsur budaya pra-Islam.
Akibatnya, ia dihukum oleh para wali, karena dianggap menyesatkan.

Filsafat Jawa

Filsafat Jawa sangat erat sekali hubungannya dengan dunia pewayangan. Oleh
karena itu, dalam penyebaran Islam di pulau Jawa para walimenggunakan wayang
sebagai medianya. Tokoh yang terkenal adalah Sunan Kalijaga.
####

Filsafat (maknanya secara sederhana alam pikiran, berpikir secara


mendalam). Wujud akulturasi Indonesia dan HinduBudha di bidang filsafat
dapat ditemukan dalam cerita wayang. Isi cerita tersebut mengandung nilai
filosofis, yaitu bahwa kebenaran dan kejujuran akan berakhir dengan
kebahagiaan dan kemenangan. Sebaliknya, keserakahan dan kecurangan
akan berakhir dengan kehancuran.

Você também pode gostar