Você está na página 1de 16

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN DATARAN BANJIR DENGAN KONSEP

EKOHIDROLIK UNTUK MENGURANGI DEBIT PUNCAK BANJIR

PENDAHULUAN

Banjir yang terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan


yang menggenangi ibukotanya, disebabkan oleh luapan dari Sungai Barabai.
Sungai Barabai adalah sungai yang mengalir dari Pegunungan Meratus hingga ke
Rawa Danau Bangkau. Panjang sungai ini dalah 75.333 km (BPS 2012).
Berdasarkan data yang dicatat oleh petugas pintu air dari Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Sungai Barabai telah beberapa kali meluap.
Tahun 2009 dicatat terjadi empat kali banjir luapan, 2010 lima kali, 2011 lima
kali dan tahun 2012 terjadi dua kali kejadian. Di sungai ini telah dibangun kanal
banjir, yang ditujukan membagi aliran air banjir sehingga tidak menggenangi Kota
barabai.
Kanal banjir merupakan salah satu teknologi penanggulangan banjir yang
banyak di gunakan dewasa ini. Tujuannya adalah mempercepat buangan air
hingga tidak menggenangi tempat-tempat penting, misalnya permukiman. Air
biasanya dibuang ke sungai lain, ke danau atau kelaut. Dalam kasus banjir di
Sungai Barabai, air banjir dialirkan kesungai lain. Salah satu yang harus
diperhatikan dalam teknologi kanal banjir adalah meningkatknya tinggi muka air
di tempat pembuangan. Apabila tidak diperhatikan maka bisa mengakibatkan
banjir yang baru.
Pengelolaan banjir dengan cara lain adalah dengan membagi banjir besar
menjadi banjir-banjir kecil. Agar banjir-banjir kecil ini tidak membahayakan perlu
disediakan lahan untuk menampungnya. Sehingga diperlukan penyediaan lahan di
sepanjang kiri dan kanan sungai. Secara alami lahan tersebut sudah ada yaitu
dataran banjir. Menurut PP No 38 tahun 2011 Tentang Sungai, dataran banjir
adalah dataran di sepanjang kiri dan/atau kanan sungai yang tergenang air pada
saat banjir (KEMENSEGNEG RI 2011). Lebar dataran banjir untuk masing-
masing penggal sungai dapat berbeda tergantung morfologi melintang dan
memanjang sungai.
Dataran banjir dibutuhkan sebagai daerah luapan apabila terjadinya debit
puncak banjir. Fungsi dataran banjir dapat ditingkatkan sebagai daerah detensi
banjir Daerah detensi banjir adalah daerah yang disediakan untuk menahan debit
banjir sehingga air banjir yang mengalir kehilir tidak terlalu besar (Fauzi et al.
2014). Pemanfaatan dataran banjir sebagai daerah detensi adalah dengan
melakukan penanaman pada dataran banjir dengan pengaturan jarak tanam
tertentu.
Penggunaan tanaman pada pengelolaan banjir merupakan bagian dari
penggunaan konsep ekohidrolik. Konsep ekohidrolik berarti memanfaatkan
fungsi-fungsi ekologi dalam mengelola aliran air. Salah satu yang bisa dikelola
dengan tanaman adalah pengendalian aliran debit puncak. Penelitian ini mencoba
melihat variasi jarak tanam terhadap pengurangan debit puncak di beberapa lokasi
sepanjang Sungai Barabai Kalimantan Selatan. Penelitian ini adalah penelitian
awal yang mencoba penggunaan tanaman untuk pengendalian banjir pada sungai
di Kalimantan.

1
LOKASI DAN DESAIN PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada bagian tengah pada aliran Sungai Barabai. Lokasi ini
dipilih karena didasarkan survei yang dilakukan terhadap morfologi sungainya,
daerah tersebut yang paling memungkinkan dilakukan rekayasa ekohidrolik. Ada
empat lokasi di Sungai Barabai yang dijadikan tempat penerapan model
ekohidrolik yaitu : Lokasi 1 di Desa Alat Ujung, Lokasi 2 di Desa Alat, Lokasi 3
di Desa Manggasang dan Lokasi 4 di Desa Batu Benawa. Keempat lokasi tersebut
disajikan pada Gambar 1.

Desain Penelitian
Penelitian dimulai dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data
primer yang dibutuhkan adalah pengukuran penampang sungai barabai pada
lokasi desa Alat ujung, desa alat, desa manggasang dan desa batu benawa. Selain
itu diukur lebar dataran banjir dan data kecepatan aliran serta pengambilan titik
koordinat lokasi rencana model ekohidrolik.
Sedangkan data sekunder meliputi data hujan harian yang diambil dari stasiun
Hantakan, Stasiun Labuan Amas dan Stasiun Batu Benawa. Data hujan harian
yang diambil adalah data hujan selama sepuluh tahun (2004 2013). DEM Barito
dan peta Sungai Barabai. Data ini dibutuhkan untuk membuat peta morfometri
DAS di titik penelitian.
Desain ekohidrolik dilakukan pada dataran banjir. Desain meliputi pengaturan
jarak tanam pohon, yaitu 1x1 meter, 1,5x1,5 meter, 2x2 meter dan 2,5 x 2,5 meter.
Selain itu dilakukan desain panjang penanaman sepanjang 160, 320, 480 dan 640
meter. Ringkasan desain disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Desain penelitian

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4


DESAIN
Desa Alat Desa Alat Desa Desa Batu
EKOHIDROLIK
Ujung Manggasang Benawa
ax ay ax ay ax ay ax ay
1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Jarak tanam 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
2.0 2 2 2 2 2 2 2
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
160 160 160 160
Panjang 320 320 320 320
penanaman 480 480 480 480
640 640 640 640
Desain tanaman yang ditanam adalah tanaman yang lebih tinggi dari muka air
banjir. Angka-angka desain dibawa kedalam persamaan-persamaan ekohidrolik.
Hasil yang dicapai adalah kecepatan banjir yang optimal menahan aliran air
banjir.

2
Gambar 1. Lokasi Penelitian

3
METODE ANALISIS

Analisis Debit Puncak Banjir


Debit puncak dihitung pada dengan periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun.
Distribusi frekuensi dihitung dengan metode yang cocok berdasarkan hasil
pengukuran dispersi. Sedangkan debit puncak banjir dihitung dengan
menggunakan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu. Dari nilai debit tersebut
didapat nilai kecepatan pada masing-masing debit puncak.
Persamaan HSS Nakayasu adalah sebagai berikut :

0,3Tp+ T 03

3,6
A .R
Qp= e

Dimana :
Qp : Debit puncak banjir
A : Luas DAS (km2)
Re : Curah hujan efektif (1 mm)
Tp : Waktu dari permulaan banjir sampai puncak hidrograf banjir (jam)
T0,3 : Waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak banjir (jam)

Time to Peak (Tp) dan T03 didapat dari persamaan (2) dan (3)

T p =tg+ 0.8 tr .(2)

T 0.3 = . tg ( 3 )

Tg dihitung berdasarkan persamaan (4) dan (5)

tg=0.21 L0.7 untuk L< 15 km ...(4)

tg=0,4 +0,058 Luntuk L>15 km (5)

tr = lamanya hujan efektif yang besarnya 0,5 sampai 1 tg

Persamaan kurva hidrograf dihitung dengan rumus :

Untuk 0 t Tp maka digunakan persamaan (6)

2.4
Qa=Qp [ ]t
Tp
..(6)

4
Untuk
Tp t Tp+T 03 maka digunakan persamaan (7)

Qd=Qp. 0,3
[ 1Tp
T 03 ] ..(7)

Tp+T 03 t Tp+ T 03 +1,5 T 03 maka digunakan persamaan (8)


Untuk

Qd=Qp. 0,3
[ ( tTp ) +0,5 T 03
1,5 T 03 ] (8)

Untuk
t Tp+T 03+1.5 T 0.3 maka digunakan persamaan (9)

Qd=Qp. 0.3
[ 1Tp+1.5T 0.3
2 T 0.3 ] .(9)

Analisis Ekohidrolik
Berdasarkan data dan hasil survei yang didapat dilapangan dilakukan perhitungan dan
analisis. Dimulai dari membuat gambar penampang melintang sungai di titik lokasi, Dari
gambar tersebut dapat dilihat kondisi melintang sungai dan lebar bantaran banjirnya.
Selanjutnya dihitung luas penampang basah (A) dan keliling basah (P) sungai dan
bantaran, membuat skenario jarak tanam (ax dan ay), panjang penanaman (L) dan
menentukan diameter pohon (dp). Dari skenario dihitung parameter vegetasi (B) dengan
menggunakan persamaan (10):

2
ax ay
B=
dp(1 . )
. (10)
dp
Parameter vegetasi (B) akan menentukan lebar maksimum daerah interaksi dataran banjir
bervegetasi (bIImax). Apabila nilai parameter vegetasi kurang dari 16 digunakan
persamaan (11) dan apabila nilai parameter vegetasi lebih dari 16 digunakan persamaan
(12). Kemudian nilai bIImax dikalikan dengan panjang penanaman (L) sehingga didapat
nilai luas penanaman (Ap) :

bIImax B bIImax
B 16 = B> 16 =1
bIII 4 .. bIII ..
Selanjutnya dihitung hambatan aliran yang disebabkan oleh vegetasi (p), untuk vegetasi
yang lebih(11)
besar dari muka air digunakan persamaan (13). (12)

4. Ap
p= Cw
ax . ay ..
Dimana Cw adalah koefisien hambatan dari sekelompok vegetasi yang bernilai 1,5.
(13)

5
Apabila nilai p sudah didapat, maka dapat dihitung kecepatan aliran berdasarkan
persamaan (14). Hasil kecepatan akan dianalisis terhadap kecepatan didebit 50 tahun.
Langkah perhitungan disajikan pada Gambar 2.

Vm=
1

.8. g . R . IE ..

(14)

6
Langkah perhitungan model ekohidrolik disarikan dalam gambar 2 berikut ini :

Penampang melintang sungai

Luas penampang basah (A), keliling basah (P)

Skenario jarak tanam (ax, ay),


panjang penanaman (L)

Parameter vegetasi B
Diameter Vegetasi (dp)

B16 B>16

kemiringan saluran IE

Vm skenario < Vm kecepatan aliran hujan rata-rata

Gambar 2. Langkah perhitungan model ekohidrolik di Sungai Barabai

HASIL DAN PEMBAHASAN

Debit Puncak Banjir


Berdasarkan perhitungan curah hujan harian maksimum, pengukuran dispersi, dan
pengujian kecocokan distribusi maka distribusi frekuensi yang cocok adalah
metode Gumbel. Hasil perhitungan curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Perhitungan debit banjir periode ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 tahun dari
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu disajikan pada tabel 2.

7
Tabel 2. Debit banjir maksimum pada berbagai periode ulang

Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai debit puncak (Tp) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Time to Peak pada masing-masing lokasi penelitian


Lokasi Tp (jam)
Desa Alat Ujung 2,750
Desa Alat 2.791
Desa Manggasang 3.095
Desa Batu benawa 3.652

Analisis Ekohidrolik
Deskripsi penampang melintang sungai diperlihatkan oleh Gambar 3. Dari
perhitungan didapat luas penampang dan keliling penampang basah (Tabel 4).
Kedua variabel ini akan menentukan kapasitas sungai (Suharyanto, 2014).
Tabel 4 Luas, keliling basah dan jari-jari hidrolik penampang sungai beserta
dataran banjirnya
Lokasi Luas (m2) Keliling Basah (m) Jari-jari hidrolik (R)
Alat Ujung 112,122 44,42 2,52
Alat 81,795 40,26 2,03
Manggasang 106,395 40,99 2,60
Batu benawa 123,430 33,62 3,67

Dilakukan skenario empat jarak tanam dan empat panjang penanaman. Pohon
ditanam dengan jarak 1x1 meter, 1.5x1.5 meter, 2x2 meter dan 2,5x2,5 meter.
Diameter pohon yang digunakan adalah 10 cm. Langkah pertama dihitung
parameter vegetasi (B). Hasil yang didapat ditampilkan pada tabel 5.

Tabel 5. Parameter vegetasi (B)

8
Dari hasil perhitungan parameter vegetasi didapat B lebih dari 16, maka
digunakan persamaan (12) untuk mendapatkan lebar maksimum daerah interaksi
pada dataran banjir bervegetasi (bIImax). Persamaan (12) membutuhkan nilai bIII.
Nilai bIII didapat dari setengah dari lebar sungai apabila vegetasi di kedua sisi
dataran banjir sama. Sedangkan bila vegetasi dikedua sisi dataran banjir tidak
sama maka bIII adalah daerah yang material tanahnya lebih kasar (Maryono,
2009). Dari survei lapangan diketahui jenis vegetasi dikedua sisi adalah sama,
sehingga bIII adalah setengah dari lebar saluran. Lebar maksimum daerah interaksi
pada dataran banjir bervegetasi pada masing-masing lokasi disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Lebar maksimum daerah dataran banjir bervegetasi (bIImax)

Namun dari Gambar 3, 4 5 dan 6 diketahui lebar dataran banjir maksimum yang
tersedia kurang dari setengah lebar sungai. Sehingga diambil adalah daerah yang
lebih lebar. Seperti ditampilkan pada tabel 7.
Tabel 7. Lebar maksimum daerah dataran banjir bervegetasi (b IImax) yang tersedia
di lokasi penelitian

Lokasi
bIII bIImax
(meter) (meter)
Desa Alat Ujung 6.0 6.0
Desa Alat 6.0 6.0
Desa Manggasang 9.5 9.5
Desa Batu Benawa 5.0 5.0

9
Gambar 3. Penampang melintang sungai Barabai pada lokasi Desa Alat Ujung

10
Gambar 4. Penampang melintang sungai Barabai pada lokasi Desa Alat

11
Gambar 5. Penampang melintang sungai Barabai pada lokasi Desa Desa Manggasang

12
Gambar 6. Penampang melintang sungai Barabai pada lokasi Desa Batu benawa

13
Diskenariokan penanaman sepanjang 160 meter, 320 meter, 480 meter dan 640
meter. Apabila dikalikan dengan lebar maksimum daerah interaksi pada dataran
banjir bervegetasi (bIImax) maka didapat nilai luas tampang vegetasi tegak lurus
aliran (Ap) untuk masing-masing lokasi. Nilai-nilai ini kemudian digunakan pada
persamaan 13 untuk mendapatkan nilai hambatan karena vegetasi (p), Kemudian
nilai p dimasukan pada persamaan 14 sehingga didapat nilai kecepatan air (Vm).
Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai kecepatan (Vm) dengan berbagai skenario penanaman pada lokasi
Desa Alat Ujung, Desa Alat, Desa Manggasang, dan Desa Batu Benawa

Dari Tabel 8 dapat dilihat nilai kecepatan akan semakin tinggi apabila jarak
tanam pohon semakin jauh. Apabila panjang penanamannya ditambah maka nilai

14
kecepatan akan semakin menurun. Hasil ini membuktikan bahwa jarak tanam
pohon berpengaruh terhadap kecepatan aliran. Selain itu memperkuat teori yang
dikemukakan peneliti lain yang mengungkapkan pentingnya vegetasi pada
bantaran terhadap retensi (Garcia-Arias et al. 2011).
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap daerah aliran Sungai Barabai dengan
outlet dikoordinat lokasi penelitian didapat kecepatan aliran air Sungai Barabai
pada kecepatan hujan rata-rata adalah seperti yang tersaji pada tabel 9. Nilai ini
adalah nilai kecepatan yang diinginkan.
Tabel 9. Kecepatan maksimum pada hujan rata-rata

Dari skenario yang telah dilakukan dengan kriteria kecepatan pada skenario harus
lebih kecil dari kecepatan pada hujan rata-rata maka skenario yang dibuat dapat
diterima.
Pembuatan model ekohidrolik dengan menggunakan persamaan memuat asumsi-
asumsi :
1. Tidak melihat jenis pohon yang digunakan.
2. Persamaan hanya melihat diameter pohon dan pohon tidak mengalami
penambahan diameter.
3. Pohon yang digunakan adalah pohon tunggal.
Tanaman pada dataran banjir merupakan vegetasi yang bisa tumbuh dalam
bentuk tunggal ataupun dalam bentuk rumpun. Apabila dibuat hipotesis maka
ada pengaruh bentuk pohon terhadap kecepatan aliran. Hipotesis ini tidak bisa
dijawab dengan menggunakan persamaan ekohidrolik. Untuk itu maka perlu
dilakukan percobaan dengan menggunakan model fisik untuk memasukan
parameter pohon dalam bentuk rumpun pada berbagai debit aliran.

SIMPULAN

Simpulan yang diberikan adalah :


1. Model ekohidrolik cukup efektif untuk mengurangi kecepatan air pada
debit banjir di Sungai Barabai.
2. Semakin rapat jarak penanaman maka nilai kecepatan aliran semakin kecil
3. Semakin panjang panjang lahan yang ditanami pohon maka nilai
kecepatan juga semakin kecil.

15
4. Skenario ekohidrolik dengan menggunakan persamaan hanya
menggunakan pohon tunggal dengan diameter yang tetap.
5. Perlu dilakukan percobaan dengan model fisik untuk menjawab kecepatan
aliran pada pohon dalam bentuk rumpun.

16

Você também pode gostar