Você está na página 1de 8

LAPORAN MK.

PENGENDALIAN GULMA (AGH 312)


ANALISIS VEGETASI UNTUK MENENTUKAN KOEFISIEN
KOMUNITAS PADA KEBUN KOPI DAN KELAPA SAWIT DI
KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN

Disusun Oleh:
Chintya Dwi Septianingrum A24140183

Asisten Praktikum:
1. Bayu Pramahdiyan A24120070
2. Yosua Pratama Simangunsong A24120144
3. Mia Audina A24120183
4. Citra Gratia Lestari A24130119

DEPARTEMEN AGRONOMI HOLTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dipandang dari ilmu ekologi, setiap mahluk hidup berinteraksi dan
melakukan hubungan timbal balik dalam kehidupannya. Pola kehidupan tersebut
disebut ekosistem. Begitu pula gulma, dalam proses kehidupannya dalam
komunitas suatu lahan, ia berinteraksi dengan mahluk hidup lain. Interaksi
tersebut beragam, salah satunya adalah simbiosis. Simbiosis ada yang
menguntungkan dan ada yang merugikan. Simbiosis yang merugikan dapat
menyebabkan adanya dominasi suatu spesies atau populasi dalam komunitas.
Oleh sebab itu keragaman spesies dapat berbeda antara dua atau lebih komunitas.
Begitu pula dengan gulma, selain bersaing (kompetisi) dengan tanaman, ia juga
berkompetisi dengan tumbuhan liar lain baik dalam satu spesies atau berbeda
spesies. Hal ini juga berdampak pada keragaman jenis gulma pada suatu
komunitas atau lahan.
Dalam proses pembuatan herbisida, sebelum suatu jenis herbisida dilepas
atau dipasarkan, harus melalui berbagai uji. Uji tersebut tentunya uji keberhasilan
pengendalian terhadap gulma tertentu. Dalam hal ini, uji keberhasilan juga
dipecah dalam berbagai perlakuan misalkan perbedaan konsentrasi herbisida yang
akan diuji. Untuk melakukan uji tersebut, diperlukan lahan bergulma yang akan
mendapat perlakuan herbisida. Sedangkan untuk memperoleh hasil uji yang
akurat, maka beberapa lahan yang akan mendapat perlakuan harus sama dalam
keragaman jenis gulmanya. Oleh sebab itu dibuatlah metode penentuan koefisien
komunitas dari kerapatan nisbi spesies-spesies gulma dalam lahan-lahan tersebut
untuk mendapatkan indeks kesamaan dari komunitas-komunitas gulma yang
mendapat perlakuan.
Jenis gulma dalam komunitas atau lebih baru dapat dikatakan homogen
apabila indeks kesamaan dari kedua komunitas lebih besar atau sama dengan
70%. Dengan demikian, jika dua lahan memiliki indeks kesamaan kurang dari
70% dapat dikatakan bahwa dua lahan tersebut memiliki jenis-jenis gulma yang
berbeda atau tidak homogen. Sedangkan lahan yang dapat dipakai sebagai tempat
pengujian herbisida adalah lahan yang memiliki gulma yang relatif homogen.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum analisis vegetasi adalah untuk memperkenalkan kepada
mahasiswa bagaimnana cara mengidentifikasi jenis gulma dominan pada suatu
areal dalam usaha efisiensi pengendalian gulma, baik dengan data kualitatif
maupun kuantitatif serta memberikan dasar bagi mahasiswa unutk menentukan
tingkat kesamaan dua komutitas gulma.
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1 Nilai nisbah jumlah dominansi (NJD) berdasarkan analisis vegetasi dari
kebun kopi dan kebun kelapa sawit
No Spesies Kebun Kopi Kebun Kelapa Sawit
1 Ottochloa nodosa 29.82% 39%
2 Paspalum conjugatum 13.31% 9.08%
3 Rotboellia exaltata 0% 3.50%
4 Axonopus compressus 19.40% 13.11%
5 Borreria alata 5.25% 2.24%
6 Asystasia intrusa 0% 2.91%
7 Clidemia hirta 0.43% 2.02%
8 Clibadium surinamense 0% 0.91%
9 Tetracera indica 2.24% 1.66%
10 Commelina diffusa 1.58% 4.15%
11 Setaria plicata 0.57% 2.48%
12 Ageratum conyzoides 2.00% 1.23%
13 Brachiaria mutica 4.25% 2.45%
14 Paku 0% 2.03%
15 Melastoma malabatricum 0.42% 3.44%
16 Mimosa pudica 0% 0.99%
17 Mikania micrantha 3.02% 1.55%
18 Centoteca lapacea 0% 1.38%
19 Sida rombifolia 0% 1.36%
20 Pasiflora foetida 0% 0.56%
21 Rostellularia rundana 2.06% 0.39%
22 Cyrtococcum patens 7.10% 1.25%
23 Cyperus brevifolius 0% 0.50%
24 Imperata cylindrica 0% 0.36%
25 Sinedrella nodiflora 0% 0.36%
26 Ipomoea fistulosa 0% 0.34%
27 Sclerra sumatrensin 0% 0.38%
28 Leguminosae 0% 0.56%
29 Oxalis barrelieri 0.46% 0%
30 Cleome rutidosperma 0.44% 0%
31 Lindernia sp. 1.05% 0%
32 Cynodon dactylon 5.40% 0%
33 Restoculeia sp. 0.70% 0%
34 Caladium bicolor 0.50% 0%
Total 100% 100%
Koefisien Komunitas
2.w
C = a+b x 100

2( 29.82+ 9.08+0+13.11+ 2.24+0+ 0.43+ 0+1.66+1.58+ 0.57+1.23+2.45+0+ 0.42+ 0+1.55



(100+ 100)

x 100%
2( 65.78)
= x 100
200
= 65.78 % (tidak homogen)
Keterangan :
w= jumlah dari dua kuantitas terendah untuk jenis masing-masing
komunitas
a=jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas pertama
b=jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas kedua

B. Pembahasan
Koefisien komunitas (C) atau indeks kesamaan adalah parameter yang
digunakan untuk membandingkan dua komunitas vegetasi dari dua areal. Menurut
Wirjahardja dan Pancho (1975), tingkat kesamaan atau perbedaan komuniti gulma
pada suatu daerah dapat dibandingkan dengan menghitung Coefficient of
Community atau Coefficient of Similarity. Sebagai contoh persentase koefisen
komunitas (C) mempunyai nilai yang kecil (dibawah 70%), artinya banyak
perbedaan keadaan vegetasinya, jadi perlu adanya perbedaan dalam strategi
pengendalian gulma. Data yang diperoleh dari analisis vegetasi dibagi menjadi
dua jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang
menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dan berkelompok.
Sedangkan data kualitatif merupakan data yang menyatakan jumlah, ukuran, berat
basah/kering suatu jenis, dan luas daerah yang ditumbuhinya (Barus 2003). Nilai
C berperan penting dalam suatu percobaan herbisida, untuk melihat seberapa jauh
homogenitas petak percobaan.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien komunitas kebun kopi dan
kebun kelapa sawit di atas, diperoleh nilai koefisien komunitas sebesar 65.78%.
Dengan demikian, komunitas gulma kebun kopi dan kebun kelapa sawit memiliki
indeks kesamaan sebesar 65.78%. Indeks kesamaan diatas lebih kecil dari 70%
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa komunitas gulma pada lahan kebun kopi
dan kebun kelapa sawit memiliki perbedaan atau tidak homogen.
Faktor yang mempengaruhi keragaman vegetasi gulma di suatu lahan adalah
intensitas cahaya, tajuk yang menaungi, kelembaban, perbanyakan gulma, dan pH
tanah. pH tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keragaman jenis
gulma. Hal ini menggambarkan pada tanaman belum menghasilkan dengan tajuk
yang agak rapat memungkinkan masuknya curah hujan lebih banyak ke
permukaan tanah dari pada tanaman dengan tajuk yang rapat dengan demikian
basabasa yang berada pada permukaan tanah akan ikut tercuci bersama curah
hujan tersebut, sehingga pH tanahnya akan lebih rendah dari tanaman
menghasilkan dengan tajuk yang rapat, karena pada tanaman menghasilkan basa
tidak mengalami pelindihan (Tanasale 2012).
Kelembaban tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keragaman komunitas gulma. Pada kondisi ternaungi dengan tajuk yang rapat
pada tanaman menghasilkan memungkinkan intensitas cahaya tidak sampai pada
permukaan tanah sehingga kelembaban tanah di bawah tajuk tanaman menjadi
sangat rendah dengan demikian memungkinkan gulma Nephrolepis biserrata
tumbuh dan menyukai tempat yang ternaungi dan agak lembab, sealin itu juga
kemampuan berkembang biak dengan spora dan rumpun memungkinkan gulma
ini untuk dapat berkembang biak dengan cepat, pada tanaman menghasilkan
(Tanasale 2012).
Intensitas cahaya juga mempengaruhi keragaman vegetasi gulma. Pada
stadium tanaman belum menghasilkan yang mempunyai tajuk tanaman yang
kurang lebat cahaya diteruskan lebih banyak sampai ke permukaan. tanah
sehingga mempengaruhi jumlah vegetasi gulma dibawahnya. Semakin banyak
cahaya diteruskan yang sampai ke permukaan tanah semakin banyak vegetasi
gulmanya dan sebaliknya semakin sedikit cahaya yang diteruskan pada
permukaan tanah pada stadium tanaman menghasilkan yang mempunyai tajuk
tanaman yang lebat semakin sedikit juga vegetasi gulmanya. Tajuk tanaman
sangat mempengaruhi cahaya yang diteruskan (Tanasale 2012).
KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa komunitas


gulma pada lahan kebun kopi dan kebun kelapa sawit tidak homogen. Indeks
kesamaannya kurang dari 70% yaitu 65.78%. Lahan kebun kopi dan kelapa sawit
atau tidak dapat dijadikan sebagai lahan uji herbisida. Faktor yang mempengaruhi
keragaman vegetasi gulma di suatu lahan adalah intensitas cahaya, tajuk yang
menaungi, kelembaban, perbanyakan gulma, dan pH tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Barus E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Jakarta (ID): Kanisius

Tanasale V.L..2012. Studi komunitas gulma di pertanaman gandaria (Bouea


macrophylla Griff.) pada tanaman belum menghasilkan dan menghasilkan di
Desa Urimessing Kecamatan Nusaniwe Pulau Ambon. Jurnal Budidaya
Pertanian Vol 8 (1):7-12.

Você também pode gostar