Bagaimana kabarmu sekarang? Masihkah engkau kuat hadapi serangan rezim yang menerjang? Sedihkah dirimu satu per satu mujahid menghilang? Muakkah dikau diinjaki oleh Assad bermata nyalang? Tak lelahkah diri terus berjuang? . Oh Aleppo.. Kudengar lagi berita duka menyelimutimu Serangan udara terus sja menghujam tubuhmu Hingga keluarga yang dulu utuh, Ayah Ibu syahid di tanahmu Kini tinggallah adik menanggung pilu Selamat dalam dekapan Ibu Menangis tersedu-sedu Melihat Ayah tertumpuk batu Penuh darah yg terus mengucur bercampur peluh . Aleppo-ku yang malang Mengapa saudariku yang beriman dianggap jalang? Dinikmati, ternodai, dibunuh lantas dibuang Mengapa? Tak adakah tempat baginya tuk sekadar bertapa? Walau hanya untuk berdoa, memohon kepada Sang Pencipta Tuk diberi perlindungan dari nafsu bejat nan hina . Aleppo tercinta Begitu banyak luka yang tercipta Sanggupkah kaujalani hari dengan penuh air mata? Hari ini ada lagi kisah tentangmu yg bertengger di beranda Seorang anak lelaki tengah memasak dengan wajah berseri-seri Menatap lapar si panci Dan tak lupa bersyukur dalam hati Entah kapan lagi ada hidangan tuk dinikmati Namun harapannya tak pernah putus pada Sang Ilahi Rabbi . Oh Aleppo.. Beritahu kami bagaimana cara tuk bertahan, Bagaimana bersyukur pada nikmat Tuhan, Dan bagaimana bersabar dengan segala ujian . Ajarkan kami tuk tersenyum meski terluka Sebab kami terkadang lupa Lupa bahwa napas masih berhembus di zona aman Sedang dikau sesak akan kepulan asap hitam mengawan . Oh Aleppo.. Kamilah anak Indonesia Sebagian menutup mata dan telinga Berlagak buta pun tuli Hingga engkau dirundung luka banyak yang tak peduli Tapi ada pula dari kami Mendoakanmu tiada henti Bahkan dalam sujud terakhir Tak jarang air mata mengalir . Aleppo.. Maaf jikalau doa dan sajak yang terkirim Sebab nyali negeriku menciut melihat perbuatan mereka yang zalim Oh. Sabarlah tanah muslim Doa kami tak pernah putus menyertai Pun Allah tak pernah ingkar janji Kelak derita itu kan terganti Sebab surgaNya telah menanti hadirmu di sisi. . . . Fajriani Annisa Eka Trisna Gowa, 17 Desember 2016 13:04