Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang penulisan

Panas tinggi atau Demam dapat terjadi pada semua usia, dari bayi hingga orang
lanjut usia hal ini tidak lepas dari berbagai kemungkinan masuknya berbagai penyakit
kedalam tubuh.Demam atau panas tinggi merupakan proses dari tubuh akibat tubuh
melakukan perlawanan terhadap bibit penyakit yang masuk kedalam tubuh.
Kenaika suhu tubuh yang cepat dan tinggi pada anak atau orang dewasa biasanya
disertai kejang yang biasa disebut kejang demam atau FIBRIS.

B. Ruang lingkup
dalam penulisan laporan kasus ini penulis membatasi pembahasan hanya pada
satu pasie dengan masalah Fibris yang dirawat diruang St Markus Rumah Sakit St
Antonius Pontianak.Pengkajian dimulai pada tanggal 22 januari2007 sampai dengan 24
Januari 2007.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penlisan laporan kasusu ini :


1. Meningkatkan pengetahuan tentang proses keperawatan pada anak dan orang
dewasa dengan FIBRIS.
2. Memberikan Asuhan Keperawatan secara langsung pada anak dan orang dewasa
dengan FIBRIS
3. Memberika sumbangan serta saran dalam memecahkan masalah dalam Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan FIBRIS.
D. Metode penulisan
Penelitian dalam rangka pengumpulan data dalam menyusun laporan kasus ini
penulis melakukan metode deskriptif yaitu mengetahui sejauh mana Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan FIBRIS melalui :
Studi keperpustakaan
Wawancara dengan pasien dan keluarga pasien
Pemeriksaan fisik
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Kejang demam atau Febrile Confulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38 C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium(Ngastiyah. Perawata Anak Sakit.1997)
Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan semntara sebagai akibat dari
aktivitas neuronal yang bnormal dan pelepasan listrik serebral yangberlebihan.(Betz dan
Sowden.Buku Saku Keperawatan Pediatri(Mosbys Pediatric Nursing
Reference).2002:443)
2. Anatomi Fisiologi
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting, karena merupakan
pusat dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak didalam rongga
tengkorak(kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.

Otak terbagi menjadi :


a) Otak depan yang terdiri dari : hemisfer serebri, korpus striatum dan talami
(thalamus atau hipotalamus)
b) Otak tengah (diensefalon)
c) Otak belakang yang terdiri dari pons varoli, medulla oblongata dan serebelum.

Hipotalamus mempunyai peranan pokok dalam pemeliharaan suhu tubuh.


Reseptor suhunterletak dalam praoptik.Bagian anterior hipotalamus mengandung daerah
yang bekerja utuk mencegah kenaikan suhu tubuh.Daerah itu bekerja untuk
mengaktivikasi proses-proses yang mendukung hilangnya panas,termasuk vasodilatasi
pembuluh darah kulit,pengeluaran keringat(penguapan air untuk pendinginan)dan nafas
terengah-engahSedangkan bagian posterior hipotalamus mengandung daerah yang
mncetuskan aktifitas yang berhubungan dengan produksi panas dan pengawetan
panas.Hal ini meliputi system pemproduksi panas metabolic, vasokonstriksi khususnya
pada pembuluh darah kulit,penegakan rambut(bulu roma berdiri)dan menggigil.Salah
satu organ yang berfungsi untuk mentelenggarakan kerjasama yang rapi dalam organisasi
dan koordinasi kegiatan tubuh adalah saraf yang terdiri dari sel sarafposat sel saraf
disebut neuron.Sel neuron dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoit da permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium
(Na +) dan elektrolit lainnya kecuali ion chloride (CI).Akibatnya konsentrasi K+ dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya.Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel,maka
terdapat perbedaan potensial membrane yang disebut potensial membrane dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energi dan bantuan
enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.

3. Etiologi
Penyebab kejang pada anak dapat karena infeksi, kerusakan jaringan otak dan
faktor lain yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak.
4. Patofisiologi
Pada keadaan demam,kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %.Pada seorang
anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadai lepasnya muatan-muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membrane sel sekitarnya dengan bantuan
bahan yang disebut neuro-transmitterdan terjadi kejang.
5. Tanda dan Gejala
Terjadinya bangkitan kejang pada anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat.Serangan kejang biasanya terjadi dalam
24 jam pertama sewaktu demam,berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat
berbentuk tonik-klonik,tonik,klonik,fokal atau akinetik.
Umumnya kejang berhenti sendiri.Begitu kejang berhenti anak tidak
memberikan reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit
anak akan langsung terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.
Livingstone membuat criteria dan membagi kejang demam atas 2 golongan,
yaitu :kejang demam sederhana dan epilepsy yang provokasi oleh demam.
Menurut Betz dan sowden (2002 :444-445)jenis-jenis kejang, yaitu kejang
parsial dan kejang umum.

Kejang parsial terbagi menjadi :

a. Kejang parsial sederhana


Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut
ini :
1) Tanda-tanda motoris (kedutan pada wajah, lengan dan salah satu
sisi tubuh, umumnya gerakan setiap kejang sama)
2) Tanda dan gejala otomik (muntah,berkeringat,muka merah,dilatasi
pupil)
3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus (mendengar
musik,merasa seakan jatuh dari udara,parestesia)

b. Kejang parsial kompleks


Terdapat gangguan kesadaran walaupin pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks, dapat mencakup gerakan otomatik (mengecap-ngecapkan
bibir,mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada
tangan),dapat tanpa otomatisme(tatapan terpaku).
Sedangkan kejang umum terbagi menjadi :

a. Kejang absens
Gangguan kesadaran dan responsivitas, ditandai dengan tatapan yang
terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik, awitan dan
akhiran cepat, setelah itu kembali waspada dan berkonentrasi penuh,
umumnya dimulai pada usia 4 sampai 14 tahun dan sering sembuh dengan
sendirinya pada usia 18 tahun.

b. Kejang mioklonik
Kedutan-kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
secara mendadak

c. Kejang mioklonik-lanjutan
Sering terjadi pada orang sehat atau selama tidur, tetapi patologik bila
berupa kedutan-kedutan sinkron dari leher, bahu, lengan atas dan kaki,
umumnya berlangsung kurag dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok,
kehilangan kesadaran hanya sesaat.

d. Kejang tonik-klonik
Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku umm pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1
menit, dapat disertai hilangnya control kandung kemih dan usus; tidak ada
respirasi dan sianosis; saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada
ekstremitas atas dan bawah;terdapat letargi,konfusi

e. Kejang atonik
Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak
mata turun, kepala menunduk atau jatuh ketanah; singkat dan terjadi tanpa
peringatan.
f. Status epileptikus
Biasanya kejang tonik-klonik umum yang terjadi berulang-ulang, anak
tidak sadar kembali diantara kejang, potensial untuk depresi pernapasan,
hipotensi dan hipoksia.

6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pendeita kejang demam, antara lain :
pneumonia aspirasi, asfiksia, epilepsy dan retardasi mental.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Elekrroensefalogram (EEG) dipakai untuk membantu menetapkan jenis
dan focus dari kejang.
b. CT Scan mendeteksi perbedaan kerapatan kejang
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI), berguna untuk memperlihatkan
daerah-daerah otak yang tidak jelas terlihat bila mengunakan CT Scan
d. Pemeriksaan laboratorium : darah paket terutama leukosit untuk
mengetahui adanya infeksi

8. Penatalaksanaan
a. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila pasien dating dalam keadaan status konvulsius, obat pilihan
utama adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Biasanya dosis
rata-rata yang dipakai 0,3 mg/kgBB/kali dengan maksimm 5 mg pada
anak berumur kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada anak yang lebih besar.
Jika tidak ada diazepam, dapat diberikan fenobarbital secara
intramuscular dengan dosis awal pada bayi baru lahir 30 mg/kgBB/kali ;
bayi brumur 1 bulan sampai 1 tahun 50 mg/kgBB/kali dan umur 1 tahun
keatas 75 mg/kgBB/kali. Jika ada fenobartial yang dapat diberikan secara
intravena, dosis yang diperlukan 5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 30 mg
per menit.
Cara pemberian yang lebih mudah, sederhana danefektif adalah
melalui rectum. Biazepam ini dapat diberikan oleh siapa saja yang
mengetahui dosis nya. Dosis sesuai dengan berat badan ialah kurang dari
10 kg, 5 mg ; berat lebih dari 10 kg 10 mg. Bila kejang tidak berhenti
dengan dosis pertama, dapat diberikan kembali setelah 15 menit.
Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang adalah
difenilhidantoin karena tidak mengganggu kesadaran dan menekan pusat
pernafasan, tetapi dapat mengganggu frekuensi dan irama jantung.
Dosisnya ialah 18 mg/kgBB dalam infuse dengan kecepatan tidak
melebihi 50 mg/menit.
b. Pengobatan pnunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya
pengobatan penunjang yaitu : semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala
sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar
jalan nafas bebas untuk menjamn kebutuhan oksigen, pasang spatel yang
telah dilapisi kassa di atas lidah untuk mencegah tergigitnya lidah atau
lidah jatuh keelakang sehingga menutup jalan nafas, bila perlu dilakukan
secara teratur dan diberikan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu,
tekanan darah, pernafasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat.
c. Mengobati Penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsy yang
diprovokasi oleh demam biasanya ialah infeksi.Pemberian antibiotic yang
adekuat perlu untukmengobati penyakit tersebut.
9. Pencegahan
Hal yang harus diperhatikan oleh orang tua untuk mencegah terjadinya
kejang pada anak ialah :
a) Harus selalu tersedia obat penurun panas yang didapatkan oleh resep dokter yang
telah mengandung antikonvulsan.
b) Bila anak mulai demam hendaknya segera diberikan obat penurun panas.Jika
demam masih turun naik segera bawa berobat ke puskesmas atau dokter terdekat
c) Berikan banyak minum pada anak minimal 1 liter/hari. Dan berikan juga kompres
hangat pada kening , ketiak , dan lipatan paha.
d) Bila anak kejang, segera baringkan anak ditmpat yang rata dan miringkan
kepalanya, buka baju dan pegang gagang sendok yang telah dilapisi kassa atau
kain bersih dalam mulutnya (diatas lidah). Apabila orang tua telah diberi obat
persediaan diazepam rectal, maka dapat diberikan pada saat anak kejang dengan
cara :olesi ujung rektiol degan vaselin atau minyak bersih kemudian masukkan
kedalam anus dan pencet perlahan-lahan sampai obat habis dan cabut bila telah
kosong kemudian anus dirapatkan beberapa saat
e) Bila kejang berulang atau terlalu lama, segera bawa kerumah sakit untuk
pertolongan selanjutnya.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan dilakukan pada Tn.F yang berusia 19 tahun,beragama islam ,jenis

kelamin laki-laki,dengan berat badan 52 kg, tinggi badan 170 cm,pasien anak pertama

dari 3 bersaudara dari pasangan Tn.S dan Ny.M yang beralamat di Jl komyos sudarso Gg

jeruju 2 no 36.

Pasien masuk Rumah sakit St.Antonius dan dirawat diunit St.Markus pada tanggal 19

januari 2006.Pasien pernah dirawat dirawat di Rumah Sakit St Antonius pada tahun 2005

dengan sakit yang sama.

Pada tanggal 22 januari dilakukanpengkajian pasien tampak sakit sedang,kesadaran

compos mentis, terpasang infuse RL 20 tts/menit ditangan kanan,tingkat kesadaran

kualitatif, pasien sadar penuh dengan jumblah skor 15, observasi tanda-tanda vital suhu

38 C,nadi 84 x/mnt,pernafasan 20 x/mnt,tekanan darah 90/70mmHg,Ayah pasien

mengatakan mengalami kelemahan pada kedua kaki dan tidak mampu berjalan sendiri.
Analisa Data
Nama / Umur : Tn. F / 19 tahun
Ruang / kamar : Markus / 107 / 3

No Data Etiologi Masalah


1 Data subyektif : Kelemahan pada Gangguan mobilitas
Pasien mengatakankedua extremitas fisik
kaki saya lemah untuk
digerakan
Pasien mengatakan saya sulit
untuk berjalan
Data Objektif :
Pasien tampak :
Lemah
Berbaring terus
Aktivitas dibantu orang tua

2 Peningkatan suhu tubuh Resiko tinggi


Data Subjektif :
terulangnya kejang
Pasien mengatakan badan
saya panas dan pernah
mengalami kejang
Data Objektif :
Kulit teraba hangat
Observasi suhu 37,3 C

3 mual Perubahan nutrisi kurang


Data Subjektif : dari kebutuhan tubuh
Pasien mengatakan Saya
tidak nafsu makan,bila saya
makan perut saya terasa mual
Data Objektif :
Pasien tampak :
Lemah
Kurang beraktivitas
IMT :52/(1,70)=18 (pasien
kurang pangan)

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama/Umur :Tn.F/19 Thn


Ruang/Kamar :Markus/107/3
Tanggal DP Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama jelas
22/1/2007 I,II,III 07.30 Mengkaji keadaan umum pasientampak sakit Bonar
sedang kesedaran compos mentis ttrpasag infuse
RL 20 tts/mnt ditangan kiri,pasien
mengatakankedua kakinya masih lemah untuk
berjalan aktivitas pasien masih dibantu oleh orang
tuanya dan badan pasien masih terasa hangat
sewaktu diraba,observasi tanda-tanda vital suhu
38 C,nadi 84 x/mnt,pernafasan 20 x/mnt,TD
90/70 mmHg.

12.00 Observasi suhu 37 C Bonar

23/1/2007 07.30 Mengkaji keadaan umum pasien tampak sakit


sedang kesadaran compos mentis terpasang infuse
RL 20 tts /mnt ditangan kiri ,pasien
mengatakankaki saya masih lemah,dan terkadang
kepala saya terasa pusing dan setiap saya makan Bonar

saya selalu merasakan mual.Pasien sudah


dimandikan,dan menganti alat tenun yang sudah
kotor dan merapikan tempat tidur.

07.50 Bonar
Observasi Tanda-tanda Vital suhu 37 C nadi 85
x/mnt pernafasan19 x/mnt TD 90/60mmHg

11.50 Bonar
Observasi TTV :Suhu 36 C TD 100/80 mmHg

12.40 Bonar
Memberikan obat injeksi Taxegram,dan Brainact
intra vena via infuse.
24/01/2007 07.15 Mengkaji keadaan umum pasien tampak sakit Bonar
sedang,kesadaran compos mentis terpasang infuse
RL 20 tts/mnt,pasien mengatakan tadi malam
saya tidak bisa tidur,dan kaki saya sudah mampu
untuk bergerak meskipun sedikit-
sedikit,memandikan pasien dengan posisi
berbaring dan mengganti alat tenun yang kotor
serta merapikan tempat tidur pasien.

08.00 Observasi TTV suhu 37 Nadi 88 x/mnt pernafasan


17 x/mnt TD 100/70 mmHg.
Bonar

10.10 Memberikan penyuluhan tentang kejang dan


pertolongan pada anak kejang dirumah kepada ibu
pasien.

11.20 Infus pasien dilepas karena pasien mau pulang Bonar

12.40 Observasi TTV suhu 36 C nadi 90 x/mnt


pernafasan 20 x/mnt TD 110/90 mmHg. Bonar

13.50 Memberikan pesanan pulang,dan menganjurkan Bonar


orangtua membawa anak berobat kembali bila
anak kejang.
Dan pasien pulang.

Você também pode gostar