Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Panas tinggi atau Demam dapat terjadi pada semua usia, dari bayi hingga orang
lanjut usia hal ini tidak lepas dari berbagai kemungkinan masuknya berbagai penyakit
kedalam tubuh.Demam atau panas tinggi merupakan proses dari tubuh akibat tubuh
melakukan perlawanan terhadap bibit penyakit yang masuk kedalam tubuh.
Kenaika suhu tubuh yang cepat dan tinggi pada anak atau orang dewasa biasanya
disertai kejang yang biasa disebut kejang demam atau FIBRIS.
B. Ruang lingkup
dalam penulisan laporan kasus ini penulis membatasi pembahasan hanya pada
satu pasie dengan masalah Fibris yang dirawat diruang St Markus Rumah Sakit St
Antonius Pontianak.Pengkajian dimulai pada tanggal 22 januari2007 sampai dengan 24
Januari 2007.
C. Tujuan Penulisan
3. Etiologi
Penyebab kejang pada anak dapat karena infeksi, kerusakan jaringan otak dan
faktor lain yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak.
4. Patofisiologi
Pada keadaan demam,kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %.Pada seorang
anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadai lepasnya muatan-muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membrane sel sekitarnya dengan bantuan
bahan yang disebut neuro-transmitterdan terjadi kejang.
5. Tanda dan Gejala
Terjadinya bangkitan kejang pada anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat.Serangan kejang biasanya terjadi dalam
24 jam pertama sewaktu demam,berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat
berbentuk tonik-klonik,tonik,klonik,fokal atau akinetik.
Umumnya kejang berhenti sendiri.Begitu kejang berhenti anak tidak
memberikan reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit
anak akan langsung terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.
Livingstone membuat criteria dan membagi kejang demam atas 2 golongan,
yaitu :kejang demam sederhana dan epilepsy yang provokasi oleh demam.
Menurut Betz dan sowden (2002 :444-445)jenis-jenis kejang, yaitu kejang
parsial dan kejang umum.
a. Kejang absens
Gangguan kesadaran dan responsivitas, ditandai dengan tatapan yang
terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik, awitan dan
akhiran cepat, setelah itu kembali waspada dan berkonentrasi penuh,
umumnya dimulai pada usia 4 sampai 14 tahun dan sering sembuh dengan
sendirinya pada usia 18 tahun.
b. Kejang mioklonik
Kedutan-kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
secara mendadak
c. Kejang mioklonik-lanjutan
Sering terjadi pada orang sehat atau selama tidur, tetapi patologik bila
berupa kedutan-kedutan sinkron dari leher, bahu, lengan atas dan kaki,
umumnya berlangsung kurag dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok,
kehilangan kesadaran hanya sesaat.
d. Kejang tonik-klonik
Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku umm pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1
menit, dapat disertai hilangnya control kandung kemih dan usus; tidak ada
respirasi dan sianosis; saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada
ekstremitas atas dan bawah;terdapat letargi,konfusi
e. Kejang atonik
Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak
mata turun, kepala menunduk atau jatuh ketanah; singkat dan terjadi tanpa
peringatan.
f. Status epileptikus
Biasanya kejang tonik-klonik umum yang terjadi berulang-ulang, anak
tidak sadar kembali diantara kejang, potensial untuk depresi pernapasan,
hipotensi dan hipoksia.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pendeita kejang demam, antara lain :
pneumonia aspirasi, asfiksia, epilepsy dan retardasi mental.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Elekrroensefalogram (EEG) dipakai untuk membantu menetapkan jenis
dan focus dari kejang.
b. CT Scan mendeteksi perbedaan kerapatan kejang
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI), berguna untuk memperlihatkan
daerah-daerah otak yang tidak jelas terlihat bila mengunakan CT Scan
d. Pemeriksaan laboratorium : darah paket terutama leukosit untuk
mengetahui adanya infeksi
8. Penatalaksanaan
a. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila pasien dating dalam keadaan status konvulsius, obat pilihan
utama adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Biasanya dosis
rata-rata yang dipakai 0,3 mg/kgBB/kali dengan maksimm 5 mg pada
anak berumur kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada anak yang lebih besar.
Jika tidak ada diazepam, dapat diberikan fenobarbital secara
intramuscular dengan dosis awal pada bayi baru lahir 30 mg/kgBB/kali ;
bayi brumur 1 bulan sampai 1 tahun 50 mg/kgBB/kali dan umur 1 tahun
keatas 75 mg/kgBB/kali. Jika ada fenobartial yang dapat diberikan secara
intravena, dosis yang diperlukan 5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 30 mg
per menit.
Cara pemberian yang lebih mudah, sederhana danefektif adalah
melalui rectum. Biazepam ini dapat diberikan oleh siapa saja yang
mengetahui dosis nya. Dosis sesuai dengan berat badan ialah kurang dari
10 kg, 5 mg ; berat lebih dari 10 kg 10 mg. Bila kejang tidak berhenti
dengan dosis pertama, dapat diberikan kembali setelah 15 menit.
Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang adalah
difenilhidantoin karena tidak mengganggu kesadaran dan menekan pusat
pernafasan, tetapi dapat mengganggu frekuensi dan irama jantung.
Dosisnya ialah 18 mg/kgBB dalam infuse dengan kecepatan tidak
melebihi 50 mg/menit.
b. Pengobatan pnunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya
pengobatan penunjang yaitu : semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala
sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar
jalan nafas bebas untuk menjamn kebutuhan oksigen, pasang spatel yang
telah dilapisi kassa di atas lidah untuk mencegah tergigitnya lidah atau
lidah jatuh keelakang sehingga menutup jalan nafas, bila perlu dilakukan
secara teratur dan diberikan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu,
tekanan darah, pernafasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat.
c. Mengobati Penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsy yang
diprovokasi oleh demam biasanya ialah infeksi.Pemberian antibiotic yang
adekuat perlu untukmengobati penyakit tersebut.
9. Pencegahan
Hal yang harus diperhatikan oleh orang tua untuk mencegah terjadinya
kejang pada anak ialah :
a) Harus selalu tersedia obat penurun panas yang didapatkan oleh resep dokter yang
telah mengandung antikonvulsan.
b) Bila anak mulai demam hendaknya segera diberikan obat penurun panas.Jika
demam masih turun naik segera bawa berobat ke puskesmas atau dokter terdekat
c) Berikan banyak minum pada anak minimal 1 liter/hari. Dan berikan juga kompres
hangat pada kening , ketiak , dan lipatan paha.
d) Bila anak kejang, segera baringkan anak ditmpat yang rata dan miringkan
kepalanya, buka baju dan pegang gagang sendok yang telah dilapisi kassa atau
kain bersih dalam mulutnya (diatas lidah). Apabila orang tua telah diberi obat
persediaan diazepam rectal, maka dapat diberikan pada saat anak kejang dengan
cara :olesi ujung rektiol degan vaselin atau minyak bersih kemudian masukkan
kedalam anus dan pencet perlahan-lahan sampai obat habis dan cabut bila telah
kosong kemudian anus dirapatkan beberapa saat
e) Bila kejang berulang atau terlalu lama, segera bawa kerumah sakit untuk
pertolongan selanjutnya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan dilakukan pada Tn.F yang berusia 19 tahun,beragama islam ,jenis
kelamin laki-laki,dengan berat badan 52 kg, tinggi badan 170 cm,pasien anak pertama
dari 3 bersaudara dari pasangan Tn.S dan Ny.M yang beralamat di Jl komyos sudarso Gg
jeruju 2 no 36.
Pasien masuk Rumah sakit St.Antonius dan dirawat diunit St.Markus pada tanggal 19
januari 2006.Pasien pernah dirawat dirawat di Rumah Sakit St Antonius pada tahun 2005
kualitatif, pasien sadar penuh dengan jumblah skor 15, observasi tanda-tanda vital suhu
mengatakan mengalami kelemahan pada kedua kaki dan tidak mampu berjalan sendiri.
Analisa Data
Nama / Umur : Tn. F / 19 tahun
Ruang / kamar : Markus / 107 / 3
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
07.50 Bonar
Observasi Tanda-tanda Vital suhu 37 C nadi 85
x/mnt pernafasan19 x/mnt TD 90/60mmHg
11.50 Bonar
Observasi TTV :Suhu 36 C TD 100/80 mmHg
12.40 Bonar
Memberikan obat injeksi Taxegram,dan Brainact
intra vena via infuse.
24/01/2007 07.15 Mengkaji keadaan umum pasien tampak sakit Bonar
sedang,kesadaran compos mentis terpasang infuse
RL 20 tts/mnt,pasien mengatakan tadi malam
saya tidak bisa tidur,dan kaki saya sudah mampu
untuk bergerak meskipun sedikit-
sedikit,memandikan pasien dengan posisi
berbaring dan mengganti alat tenun yang kotor
serta merapikan tempat tidur pasien.