Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
b. Estetika
Estetika dinyatakan sebagai keindahan yang merupakan salah satu perasaan
yang melekat pada diri manusia. Estetika memberikan makna bagi suatu ilmu
bagaimana dipandang indah, membahagiakan, dan dapat dinikmati oleh semua
manusia atau masyarakat.
2. Hakekat Aksiologi
Kehadiran ilmu pengetahuan di muka bumi diharapkan dapat memberikan solusi
dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi umat manusia sehingga berujung pada
kesejahteraan umat manusia. Penerapan ilmu dan tenologi hendaknya tidak tercemari oleh
nilai-nilai yang justru merugikan umat manusia itu sendiri. Oleh karena itu, agar ilmu
pengetahuan diterapkan pada hal yang baik, maka perlu sebuah rel yang menuntunnya.
Penerapan ilmu dan teknologi ini perlu dikawal oleh wahyu Ilahi dak keikhlasan umat
manusia.
Ilmu dan teknologi sendiri tidak membawa nilai dari dirinya sendiri, tetapi berasal
dari manusia yang menggunakannya. Maka dari itu, berangkat dari konsep bahwa aksiologi
mengkaji penggunaan ilmu dan teknologi , perkembangan ilmu dan teknologi murni bebas
nilai, tetapi peran aksiologi sebagai kajian nilai berada pada tataran penerapan ilmu dan
teknologi tersebut.
B. Fungsi Ilmu bagi Kemaslahatan Manusia
1. Hubungan Ilmu dengan Filsafat
Durrant dalam Suriasumantri (2005, hlm. 22) mengatakan bahwa filsafat diibaratkan
pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendataran pasukan infanteri. Pasukan infanteri
ini sebagai pengetahuan yang di antaranya adalah ilmu. Setelah penyerahan dilakukan maka
filsafat pun pergi. Dia kembali menjelajah laut lepas; berspekulasi dan meneratas.
Dari perumpamaan ini, filsafat memiliki hubungan dengan ilmu dalam bentuk saling
melengkapi. Filsafat bertugas untuk mencari dasar obyek kajian serta merumuskan
kesimpulan-kesimpulan secara spekulatif, sedangkan ilmu bertugas untuk memperdalam
obyek kajian tersebut. Oleh karena itu, filsafat memiliki hubungan dengan ilmu seperti
filsafat melahirkan ilmu. Filsafat juga berperan untuk memberikan bukti kebenaran suatu
ilmu.
b. Sumber Rasio
Rasio dapat dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Rasio dipahami sebagai cara
manusia mengenali prinsip-prinsip penalaran yang kemudian akan menjadi ilmu
pengetahuan. Prinsip-prinsip tersebut datang saat manusia berusaha berpikir. Usaha berpikir
berfungsi untuk memanggil rasio dan menjadikannya sebagai ilmu pengetahuan. Namun,
perbedaan kapasitas rasio dapat menghasilkan bermacam-macam pengathuan terhadap suatu
obyek kajian ilmu sesua dengan tafsiran masing-masing. Untuk mencapai kesepahaman,
diperlukan konsensus sebagai kesepakatan yang dipegang oleh setiap ilmuwan.
c. Sumber Intuisi/ Wahyu
Intuisi dan wahyu didapatkan bukan dari proses penalaran, melainkan bersumber dari
wujud di luar zat fisik. Zat tersebut adalah Tuhan. Wahyu umumnya tidak dapat dipatahkan
atau dihapuskan karena wahyu yang tercermin dari nilai agama tetap memiliki peranan bagi
kehidupan manusia. Kebenaran wahyu bersifat absolut (mutlak). Karena bersifat absolut,
wahyu dijadikan sebagai pedoman dalam berpikir dan berperilaku. Di sini terletak perbedaan
mempelajari ilmu agama dengan ilmu pengetahuan. Untuk mempelajari agama dasarnya ialah
keyakinan sedangkan untuk mempelajari ilmu pengetahuan dasarnya ialah rasio dan empiris.
Wahyu juga berperan sebagai pembentuk nilai-nilai kehidupan untuk mencapai kebahagiaan
umat manusia ke araf yang positif.
Manusia dalam memperoleh ilmu melalui wahyu bersifat pasif. Hal ini karena peran
manusia hanya menerima kebenaran mutlak. Sedangkan ilmu pengetahuan didapat dari hasil
usaha pemikiran manusia melalui pendekatan berpikir induktif dan deduktif.
4. Fungsi Ilmu
a. Penjelasan keilmuan memungkinkan kita
b. Meramalkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan ramalan tersebut kita bisa
melalukan upaya untuk
c. Mengontrol agar ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak.
Setiap fungsi ini memiliki hubungan satu sama lain. Fungsi ilmu untuk menjelaskan
berbagai gejala alam dan fenomena adalah untuk mengenali dan memahami ada dan
terjadinya gejala alam dan fenomena tersebut. Dari hasil penjelasan tersebut, manusia dapat
menentukan tindakan yang dapat dilakukan untuk menguasai gejala alam dan fenomena.
Penguasaan tersebut dapat dilakukan melalui proses memprediksi dari pola tertentu dari
gejala alam dan fenomena. Setelah diketahui prediksi-prediksi tertentu tersebut, manusia
dapat mengontrol obyek ilmu sesuai dengan tujuan manusia.
Khusus untuk fungsi penjelasan, ada lima pola penjelasan sebagi berikut.
a. Penjelasan logis (deduktif dan induktif).Penjelasan deduktif adalah pengunaan cara
berpikir deduksi, yaitu menarik konklusi khusus darinsuatu premis yang bersifat umum.
Penjelasan induktif adalah pengunaan cara berpikir induksi, yaitu menarik kesimpulan
dari premis-premis khusus menjadi konklusi umum.
b. Penjelasan probabilistik adalah cara berpikir induksi yang cenderung mengarah pada
penarikan kesimpulan yang tidak memberikan kepastian sehingga berupa kemungkinan
saja.
c. Penjelasan fungsional atau teologis adalah cara menjelaskan dengan memposisikan
suatu obyek sebagai sebuah komponen sistem tertentu yang memiliki fungsi dan
karakteristik tertentu.
d. Penjelasan genetik adalah cara menjelaskan gejala yang akan muncul melalui
pengidentifikasian terhadap faktor-faktor yang timbul sebelumnya. Disebut juga sebagai
penjelasan historik karena faktor-faktor yang dikaji sudah terjadi pada waktu yang
lampau.
e. Penjelasan finalistik adalah penjelasan yang mengacu dan berpusat pada tujuan atau
kegunaan. Sifat penjelasan ini lebih pragmatis karena bertolak dari segi kegunaan obyek
kajian.
Dari kajian yang diperoleh, dapat dilihat tingkat keberhasilan penerapan solusi, efek
samping yang dapat dihasilkan baik yang diinginkan maupun yang tidak, hingga penentuan
solusi lain untuk jangka panjang. Konsekuensi yang bersifat etis dari suatu ilmu dan
teknologi secara langsung memang bukan tanggung jawab penuh seorang ilmuwan. Tetapi,
tanggung jawab moral ilmuwan sebagai bagian dari masyarakat menjadikannya sebagai suatu
kemutlakan yang harus dimiliki. Jika seorang ilmuwan tidak bertindak apa-apa terhadap
permasalahan yang terjadi terhadap penggunaan ilmu dan teknologi, tentu akan mengurangi
integritas dan kredibilitas ilmuwan tersebut. Hal ini akan menimbulkan permasalahan moral
baru di dalam diri ilmuwan tersebut.