Você está na página 1de 7

3.

2 Keimanan dan Ketakwaan


3.2.1 Definisi Iman dan Takwa
Kata iman berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya. Menurut
istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, iman kepada
Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada
dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian
pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal
perbuatan secara nyata
Dalam surat Al-Baqarah 165 :

orang yang beriman sangat luar biasa cintanya kepada Allah


Iman kepada Allah memberi konsekuensi percaya dan cinta kepada
ajaran Allah, yaitu Al-Quran dan sunnah Rasul. Apa yang dikehendaki
Allah menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga dapat menimbulkan
tekad untuk mengorbankan apa saja untuk mewujjudkan harapan dan
kehendak yang dituntut Allah kepadanya.
Iman mengikat setiap muslim, ia terikat dengan segala aturan
hokum(ajaran) yang ada dalam islam, sebagaimana yang telah ditentukan
oleh Allah. Oleh karenanya orang islam harus iman, sehingga ia meyakini
ajaran islam dan secara totalitas mengamalkannya dalm seluruhn
kehidupannya.
Tanda Tanda Orang Beriman
Al-Quran menjelaskan tanda-tanda orang beriman sebagai berikut :
1. Jika di sebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar
ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika di bacakan ayat
suci Al-Quran, maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya
(al-Anfal:2).
2. Senantiasa tawakal, yaitu kerja keras berdasarkan kerangka ilmu
Allah, diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran
Allah menurut 6.sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2,
at- Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Thaghabun: 13).
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al
Anfal: 3, dan al-Muminun: 2,7).
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Muminun: 4).
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-
Muminun: 3,5)
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Muminun: 6)
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74)
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62)

Dalam Surat Ar-radu ayat 29 :

orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka


kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.

Taqwa Berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah,dan secara etimologi


artinya hati-hati, waspada, mawas diri, memelihara dan melindungi.
Dengan makna tersebut maka Takwa dapat diartikan memelihara keimanan
yang diwujudkan dalam pengalaman ajaran agama Islam secara utuh dan
konsisten. Pengertian Taqwa secara terminologi, yaitu : Menjalankan
perintah Alah dan menjauhi semua larangan-Nya (imtitsalu bi awamirillahi
wajtinabu an nawahihi). takwa dalam istilah syarI adalah menjaga diri dari
perbuatan dosa. Takwa adalah amalan hati dan letaknya di kalbu.
Demikianlah (perintah ALLAH).
Dalam Surat Al-Hajj ayat 32 :

Barang siapa mengagungkan syiar syiar ALLAH maka


sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (QS Al Hajj:32).
Dalam surat Al-Baqarah : 177 Allah menjelaskan ciri-ciri orang yang
bertakwa, yang secara umum dapat dikelompokan menjadi lima indicator
ketakwaan yaitu :
1. Iman Kepada Allah, Malaikat, Kitab-kita dan para Nabi/Rasul.
Indikator Takwa yang pertama adalah memelihara fitrah iman.
2. Mengeluarkan harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak
yatim, orang-orang miskin, orang yang dalam perjalanan.
Indikator takwa kedua adalah mencintai sesama umat manusia
yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
3. Mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Indikator takwa yang
ketiga adalah memelihara ibadah formal.
4. Menepati janji, Indikator takwa yang keempat adalah
memelihara kehormatan dan kesucian diri.
5. Sabar disaat Kesusahan. Indicator kelima adalah memiliki
semangat perjuangan.
Indikator takwa berdasarkan ayat-ayat tersebur menegaskan bahwa
takwa itu adalah sikap hidup dan akhlak seorang muslim dalam arti luas,
yang merupakan buah dan hasil didikan Ibadan-ibadah formal. Sedangkan
ibadah-ibadah itu sendiri adalah pancaran dari pada iman, maka dapatlah
dipahami bahwa takwa itu adalah hasil dan ibadah kepada Allah, karena
tidak mungkin ada takwa tanpa ada amal ibadah.
3.2.2 Proses Terbentuknya Iman
Spermatozoa dan ovum yang diproduksi dan dipertemukan atas dasar
ketentuan yang digariskan ajaran Allah, merupakan benih yang baik. Allah
menginginkan agar makanan yang dimakan berasal dari rezeki
yang halalanthayyiban. Pandangan dan sikap hidup seorang ibu yang
sedang hamil mempengaruhi psikis yang dikandungnya. Ibu yang
mengandung tidak lepas dari pengaruh suami, maka secara tidak langsung
pandangan dan sikap hidup suami juga berpengaruh secara psikologis
terhadap bayi yang sedang dikandung. Oleh karena jika seseorang
menginginkan anaknya kelak menjadi mukmin yang muttaqin, maka isteri
hendaknya berpandangan dan bersikap sesuai dengan yang dikehendaki
Allah.
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan
pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak
disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah.
Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai pengaruh terhadap
seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang
datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun
lingkungan termasuk benda-benda mati seperti cuaca, tanah, air, dan
lingkungan flora serta fauna.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak
langsung, baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh
terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga
senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-anak. Tingkah laku
yang baik maupun yang buruk akan ditiru anak-anaknya. Jangan
diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang tuanya selalu melakukan
perbuatan yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda, Setiap anak,
lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak
tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali
dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci.
Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada
Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut
tidak mungkin beriman kepada Allah.
Seseorang yang menghendaki anaknya menjadi mukmin kepada
Allah, maka ajaran Allah harus diperkenalkan sedini mungkin sesuai
dengan kemampuan anak itu dari tingkat verbal sampai tingkat
pemahaman. Bagaimana seorang anak menjadi mukmin, jika kepada
mereka tidak diperkenalkan al-Quran.
Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu
diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci
berubah menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan untuk
melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang
dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan terampil
dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.
Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang
mudah dilihat dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri atas perbuatan
yang tampak saja. Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak
selalu mudah ditanggapi kecuali secara fisik langsung (misalnya, melalui
ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan sikap mental
tersebut), bahkan secara tidak langsung itu adakalanya cukup sulit menarik
kesimpulan yang teliti. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah tingkah
laku dalam arti luas dan dikaitkan dengan nilai-nilai hidup, yakni
seperangkat nilai yang diterima oleh manusia sebagai nilai yang penting
dalam kehidupan, yaitu iman. Yang dituju adalah tingkah laku yang
merupakan perwujudan nilai-nilai hidup tertentu, yang disebut tingkah laku
terpola.
Dalam keadaan tertentu, sifat, arah, dan intensitas tingkah laku dapat
dipengaruhi melalui campur tangan secara langsung, yakni dalam bentuk
intervensi terhadap interaksi yang terjadi. Dalam hal ini dijelaskan beberap
prinsip dengan mengemukakan implikasi metodologinya, yaitu:
1. Prinsip pembinaan berkesinambungan
Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus
menerus, dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang
memungkinkan orang semakin lama semakin mampu bersikap selektif.
Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung seumur
hidup. Oleh karena itu penting mengarahkan proses motivasi agar membuat
tingkah laku lebih terarah dan selektif menghadapi nilai-nilai hidup yang
patut diterima atau yang seharusnya ditolak.
2. Prinsip internalisasi dan individuasi
Suatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam
bentuk tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk
menghayatinya melalui suatu peristiwa internalisasi (yakni usaha menerima
nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya) dan individuasi (yakni
menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya). Melalui
pengalaman penghayatan pribadi, ia bergerak menuju satu penjelmaan dan
perwujudan nilai dalam diri manusia secara lebih wajar dan amaliah,
dibandingkan bilamana nilai itu langsung diperkenalkan dalam bentuk
utuh, yakni bilamana nilai tersebut langsung ditanamkan kepada anak
didik sebagai suatu produk akhir semata-mata. Prinsip ini menekankan
pentingnya mempelajari iman sebagai proses (internalisasi dan individuasi).
Implikasi metodologinya ialah bahwa pendekatan untuk membentuk
tingkah laku yang mewujudkan nilai-nilai iman tidak dapat hanya
mengutamakan nilai-nilai itu dalam bentuk jadi, tetapi juga harus
mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup tersebut. Dari sudut
anak didik, hal ini bahwa seyogianya anak didik mendapat kesempatan
sebaik-baiknya mengalami proses tersebut sebagai peristiwa pengalaman
pribadi, agar melalui pengalaman-pengalaman itu terjadi kristalisasi nilai
iman.
3. Prinsip sosialisasi
Pada umumnya nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti
apabila telah memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu suatu bentuk
tingkah laku terpola baru teruji secara tuntas bilamana sudah diterima
secara sosial. Implikasi metodologinya ialah bahwa usaha pembentukan
tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya tidak diukur
keberhasilannya terbatas pada tingkat individual (yaitu hanya dengan
memperhatikan kemampuan seseorang dalam kedudukannya sebagai
individu), tetapi perlu mengutamakan penilaian dalam kaitan kehidupan
interaksi sosial (proses sosialisasi) orang tersebut. Pada tingkat akhir harus
terjadi proses sosialisasi tingkah laku, sebagai kelengkapan proses
individuasi, karena nilai iman yang diwujudkan ke dalam tingkah laku
selalu mempunyai dimensi sosial.
4. Prinsip konsistensi dan koherensi
Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula
ditangani secara konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara
koheren, yaitu tanpa mengandung pertentangan antara nilai yang satu
dengan nilai lainnya. Implikasi metodologinya adalah bahwa usaha yang
dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku yang
mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten dan koheren.
Alasannya, caranya dan konsekuensinya dapat dihayati dalam sifat dan
bentuk yang jelas dan terpola serta tidak berubah-ubah tanpa arah.
Pendekatan demikian berarti bahwa setiap langkah yang terdahulu akan
mendukung serta memperkuat langkah-langkah berikutnya. Apabila
pendekatan yang konsisten dan koheren sudah tampat, maka dapat
diharapkan bahwa proses pembentukan tingkah laku dapat berlangsung
lebih lancar dan lebih cepat, karena kerangka pola tingkah laku sudah
tercipta.
5. Prinsip integrasi
Hakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap
orang pada problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas
dan menyeluruh. Jarang sekali fenomena kehidupan yang berdiri sendiri.
Begitu pula dengan setiap bentuk nilai hidup yang berdimensi sosial. Oleh
karena itu tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat
dibentuk terpisah-pisah. Makin integral pendekatan seseorang terhadap
kehidupan, makin fungsional pula hubungan setiap bentuk tingkah laku
yang berhubungan dengan nilai iman yang dipelajari. Implikasi
metodologinya ialah agar nilai iman hendaknya dapat dipelajari seseorang
tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah laku yang terpisah-pisah,
tetapi melalui pendekatan yang integratif, dalam kaitan problematik
kehidupan yang nyata.

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku PAI
2. http://amrhy.blogspot.co.id/2011/10/makalah-keimanan-dan-
ketakwaan.html
3. http://syahruddinchariik20.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-
iman-dan-taqwa.html
4. http://www.belajarislam.web.id/2014/05/pengertian-iman-dan-
taqwa-dalam-islam.html

Você também pode gostar