Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar-dasar akidah islam telah dijelaskan pewahyuan nabi Muhammad
saw. Melalui pewahyuan Al-Quran dan kumpulan sabdanya untuk umat
manusia generasi muslim awal binaan Rasulullah saw. Telah meyakini
dan menghayati akidah ini meski belum diformulasikan sebagai suatu
ilmu lantaran rumusan tersebut belum diperlukan.
Pada periode selanjutnya, persoalan akidah secara ilmiah dirumuskan
oleh sarjana muslim yang dikenal dengan nama muttakallimun, hasil
rumusan muttakallimun itu disebut kalam, secara harfiah disebut
sabda tuhan Ilmu kalam tuhan.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengetian perbuatan tuhan ?
2. Apa perbuatan-perbutan tuhan?
3. Apa perbandingan anatara aliran ilmu kalam terhadap perbuatan
tuhan?
C. Tujuan
Untuk mengetahui dari perumusan masalah di atas.
BAB II
PEMBAHASAN
tanpa ada alasan dosa yang dilakukan sebelumnya dan pahala yang
akan diberikan.
7. Allah swt berhak untuk berbuat apa saja terhadap hambanya, maka
dia tidak wajib memperhatikan yang baik atau yang terbaik bagi
hambanya, sebab seperti yang disebutkan, tidak ada sesuatu yang
wajib dilakukan oleh Allah swt. Bahkan tidak masuk akal kalau dia
dikenai kewajiban.
QS. Al-Anbiya :23
Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah
yang akan ditanyai.
8. Bahwa kewajiban untuk mengetahui Allah swt dan menaatinya
adalah wajib karena di wajibkan oleh Allah swt melalui syariat nya
bukan sekedar karena tuntutan akal.
9. Allah mengutus para Nabi as bukanlah sesuatu yang mustahil.
Kebutuhan ummat manusia kepada para nabi adalah seperti
kebutuhan mereka kepada para dokter di uji melalui eksperimen-
eksperimen, sementara kebenaran seorang nabi dibuktikan melalui
mukjizat.
10. Allah swt telah mengutus Muhammad saw sebagai penutup para
nabi dan bertugas menyalin syariat sebelumnya yaitu syariat
yahudi, nasrani, dan shabai. Allah swt memperkuat kenabian
Muhammad saw dengan mukjizat yang jelas dan ayat-ayat yang
terang.1
1 Abdul Hamid Al-Ghazal, Tauhidulah (risalah suci hujjatul islam), 1998, Surabaya:
Risalah Gusti
2 Abdur Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, 2011, Pustaka Setia: Bandung,
Hal.153
(dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri
mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan
waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara
manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya.)
Berdasarkan ayat yang telah di kemukakan di atas, seorang
tokoh Mutazilah yang bernama Qadi Al-Jabar menyebutkan bahwa
ayat tersebut memberi petunjuk bahwa tuhan hanya berbuat yang
baik dan mahasuci dari perbuatan buruk.
dengan demikian, tuhan tidak perlu ditanya. Ia menambahkan
kenyataan bahwa seseorang yang di kenal baik, tidak perlu ditanya
mengapa ia melakukan perbuatan baik itu. Menurut Al-Jabbar,
mengandung petunjuk bahwa tuhan tidak pernah dan tidak akan
melakukan perbuatan buruk, pernyataan bahwa ia menciptakan
langit dan bumi beserta segala isinya dengan hak, tentulah tidak
benar atau merupakan berita bohong. Selain itu kelompok
Mutazilah juga berpendapat bahwa tuhan mempunyai kewajiban
terhadap manusia. Kewajiban-kewajiban tersebut dapat disimpulkan
dalam satu hal, yaitu kewajiban berbuat baik bagi manusia.
Kelompok Mutazilah mengonsekuensikan tentang faham kewajiban
Allah sebagai berikut:
Kewajiban tidak memberikan beban di luar kemampuan
Manusia
Memberikan beban diluar kemampuan manusia adalah
bertentangan dengan faham berbuat baik dan terbaik. Hal ini
bertentangan dengan paham mereka tentang keadilan tuhan.
Tuhan akan bersifat tidak adil kalau ia memberi beban yang
terlalu berat kepada manusia.
Pengiriman Rasul-rasul
Bagi aliran mutazilah dengan kepercayaan bahwa akal dapat
mengetahui hal-hal gaib, pengiriman rasul tidaklah begitu
penting. Namun, mereka memasukkan pengiriman rasul
kepada umat manusia menjadi salah satu kewajiban tuhan.
Argumentasi mereka adalah kondisi akal yang harus diketahui
manusia tentang tuhan dan alam gaib. Oleh karena itu, tuhan
berkewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia dengan
mengirimkan rasul. Tanpa rasul, manusia tidak akan
memperoleh hidup baik dan terbaik di dunia dan akhirat
nanti.
Kewajiban menepati janji dan ancaman
Janji dan ancaman merupakan salah satu dari lima dasar
kepercayaan aliran aliran Mutazilah. Hal ini erat
hubungannya dengan dasar keduanya, yaitu keadilan. Tuhan
akan bersifat tidak adil jika tidak menepati janji untuk
memberi pahala kepada orang yang yang berbuat baik., dan
menjalankan ancaman bagi orang yang berbuat jahat.
Prinsip janji dan ancaman yang di pegang oleh kaum
Mutazilah adalah untuk membuktikan keadilan tuhan
sehingga manusia dapat merasakan balasan tuhan atas
segala perbuatannya. Disinilah peranan janji dan ancaman
bagi manusia agar tidak terlalu terlena menjalankan
kehidupannya.
Ajarannya adalah :
Orang mukmin yang berdosa besar lalu mati sebelum tobat
ia tidak akan mendapat ampunan tuhan.
Di akhirat tidak aka nada syafaat sebab syafaat
berlawanan dengan al-wadu wal waid.
Tuhan akan membalas kebaikan manusia yang telah
berbuat baik dan akan menjatuhkan siksa terhadap
manusia yang melakukan kejahatan.3
2. Aliran Asariyah
Bagi kaum Asariyah ini, tuhan berkuasa dan berkehendak
mutlak dantuhan memang tidak terikat kepada apa pun, tidak
terikat kepada janji-janji, kepada norma-norma keadilan dan
sebagainya.4 Selain itu bagi mereka perbuatan-perbuatan tuhan
tidak mempunyai tujuan, tujuan dalam arti sebab yang mendorong
tuhan untuk berbuat sesuatu.
Menurut aliran Asariyah, faham kewajiban tuhan berbuat baik
dan terbaik bagi manusia, sebagaimana yang telah dinyatakan
aliran Mutazilah, tidak dapat diterima karena bertentangan dengan
faham kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan yang mereka anut.
Dengan demikiann aliran Asariyah tidak menerima faham tuhan
mempunyai kewajiban. Al-Ghazali ada menyatakan, perbuatan-
perbuatan tuhan bersifat tidak wajib (jaiz) dan tidak satu pun dari
padanya yang mempunyai sifat wajib.
Karena percaya pada kekuasaan mutlak tuhan dan berpendapat
bahwa tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun. Disamping itu,
aliran Asariyah menolak kewajiban dalam pengiriman rasul. Hal itu
bertentang dengan keyakinan mereka bahwa tuhan tidak
mempunyai kewajiban apa-apa terhadap manusia.
Aliran Asariyah juga berargumen tuhan tidak mempunyai
kewajiban menepati janji dan menjalankan ancaman yang tderdapat
3 Muhammad Ahmad, tauhid Ilmu Kalam, 2009, Bandung, Pustaka Setia, Hal. 169
4
pada Al-Quran dan Hadits. Di sini timbul persoalan bagi Asariyah
karena dalam Al-Quran dikatakan dengan tegas bahwa siapa yang
berbuat jahat akan masuk neraka. Untuk mencegah kata-kata arab
man, alladzina dan sebagainya yang menggambarakan arti siapa,
diberi interprestasi oleh As-ariyah bukan semua orang tetapi
sebagian. Dengan demikian kata siapa dalam ayat Al-Quran
barang siapa menelan harta anak yatim piatu dengan cara tidak
adil, maka ia sebenarnya menelan api masuk kedalam perutnya,
mengandung arti bukan seluruh tapi sebagian orang yang berbuat
demikian. Adapun yang sebagian lagi akan terlepas dari ancaman
atas dasar kekuatan dan kehendak mutlak tuhan dengan
interprestasi demikianlah Asariyah mengatasi persoalan wajibnya
tuhan menepati janji dan menjalankan ancaman.
Al-asyari berpendapat bahwa tuhan tidak mempunyai
kewajiban apapun. Tuhan tidak wajib memasukkan orang baik ke
neraka maupun ke surga. Semua itu merupakan kehendak mutlak
tuhan, sebab tuhanlah yang berkuasa dan segala-galanya adalah
milik Allah jika tuhan memasukkan seluruh manusia kedalam surga,
bukan berarti Ia tidak adil. Sebaliknya jika tuhan memasukkan
seluruh manusia kedalam neraka bukan berate Ia dzalim. Tuhan
adalah penguasa mutlak dan tidak ada yang lebih kuasa. Ia dapat
dan boleh melakukan apa saja yang di kehendakinya.5
3. Aliran Maturidiyah
Kaum Mutazilah,sebagaimana diketahui menganut paham
nbahwa tuhan mempunyai kewajiban kewajiban terhadap manusia.
Kewajiban-kewajiban itu pada dasarnya berorientasi kepada
keharusannya untuk berbuat apa yang baik bahkan apa yang
6
terbaik bagi manusia,
5 Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam, 2009, Bandung:Pustaka Setia, hal. 181