Você está na página 1de 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir merupakan makhluk yang telah 40 minggu di dalam
kandungan yang lahir ke dunia melalui proses kehamilan dan persalinan. Di
dalam kandungan ibu, kesehatan seorang bayi sangat bergantung pada kesehatan
ibunya. Setelah lahir ke dunia seorang bayi baru lahir akan segera melakukan
adaptasi fisik segera. Seorang bayi baru lahir akan mengalami beberapa tahap
antara lain tahap I (segera setelah lahir), tahap II (24 jam pertama) dan tahap III
(periodik) dimana terdapat perbedaan/ perubahan dari masing-masing fase
tersebut. Oleh karena itu, tentu sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan
sebagai pemberi asuhan pada bayi baru lahir agar mengetahui perbedaan dari
tiap fase tersebut, sehingga dapat membedakan antara yang fisiologis dan yang
patologis. Sehingga asuhan yang diberikan akan tepat sasaran. Oleh karena itu,
perlu adanya asuhan bagi bayi baru lahir agar adaptasi fisik berjalan fisiologis.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dari kegiatan yang menjadi
tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, masa
nifas, bayi baru lahir serta keluarga berencana (Depkes RI, 1999). Asuhan
kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah adalah asuhan yang
diberikan kepada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah yang memiliki
kebutuhan atau masalah tentang kesehatannya. Asuhan yang diberikan bertujuan
untuk memantau perkembangan anak serta deteksi dini apabila ada gangguan
pertumbuhan maupun perkembangan, serta untuk menurunkan angka kematian
bayi dan balita.
AKB di Kota Semarang pada tahun 2013 yaitu 251 AKB di Kota
Semarang mengalami peningkatan/penurunan dari tahun sebelumnya dimana
pada tahun 2012 KB di Kota Semarang yaitu 293 berbagai faktor yang
menyebabkan peningkatan AKB di Kota Semarang yaitu kurangnya pemerataan
pelayanan kesehatan dan fasilitasnya. Hal ini disebabkan kematian bayi sangat
dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, khususnya bayi baru lahir dengan
kelainan congenital yang harus ditangani secara cepat dan tepat dengan

1
pelayanan kesehatan yang baik dan fasilitas kesehatan yang memadai. Namun,
apabila pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan kurang merata akan
berdampak pada kegagalan dalam penanganan bayi baru lahir dengan kelainan
congenital yang dapat menyebabkan cacat seumur hidup bahkan kematian
(Dinkes Kota Semarang, 2013)
Berdasarkan data di atas, maka masih sangat diperlukan asuhan
kebidanan yang lebih terfokus dan memadai agar dapat memfasilitasi kesehatan
neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah. Asuhan kebidanan yang
komprehensif juga harus dilaksanakan untuk mewujudkan Millenium
Development Goals tahun 2015, yaitu 17/1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menjelaskan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis pada bayi Ny. N usia 9 jam di
Klinik Namira.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis pada bayi Ny. N
usia 9 jam di Klinik Namira?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
fisiologis dengan menerapkan managemen kebidanan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/ praktikan dapat mengembangkan teori dan konsep yang
terkait dengan bayi baru lahir normal yang telah diperoleh di bangku
kuliah maupun di laboratorium dalam bentuk praktek
b. Praktikan mampu mengembangkan pola pikir dalam bentuk tulisan
maupun pelaporan
c. Praktikan mampu melaksanakan tugas asuhan kebidanan dengan
menerapkan managemen kebidanan, khususnya pada bayi baru lahir
normal.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

2
Menurut Saifuddin (2002), bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir
selama satu jam pertama kelahiran.
Menurut Donna L. wong (2003), bayi baru lahir adalah bayi dari lahir
sampai usia 4 minggu. Lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu.
Menurut Depkes RI (2005), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37-42 minggu dan berat lahir 2500-4000 gram.
Menurut M. sholeh Kosim (2007), bayi baru lahir normal adalah bayi
dengan berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menangis dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.
Bayi baru lahir dibagi menjadi 2:
1. Bayi normal/sehat adalah bayi lahir dengan berat badan antara 2500-4000
gram dengan lama kehamilan 37-42 minggu yang memerlukan perawatan
biasa.
2. Bayi gawat (high risk baby) adalah bayi yang membutuhkan penanganan
khusus seperti adanya asfiksia dan perdarahan.
Aspek penting dari asuhan bayi baru lahir:
1. Jagalah agar bayi dalam kondisi kering dan hangat.
a. Pastikan bayi tetap hangat dengan cara kontak antara kulit bayi dengan
kulit ibu.
b. Ganti handuk/kain basah dan bungkus bayi dengan seimut dan
memastikan bahwa kepala telah terlindungi dengan baik untuk mencegah
keluarnya panas tubuh.
c. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak tangan bayi setiap
15 menit
1) Bila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi
2) Bila suhu bayi <36,5C, segera hangatkan bayi.

2. Kontak dini dengan bayi


Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk:
a. Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir
b. Ikatan batin dan pemberian ASI
Beri motivasi pada ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap
(dengan menunjukkan reflex rooting) jangan paksa bayi untuk menyusu.

B. Perubahan pada BBL


Perubahan-perubahan yang segera terjadi sesudah kelahiran pada bayi baru lahir
(Stright, 2004) adalah:
1. Perubahan metabolisme karbohidrat
Dalam waktu 2 jam setelah lahir kadar gula darah tali pusat akan menurun,
energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah
lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah

3
dapat mencapai 120 mg, bila ada gangguan metabolisme akan lemah.
Sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus maka kemungkinan
besar bayi akan menderita hipoglikemia.
2. Perubahan suhu tubuh
Ketika bayi baru lahir, bayi berasa pada suhu lingkungan yang lebih rendah
dari suhu di dalam rahim. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar maka
akan kehilangan panas melalui konveksi. Evaporasi sebanyak 200
kal/kg/BB/menit. Sedangkan produksi yang dihasilkan tubuh bayi hanya
1/100 nya, keadaan ini menyebabkan penurunan suhu bayi sebanyak 2C
dalam waktu 15 menit. Akibat suhu yang rendah, metabolisme jaringan
meningkat dan kebutuhan O2 pun meningkat.
3. Perubahan pernafasan
Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gas melalui paru-paru untuk gerakan pernafasan pertama.
a. Tekanan mekanik dari thoraks pada saat melewati jalan lahir
b. Menurunnya kadar pH O2 dan meningkatnya kadar pH CO2 merangsang
hemoreseptor karohd
c. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang, permukaan
gerakan pinafasa
d. Pernafasan pertama pada BBL normal dalam waktu 30 detik setelah
persalinan. Dimana tekanan rongga dada bayi saat melalui jalan lahir
mengakibatkan cairan paru-paru kehilangan 1/3 dari jumlah cairan
tersebut. Sehingga cairan yang hilang tersebut diganti dengan udara.
Paru-paru mengembang menyebabkan rongga dada troboli pada bentuk
semula, jumlah cairan paru-paru pada bayi normal 80-100 ml
4. Perubahan struktur
Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan O2 meningkat
dan tekanan CO2 menurun. Hal ini mengakibatkan resistensi pembuluh
darah paru-paru sebagian, sehingga aliran darah ke pembuluh darah tersebut
meningkat. Hal ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke
paru-paru dan duktus arteriousus menutup. Menciutnya arteri dan vena
umbilikalis kemudian tali pusat dipotong sehingga aliran darah dari plasenta
melalui vena cava inferior dan foramen ovale atrium kiri terhenti sirkulasi
darah bayi sekarang berubah menjadi seperti semula.
5. Perubahan lain
Alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi.

4
C. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Normal:
1. Berat badan : 2500-4000 gram
2. Panjang badan : 48-52 cm
3. Lingkar kepala : 33-35 cm
4. Lingkar dada : 30-38 cm
5. Bunyi jantung : 120-160 x/menit
6. Pernapasan dada : 40-60 x/menit
7. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan diikuti vernik caseosa
8. Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna
9. Kuku telah agak panjang dan lepas
10. Genetalia jika perempuan labia mayora telah menutupi labia minora, jika
laki-laki testis telah turun
11. Reflex sucking dan swallowing telah terbentuk dengan baik
12. Reflex moro bila dikagetkan akan terlihat seperti memeluk
13. Gerak reflex sudah baik bila tangan diletakkan benda, bayi akan
menggenggam
14. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam

D. Tahapan Bayi Baru Lahir


Pengkajian setelah kelahiran terjadi dalam 3 tahapan:
1. Tahap I (0-30 menit)
Segera dalam menit-menit pertama kelahiran. Menggunakan apgar score
untuk fisik dan scoring graps untuk interaksi bayi dengan orang tuanya.
a. Pengkajian interaksi antara bayi dengan orang tua
Bounding (interaksi) antara orang tua dan bayi dilakukan karena bayi
membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Untuk itu perlu
penilaian sikap orang tua terhadap bayinya.
Standarisasi penilaian interaksi orangtua dan bayi dikemukakan oleh
Gray (1975) terdiri dari observasi yaitu
1) Di observasi di ruang bersalin segera setelah lahir
2) Di observasi hari kedua postpartum
3) Di observasi hari ketiga postpartum
Setiap observasi diberi nilai 4 dan setiap periode nilainya
dijumlahkan. Interaksi yang positif nilainya 10-12 sedangkan
interaksi yang negative nilainya 3-6. Nilai negative perlu dilakukan
konseling tentang mengasuh anak serta mencegah penyalahgunaan
pengasuh anak. Penilaiannya adalah sebagai berikut:
Grafik penilaian Interaksi Orang Tua Bayi:

Bagaimana
Skor banding Memandang Berkata Melakukan
sesuatu

5
1. Sangat Penampilan Membuat sesuatu Memfokuskan
negative Umum, depresi, sebutan bagi bayi, perhatian pada
marah, apatis memperlihatkan dirinya menolak
atau rasa kecewa untuk melihat ke
terhadap jenis arah bayinya,
kelamin bayinya menangis
2. Agak
negative
tidak tepat
3. Aspek Berbicara langsung Mengeluarkan
positif sesuai pada bayinya tangan ingin
memegang,
memeriksa
4. Sangat potif Sangat bahagia, Memperlihatkan Kontak mata
gembira, reaksi positif dengan bayinya.
antusias

2. Tahap II
Selama 24 jam pertama, kehidupan bayi normal benar-benar mengalami
perubahan perilaku dan fisiologis. Pengkajian meliputi perbandingan bayi
dengan norma sebagai berikut:
a. Periode I : Reaktivitas I (30 menit setelah lahir)
Periode ini berlangsung segera setelah lahir dan berakhir pada 30 menit
pertama setelah kelahiran.
Karakteristiknya:
1) Peningkatan nadi menjadi 120-160 x/menit dan turun 30 menit
berikutnya sampai 100-120 x/menit (tidak teratur)
2) Pernafasan tidak teratur, rata-rata 60-80 x/menit
3) Saat auskultasi terdengar crackles, grunting. Terlihat retraksi dada
yang terjadi dalam 1 jam setelah kelahiran.
4) Dapat terlihat secara spontan kaget, tremor, menangis dan
menggerakkan kepala dari satu sisi ke sisi lainnya
5) Tidak ada bising usus dan bayi tidak berkemih
6) Reflex menghisap kuat
7) Mata bayi terbuka lebih lama, ini adalah waktu yang tepat untuk
memulai proses perlekatan, karena bayi dapat mempertahankan
kontak mata dalam waktu lama

b. Periode II : Fase tidur (berlangsung 2-5 jam)

6
Periode ini berlangsung 30 menit setelah kelahiran dan berakhir 2-4 jam.
Karakteristiknya:
1) Merupakan periode unresponsive karena bayi menjadi tenang, rileks
dan tertidur
2) Terjadi penurunan aktivitas motorik
c. Periode III : Reaktivitas II (12-24 jam)
Periode ini dimulai saat bayi bangun dan berakhir 4-8 jam
Karakteristiknya:
1) Respon bayi berlebihan terhadap stimulus
2) Terjadi fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu menjadi
kebiruan (sianotik ringan) disertai bercak-bercak
3) Denyut jantung cepat
4) Sering berkemih dan mengeluarkan mekonium
5) Reflex menghisap sangat kuat dan bayi aktif.

E. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir


Penatalaksanaan awal bayi baru lahir adalah
1. Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi saat melakukan penanganan bayi baru lahir
sebagai beriku:
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan bayi
b. Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan
c. Pastikan semua peralatan dalam keadaan steril/desinfektan tingkat tinggi.
Jika menggunakan bola penghisap, pakai yang bersih dan baru
d. Pastikan bahwa benda-benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi
dalam keadaan bersih.
2. Penilaian awal
Keadaan umum bayi baru lahir dinilai pada menit ke-1 dan ke-5 setelah lahir.
Penilaiannya dengan menggunakan Apgar score. Bayi baru lahir normal,
nilai Apgarnya antara 7-10. Nilai Apgar 4-6 menandakan bayi menderita
asfiksia sedang-ringan, sedangkan nilai Apgar 0-3 menandakan bayi
menderita asfiksia berat. Apabila nilai Apgar dalam 2 menit tidak mencapai
nilai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lanjut.
Berikut adalah penilaian Apgar score:

Yang dinilai 0 1 2 Jumlah


Appearance Biru, pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas biru kemerah-
merahan
Pulse rate Tidak ada Kurang dari Lebih dari 100
(frekuensi 100
nadi)

7
Grimance Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin
(reaksi mimik
rangsangan)
Activity (tonus Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
otot) fleksi
Respiratory Tidak ada Lemah/ tdk Baik/menangis
(pernafasan) teratur
Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir secara tepat dan cepat.
Nilai kondisi bayi dengan 5 pertanyaan berikut:
a. Apakah air ketuban jernih? Apakah bercampur mekonium?
b. Apakah bayi bernafas spontan?
c. Apakah kulit bayi berwarna kemerahan?
d. Apakah tonus otot bayi cukup?
e. Apakah kehamilan ini cukup bulan?
3. Pencegahan kehilangan panas
Bayi baru lahir dapat mengatur temperature tubuhnya secara memadai dan
dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah.
Mekanisme kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir:
a. Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi,
terjadi karena penguapan air ketuban yang tidak cepat dikeringkan atau
terjadi setelah bayi di mandikan
b. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin
c. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan
udara di sekitar yang lebih dingin
d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat
benda yang mempunyai temperature tubuh lebih rendah dari temperature
tubuh bayi.
Cara mencegah kehilangan panas:
a. Keringkan bayi secara seksama
b. Selimuti bayi dengan selimut yang bersih, kering dan hangat
c. Tutupi bagian kepala bayi
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
4. Rangsangan taktil
Jika bayi baru lahir tidak mulai bernafas secara memadai setelah tubuhnya
dikeringkan dan lendirnya dihisap, maka berikan rangsangan taktil secara
singkat. Rangsangan taktil dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan bayi dengan lembut
b. Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi
5. Asuhan tali pusat

8
Dalam melakukan asuhan tali pusat, prinsipnya harus bersih dan kering.
Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, maka lakukan
pengikatan tali pusat sekitar 2 cm dari pusat bayi dengan menggunakan
benang DTT atau umbilical pot. Langkah-langkah asuhan tali pusat yakni:
a. Celupkan tangan celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke
dalam klorin0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya
b. Bilas tangan dengan air matang / DTT
c. Keringkan tangan yang masih memakai sarung tangan)
d. Letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat
e. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dr pusat dengan menggunakan benang DTT.
Lakukan simpul kunci/ jepitkan
f. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali
pusat & lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian TP pada sisi
yg berlawanan
g. Lepaskan klem penjepit & letakkan di dalam larutan klorin 0,5%
h. Selimuti bayi dengan kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi
tertutup.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam asuhan tali pusat:
a. Jangan membungkus, mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke
punting tali pusat dan nasihati keluarga agar tidak memberikan apapun
pada pusat bayi.
b. Pemakaian alcohol ataupun povidon masih diperkenankan selama tidak
menyebabkan tali pusat basah/ lembab
c. Beri nasihat kepada ibu dan leuarga sebelum penolong meninggalkan
bayi:
1) Lipat popok di bawah puntung tali pusat
2) Jika putung tali pusat kotor, cuci dengan lembut menggunakan air
matang dan sabun kemudia keringkan dengan kain bersih
3) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika putung tali
pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah/darah dan segera
rujuk bayi ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai
6. Mulai pemberian ASI
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi
lahir. Segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak langsung
dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD.
Langkah IMD pada persalinan normal:
a. Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin
b. Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan
vernix caseosa, kemudian tali pusat diikat

9
c. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting
susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.
d. Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan bayi
sendiri mencari puting susu ibu.
e. Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku
bayi sebelum menyusu.
f. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama satu
jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di dada
ibu sampai 1 jam
g. Jika bayi belum mendapatkan putting susu ibu dalam 1 jam posisikan
bayi lebih dekat dengan puting susu ibu, dan biarkan kontak kulit bayi
dengankulit ibu selama 30 MENIT atau 1 JAM berikutnya. Ibu dan bayi
dirawat dalam satu kamar, berada dalam jangkauan ibu selama24 jam.
h. Berikan hanya ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas
indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.
Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya
segera setelah tali pusat diklem dan dipotong. Beri dukungan dan bantu ibu
untuk menyusui bayinya.
Keuntungan pemberian ASI:
a. ASI sebagai sumber nutrisi terbaik untuk bayi
b. ASI memberi daya tahan tubuh bagi bayi, sehingga bayi tidak mudah
sakit dan ibu dapat menghemat biaya obat, tenaga kesehatan dan sarana
kesehatan
c. ASI dapat meningkatkan kecerdasan
d. ASI dapat meningkatkan jalinan kasih sayang
e. Merangsang kontraksi uterus
f. Memperkuat reflex menghisap bayi
Posisi untuk menyusui
a. Ibu memeluk kepala dan tubuh bayi secara lurus agar muka bayi
menghadap ke payudara ibu dengan hidung di depan puting susu ibu.
Badan bayi menempel pada perut ibu dan ibu harus menopang seluruh
tubuh bayi, tidak hanya leher dan bahunya
b. Dekatkan bayi ke payudara ibu jika ia tampak siap untuk menghisap
puting susu.
c. Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada puting susu di
payudaranya.

Ciri-ciri bayi menyusu dengan baik:


1) Dagu menyentuh payudara ibu

10
2) Mulut bayi terbuka lebar dan menutupi areola
3) Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam serta kadang-kadang
berhenti.
7. Pelaksanaan Penimbangan, Penyuntikan Vitamin K1, Salep Mata Dan
Imunisasi Hepatitis B
Bayi dan anak akan diberi vaksinasi pada saat pemeriksaan dengan
kondisi bayi dan anak sehat, untuk melindunginya dari penyakit-penyakit
dapatan yang mungkin serius. Kemampuan vaksinasi untuk
memvaksinasi bayi terhadap penyakit-penyakit seperti polio dan batuk rejan
bahkan cacar. Beberapa orang tua dalam upaya melindungi dari efek
samping resiko vaksinasi memutuskan untuk tidak mengimunisasi anaknya.
Mereka lebih suka mengambil resiko yaitu anak mereka terkena penyakit
dari pada melihat anaknya mengalami efek samping dari vaksinasi.
Sebaiknya orang tua mengumpulkan informasi dari masing-masing vaksin
saat membuat pilihan tentang imunisasi (Ladewigs, et al 2006).
Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada
periode setelah IMD sampai 2-3 jam setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar
bersalin oleh dokter, bidan atau perawat.
a. Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1
mgintramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL
akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL. Salep
atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata
(Oxytetrasiklin1%).
b. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan
hati.
Tetes mata / salep antibiotic harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama
setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan
efektif jika tidak diberikan dalam 1 jam pertama kehidupannya.

Teknik pemberian profilaksis mata:


a. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
b. Jelaskan pada keluarga asuhan yang akan dilakukan
c. Berikan salep mata dalam satu garis lurus, mulai dari bagian mata yang
paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata
d. Jangan biarkan ujung salep atau tabung penetes menyenyuh mata bayi

11
e. Jangan menghapus salep / tetes mata bayi dan minta keluarga untuk
tidak menghapus salep mata.

F. Perawatan Sehari-Hari Bayi Baru Lahir


1. Mata
Mata harus selalu diperiksa untuk melihat tanda-tanda infeksi. Mata dapat
dibersihkan dengan air steril atau aqua destilla
2. Mulut
Diperiksa untuk melihat kemungkinan infeksi bakteri Kandida (oral thrush)
3. Kulit
Terutama di lipatan-lipatan (paha, leher, belakang telinga dan ketiak) harus
selalu bersih dan kering. Bagian-bagian tersebut harus bersih dan kering.
Bagian-bagian tersebut harus bersih dari verniks caseosa
4. Tali pusat
Pada umunya akan lepas waktu bayi berumur 6-7 hari. Bila tali pusat belum
lepas maka setiap sesudah mandi tali pusat harus dibersihkan dan
dikeringkan
5. Kain popok
Harus segera diganti setiap kali basah karena air kencing dan tinja yang
dibiarkan terlalu lama dapat menyebabkan ruam popok. Bbokong bayi
dibersihkan dengan air steril
6. Minuman bayi
Kebutuhan cairan pada tiap-tiap bayi untuk mencapai kenaikan berat badan
yang optimal berbeda-beda. Oleh sebab itu, pemberian cairan kepada bayi
yang daya isap dan menelannya baik hendaknya sesuai kebutuhan yaitu 20-
30 cc setiap 3 jam sekali. Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun
karena pengeluaran mekonium dan masuknya cairan yang belum mencukupi.

G. Refleks Pada Bayi Baru Lahir


1. Mata
a. Berkedip atau reflek corneal
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba-tiba atau pada
obyek kea rah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada
maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
b. Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, refleks ini harus
sepanjang hidup
c. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata)
menyebabkan mata menutup dengan rapat
2. Mulut dan tenggorokan

12
a. Menghisap (sucking)
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral
sebagai respon terhadap rangsangan, refleks ini harus tetap ada selama
masa bayi, bahkan tanpa rangsangan
b. Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau
masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek mutah,
reflek ini harus menetap sepanjang hidup
c. Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan
bayi membalikkan kearah sisi tersebut dan mulai menhisap, harus hilang
pada usia 3-4 bulan
d. Menguap
Respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan meningkatkan
jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
e. Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi merespon dengan mendorongnya
keluar. Refleks ini harus menghilang pada usia 4 bulan
f. Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus
terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir.
3. Ekstremitas
a. Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki
menyebabkan fleksi tangan dan jari
b. Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar kea rah atas dari tumit dan
menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaku hiperekstensi dan
haluks dorso fleksi
4. Masa tubuh
a. Refleks moro
Kejutan atau perubahan tiba-tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan
ekstensi dan abduksi ektremitas yang tiba-tiba serta menghisap jari
dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk C diikuti dengan fleksi
dan abduksi ekstremitas, kaki dapat fleksi dengan lemah
b. Startle
Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi
siku tangan tetap menggenggam
c. Tonick neck

13
Jika kepala bayo dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan
kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan
dan kaki fleksi
d. Neck-righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan
batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis
e. Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan
panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi

H. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir yakni:
1. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 x/menit
2. Bayi terlalu panas >38C atau terlalu dingin <36C
3. Bayi malas menyusu, hisapan lemah, letargis dan banyak mutah
4. Tali pusat berwarna merah, bengkak, keluar cairan yang berbau busuk
5. Tidak berkemih dan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24 jam. Tinja
lembek, sering, hijau tua, ada lendir darah pada tinja
6. Bayi menggigil, tangisan merintih, lemas, atau menangis terus-menerus

14
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, dapat ditemukan bahwa bayi Ny.
N merupakan bayi baru lahir normal. Hal tersebut dapat diketahui melalui tanda-
tanda:
1. Berat badan bayi waktu lahir 2700 gram
2. Panjang bayi waktu lahir 49 cm
3. Lingkar kepala bayi waktu lahir 31 cm
4. Lingkar dada bayi waktu lahir 32 cm
5. Bayi tidak mengalami asfiksia (APGAR SCORE 9-9-10)
6. Pernafasan bayi, suhu dan denyut jantung normal
7. Bayi tidak ikterik
8. Tidak ada kelainan kongenital
9. Tidak ada trauma kelahiran berupa caput succedaneum
Berdasarkan dari data subyektif, ibu mengatakan bahwa bayinya sudah
dimandikan sejak lahir. Sesuai dengan kebutuhan dasar bayi baru lahir yaitu
menjaga kehangatan dan kenyamanan bayi, maka bayi tidak boleh dimandikan
dalam waktu 6 jam setelah kelahiran.
Pada dasarnya, penanganan BBL normal di Klinik Namira sudah sesuai
dengan teori..

B. Analisa
Bayi Ny. N jenis kelamin laki-laki, usia 9 jam dengan BB 2700 gr, PB= 49 cm,
dengan bayi baru lahir normal

C. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bayinya

15
Hasil : Warna kulit bayi kemerahan, tidak ada kelainan dan bayi sehat
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya agar ASI bisa cepat keluar
Hasil : Ibu bersedia untuk tetap menyusui bayinya
3. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan dimandikan
Hasil : Bayi dimandikan dengan air hangat dan respon bayi menangis kuat
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan dan kenyamanan bayi
Hasil : Bayi dipakaikan baju dan dibedong
5. Menganjurkan ibu untuk tidak memberikan Makanan Pendamping ASI
sampai usia 6 bulan
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
6. Memberikan penkes tentang perawatan tali pusat yakni dengan
menggunakan kasa steril saja dan jangan mengoleskan cairan apapun pada
tali pusat
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
7. Memberikan penkes tentang tanda bahaya bayi baru lahir yakni apabila bayi
malas menyusu dan kejang-kejang itu adalah tanda dari infeksi tetanus
neonaturum, apabila tali pusat bayi berwarna kemerahan, mengeluarkan
cairan dan berbau busuk itu adalah tanda infeksi tali pusat, apabila tubuh
bayi berwarna kuning atau biru itu juga perlu diwaspadai.
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
8. Menganjurkan ibu untuk segera membawa bayinya ke pelayanan kesehatan
apabila ditemukan tanda bahaya bayi baru lahir pada bayinya
Hasil : Ibu bersedia ke pelayanan kesehatan jika terdapat tanda bahaya BBL
pada bayinya
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau
sewaktu-waktu jika ada keluhan
Hasil : Ibu bersedia datang 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu jika ada
keluhan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada kasus yang penulis amati yaitu pada bayi Ny. N termasuk kategori bayi
baru lahir normal, sebagai bukti ditandai dengan adanya :

16
1. Penimbangan berat badan yaitu 2700 gram
2. Refleks (+)
3. Perubahan-perubahan adaptasi fisiologis normal
Dalam perawatan bayi baru lahir sudah ditempatkan bersamaan dengan
ibunya (rooming in). Untuk menerapkan managemen kebidanan, dalam kasus ini
penulis memulai dari pengkajian sampai dengam evaluasi tidak mendapatkan
masalah yang spesifik karena bayi baru lahir masih dalam batas normal.
Dalam memberikan asuhan kebidanan, penulis tidak ada hambatan karena
mendapatkan dukungan dari ibu/keluarga

B. Saran
1. Rekan-rekan sejawat agar selalu memperhatikan kemungkinan berbagai
masalah yang dapat timbul dan bayi baru lahir normal sampai dengan
komplikasi yang mungkin timbul
2. Rekan-rekan sejawat untuk mengetahui tentang berbagai tahap pada bayi
baru lahir normal dan perbedaan dan perubahan yang terjadi di setiap tahap
tersebut sehingga dapat mengetahui keadaan yang fisiologis maupun yang
patologis pada bayi baru lahir normal agar dapat memberikan asuhan yang
sesuai
3. Rekan-rekan sejawat agar lebih meningkatkan ketrampilan dalam
memberikan asuhan bayi baru lahir
4. Rekan-rekan sejawat untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
khususnya kesehatan tentang BBL sehingga dapat mendeteksi dini masalah
yang mungkin terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:


JNPKKR. POGI.

Straight, R. Barbara. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Lahir. Jakarta: EGC.

17
18

Você também pode gostar

  • Modul Nilai
    Modul Nilai
    Documento12 páginas
    Modul Nilai
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Format Pendaftaran Diesnat
    Format Pendaftaran Diesnat
    Documento2 páginas
    Format Pendaftaran Diesnat
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Menyusahkan
    Menyusahkan
    Documento12 páginas
    Menyusahkan
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Chi Square
    Tugas Chi Square
    Documento4 páginas
    Tugas Chi Square
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Diuretik&Anti Hipertensi
    Diuretik&Anti Hipertensi
    Documento16 páginas
    Diuretik&Anti Hipertensi
    meisyarosada
    Ainda não há avaliações
  • Opoyoo
    Opoyoo
    Documento19 páginas
    Opoyoo
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Distosia Bahu Bu Indah
    Distosia Bahu Bu Indah
    Documento28 páginas
    Distosia Bahu Bu Indah
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento1 página
    Cover
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Distosia Bahu Bu Indah
    Distosia Bahu Bu Indah
    Documento28 páginas
    Distosia Bahu Bu Indah
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Distosia Bahu Bu Indah
    Distosia Bahu Bu Indah
    Documento28 páginas
    Distosia Bahu Bu Indah
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Distosia Bahu Bu Indah
    Distosia Bahu Bu Indah
    Documento28 páginas
    Distosia Bahu Bu Indah
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Profil Kesehatan Indonesia 2017
    Profil Kesehatan Indonesia 2017
    Documento496 páginas
    Profil Kesehatan Indonesia 2017
    Puput Anistiya Hariani
    100% (1)
  • LBR Pengesahan
    LBR Pengesahan
    Documento2 páginas
    LBR Pengesahan
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Etiologi Endometritis
    Etiologi Endometritis
    Documento1 página
    Etiologi Endometritis
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Etiologi Endometritis
    Etiologi Endometritis
    Documento8 páginas
    Etiologi Endometritis
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Halaman Pengesahan BBL Fisio
    Halaman Pengesahan BBL Fisio
    Documento1 página
    Halaman Pengesahan BBL Fisio
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Etiologi Endometritis
    Etiologi Endometritis
    Documento1 página
    Etiologi Endometritis
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Initial Need Assessment
    Initial Need Assessment
    Documento12 páginas
    Initial Need Assessment
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Halaman Pengesahan BBL Fisio
    Halaman Pengesahan BBL Fisio
    Documento1 página
    Halaman Pengesahan BBL Fisio
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • CATUR
    CATUR
    Documento2 páginas
    CATUR
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • COVERE
    COVERE
    Documento2 páginas
    COVERE
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Tari Tradisional
    Tari Tradisional
    Documento2 páginas
    Tari Tradisional
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Analaisis Kematian Ibu Nifas
    Analaisis Kematian Ibu Nifas
    Documento4 páginas
    Analaisis Kematian Ibu Nifas
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Halaman Pengesahan BBL Fisio
    Halaman Pengesahan BBL Fisio
    Documento1 página
    Halaman Pengesahan BBL Fisio
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Halaman Pengesahan BBL Fisio
    Halaman Pengesahan BBL Fisio
    Documento1 página
    Halaman Pengesahan BBL Fisio
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • 431 3961 1 PB
    431 3961 1 PB
    Documento4 páginas
    431 3961 1 PB
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Halaman Pengesahan BBL Fisio
    Halaman Pengesahan BBL Fisio
    Documento1 página
    Halaman Pengesahan BBL Fisio
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • 07 Distosia Bahu
    07 Distosia Bahu
    Documento30 páginas
    07 Distosia Bahu
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • Defesiensi Vitamin A
    Defesiensi Vitamin A
    Documento6 páginas
    Defesiensi Vitamin A
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações
  • 5275 - Formulir Pendaftaran
    5275 - Formulir Pendaftaran
    Documento5 páginas
    5275 - Formulir Pendaftaran
    DIII Kebidanan Poltekkes Semarang
    Ainda não há avaliações