Você está na página 1de 39

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA I

JUDUL : TERMOKIMIA
DI SUSUN OLEH:
NAMA :ALPIUS SURIADI
NIM :H13112020
NAMA ASISTEN :TRI PUTRI PRIMADEWI DAN YOKARIUS KRISMAN
HARI/TANGGAL :JUMAT, 10 OKTOBER 2013
KELOMPOK :6 (ENAM)
ANGGOTA : 1. AYU FITRI
2. ERIKA JUNIAR SIANIPAR
3. HESTI ASPARINGGA
4. INDRI PUSPA NINGRUM
5. MUHARDI
6. NURHAYATUN NAFSIAH
7. RUDI GUNAWAN

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013/2014
ABSTRACT
THERMOCHEMICAL

Experiments have been conducted with the aim thermochemical title so that the
learners know the change in temperature, the reaction exothermic and
endothermic reactions. In order to better know the differences of these things, then
in the lab was conducted decomposition reaction, and the reaction in the closed
and open spaces . Exothermic reaction seen from the results of the experiment of
mixing water (H2O) with endothermic H2SO4. Reaksi obtained from the
experiment of mixing water (H2O) with NH4Cl. Exothermic reaction that releases
heat from the environment to the system causes the reaction to heat so it can raise
the temperature . Whereas the endothermic reaction that absorbs heat from the
environment to the system causes the reaction to cool so as to lower the
temperature. And to see more clearly the reaction diruang closed and open spaces,
then performed the reaction between compounds 1M HCl with Zn metal. Of the
experiment is known that in a closed room temperature is higher than the reaction
in the open space. It is influenced by whether or not the incoming air temperature
of the room.
Keywords: exothermic reaction, endothermic reaction, heat, environment, system.
ABSTRAK
TERMOKIMIA
Telah dilakukan percobaan dengan judul termokimia yang bertujuan agar
praktikan mengetahui perubahan suhu, reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Agar
dapat lebih mengenal perbedaan dari hal-hal tersebut, maka di dalam praktikum
kali ini dilakukan reaksi penguraian, serta reaksi di dalam ruang tertutup dan
terbuka. Reaksi eksoterm dilihat dari hasil percobaan pencampuran air (H 2O)
dengan H2SO4.Reaksi endoterm didapat dari hasil percobaan pencampuran air
(H2O) dengan NH4Cl. Reaksi eksoterm yang melepaskan kalor dari sistem ke
lingkungan menyebabkan hasil reaksi menjadi panas sehingga dapat menaikkan
suhu. Sedangkan pada reaksi endoterm yang menyerap panas dari lingkungan ke
system menyebabkan hasil reaksi menjadi dingin sehingga dapat menurunkan
suhu. Dan untuk melihat lebih jelas reaksi diruang tertutup dan ruang terbuka,
maka dilakukan reaksi antara senyawa HCl 1M dengan logam Zn. Dari percobaan
diketahui bahwa dalam ruang tertutup suhunya lebih tinggi dibandingkan reaksi di
ruang terbuka. Hal ini dipengaruhi oleh masuk atau tidaknya udara yang bersuhu
ruangan.
Kata kunci: reaksi eksoterm, reaksi endoterm, kalor, lingkungan, system.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi kimia berlangsung dengan menyerap atau membebaskan energi.
Reaksi yang membebaskan energi disebut reaksi eksoterm, sedangkan reaksi yang
menyerap energi disebut endoterm. Satu contoh reaksi eksoterm adalah
pembakaran gas alam, sedangkan contoh reaksi endoterm adalah fotosintesis.
Reaksi eksoterm umumnya berlangsung lebih dramatis daripada reaksi endoterm.
Proses saat pereaksi mengalami pembebasan atau penyerapan, reaksi disertai
sejumlah energi yang disebut dengan kalor reaksi.
Kebanyakan reaksi berlangsung dalam sistem terbuka dengan tekanan tetap
(tekanan atmosfir). Jadi, kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap
(dimana volume dapat berubah) dapat berbeda dari perubahan energi dalam (E).
untuk menyatakan kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap para ahli
mendefinisikan suatu besaran termodinamika, yaitu entalpi (H). Entalpi
menyatakkan kandungan kalor zat atau sistem. Perubahan entalpi (H) dari suatu
reaksi sama dengan jumlah kalor yang diserap atau dibebaskan oleh reaksi itu.
Untuk mengetahui perubahan entalpi pada reaksi, maka dilakukan percobaan
dengan cara menetralkan NaOH dengan HCl, dengan menggunakan alat yang
disebut kalorimeter.

1.2 Tujuan percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari perubahan energi
yang menyertai reaksi kimia.

1.3 Prinsip percobaan


Penentuan tetapan kalorimeter dapat dilakukan dengan mencampurkan
air panas dan air dingin lalu mengukur suhunya dengan waktu tertentu. Penentuan
kalor reaksi Zn dengan CuSO4 dapat ditentukan dengan mengukur suhu awal
CuSO4 lalu mencampurkan Zn ke CuSO4 atau kalorimeter. Suhunya diukur pada
selang waktu tertentu. Penentuan kalor pelarutan etanol dan air dilakukan dengan
mengukur suhu awal air dan etanol lalu mencampurkannya kedalam kalorimeter.
Suhu pencampuran diukur selama beberapa menit dengan selang waktu tertentu.
Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH dengan cara mengukur suhu HCl dan
NaOH, setelah suhu antara HCl dan NaOH sama, dimasukkan kedalam
kalorimeter dan ukur suhu campurannya selama beberapa menit dengan selang
waktu tertentu. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah :
Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu
HCl + NaOH NaCl + H2O

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Termokimia
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepaskan)
energi, umumnya dalam bentuk kalor. Kalor adalah perpindahan energi termal
antara dua benda yang suhunya berbeda (Chang, 2004).
Walaupun kalor itu sendiri mengandung arti perpindahan energi, kita
biasanya menyebut kalor serap atau kalor di bebaskan. Ketika menggambarkan
perubahan energi yang terjadi selama proses tersebut (Chang, 2004).
2.2 Entalpi
Perubahan eltalpi untuk reaksi kimia bergantung pada keadaan zat-zat
yang terlibat dalam pembentukan karbon dioksida dengan pembakaran karbon.
Harga lain dari H akan diperoleh jika karbon padat dalam bentuk intan, dan
suatu cairan atau padatan, keadaan standar tersebut zat murni pada larutan, untuk
suatu gas adalah gas ideal (Keenan, dkk, 1984).
2.3 Kalorimetri
Alat paling penting untuk mengukur H adalah kalorimetri bom adiabatik.
Perubahan yang dapat berupa reaksi kimia berawal didalam wadah bervolume
tetap yang di sebut bom. Bom tersebut direndam di bak air berpengaduk dan
keseluruhan alat itulah yang di sebut kalorimeter (Aktins, 1999).
Kalorimeter juga direndam dalam bak air luar. Temperatur air dalam
kalorimeter dan didalam bak luar dipantau dan diatur sampai nilainya sama. Hal
ini dilakukan untuk memastikan tidak adanya kalor yang hilang sedikitpun dari
kalorimeter kelingkungannya yaitu bak air, sehingga kalorimeter itu adiabatik
(Aktins, 1999).

2.4 Kalorimeter bom

Kalorimeter bom adalah alat yang di gunakan untuk mengukur jum lah
kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembkaran sempurna (dalam O 2
berlebih) suatu senyawa bahan makanan bahan bakar atau khusus di gunakian
untuk menentukan kalor-kalor reaksi pembakaran. Reaksi pembakaran yang
terjadi di dalam bom, akan menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom.
Oleh karena itu tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan (Tazi, Imam dan
Sulistiani, 2011, vol; 3)

2.5 Kalor Reaksi

Panas reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan energi, produk, dan


reaktan pada volume konstan (E) atau pada tekanan konstan (H). Harga E
diperoleh apabila reaksi dilakukan dengan kalorimeter bom, yaitu pada volume
konstan dan H adalah panas reaksi yang diukur pada tekanan konstan, dalam
gelas piala atau labu ukur yang diisolasi. Karena proses diperinci dengan baik
maka panas yang dilepaskan hanyalah fungsi-fungsi keadaan yaitu Qp = H atau
Qv = E. Besaran ini dapat diukur oleh persamaan Q = E atau H = T1 T2 Ci
(produk, kalorimeter) dT. Dimana Ci dapat berupa Cv untuk pengukuran E dan
Cp untuk H. Dalam banyak percobaan, Ci untuk kalorimeter dijaga tetap konstan
(Dogra, 1990).

2.6 kalor Netralisasi

Kalor netralisasi didefinisikan sebagai jumlah panas yang dilepas ketika 1


mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya. Panas
netralisasi terjadi dalam larutan asam kuat dan basa kuat dengan sedikit air
ternyata berharga konstan. Hal ini disebabkan asam kuat dan basa kuat mudah
terdissosiasi sempurna dalam bentuk ion di dalam larutan (Sukardjo, 2002).
2.7 kalor Pelarutan
Jenis panas reaksi yang lain adala panas yang dilepas atau diserap ketika
1mol senyawa dilarutkan dalam pelarut berlebih yaitu sampai suatu keadaan
dimana pada penambahan pelarut selanjutnya tidak ada panas yang diserap atau
dilepaskan lagi. Panas pelarutan ada 2 macam yaitu panas pelarutan integral dan
panas pelarutan differensial. Besarnya panas pelarutan bergantung pada jumlah
mol pelarut dan zat terlarut (Aktins, 1999).
3.3 Analisa bahan
3.3.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan larutan tidak berwarna, titik didih 100 0c, titik leleh 00.
Akuades merupakan pelarut yang sangat baik, konstanta dielektriknya paling
tinggi, netral, komposisi kalornya lebih tinggi dibandingkan cairan lain.
Temperatur stabil pada titik beku, serta melarutakan banyak elektrolit dan daerah
kestabilan redoksnya sangat luas (Kusuma, 1983).

3.3.2 Asam klorida (HCl)

Asam klorida memiliki titik leleh -114,8 0C, titik didih -850C, berat jenis
7,05 gr/cm3, dan berat gas uap 1,268, HCl adalah gas tidak berwarna, berbau
merangsang, berbahaya bila kontak mata dan kulit atau terhirup. Larutan asam
banyak di gunakan dalam laboratorium, industri logam sebagai pelarut dan
penetralisasi basa (Rivai, 1994).

3.3.3 Etanol (C2H5OH)

Senyawa dengan formula C2H5OH, berbentuk cair, tidak berwarna, larut


dicampur dalam air, eter, kloroform dan aseton. Etanol digunakan sebagai bahan
bakar dan pelarut organik, produk yang komersial mengandung kira-kira 95,96%
etanol (Basri, 2003; Vogel, 1985).

3.3.4 Natrium Hidroksida (NaOH)

NaOH berwarna putih, padat, bersifat lembab, menyerap CO 2 secara


spontan dari udara bebas. NaOH larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut
dalam eter, larutan NaOH sangat korosif terhadap tubuh dan membahayakan mata,
jangan memasukan NaOH kedalam air (Arsyad, 2001).

3.3.5 Tembaga Sulfat (CuSO4)

CuSO4 merupakan padatan kristal biru, triklinik penta hidratnya


kehilangan 4 molekul air pada 1100C dan yang kelima pada 1500C membentuk
senyawa anhidrat putih. Senyawa ini digunakan dalam pembuatan campuran
berdeauk dan senyawa tembaga (Kusuma, 1983).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan

Alat-alat yang di gunakan dalam percobaan ini adalah batang pengaduk,


buret, corong kaca, erlenmeyer, gelas beaker, kalorimeter, pemanas, pipet volume,
stopwatch dan termometer.

Bahan-bahan yang di gunakan dalam percobaan ini antara lain; akuades,


asam klorida, etanol, natrium hidroksida dan tembaga sulfat.

3.2 Prosedur kerja

3.2.1 penentuan tetapan kalorimeter

AKUADES
Dimasukan sebanyak 20cm3 kedalam kalorimeter dengan buret

Di cata temperatur

Di panaskan didalam gelas kimia sampai + 10oC diatas

Temperatur kamar

Di catat temperaturnya

AIR PANAS

Di campurkan kedalam kalorimeter

Di aduk dan di kocok

Di amati temperaturnya selama sepuluh menit dengan selang

Waktu 1 menit setelah pencampuran


Di buat kurva pengamatan temperatur vs selang waktu untuk

Menetukan harga penurunan air panas dan kenaikan

temperatur air dingin

CAMPURAN AIR
PANAS DAN AIR
DINGIN
3.2.2 penentuan kalor reaksi Zn + CuSO4

Larutan CuSO4 1 M Padatan Zn

Dimasukan sebanyak 40cm3 Di timbang 3,0gr-3,10 gr

kedalam kalorimeter Di masukan kedalam la-

Dicatat temperatur selama 2 menit rutan CuSO4 atau kalorimeter

dengan selang waktu menit

Di catat temperatur selang waktu

1 menit setelah pencampuran selama 10 menit

Di ukur kenaikan temperatur dengan mengunakan grafik

LARUTAN CAMPURAN CuSO4 + Zn Cu2+ + ZnCO4

3.2.3 Penentuan kalor pelarut etanol dalam air

AKUADES
Di masukan sebanyak 18cm3 keadaan kalorimeter dengan

menggunakan buret

Di ukur temperatur air dalam kalorimeter selama 2 menit

dengan selang waktu menit.

ETANOL
Di ukur temperatur dalam buret ke-2

Di masukan dengan tepat 29 cm3 kedalam kalorimeter

CAMPURAN AIR DAN


ETANOL

Di kocok dalam kalorimeter

Di catat temperatur selama 4 menit dengan selang

waktu menit.

Di ulangi percobaan untuk campuran lain

Di hitung H pelarutan untuk campuran lain

Di buat grafik H terhadap mol air/mol etanol

LARUTAN ETANOL

3.4.4 Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH

HCl 2 M
Di masukan sebanyak 20 cm3 ke dalam kalorimeter

Di catat kedudukan termometer

NaOH 2,05 M
Di ukur sebanyak 20 cm3

Di catat temperatur (di atur agar temperaturnya = HCl)

Di campurkan kedalam kalorimeter

Di catat temperatur campuran selama 5 menit dengan

selang waktu menit

Di buat grafik untuk memperoleh perubahan temperatur

akibat reaksi ini

Di hitung H penetralan jika kerapatan kelarutan 1,03 gram

cm3 dan kalor jenisnya 3,96 j.g-1K-1

CAMPURAN HCl
DAN NaOH

3.5 Rangakaian Alat

Gambar : 3.1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
a. Penentuan tetapan kalorimeter

N T air dingin T air panas Campuran


o t (waktu) T (suhu)
1 30 35 c
2 60 35 c
3 90 35 c
4 120 35 c
5 150 34,5c
30 C 40 C
6 180 34 c
7 210 34 c
8 240 34 c
9 270 34 c
10 300 34 c

b. Penentuan kalor reaksi Zn + CuSO4

No Massa Zn T CuSO4 Campuran


t ( waktu) T (suhu)
1 30 42 c
2 60 55 c
3 90 53 c
4 120 52 c
5 150 51c
1,5 gram 29 C
6 180 50,5 c
7 210 49 c
8 240 49 c
9 270 49 c
10 300 49 c

c. Penentuan kalor pelarutan etanol dalam air


Percobaan 1

No T dan V air T dan V etanol Campuran


t ( waktu) T (suhu)
1 T = 29 c T = 29 C 30 33 c
2 60 33 c
3 90 32 c
4 120 32 c
5 150 31 c
6 V = 18 ml V = 29 ml 180 31 c
7 210 31 c
8 240 31 c
9 270 30,5 c
10 300 30 c

Percobaan 2
No T dan V air T dan V etanol Campuran
t ( waktu) T (suhu)
1 30 33 c
2 60 33 c
3 90 33 c
4 120 33 c
5 T = 29 c T = 29 C 150 32 c
6 V = 27 ml V = 19,3 ml 180 32 c
7 210 32 c
8 240 31 c
9 270 31 c
10 300 31 c

Percobaan 3

No T dan V air T dan V etanol Campuran


t ( waktu) T (suhu)
1 30 34 c
2 60 33 c
3 90 33 c
4 120 33 c
5 T = 29 c T = 29 C 150 33 c
6 V = 36 ml V = 14,5 ml 180 32,5 c
7 210 32 c
8 240 32 c
9 270 32 c
10 300 31,9 c

Percobaan 4

No T dan V air T dan V etanol Campuran


t ( waktu) T (suhu)
1 T = 29 c T = 29 C 30 33 c
2 V = 36 ml V = 11,6 ml 60 32,9 c
3 90 32 c
4 120 32 c
5 150 32 c
6 180 32 c
7 210 32 c
8 240 32 c
9 270 32 c
10 300 32 c

Percobaan 5
No T dan V air T dan V etanol Campuran
t ( waktu) T (suhu)
1 30 31 c
2 60 31 c
3 90 31 c
4 120 31 c
5 T = 29 c T = 29 C 150 31 c
6 V = 36 ml V = 5,8 ml 180 31 c
7 210 31 c
8 240 31 c
9 270 31 c
10 300 30,5 c

d. Penetuan kalor penetralan HCl dan NaOH

N T HCl T NaOH Campuran


o t ( waktu) T (suhu)
1 30 36 c
2 60 36 c
3 90 36 c
4 120 36 c
5 150 36c
30 C 30 C
6 180 36 c
7 210 36 c
8 240 36 c
9 270 36 c
10 300 36 c

4.2 Pembahasan
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas
dan energi kimia. Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yang
dikandung setiap unsur atau senyawa. Energi kimia yang terkandung dalam suatu
zat adalah semacam energi potensial zat tersebut. Energi potensial kimia yang
terkandung dalam suatu zat disebut panas dalam atau entalpi dan dinyatakan
dengan simbol H. Selisih antara entalpi reaktan dan entalpi hasil pada suatu reaksi
disebut perubahan entalpi reaksi. Perubahan entalpi reaksi diberi simbol H.
Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas suatu zat
yang menyertai suatu reaksi atau proses kimia dan fisika disebut termokimia.
Secara operasional termokimia berkaitan dengan pengukuran dan pernafsiran
perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan, dan
pembentukan larutan.
Termokimia merupakan penerapan hukum pertama termodinamika terhadap
peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia.
Perubahan kalor dapat diamati pada tekanan konstan dan sistem yang diamati
menyangkut cair-padat sehingga perubahan volume dapat diabaikan. Akibatnya
kerja yang bersangkutan dengan sistem dapat pula diabaikan (PV = 0). Oleh
karena itu, perubahan entalpi (H) sama dengan perubahan energi dalam (U).
Perubahan energi dapat terjadi dalam suatu sistem maupun lingkungan. Sistem
dapat berupa gas, uap air, dan uap dalam kontak dengan cairan. Secara umum,
sistem dibagi 3 macam yaitu, sitem terbuka, sistem tertutup dan sistem terisolasi.
Sistem terbuka merupakan suatu sistem yang memungkinkan terjadinya
pertukaran energi dan materi ke lingkungan. Sistem tertutup merupakan suatu
sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran energi tanpa pertukaran materi
ke lingkungan. Dan sistem terisolasi merupakan suatu sistem yang tidak ada
pertukaran energi dan materi ke lingkungan.
Termokimia dapat didefinisikan sebagai bagian ilmu kimia yang
mempelajari dinamika atau perubahan reaksi kimia dengan mengamati
panas/termal nya saja. Salah satu terapan ilmu ini dalam kehidupan sehari-hari
ialah reaksi kimia dalam tubuh kita dimana produksi dari energi-energi yang
dibutuhkan atau dikeluarkan untuk semua tugas yang kita lakukan. Pembakaran
dari bahan bakar seperti minyak dan batu bara dipakai untuk pembangkit listrik.
Bensin yang dibakar dalam mesin mobil akan menghasilkan kekuatan yang
menyebabkan mobil berjalan. Bila kita mempunyai kompor gas berarti kita
membakar gas metan (komponen utama dari gas alam) yang menghasilkan panas
untuk memasak. Dan melalui urutan reaksi yang disebut metabolisme, makanan
yang dimakan akan menghasilkan energi yang kita perlukan untuk tubuh agar
berfungsi.
Kalorimeter merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
kalor yang terlibat dalam suatu perubahan atau reaksi kimia. Adapun kalor
merupakan energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu. Hukum pertama
termodinamika menghubungkan perubahan energi dalam suatu proses
termodinamika dengan jumlah kerja yang dilakukan pada sistem dan jumlah kalor
yang dipindahkan kesistem. Pada kalorimeter terjadi perubahan energi dari energi
listrik menjadi energi kalor sesuai dengan hukum kekekalan energi yang
menyatakan energi tidak dapat diciptakan dan energi tidak dapat dimusnahkan.
Prinsip kerja dari yaitu Kalorimeter terdiri atas bejana logam yang
jenisnya telah diketahui, dinding penyekat dari isolator yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya perambatan kalor ke lingkungan sekitar, termometer, dan
pengaduk. Bejana logam berisi air yang suhu awalnya dapat diketahui dari
termometer. Jika sebuah bahan yang belum diketahui kalor jenisnya dipanaskan,
kemudian dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan cepat, kalor jenis itu dapat
dihitung. Untuk mempercepat terciptanya keseimbangan termal, bersamaan
dengan dimasukkannya bahan ke dalam kalorimeter, air dalam bejana diaduk.
Keseimbangan termal terjadi jika suhu yang ditunjukkan oleh termometer sudah
konstan. Pada saat terjadi keseimbangan termal itulah kalor jenis bahan dapat
dihitung berdasarkan asas black. Pengukuran kalor jenis dengan calorimeter
didasarkan pada asas Black, yaitu kalor yang diterima oleh calorimeter sama
dengan kalor yang diberikan oleh zat yang dicari kalor jenisnya. Hal ini
mengandung pengertian jika dua benda yang berbeda suhunya saling bersentuhan,
maka akan menuju kesetimbangan termodinamika. Suhu akhir kedua benda akan
sama. Kalorimeter tidak hanya digunakan untuk mengukur kalor jenis bahan
logam, melainkan dapat juga digunakan untuk keperluan lain yang berkaitan
dengan kalor (jumlah kalor). Beberapa kegunaan kalorimeter yang lain adalah
untuk menunjukkan asas Black, mengukur kesetaraan kalor listrik, mengukur
kalor lebur es, mengukur kalor uap, dan mengukur kalor jenis cairan.
Sistem adiabatik adalah sistem yang tidak melakukan pertukaran panas
dengan lingkungannya. Ini berarti ketika sistem melakukan usaha apakah
gerakan atau kerja mekanik itu idealnya tidak menjadikan lingkungan sekitarnya
hangat atau dingin. Untuk sistem yang melibatkan gas, proses adiabatik biasanya
membutuhkan perubahan tekanan untuk menggeser suhu tanpa mempengaruhi
lingkungan sekitarnya. Dalam atmosfer bumi, massa udara akan menjalani
ekspansi adiabatik dan mendingin, atau udara akan mengalami kompresi
adiabatik, dan memanas. Sebuah proses adiabatik adalah proses termodinamika
sistem tidak mendapatkan atau kehilangan kalor ke lingkungan sekitarnya. Sebuah
proses termodinamika dapat dipahami sebagai pengukuran perubahan energi
dalam sebuah sistem, yang diambil dari keadaan awal ke keadaan akhir.
Kalor adalah perpindahan energi termal antara dua benda yang suhunya
berbeda. Kalor terbagi atas beberapa jenis, yaitu kalor penetralan, kalor reaksi dan
kalor pelarutan.
Kalor penetralan adalah kalor yang menyertai pembentukan 1 mol air dari
reaksi penetralan (asam-basa). Contohnya :
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l) H = +121 kJ/mol
Kalor reaksi adalah kalor yang menyertai suatu reaksi dengan koefisien
yang paling sederhana. Contohnya :
3 H2(g) + N2(g) 2 NH3 H = - 92 kJ/mol
Besarnya kalor reaksi bergantung pada jumlah zat yang bereaksi, keadaan fisika,
temperatur, tekanan, dan jenis reaksi (Ptetap atau Vtetap).
Kalor pelarutan terbagi atas dua jenis yaitu, kalor pelarutan integral dan
kalor pelarutan differensial. Kalor pelarutan integral merupakan kalor yang timbul
atau diserap pada pelarutan suatu zat dalam pelarut. Besarnya kalor pelarutan
tergantung jumlah mol pelarut dan jumlah zat terlarut. Sedangkan kalor pelarut
differensial merupakan kalor yang timbul atau diserap jika n 2 mol zat terlarut
dilarutkan dalam n1 mol pelarut, maka besarnya kalor pelarut integral pada P dan
V tertentu merupakan fungsi n1 dan n2.
Pada percobaan kali ini, dilakukan empat kali percobaan, yaitu penentuan
tetapan kalorimeter, penentuan kalor Zn + CuSO 4, penentuan kalor pelarutan air
dan etanol dan penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH ( asam kuat dan basa
kuat ). Percobaan ini digunakan kalorimeter yang digunakan untuk mengukur
jumlah kaloryang diserap atau yang dilepaskan, dan kalorimeter juga mempunyai
sifat yang khas dalam mengukur panas, karena kalorimeter dapat menghisap panas
yang diserap sehingga semua panas terukur.
4.2.1 Penentuan tetapan kalorimeter
Penetuan tetapan kalorimeter dapat dilakukan dengan cara mencampurkan
air dingin dan air panas yang telah diukur suhunya yang memiliki selisih 10C
kedalam kalorimeter. Setelah dicampurkan, diaduk atau dikocok. Pengadukan ini
dilakukan untuk mempercepat jalan nya reaksi antara air panas dan air dingin.
Diamati temperatur air didalam kalorimeter selama 10 menit dengan selang waktu
1 menit. Pengukuran waktu yang menggunakan stopwatch dilakukan bersamaan
dengan menuangkan air panas kedalam kalorimeter. Dilakukan pengukuran suhu
dilakukan selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit agar dapat mengetahui
perubahan kalor yang terjadi. Pada proses ini tidak terjadi proses kimia, tetapi
terjadi proses fisika. Karena kenaikan temperatur air dingin dapat dihitung dengan
menggunakan pengurangan temperatur maksimum yang konstan dengan
temperatur air dingin. Sedangkan penurunan temperatur air panas dapat dihitung
dengan menggunakan pengurangan temperatur air panas dengan suhu maksimum
konstan. Pada percobaan ini, hasil kalor yang di serap air dingin sebesar 371,56 J,
kalor yang di serap air panas sebesar 463,40 J dan kalor yang di serap kalori meter
sebesar 91,84 J serta pada percobaan ini diperoleh tetapan kalorimeternya sebesar
9,184 J/K. Berdasarkan grafik data hasil pengamatan penentuan tetapan
kalorimeter, di peroleh suhu campuran sebesar 300 C dari suhu awal air dingin
300C dan suhu awal air panas sebesar 400C. Setelah di kocok selama 30 detik
sampai 120 detik suhunya tidak berubah yaitu tetap 35 0C kemudian di kocok lagi
sampai waktu 150 detik dan suhunya berubah menjadi 34,50C yang menyebabkan
grafiknya turun yang awalnya kontan dari detik 30 120 dan kocok lagi sampai
detik ke 300, suhunya sudah konstan yaitu 340C dan ini menyebabkan grafiknya
kembali konstan dari detik 180 - 300.

4.2.2 Penentuan kalor reaksi Zn + CuSO4


Penentuan reaksi kalor Zn + CuSO4 dapat dilakukan dengan cara
memasukkan larutan CuSO4 1 M sebanyak 40 mL kedalam kalorimeter. Dicatat
temperaturnya selama 2 menit dengan selang waktu 0,5 menit. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui kenaikan atau penurunan suhu CuSO4 setiap selang waktu 0,5
menit (30 detik). Kemudian bubuk Zn yang sudah ditimbang dengan teliti
sebanyak 3 gr, di masukkan kedalam larutan CuSO4 atau kedalam kalorimeter. Hal
ini bertujuan untuk mereaksikan Zn dengan CuSO4. Dan dikocok. Pengocokan ini
dilakukan untuk mempercepat jalannya reaksi antara Zn dan CuSO 4. Dicatat
temperatur dengan selang waktu 1 menit setelah pencampuran selama 10 menit.
Pada percobaan yang telah dilakukan, dengan menambahkan Zn, maka temperatur
larutan di kalorimeter semakin meningkat. Kenaikan temperatur nya antara 0,5C
- 1C. Perubahan konsentrasi awal dan akhir larutan adalah perubahan kalor yang
terjadi. Jika dilihat dari perubahan temperatur, dapat disimpulkan bahwa reaksi
antara Zn + CuSO4 bersifat endoterm, adanya kenaikan temperatur menunjukkan
bahwa adanya kalor yang diserap pada reaksi tersebut. Sementara jika dilihat dari
perubahan panas yang dihasilkan bernilai positif maka semakin memperkuat
bahwa reaksi yang terjadi bersifat endoterm, yaitu reaksi yang memerlukan kalor.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan nilai kalor reaksi dari 40 cm 3 CuSO4 1
M dengan Zn(s) 1,5 gr. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah : Zn + CuSO 4
ZnSO4 + Cu
Pada percobaan ini didapat nilai H(perubahan panas) sebesar = 12,29 kj
4.2.3 Penentuan kalor pelarutan etanol dalam air
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kalor pelarutan etanol dalam
air. Percobaan ini dilakukan dengan cara memasukkan air kedalam kalorimeter,
diukur temperaturnya selama 2 menit dengan selang waktu 0,5 menit. Diukur
temperatur etanol dalam gelas beaker, dimasukkan dengan tepat 29 cm 3 etanol
kedalam kalorimeter, dan dikocok. Setelah itu, dicatat temperatur selama 4 menit
dengan selang waktu 0,5 menit. Pada percobaan terjadi kenaikan suhu awal ke
suhu campuran (29C-34C), maka reaksi ini merupakan reaksi yang menyerap
kalor (endoterm). Percobaan dilakukan dengan berbagai perbandingan volume,
dimana volume air diperbesar sedangkan volume etanol diperkecil, maka semakin
besar H pelarutannya dan jika nilai perbandingan mol air dengan mol etanol
semakin besar, maka H reaksi nya pun semakin besar. Pada percobaan ini
didapat nilai H sebesar 0,6243 KJ/mol untuk Vair 18 cm3 dan Vetanol 29 cm3,
1,49811 KJ/mol, untuk Vair 27 cm3 dan Vetanol 19,3 cm3, 2,6472 KJ/mol untuk Vair
36 cm3 dan Vetanol 14,5 cm3, 0,023 KJ/mol untuk Vair 36 cm3 dan Vetanol 11,4 cm3 dan
3,22 KJ/mol untuk Vair 36 cm3 dan Vetanol 5,8 cm3. Berdasarkan data yang di peroleh
maka di hitunglah kalor kelarutan H etanol dalam air dan perbandingan mol air
dan mol etanol kemudian di buat grafik. Dari grafik dapat di jelaskan bahwa pada
saat perbandingan mol air dan mol etanol sebesar 1,94 menghasilkan entalpi
sebesar 0,62 kj/mol dan kemudian perbandingan molnya semangkin bertambah
dan berbanding lurus dengan besar entalpinya namun pada saat perbandingan mol
air dan mol etanol sebesar 9,61 entalpinya menjadi turun menjadi 0,02 kj/mol
kemudian entalpinya meningkat lagi menjadi 3,33 kj/mol pada saat perbandingan
mol air dan mol etanol sebesar 19,41. Dari grafik terlihat bahwa kenaikan
perbandigan mol air dan mol etanol tidak selalu berbanding lurus dengan entalpi
yang di hasilkan dan dari grafik dapat hitung gradien garisnya sebesar 0,324. Dari
nilai gradien ini menunjukkan bahwa grafiknya tidak liner karena kurang dari 0,9.
4.2.4 Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kalor penetralan HCl dan
NaOH. Percobaan ini dilakukan dengan cara memasukkan 20 mL HCl 2 M
kedalam kalorimeter. Dicatat suhunya. Diukur 20 mL NaOH 2,05 M. Dicatat
temperaturnya, dan diatur suhunya agar sama dengan suhu HCl (28C).
Dicampurkan basa ini kedalam kalorimeter dan diaduk, dicatat suhunya selama 5
menit dengan selang waktu 0,5 menit. Jika HCl direaksikan dengan NaOH maka
akan menghasilkan NaCl dan air.
HCl + NaOH NaCl + H2O
Pada percobaan ini yang bertindak sebagai sistem adalah HCl dan NaOH dan
yang bertindak sebagai lingkungan adalah air dan sebagai medium pelarut kedua
zat tersebut. Pada reaksi tersebut suhu larutan meningkat dari suhu awal, hal ini
terjadi karena pada saat reaksi terjadi pelepasan kalor. Kalor yang dilepaskan oleh
sistem reaksi (NaOH dan HCl) diserap oleh lingkungan pelarut dan material lain
(kalorimeter). Akibatnya suhu lingkungan naik yang ditunjukkan oleh kenaikan
suhu larutan. Jadi dalam percobaan tersebut yang diukur bukanlah suhu sistem,
tapi suhu lingkungan tempat terjadinya reaksi, sedangkan sistem pada reaksi
tersebut suhunya turun dan mencapai keadaan stabil membentuk NaCl dan H 2O.
Pada ini didapat nilai H sebesar 6,08 KJ. Berdasarkan data yang di peroleh maka
di buat grafik pengmatan, dari grafik yang di buat terlihat bahwa suhu campuran
yaitu sebesar 360C, kemudian di kocok selama 30 detik dan suhunya tetap 36 0C
lalu di kocok dengan selang waktu 30 detik sampai detik ke 300 suhunya tetap
yang menyebabkan grafiknya konstan. Seharusnya suhunya berubah atau
bertambah karena terjadi reaksi antara HCl dengan NaOH yang menghasilkan
kalor karena terjadi reaksi endoterm. Suhu sistem tidak mengalami kenaikan
karena tekanan dalam sistem tidak terisolasi total sehingga mengalami tekanan
dari luar yang menyebabkan suhunya tidak berubah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan dan berdasarkan data yang di peroleh maka
dapat di simpulkan bahwa didapat nilai tetapan kalorimeter sebesar 9,184 J/K.
Pada percobaan penentuan kalor reaksi Zn + CuSO4 didapat nilai H sebesar 6,08
KJ. Pada percobaan pelarutan etanol dalam air didapat nilai H sebesar 0,6243
KJ. untuk Vair 18 cm3 dan Vetanol 29 cm3, 1,49811 KJ untuk Vair 27 cm3 dan Vetanol
19,3 cm3, 2,6472 KJ untuk Vair 36 cm3 dan Vetanol 14,5 cm3, 0,023 KJ untuk Vair 36
cm3 dan Vetanol 11,6 cm3 dan 3,22 KJ untuk Vair 36 3cm dan Vetanol 5,8 cm3. Dan pada
percobaan penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH didapat nilai H sebesar
6,08 KJ.

5.2 Saran
Disarankan untuk percobaan berikutnya, dilakukan penetralan selain
untuk asam kuat dan basa kuat, misalnya dilakukan penetralan larutan yang
bersifat asam kuat-basa lemah atau asam lemah-basa kuat. Jika percobaan
penetralan dilakukan dengan sifat asam-basa yang berbeda, jadi kita dapat
membandingkan nilai perubahan temperatur dari sifat asam-basa yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, 2001, kamus kimia Inti dan Penjelasan ilmiah, Erlangga, Jakarta.

Dogra, SK. 1990. Kimia Fisik dan soal soal. Universitas Indonesi, Jakarta.

Atkins, R.W, 1999, kimia fisika, Edisi ke empat, Erlanga, Jakarta.

Basri, s, 2003, Kamus Lengkap Kimia , Erlangga, Jakarta.

Chang, R, 2004, Konsep-Konsep Kimia Inti Dasar, Erlangga, Jakarta.

Keenan, C.W, D.C, Kleinfelter dan J.H, Nood, 1984, Ilmu Kimia Untuk

Universitas, Erlangga, Jakarta.

Kusuma, S, 1983, Pengetahuan Bahan-Bahan, Erlangga, jakarta.

Rivai, H, 1994, Asas Pemeriksaan Kimia, UI Press, Jakarta .

Sukardjo, 2002, kimia fisik, Rineka cipta, Jakarta.

Tazi, Imam dan sulistiana, 2011, Uji Kalor Bakar Bahan Bakar Campuran

Bioetanol dan Minyak Goreng Bekas, Neutrino Vol. 3, No. 2

Vogel, 1985, Analisi Anorganik makro dan Semi Mikro, PT. Kalman media

pustaka, jakarta.
Perhitungan

1.a) Pembuatan larutan

Diketahui: M1 = 12,06 M

M2 = 1 M

V2 = 25 mL

Ditanya: V1 =.......?

Jawab : V1 x M1 = V2 x M2

V1 = M2 X V2

= 1 M X 0,025 M
12,06

= 0.02 L = 2 mL

b) Larutan NaOH

Diketahui: M = 1 M

Mr = 40 gr/mol

V2 = 25 mL

Ditanya : massa = m. . . .?

Jawab m = Mr x M x V
1000

= 40 gr/mol x 1m x 25 ml

= 1 gr

c) larutan CuSO2 . 5H2O


Diketahui : M = 1 M

Mr= 249,69 gr/mol

V = 50 ml

Ditanya massa = m =...........?

Jawab m = Mr x M x V

1000
= 249,69 gr/mol x 1M x 50 mL
100
0
= 12,48 gr

2.Penentuan Tetapan Kalorimeter

Diketahui : air = 0,9941 gr/mL

C air= 4,2 j/g.k

T1 (air dingin) = 300C = 303 K

T2 (air panas) = 400C = 313 K

T3 campuran = T1+T2+T3+T4+. . .T10


1
= 344,50C 0

10
= 34,450C + 2730K = 307,450 K

Ditanya = k......?

Jawab = m = .V = 0,9941 gr/ mL x 20 mL

= 19,88 gr

a. Kalor yang di serap air dingin


Q1 = M x C x T = M x C (T3 T1)
= 19,88 gr x 4,2 j/g.k x 4,45 k
= 371,56 J
b. Kalor yang dilepas air panas
Q2 = M x C x T = M x C (T2 T3)
= 19,88 gr x 4,2 j/gr.K x 5,55 K
= 463,40 J
c. Kalor yang diserap kalorimeter
Q3 = Q2 Q1 = 463,40 J x 371,56 J = 91,84 J

d.tetapan kalorimeter

Q3 Q3 91,84 J
K= T = T 2T 1 = 10 K = 9,184 J/K

3. Penentuan Kalor Penetralan Etanol dalam Air

A. H1

Diketahui : air = 0,9941 gr/ml

C air = 4,2 J/gr K

etanol = 0,8172 gr/ml

C etanol = 1,92 J/gr K


V air = 18 ml
V etanol = 29 ml
T air = 302 K
T etanol = 302 K
T campuran = 304,45 K
n Etanol = 0,51 mol

Ditanya : . H1 ?

Jawab :

a.Kalori yang diserap air

Q1 = M x C x T

= (g/ml) x V(ml) x C x T
= 17,9 gr x 4,2 J/gr K x 2,45 K= 184,41 J

b.Kalor yang diserap etanol

Q2 = M x C x T = 23,7 gr x 1,92 J/gr K x 2,45 = 111,48 J

c.Kalor yang di serap kalorimeter

Q3 = K x T = 9,184 J/K x 2,45 K = 22,5 J

d.Kalor total

Q total = Q1 + Q2 + Q3 = 184,41 J + 111,48 J + 22,5 J = 318,39 J

e.Kalor Kelarutan

Q total 318,39 J
=
H = n etanol 0,51 mol = 0,6243 KJ/mol

B. H2

Diketahui : air = 0,9941 gr/ml

C air = 4,2 J/gr K

etanol = 0,8172 gr/ml

C etanol = 1,92 J/gr K


V air = 27 ml
V etanol = 19,3 ml
T air = 302 K
T etanol = 302 K
T campuran = 305,1K
n Etanol = 0,34 mol

Ditanya : . H2 ?

Jawab :
a.Kalori yang diserap air

Q1 = M x C x T = 26,8 gr x 4,2 J/gr K x 3,1 K = 348,9 J

b.Kalor yang diserap etanol

Q2 = M x C x T = 15,8 gr x 1,92 J/gr K x 3,1 K = 94,04 J

c.Kalor yang di serap kalorimeter

Q3 = K x T = 9,184 J/K x 3,1 K = 30,42 J

d.Kalor total

Q total = Q1 + Q2 + Q3 = 348,9 J + 94,04 J + 30,42 J = 509,36 J

e.Kalor Kelarutan

Q total 509,36 J
=
H = n etanol 0,34 mol = 1,49811 KJ/mol

C. H3

Diketahui : air = 0,9941 gr/ml

C air = 4,2 J/gr K

etanol = 0,8172 gr/ml

C etanol = 1,92 J/gr K


V air = 27 ml
V etanol = 19,3 ml
T air = 302 K
T etanol = 302 K
T campuran = 305,64 K
n Etanol = 0,25 mol

Ditanya : . H3 ?
Jawab :

a.Kalori yang diserap air

Q1 = M x C x T = 35,7 gr x 4,2 J/gr K x 33,64 K = 545,7 J

b.Kalor yang diserap etanol

Q2 = M x C x T = 11,84 gr x 1,92 J/gr K x 3,64 K = 82,7 J

c.Kalor yang di serap kalorimeter

Q3 = K x T = 9,184 J/K x 3,64 K = 33,42J

d.Kalor total

Q total = Q1 + Q2 + Q3 = 545,7 J + 82,7 J + 33,42J = 661,82J

e.Kalor Kelarutan

Q total 661,82 J
=
H = n etanol 0,25 mol = 2,6472 KJ/mol

D. H4

Diketahui : air = 0,9941 gr/ml

C air = 4,2 J/gr K

etanol = 0,8172 gr/ml

C etanol = 1,92 J/gr K


V air = 27 ml
V etanol = 19,3 ml
T air = 302 K
T etanol = 302 K
T campuran = 305,19 K
n Etanol = 0,206 mol
Ditanya : . H4 ?

Jawab :

a.Kalori yang diserap air

Q1 = M x C x T = 35,78 gr x 4,2 J/gr K x 3,19 K = 479,3 J

b.Kalor yang diserap etanol

Q2 = M x C x T = 9,48 gr x 1,92 J/gr K x 3,19 K = 58,06 J

c.Kalor yang di serap kalorimeter

Q3 = K x T = 9,184 J/K x 3,19 K = 29,2 J

d.Kalor total

Q total = Q1 + Q2 + Q3 = 479,3 J + 58,06 J + 29,2 J = 566,56 J

e.Kalor Kelarutan

Q total 566,56 J
=
H = n etanol 0,206 mol = 0,023 KJ/mol

E. H5

Diketahui : air = 0,9941 gr/ml

C air = 4,2 J/gr K

etanol = 0,8172 gr/ml

C etanol = 1,92 J/gr K


V air = 27 ml
V etanol = 19,3 ml
T air = 302 K
T etanol = 302 K
T campuran = 303,95 K
n Etanol = 4,73 mol

Ditanya : . H5 ?

Jawab :

a.Kalori yang diserap air

Q1 = M x C x T = 35,78 gr x 4,2 J/gr K x 1,95 K = 293 J

b.Kalor yang diserap etanol

Q2 = M x C x T = 4,73 gr x 1,92 J/gr K x 1,95 K = 17,7 J

c.Kalor yang di serap kalorimeter

Q3 = K x T = 9,184 J/K x 1,95 K = 17,83 J

d.Kalor total

Q total = Q1 + Q2 + Q3 = 293 J + 17,7 J + 17,83 J = 328,56 J

e.Kalor Kelarutan

Q total 328,56 J
=
H = n etanol 0,102mol = 3,22 KJ/mol

4. Penentuan kalor reaksi Zn + CuSO4

Diketahui : T CuSO4 = 302 K

T campuran = 322,95 K

C ZnSO4 = 3,2 J/g.K

ZnSO4 = 1,14 gr/mL

V larutan = 20 Ml
n ZnSO4 = .V= 1,14 g/ mL x 20 Ml
Mr
161

= 0,14 mol

a. Kalor yang diserap larutan ZnSO4


Q1 = M x C x T = M x C ( T campuran T CuSO4)
= 22,8 gr x 3,2 J/gr.K x 20,9 J.K
= 1528,51 J
b. Kalor yang di serap kalorimeter
Q1= K x T = K (T temperatur T CuSO4)
= 9,184 J/K x 20,95 K
= 192,40 J
c. Kalor reaksi
H = Q total = Q1 + Q2 = 1528,51 J +192,40 J

= n12292,21
n 1720
CuSOgr/j/mol CuSO4
= 4
j/mol = 12,29 kj/mol
0,14 mol

0,14
5.Penetuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH
MOL

Diketahui : larutan NaCl = 1,03 gr/ml

V larutan NaCl = 40 ml

C larutan NaCl = 3,96 J/g K

T HCl = 303 K

T NaOH = 303 K

T larutan NaCl = 309 K

Ditanya = Kalor Penetralan ?

Jawab :
a. Kalor yang diserap larutan

Q1 = M x C x T = M x C x (T larutan NaCl T HCl + T NaOH)


2
= 1,2 g x 3,96 J/g K x 6 K = 978,92 J

b.Kalor yang diserap kalorimeter

Q2= K x T = K x (T larutan NaCl T HCl + T NaOH)


2
= 9,184 J/K x 6 K = 55,10 J

c.Kalor Penetralan

Q total q 1+ q 2 55,10 J +978,91 J


=
H = n NaCl n NaCl = 0,71mol = 6082,4

J
mol

= 6,08 KJ/mol

1. PENENTUAN TETAPAN KALORIMETER


35.2

35

34.8

34.6

34.4
SUHU CELCIUS
34.2

34

33.8

33.6

33.4
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300

WAKTU DALAM SEKON

2. PENENTUAN KALOR PENETRALAN ETANOL DALAM AIR


3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
H

mol air/mol etanol

3. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH

40

35

30

25

Suhu (C) 20

15

10

0
30 60 90 120 150 180

Waktu (s)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor dalam
suatu reaksi kimia. Kalor pada suatu reaksi kimia dalam sistem terbagi atas dua,
yaitu kalor yang dapat dilepaskan (eksoterm) dan kalor reaksi yang dapat diserap
(endoterm). Jumlah perubahan kalor reaksi sebagai hasil kimia dapat diukur
dengan alat yang bernama kalorimeter dimana yang diukur pada alat ini adalah
temperaturnya. Prinsip kerja kalorimeter adalah dengan cara mengisolasi kalor
dalam sistem agar kalor nya tidak berpindah ke lingkungan (kalornya tetap
terjaga).
Aplikasi dari termokimia adalah penggunaan termos air panas, dimana
termos air panas selalu menjaga kalor/panas dari sistem agar perpindahan
kalor/panas dari sistem ke lingkungan menjadi lambat dan air yang didalam
termos menjadi tetap panas.
1.2 Prinsip percobaan
Penentuan tetapan kalorimeter dapat dilakukan dengan mencampurkan
air panas dan air dingin lalu mengukur suhunya dengan waktu tertentu. Penentuan
kalor reaksi Zn dengan CuSO4 dapat ditentukan dengan mengukur suhu awal
CuSO4 lalu mencampurkan Zn ke CuSO4 atau kalorimeter. Suhunya diukur pada
selang waktu tertentu. Penentuan kalor pelarutan etanol dan air dilakukan dengan
mengukur suhu awal air dan etanol lalu mencampurkannya kedalam kalorimeter.
Suhu pencampuran diukur selama beberapa menit dengan selang waktu tertentu.
Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH dengan cara mengukur suhu HCl dan
NaOH, setelah suhu antara HCl dan NaOH sama, dimasukkan kedalam
kalorimeter dan ukur suhu campurannya selama beberapa menit dengan selang
waktu tertentu. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah :
Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu
HCl +_ NaOH NaCl + H2O
1.3 Tujuan percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuki mempelajari perubahan energi
yang menyertai reaksi kimia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4.1.1 Termokimia dan Kalor reaksi
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan
energi kimia. Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yang
dikandung setiap unsur atau senyawa. Perubahan energi dapat terjadi dalam suatu
sistem maupun lingkungan. Sistem dapat berupa gas, uap air dan uap dalam
kontak dengan cairan. Secara umum sistem dibagi 3 macam yaitu ( Atkins,1990 ;
Brady,1999 ) :
1. Sistem terbuka merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran
energi dan materi ke lingkungan. Contohnya suatu zat dalam gelas kimia.
2. Sistem tertutup merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran
energi tanpa pertukaran materi ke lingkungan. Contohnya sejumlah gas dalam
silinder yang dilengkapi penghisap.
3. Sistem terisolasi merupakan sistem yang tidak ada pertukaran energi maupun
materi ke lingkungan.
Kalor adalah perpindahan energi termal. Kalor mengalir dari satu bagian ke
bagian lain atau dari satu sistem ke sistem lain, karena adanya perbedaan
temperatur. Besarnya kalor reaksi bergantung pada ( Alberty dan Daniels, 1992 ) :
1. Jumlah zat yang bereaksi
2. Keadaan fisika
3. Temperatur
4. Tekanan
5. Jenis reaksi (Ptetap atau Vtetap)
Kalor reaksi kalor adalah kalor yang menyertai suatu reaksi dengan koefisien
yang paling sederhana. Contoh ( Oxtoby dkk, 2001 ) :
3 H2(g) + N2(g) 2 NH3(g) H = -92 KJ
Ditinjau dari jenis reaksi, terdapat beberapa jenis reaksi yaitu kalor
pembentukan, kalor penguraian, kalor penetralan, kalor reaksi dan kalor pelarutan
( Basri,2002).
4.1.2 Hukum Hess
Menurut hukum Hess, panas yang timbul atau diserap pada suatu reaksi
(panas sekali) tidak bergantung pada cara bagaimana reaksi tersebut berlangsung,
hanya bergantung pada keadaan awal dan akhir (Oxtoby dkk, 2001).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat- alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Batang pengaduk,
Bulb, Cawan petri, Erlenmeyer, Gelas beaker, Kalorimeter, Pipet volume, Sendok
stainlis dan Termometer.
3.1.2 Bahan
Bahan- bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Akuades ( H2O ),
Asam klorida ( HCl ), Etanol, Natrium hidroksida ( NaOH ), Tembaga (II) sulfat,
dan Zink
3.2 Prosedur kerja
3.2.1 Penentuan tetapan kalorimeter
Untuk menentukan tetapan kalorimeter yang harus dilakukan adalah
dimasukkan akuades sebanyak 20 mL kedalam gelas beaker, kemudian ukur
temperaturnya. Dipanaskan akuades yang berbeda sebanyak 20 mL dalam gelas
beaker dan dicatat temperaturnya. Kemudian, dicampurkan akuades dingin dan
akuades panas kedalam kalorimeter, diaduk atau dikocok sebentar. Kemudian
amati temperaturnya selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit setelah
pencampuran dilakukan.
3.2.2 Penentuan kalor reaksi Zn(s) + CuSO4
Dimasukkan 40 mL larutan CuSO4 1 M kedalam kalorimeter. Dicatat
temperatur selama 2 menit dengan selang waktu 0,5 menit. Ditimbang dengan
teliti 3 gr bubuk Zn dan dimasukkan kedalam larutan CuSO 4 atau kedalam
kalorimeter dan dikocok. Dicatat temperatur dengan selang waktu 1 menit setelah
pencampuran selama 10 menit. Diukur kenaikan temperatur dengan menggunakan
grafik.
3.2.3 Penentuan kalor pelarutan Etanol dalam air
Dimasukkan 18 mL air kedalam kalorimeter, diukur temperaturnya selama
2 menit dengan selang waktu 0,5 menit. Diukur temperatur 29 mL etanol didalam
gelas beaker selama 2 menit dengan selang waktu 0,5 menit. Dan dimasukkan
etanol kedalam kalorimeter, dikocok dan dicatat temperatur selama 4 menit
dengan selang waktu 0,5 menit.
3.2.4 Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH
Dimasukkan 20 mL HCl 2 M kedalam gelas beaker, dicatat temperatur
HCl. Diukur 20 mL NaOH 2,05 M, dicatat temperatur nya ( Diatur temperatur
agar sama dengan temperatur HCl ). Dicampurkan secara bersamaan kedalam
kalorimeter. Dicatat temperatur campuran selama 5 menit dengan selang waktu
0,5 menit.
3.3 Rangkaian alat

Gambar 3.1 Kalorimeter

Você também pode gostar