Você está na página 1de 4

JENIS-JENIS API

Benda padat organik (Kelas A),


Benda cair mudah terbakar (Kelas B )
Gas mudah terbakar (Kelas C)
Logam mudah terbakar (Kelas D)
Peralatan Elektrik (Kelas E)
Minyak untuk memasak, lemak (Kelas F)

Api kelas A
adalah api yang melibatkan benda padat organik seperti kertas, kayu dll.

Api kelas B
adalah api yang melibatkan benda cair mudah terbakar.

Api kelas C
adalah api yang melibatkan gas mudah terbakar,

api kelas D
adalah api yang melibatkan logam, dan api kelas E melibatkan peralatan elektronik
(listrik) di dalamnya.

The British Standards Institution semenjak tahun 2000 telah memasukkan kategori baru
dalam kasus kebakaran,
kelas F. Yang termasuk ke dalam api ini adalah api yang melibatkan minyak goreng dan
lemak.

STANDAR ALAT PEMADAM API RINGAN


APAR (Alat Pemadam Api Ringan) terbagi atas beberapa jenis. Paling tidak ada 5 jenis
APAR dibagi berdasarkan bahan untuk pemadam apinya.
Bahan yang biasa digunakan adalah
bahan kimia kering (powder),
CO2,
air,
busa (foam),
bahan kimia cair dll.
Menurut peruntukannya, bahan-bahan berbeda ini dipergunakan untuk memadamkan
tipe api yang berbeda pula.

Yang pertama adalah APAR yang berisi air.


Jenis ini digunakan untuk memadamkan api yang berasal dari kayu, kertas, kain dan
api yang berasal dari benda padat. Jenis ini tidak boleh digunakan untuk
memadamkan api yang berasal dari cairan, kelistrikan dan kebakaran yang
melibatkan logam di dalamnya.

Yang kedua adalah yang berisi serbuk.


Jenis ini digunakan untuk memadamkan api yang berasal dari cairan dan kelistrikan.
Jenis ini tidak boleh digunakan untuk memadamkan api yang melibatkan logam di
dalamnya.

Yang ketiga adalah yang berisi busa.


APAR ini digunakan untuk memadamkan api yang melibatkan cairan di dalamnya.
APAR yang berisi foam tidak boleh digunakan untuk memadamkan api yang berasal
dari kelistrikan dan logam.

Yang keempat adalah APAR yang berisi karbon dioksida.


Peruntukannya adalah untuk memadamkan api yang berasal dari cairan dan
kelistrikan. Karbon dioksida tidak boleh digunakan untuk memadamkan api yang
berasal dari logam.

Yang kelima adalah bahan kimia cair. J


enis ini harus dilihat sertifikasinya tergantung dari bahan penyusun yang ada di
dalamnya.

Untuk memudahkan identifikasi, masing-masing APAR ini dibagi kedalam empat


warna di tabungnya.
Jenis APAR yang berisi air diberi warna merah di badannya sedangkan untuk
jenis serbuk menggunakan warna biru di badannya. Untuk yang jenis busa, warna
yang digunakan adalah warna kuning sedangkan APAR yang menggunakan
karbon dioksida menggunakan warna hitam sebagai penanda. (Untuk Australia
berbeda, badan semua merah. Klasifikasinya menggunakan cat strip berwarna biru,
putih dst).

Kenapa api padam jika diguyur air ?


Susetyo Mulyodrono (LAPAN)

Kalau ada nyala api, pasti disitu ada tiga unsur. Apa itu ? Unsur pertama adalah oksigen
atau sering juga disebut zat asam, kedua, bahan bakar, dan ketiga, panas. Oleh para ahil,
ketiga unsur pembentuk api itu dinamai segitiga api (Gambar 1). Pendek kata, untuk
menimbulkan api ketiga unsur itu harus ada dan berhubungan. Oleh sebab itu, apabila
ingin memadamkan api, maka paling sedikit satu diantara ketiga unsur itu harus
dihilangkan atau dipisahkan. Atau dengan kata lain, hubungan diantara ketiga unsur itu
harus diputuskan.
Unsur pertama oksigen. Udara di sekitar kita ini mengandung oksigen, yang sangat
dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Jadi, oksigen tidak mungkin dihilangkan.
Oksigen hanya bisa dipisahkan dari ketiga unsur api. Unsur kedua adalah bahan bakar.
Bahan bakar bisa dihilangkan. Demikian juga panas. Bagaimana caranya ? Salah satu
caranya, ya diguyur air (Gambar 2).

Jika kita mengguyur api dengan air, apa yang terjadi ? Pertama-tama suhu panas, salah
satu unsur segitiga api akan hilang dan menjadi dingin. Kemudian yang kedua, sebagian
air yang dipergunakan untuk mengguyur akan menguap menjadi uap air. Nah, uap air
inilah yang akan memisahkan api dari oksigen. Karena dua hal dari segitiga api, yaitu
panas dan oksigen, tidak ada, padamlah api. Satu unsur hilang saja padam. apalagi dua
(Gambar 3).

Namun, tidak semua api bisa dipadamkan dengan air. Cara memadamkan api dengan air
ini hanya bisa dilakukan apabila bahan bakarnya berupa kayu, kain, plastik, atau kertas.
Kalau api merupakan hasil percikan listrik atau ada unsur minyak tanah, atau bensin,
maka tidak bisa dipadamkan dengan air. Mengguyurkan air pada api akibat percikan
listrik sangat berbahaya, karena air adalah penghantar listrik. Si pengguyur bisa tersengat
aliran listrik. Jika terjadi kebakaran akibat listrik, hal pertama yang harus dilakukan
adalah memutuskan terlebih dahulu aliran listrik. Setelah yakin tidak aliran listrik baru
bisa dipadamkan dengan air.

Bagaimana dengan minyak, atau bensin ? Karena berat jenis minyak atau bensin lebih
kecil dibandingkan dengan air, maka ketika diguyur air, minyak atau bensin akan
mengambang di atas air. Karena itu, minyak atau bensin itu tetap berhubungan dengan
oksigen. Alhasil, api akan tetap menyala. Untuk memadamkan api jenis ini dibutuhkan
pemadam kimia, yang biasanya berbentuk busa, atau zat karbondioksida.

BALAI KOTA- Sebagai langkah preventif terhadap ancaman


kebakaran, fasilitas umum seperti hotel, tempat hiburan, perkantoran,
tempat pendidikan, perusahaan/pabrik, pergudangan, tempat parkir,
dan terminal harus menyediakan proteksi kebakaran atau alat
pemadam api ringan (APAR).

Bangunan instansi di lingkungan Pemkot Surakarta, seperti badan,


dinas, kantor, dan bagian, harus dilengkapi dengan fasilitas tersebut.
Sesuai dengan Perda Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pencegahan
Bahaya Kebakaran, setiap tahun APAR harus diisi ulang dan
diperiksakan ke Kantor Pemadam Kebakaran (PMK) Surakarta.

''Pemeriksaan setahun sekali itu bertujuan agar APAR tersebut dapat


dipergunakan setiap saat, sehingga kebakaran bisa dicegah sedini
mungkin. Sekarang kan sering dijumpai APAR, tapi nggak bisa
digunakan. Jelas ini rawan sekali ,'' ujar Kepala PMK Hanarto melalui
Heru Haryanto, Kepala Badan Informasi dan Komunikasi (BIK) Pemkot
Surakarta.

Ketentuan itu, jelas dia, sudah disosialisasikan kepada seluruh instansi


hingga ke tingkat kelurahan. Camat dan lurah diimbau
memberitahukan hal itu kepada warga mereka yang memiliki usaha-
usaha yang berkaitan dengan publik, seperti tempat pertemuan,
tempat hiburan, perhotelan, tempat perawatan, perkantoran, tempat
pendidikan, dan perusahaan/pabrik.

Sebagai bukti telah mengisi ulang atau memeriksakan APAR yang


dimiliki, petugas akan memasang label. Besar retribusi pemasangan
label disesuaikan dengan jenis isi dan beratnya. APAR berisi busa,
superbusa, dan sejenisnya dengan isi sampai dengan 25 liter Rp
5.000/unit/ tahun, sedangkan isi lebih dari 25 liter Rp
10.000/unit/tahun.

APAR yang berisi gas, dry chemical powder, halon dan sejenisnya,
berat hingga 6 kg Rp 5.000/unit/tahun, 6-20 kg Rp 10.000/unit/tahun,
20-150 kg Rp 20.000/unit/tahun, dan >150 kg Rp 40.000/unit/tahun.

Alat pemadam kebakaran jenis fire protection (proteksi kebakaran)


fire hydrant (halaman, gedung) Rp 15.000/titik/ tahun, sistem alarm
Rp 10.000/ titik/tahun, springkler system Rp 5.000/titik/tahun.

Bagi pemilik usaha penjualan alat-alat pemadam juga harus memiliki


retribusi perizinan dan perpanjangan usaha. Yakni, produsen Rp
150.000/tahun, pengimpor Rp 100.000/tahun, penyalur agen Rp
75.000, pengecer Rp 25.000/tahun, termasuk juga biro jasa pengisi
ulang APAR.

Lalu, bantuan pemakaian atau sewa mobil unit PMK ditarik biaya
pemakaian. Bantuan penjagaan komersial (pertunjukan, kesenian,
hiburan, dll) minimal lima jam dengan biaya Rp 80.000/jam. Bantuan
penjagaan nonkomersial minimal lima jam dengan biaya Rp
60.000/jam. Bantuan pemompaan baik selama penjagaan maupun
khusus pemompaan tanpa penjagaan Rp 50.000/ tangki.

''Semua biaya tersebut belum termasuk biaya penggantian pemakaian


BBM dan uang lelah petugas.''

Retribusi yang ditetapkan itu, jelas dia, merupakan salah satu upaya
peningkatan pendapatan asli daerah. ''Namun, tujuan utama kita tentu
untuk keselamatan jiwa, harta, dan budaya.'' (G13)

Você também pode gostar