Você está na página 1de 7

GEMULAINYA JOGED

BALIKU

Diajukan untuk Mengikuti Lomba Penulisan Artikel


Dengan Tema Realita Budaya di mata Anak

Oleh:
I Dewa Gede Anom Jambe Adnyana

SMPN 2 AMLAPURA
KAB. KARANGASEM PROVINSI BALI
2010

Gemulainya Joged Baliku


Keberadaan kebudayaan Bali sekarang sudah mulai tersingkirkan
dengan adanya banyak kebudayaan asing yang masuk ke daerah Bali.
Sebagai contoh, adanya tarian yang memerlukan tenaga yang cukup untuk
melakukan berbagai macam gerakan-gerakan dinamis dan arogan tanpa
memperhatikan dampak buruk dari tarian tersebut yang banyak ditemukan
di masyarakat, yaitu tarian break dance yang sekarang marak digelar
dimana-mana.
Break dance adalah suatu tarian yang memadukan antara seorang
DJ (disc jockey) yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara
atau musik. Serta gerakan para penari break dance yang begitu energik
dan dinamis, seperti gerakan memutar badan dengan posisi kepala berada
di bawah dan kaki berada di atas. Aneh jika penari itu dapat dan mampu
melakukan gerakan tersebut, tanpa ada pengaruh dari kebudayaan asing.
Pada umumnya tarian yang dipertontonkan di masyarakat sekarang sudah
terimbas unsur kebudayaan asing yang masuk ke dalam lingkungan
masyarakat di Indonesia.
Sebenarnya break dance yang di kenal seperti sekarang, awalnya
berkembang di luar negeri. Tetapi siapa yang dapat menyangkal
perkembangan jaman yang begitu pesat, sehingga kebudayaan yang
dianggap diluar kebudayaan asli juga ikut terangkut didalamnya.
Kini keberadaan break dance mulai marak di kalangan masyarakat.
Sebagai contoh, belakangan ini tarian break dance sudah diadakan
perlombaan di kalangan masyarakat kelas menengah atas atau kalangan
masyarakat biasa. Serta penari tarian break dance banyak ditemukan dari
kalangan tua, muda, maupun anak-anak.
Kehadiran break dance di tengah-tengah masyarakat tidak mengenal
batas-batas usia. Break dance juga seakan menjadi tren masa kini
sehingga banyak kebudayaan asli mulai diabaikan oleh masyarakat lokal
Kebudayaan secara umum dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata
uang, dimana di setiap kebudayaan memiliki sifat baik dan buruknya.
Sekarang, tergantung orang yang melakoni. Mereka harus memiliki
pertahanan diri yang kuat agar budaya kearifan lokalnya tidak mudah
tergantikan oleh segala macam kebudayaan asing yang masuk ke
daerahnya, termasuk Bali.
Bali adalah gudangnya kebudayaan, baik itu tari, musik atau tembang,
gamelan, maupun seni mendalang. Keberadaan kebudayaan di Bali
sekarang sudah banyak dikenal oleh masyarakat domestik dan
mancanegara. Dengan adanya kebudayaan tersebut, seiring dengan
perkembangan jaman, Bali juga ikut berkembang dengan menampilkan
segudang kebudayaannya tersebut di mata masyarakat mancanegara.
Kebudayaan yang di wariskan dari nenek moyang seperti itu
sepatutnya dijaga kelestariaannya sehingga dapat memikat wisatawan
domestik maupun mancanegara untuk datang ke Bali. Yang sekarang
menjadi masalah, bagaimana cara masyarakat Bali agar tidak terpengaruh
oleh segala macam kebudayaan-kebudayaan yang datang dari luar. Salah
satu caranya, dengan selalu menampilkan kebudayaan tersebut dalam
setiap pagelaran di Bali.
Banyak terdapat kebudayaan-kebudayaan yang sangat berpengaruh
bagi segala kegiatan umat manusia di Bali, contoh yang paling sering
ditemukan adalah tari-tarian. Seni tari tidak bisa terlepas dari budaya yang
menghasilkannya. Seni tari mempunyai arti penting dalam kehidupan
manusia, seperti dalam konteks ritual, dalam hal ekspresi estetik murni,
maupun sebagai media komunikasi personal maupun kolektif.
Namun dinamika budaya masyarakat ikut membawa perubahan
perubahan pada seni tari. Perubahan itu terjadi, baik pada aspek bentuk,
fungsi, maupun maknanya.

Ragam dan gaya seni tari adalah kristalisasi dari nilai-nilai budaya
masyarakat pendukungnya. Seni tari Bali dapat digolongkan menjadi tiga
golongan yaitu:
1. Tari Wali, yaitu tari yang berfungsi sebagai sarana atau
pelaksana upacara agama. Contohnya: Tari Rejang dan Tari
Sanghyang.
2. Tari Bebalian, yaitu tarian yang berfungsi sebagai penunjang
jalannya upacara yang dalam pementasannya memakai lakon.
Contohnya: Tari Topeng.
3. Tari Bali-balihan, yaitu tarian yang tidak tergolong Tari Wali dan
Tari Bebali yang khusus dipertunjukan untuk hiburan. Contohnya:
Tari Joged.
Tari joged dalam masyarakat Bali sekarang bukan hal langka yang
sulit untuk di saksikan. Namun dalam pementasannya sering ditemukan
hambatan, seperti sulitnya mencari seniman yang dapat menyajikan tarian
tersebut dengan penuh energik dan dinamis, adanya sifat manusia yang
dinamakan demam panggung, maupun kurang percaya diri dalam
penampilan tari joged tersebut.
Faktor penghambat tersebut tidak akan muncul jika adanya sosok
yang mengembangkan jiwa seniman dari dalam diri seorang yang tertarik
untuk menarikan tarian tersebut. Peran orang tua juga sangat penting
sebagai penyemangat utama dalam mengembangkan sikap berbudaya
anak yang ingin menampilkan berbagai macam kebudayaan di Bali, seperti
yang disebutkan yaitu tari joged.
Niscaya harapan semua individu yang terlibat dalam pengembangan
sikap berbudaya bagi orang yang tertarik akan terwujud. Inisiatif tinggi dari
orang itu yang sudah sadar akan pentingnya budaya bagi kelangsungan
masa depan Bali sebagai pulau seribu budaya sangat diperlukan. Hal ini
penting, agar kebudayaan bernuansa Bali tidak punah. Dukungan yang
penuh dari berbagai pihak termasuk orang tua atau guru sangat
diharapkan sehingga nilai-nilai kebudayaan itu tidak melenceng dari
norma-norma kesusilaan
Istilah tari joged dalam bahasa Indonesia terdiri dari kata tari dan
joged. Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang dituangkan melalui
gerak ritmis yang indah, sedangkan kata joged merupakan tari Tandak dan
Ranggeng. Berjoged menurut pengertian, joged merupakan tarian yang
sangat demonstratif, lincah dan tanpa cerita. Tari joged dikatakan sebagai
tarian rakyat yang berfungsi sebagai hiburan atau tari pergaulan.
Pernyataan yang ada dalam buku Diskripsi Tari Bali menyatakan bahwa
secara etimologi kata Joged berarti tari. Joged dipakai untuk menyebutkan
sebuah seni pertunjukkan yang memiliki aspek-aspek tari sosial yang tinggi
nilainya setelah seorang penari joged menyelesaikan sebuah tarian
tunggal yang abstrak bentuknya. Dalam tarian Joged, ngibing merupakan
ajakan penari joged kepada penonton untuk menari bersama-sama diatas
panggung. Antara penari joged dengan pengibing kadang-kadang bisa
terjadi kontak tangan, kadang kala mereka melakukan tarian sejenis tarian
bercinta. Namun jika pengibing mencoba untuk melakukan gerak tari
dibagian-bagian terlarang dari penari joged, maka ia akan terkena pukulan
kipas dari sang penari .
Joged secara khusus diartikan sebagai tarian yang menghibur bagi
para penontonnya. Tidak diartikan sebagai tarian yang erotis sebagai
ajang pertunjukan yang bernuansa negatif, tetapi joged yang dikenal baik
di Bali adalah suatu pertunjukan dimana seorang pria maupun wanita yang
menarikan tarian tersebut selalu dikaitkan dengan aturan-aturan baik
dalam penggunaan busana, menggerakkan tarian tersebut dan juga saat
sang penari mengikut sertakan penonton untuk diajak menari bersama.
Tarian joged bersifat menyeluruh dan tidak mengenal golongan bagi
yang akan menampilkan tarian tersebut. Baik tua, muda atau remaja, dan
anak-anak dapat melakukan tarian tersebut dalam batas-batas tertentu.
Yang menjadi kendala, diperlukan cara untuk mengemas tarian joged
tersebut sehingga dapat disaksikan langsung oleh semua kalangan
masyarakat. Salah satu caranya adalah selalu berpatokan dengan unsur
kebudayaan asli yang tidak lepas dari arti kebudayaan tersebut yaitu
berasal dari masyarakat, selalu bernuansa tradisional, dan selalu
mencerminkan kesederhanaan baik itu dalam menggunakan busana, alat
peraga, dan cara pementasan.
Semakin maju perkembangan jaman, semakin meluasnya cakupan
tarian joged tersebut. Artinya pagelaran joged di kalangan masyarakat
sudah merata di seluruh daerah Bali. Semua masyarakat Bali sudah
menerapkan arti dari sebuah kebudayaan asli tersebut dan tidak ada
warga di suatu daerah di Bali yang mengatakan tidak tahu tentang tari
joged. Cukup bangga dengan adanya tradisi yang seperti itu di Bali, karena
masyarakat juga senang dengan adanya tradisi tersebut, sehingga tidak
ada pihak yang saling menyalahkan dan disalahkan, yang akhirnya
berdampak positif bagi seluruh masyarakat Bali dan dapat menciptakan
suasana yang kondusif diantara semua umat manusia di Bali.
Pagelaran tarian joged di mata anak-anak sebagai generasi penerus
bangsa agar tidak menjadikan tarian tersebut sebagai acuan dirinya untuk
berbuat diluar dugaan para orang tua. Oleh sebab itu, anak-anak di Bali
sekarang sudah mampu mengaplikasikan tarian joged tersebut baik di
sekolahnya maupun di lingkungan masyarakat setempat.
Dibandingkan tarian break dance, tarian joged lebih memikat
perhatian kalangan masyarakat terutama anak-anak yang lebih cenderung
suka dengan karya seni bersifat menghibur. Dan selain itu, anak-anak juga
dapat mengaplikasikan tarian tersebut dengan gemulai karena dianggap
lebih mudah dalam pementasan, mencari dan menggunakan alat peraga
dan busananya.
Jadi, tidak salah meniru kebudayaan asing tetapi harus perlu diingat
bahwa di setiap kebudayaan memiliki dampak baik dan buruk yang dapat
merusak masa depan kita sebagai generasi muda penerus bangsa yang
penuh kreasi dan inovasi. Memang kebudaaan itu banyak macamnya,
tetapi tetap harus diperlukan pertahanan diri yang kuat untuk
mengklarifikasi sekaligus melakukan filter terhadap kebudayaan tersebut.
Sehingga tercipta susana lingkungan yang kondusif yaitu hubungan yang
terjadi di antara semua umat manusia di Bali.

Biodata Penulis

1. Nama : I Dewa Gede Anom Jambe Adnyana


Tempat tgl/lahir : Karangsem, 13 Maret 1995
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Pelajar SMP
Kelas : VIII (delapan)
Umur : 15 (lima belas) tahun
Alamat rumah : Jln. Anggrek X No. 23 Perumnas, Karangsem
-Provinsi Bali
Alamat sekolah : SMP Negeri 2 Amlapura.
Jln. Jendral Sudirman, Karangasem Provinsi
Bali
No. Telepon
Nomor pribadi : 085 737 311 118
Sekolah : (0363) 21483
Nama orang tua
Ayah : Drs. I Dewa Gede Adnyana, M.Pd
Ibu : Ni Made Mertini
Pekerjaan orang tua
Ayah : PNS
Ibu : Karyawati
Hobi : Menulis, membaca, bermain internet.
Cita-cita : Dokter

Informasi menulis tentang artikel ini, saya dapat dari guru pembina
yang mendapat surat pemberitahuan dari YKAI (Yayasan Kesejahteraan
Anak Indonesia)

Você também pode gostar