Você está na página 1de 30

Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan

Analisis Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu


alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja
keuangan berdasarkan data perbandingan masing-masing pos yang
terdapat di laporan keuangan seperti Laporan Neraca, Rugi / Laba, dan
Arus Kas dalam periode tertentu.

Laporan Keuangan bertujuan untuk memberikan gambaran informasi


mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang dapat
dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan bisnis.

Analisis Data Laporan Keuangan dilakukan dengan menganalisa masing


- masing pos yang terdapat di dalam laporan keuangan dalam bentuk
rasio posisi keuangan dengan tujuan agar dapat memaksimalkan
kinerja perusahaan untuk masa yang akan datang.

Setiap tutup periode akhir bulan biasanya accounting menyiapakan


dan menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Neraca,
Rugi Laba, Arus Kas, Perubahan Modal, dan Laporan tersebut
diserahkan ke pimpinan perusahaan. Hal umum yang biasa terjadi
adalah mereka hanya fokus terhadap Laporan Laba Rugi, namun ada
hal yang lebih penting yang perlu disajikan dalam penyampaian
laporan ini yaitu mengenai Analisis Laporan Keuangan.

Tujuan Analisis Laporan Keuangan Perusahaan


Tujuan utama analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai alat barometer untuk melakukan forecasting atau


memproyeksikan posisi keuangan dimasa yang akan datang.

2. Mereview kondisi perusahaan saat ini, permasalahan dalam


manajemen, operasional maupun, keuangan.

3. Alat ukur untuk melakukan efisiensi di semua departemen


perusahaan.

Metode dan Tehnik Analisis Rasio Keuangan


Perusahaan

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang


bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan
antara lain:

1. Metode Analisa Pertumbuhan

Tehnik analisa yang disusun dengan membandingkan kenaikan atau


penurunan posisi laporan keuangan pada suatu periode tertentu
dengan periode lainnya dari masing-masing pos yang terdapat di
dalam laporan keuangan tersebut dengan menggunakan nilai
persentase.

Data yang disajikan bisa dengan membandingkan kenaikan atau


penurunan masing-masing pos laporan keuangan bulan lalu dengan
bulan sekarang, atau periode Year to Date periode yang sama tahun
lalu dengan sekarang.

2. Metode Trend dan Indeks

Teknik analisa hampir sama dengan Metode Analisa Pertumbuhan


namun angka pembanding adalah laporan keuangan periode tertentu
yang dijadikan indeks dan dipilih sebagai tahun dasar. Teknik tren ini
sangat berguna untuk memproyeksikan laporan keuangan di masa
yang akan datang dengan menggunakan data historis.

3. Metode Analisis Rasio


Teknik analisis dengan membandingkan masing-masing pos laporan
keuangan yang relevan atau data yang signifikan.

Artikel Lainnya : Pengertian Fungsi dan Tujuan Manajemen Keuangan

Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan

Analisa rasio keuangan yang biasa digunakan adalah:

1. Rasio Likuiditas

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi


kemampuan finansialnya dalam jangka pendek.

Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain :

a. Current Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan


dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan
mengunakan aktiva lancar.

Rumus menghitung Current Ratio:


Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar X 100%

b. Cash Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan kas
yang tersedia dan berikut surat berharga atau efek jangka pendek.

Rumus menghitung Cash Ratio:


Cash Ratio = Kas + Efek / Hutang Lancar X 100%

c. Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur


kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka
pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid (Liquid
Assets).

Rumus menghitung Quick Ratio:


Quick Ratio = Kas + Efek + Piutang / Hutang Lancar X 100%

Catatan : Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini ini
adalah minimum sebesar 150%, semakin besar adalah semakin
baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.
2. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas

Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan


memperoleh laba dalam hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva,
dan modal sendiri.

Ada beberapa jenis rasio profitabilitas antara lain :

a. Gross Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam mendapatkan laba kotor dari penjualan.

Rumus menghitung Gross Profit Margin:


Gross Profit Margin = Penjualan Netto - HPP / Penjualan Netto
X 100%

b. Operating Income Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan
pajak dari penjualan.

Rumus menghitung Operating Income Ratio:


Operating Income Ratio = Penjualan Netto - HPP Biaya
Administrasi & Umum (EBIT) / Penjualan Netto X 100%

c. Net Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan


dalam mendapatkan laba bersih dari penjualan.

Rumus menghitung Net Profit Margin:


Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan
Netto X 100%

d. Earning Power of Total Investment, rasio untuk mengukur


kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang dimiliki yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi investor dan pemegang saham.

Rumus menghitung Earning Power of Total Investment:


Earning Power of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva X
100%

e. Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power


Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan pendapatan bersih.

Rumus menghitung Rate of Return Investment (ROI):


Rate of Return Investment (ROI) = EAT / Jumlah Aktiva X 100%

f. Return on Equity (ROE), rasio untuk mengukur kemampuan equity


untuk menghasilkan pendapatan bersih.
Rumus menghitung Return on Equity (ROE):
Return on Equity (ROE) = EAT / Jumlah Equity X 100%

g. Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the


Owners, rasio untuk mengukur kemampuan modal sendiri
diinvestasikan dalam menghasilkan pendapatan bagi pemegang
saham.

Rumus menghitung Rate of Return on Net Worth:


Rate of Return on Net Worth = EAT / Jumlah Modal Sendiri X
100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Profitabilitas


ini adalah adalah semakin baik, sebaiknya Anda bisa
membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis
di pasar.

3. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio

Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan


memenuhi semua kewajiban finansial jangka panjang.

Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

a. Total Debt to Assets Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah
aktiva yang dimilikinya.

Rumus menghitung Total Debt to Assets Ratio:


Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Total Aktiva X 100%

b. Total Debt to Equity Ratio, rasio untuk mengukur seberapa besar


perusahaan dibiayai oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity.

Rumus menghitung Total Debt to Equity Ratio:


Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri X
100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini


adalah semakin buruk kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka panjangnya, maksimal nilainya
adalah 200%.
4. Rasio Aktifitas atau Activity Ratio

Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam


memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.

Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

a. Total Assets Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran


total aktiva terhadap penjualan.

Rumus menghitung Total Assets Turn Over Ratio:


Total Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Total Aktiva X 100%

b. Working Capital Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat


perputaran modal kerja bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap
penjualan selama suatu periode siklus kas dari perusahaan.

Rumus menghitung Working Capital Turn Over Ratio:


Working Capital Turn Over Ratio = Penjualan / Modal Kerja
Bersih X 100%

c. Fixed Assets Turn Over, rasio untuk mengukur perbandingan


antara aktiva tetap yang dimiliki terhadap penjualan.

Rasio ini berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat


kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivatetap yang
dimiliki secara efisien dalam rangka meningkatkan pendapatan.

Rumus menghitung Fixed Assets Turn Over Ratio:


Fixed Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Aktiva Tetap X
100%

d. Inventory Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat efisiensi


pengelolaan perputaran persediaan yang dimiliki terhadap penjualan.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan


pengelolaan persediaan yang efisien.

Rumus menghitung Inventory Turn Over Ratio:


Inventory Turn Over Ratio = Penjualan / Persediaan X 100%

e. Average Collection Period Ratio, rasio untuk mengukur berapa


lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menerima
seluruh tagihan dari konsumen.

Rumus menghitung Average Collection Period Ratio:


Average Collection Period Ratio = Piutang X 365 / Penjualan X
100%
f. Receivable Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran
piutang dengan membagi nilai penjualan kredit terhadap piutang rata-
rata.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal
kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah.

Rumus menghitung Receivable Turn Over Ratio:


Receivable Turn Over Ratio = Penjualan / Piutang Rata-Rata X
100%

Untuk referensi berikut Contoh Analisis Laporan Keuangan


Perusahaan
Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Activity ini
adalah semakin baik, Anda bisa membandingkannya dengan
nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar agar dapat menilai
seberapa efisien Anda mengelola sumber daya yang dimiliki.

Analisa Laporan Keuangan Untuk Menilai kinerja


Di pasar modal, laporan keuangan perusahaan memiliki fungsi yang sangat strategis. Laporan
keuangan merupakan informasi yang menggambarkan dan untuk menilai kinerja perusahaan,
terlebih bagi perusahaan yang sahamnya telah tercatat dan diperdagangkan di bursa.
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan dapat memberikan analisa
laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan yang juga mencerminkan fundamental
perusahaan sehingga informasi tersebut dapat memberikan landasan bagi keputusan investasi.
Ada bagian dalam laporan keuangan yang sering tidak diperhatikan investor, seperti laporan
direksi atau manajemen perusahaan. Padahal, pada bagian tersebut manajemen sering kali
menjelaskan mengenai perjalanan perusahaan selama ini, prospek dan recana mereka
kedepannya. Dari sini Anda juga dapat melihat seberapa yakin manajemen terhadap prospek
perusahaan. Dari ulasan manajemen ini Anda dapat pula melihat perkembangan bisnis
terakhir, produk, persaingan dan kondisi keuangannya.

Angka-angka yang tertera dalam laporan keuangan itu menggambarkan kinerja perusahaan
dan kemampuan manajemennya dalam mengelola usaha tersebut. Dari angka tersebut juga
dapat dijadikan dasar untuk memproyeksikan apa yang akan terjadi.

Jenis Laporan Keuangan Perusahaan


Laporan keuangan perusahaan yang lengkap terdiri atas 5 (lima) bagian, yaitu :

1. Neraca

2. Laporan Laba Rugi


3. Laporan Arus Kas

4. Laporan Perubahan Modal

5. Catatan atas Laporan Keuangan

Ketentuan Pelaporan Keuangan


Penyajian laporan keuangan perusahaan di pasar modal mengacu kepada Peraturan Bapepam
dan Peraturan BEI, yaitu :

1. Peraturan BAPEPAM nomor X.K.2. tentang Kewajiban Penyampaian


Laporan Keuangan Berkala.

2. Peraturan BAPEPAM nomor VIII.G.7. tentang Pedoman Penyajian Laporan


Keuangan.

3. Peraturan BAPEPAM nomor VIII.G.11. tetang Tangguung Jawab Direksi atas


Laporan Keuangan.

4. Surat Edaran BAPEPAM tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan


Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.

5. Peraturan Pencatatan BEI nomor I-E tentang kewajiban penyampaian


informasi.

Komponen Laporan Keuangan Perusahaan


Neraca
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan, yang menunjukan aktiva
(aset), kewajiban (hutang) dan ekuitas (modal) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu.
Aktiva atau aset adalah segala sesuatu yang dmiliki perusahaan, sedangkan pasiva (kewajiban
& ekuitas) dapat dikatakan segala sesuatu yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh atau
membiayai aset tadi. Dalam neraca, aktiva lancar disajikan terpisah dari aktiva tidak lancar
dan kewajiban lancar terpisah dari kewajiban tidak lancar, kecuali untuk industri tertentu
yang diatur secara khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.

Komponen Utama Neraca :


Aktiva

1. Aktiva Lancar :

a. Kas dan Setara Kas;

b. Investasi Jangka Pendek;

c. Wesel Tagih;

d. Piutang Usaha;

e. Piutang Lain-Lain;

f. Persediaan;

g. Pajak Dibayar Dimuka;

h. Biaya Dibayar Dimuka;

i. Aktiva Lancar Lain-Lain.


2. Aktiva Tidak Lancar:

a. Piutang Hubungan Istimewa;

b. Aktiva Pajak Tangguhan;

c. Investasi Pada Perusahaan Asosiasi;

d. Investasi Jangka Panjang Lain;

e. Aktiva Tetap;

f. Aktiva tak Berwujud;

g. Aktiva Lain-Lain.

Kewajiban

1. Kewajiban Lancar :

a. Pinjaman Jangka Pendek;

b. Wesel Bayar;
c. Hutang Usaha;

d. Hutang Pajak;

e. Beban Yang Masih Harus Dibayar;

f. Bagian Kewajiban Jangka Panjang yang akan Jatuh Tempo dalam


Waktu Satu Tahun;

g. Kewajiban Lancar Lain-lain.

2. Kewajiban Tidak Lancar:

a. Hutang Hubungan Istimewa;

b. Kewajiban Pajak Tangguhan;

c. Pinjaman Jangka Panjang;

d. Hutang Sewa Guna Usaha;

e. Hutang Obligasi;
f. Kewajiban Tidak Lancar Lainnya;

g. Hutang Subordinasi;

h. Obligasi Konversi.

Ekuitas

1. Modal Saham;

2. Tambahan Modal Disetor;

3. Selisih Kurs Karena Penjabaran Laporan Keuangan Perusahaan;

4. Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan / Perusahaan


Asosiasi;

5. Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengandali;

6. Keuntungan (Kerugian) yang Belum Direalisasi dari Efek Tersedia Untuk


Dijual;

7. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap;

8. Saldo Laba;
9. Modal Saham Diperoleh Kembali.

Laporan Laba Rugi


Laporan Laba Rugi merupakan ringkasan aktivitas usaha perusahaan untuk periode tertentu
yang melaporkan hasil usaha bersih atau kerugian yang timbul dari kegiatan usaha dan
aktivitas lainnya.

Komponen utama laporan laba rugi yang diuraikan di bawah ini menggunakan metode beban
fungsional. Bagi jenis-jenis industri tertentu, dimungkinkan untuk menggunakan metode lain
yang telah ditentukan.

Komponen Utama Laporan Laba Rugi :

a. Penjualan Bersih atau Pendapatan Usaha;

b. Beban Pokok Penjualan;

c. Laba (Rugi) Kotor;

d. Beban Usaha;

e. Laba (Rugi) Usaha;

f. Penghasilan (Beban) Lain-lain;

g. Bagian Laba (Rugi) Perusahaan Asosiasi;

h. Laba (Rugi) Sebelum Pajak Penghasilan;


i. Beban (Penghasilan) Pajak;

j. Laba (Rugi) dari Aktivitas Normal;

k. Pos Luar Biasa;

l. Laba (Rugi) Sebelum Hak Minoritas;

m. Hak Minoritas atas Laba (Rugi) Bersih Anak Perusahaan;

n. Laba (Rugi) Bersih;

o. Laba (Rugi) Per Saham Dasar;

p. Laba (Rugi) Per Saham Dilusi.

Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menunjukan perubahan yang
menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode
pelaporan.

Laporan ini harus menyajikan :

a. Laba (Rugi) bersih periode pelaporan;

b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian yang diakui
secara langsung dalam ekuitas;
c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi atas
kesalahan mendasar;

d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik, antara lain
berupa penyetoran modal saham dan pembagian dividen;

e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya;

f. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal


ditempatkan dan disetor penuh, tambahan modal disetor dan pos-pos
ekuitas lainnya pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara
terpisah setiap perubahan.

Laporan Arus Kas


Laporan ini menunjukan penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas perusahaan selama
periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Dari
sinilah Anda dapat mengetahui apakah uang perusahaan cukup atau tidak untuk membagi
dividen. Laporan arus kas juga dapat mencerminkan apa yang sesungguhnya terjadi pada
perusahaan. Walaupun merugi, perusahaan masih dapat hidup selama arus kasnya positif.
Selain itu dapat juga dilihat dari free cash flow (arus kas operasional dikurangi dengan capital
expenditure), perusahaan yang free cash flow-nya bertumbuh punya prospek yang bagus
karena punya uang untuk ekspansi.

Komponen Utama Laporan Arus Kas :

Arus Kas dari aktivitas operasi, adalah arus kas yang terutama diperoleh
dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan, oleh karena itu
arus kas ini pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang
mempengaruhi penetapan laba (rugi) bersih. Arus kas dari aktivitas
operasi antara lain dapat berupa arus kas dari transaksi penjualan,
pembayaran kepada pemasok, karyawan, bunga, beban operasional
lainnya dan pajak penghasilan. Perusahaan harus menyajikan arus kas
dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode langsung (direct
methode). Perusahaan yang baik tentu saja uang kasnya berasal dari sini.

Arus kas dari aktivitas investasi, mencerminkan penerimaan dan


pengeluran kas sehubungan dengan perolehan atau pelepasan sumber
daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa
depan. Arus kas dari aktivitas investasi antara lain dapat berasal dari
transaksi pembelian dan penjualan aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan
aktiva lain, serta uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak
lain. Tidak termasuk di sini adalah penempatan dana perusahaan untuk
jangka pendek seperti deposito yang kurang dari satu tahun dan investasi
pada efek untuk diperdagangkan.

Arus kas dari aktivitas pendanaan, timbul dari penerimaan dan


pengeluaran kas sehubungan dengan transaksi pendanaan jangka
panjang dengan pemegang saham perusahaan dan kreditur. Arus kas dari
aktivitas pendanaan antara lain dapat berupa penerimaan kas dari emisi
saham dan obligasi, pembayaran dividen, serta pelunasan pinjaman.

Catatan Laporan Keuangan Perusahaan


Catatan atas Laporan Keuangan Perusahaan memberikan penjelasan mengenai gambaran
umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan dan
informasi penting lainnya.

Angka-angka pada laporan keuangan ibarat bahan mentah yang tidak ada gunanya jika tidak
diolah lebih dulu. Caranya yaitu dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Analisa rasio-
rasio pada laporan keuangan bermanfaat untuk membantu Anda untuk melakukan berbagai
analisis atas kinerja keuangan perusahaan. Anda juga harus membandingkan dengan laporan
keuangan dan rasio-rasio sebelumya, setidaknya sampai lima tahun kebelakang untuk
mengetahui tren bisnisnya. Untuk mengetahui bagus tidaknya angka rasio yang Anda peroleh,
Anda harus membandingkannya dengan rasio perusahaan-perusahaan lain disektor sejenis
atau dengan rasio rata-rata sektor tersebut. Melalui angka-angka rasio keuangan, pemakai
dapat membuat berbagai analisis kinerja perusahaan termasuk keputusan investasi. Secara
umum, rasio keuangan dibagi kedalam beberapa kelompok seperti : rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio utang atau leverage, rasio kemampulabaan, serta rasio saham.

Berikut beberapa rasio penting yang umum digunakan dalam berbagai analisis atas laporan
keuangan.

1. Current Ratio (Rasio Lancar). Rasio keuangan ini menunjukan sejauh mana
aktiva lancar dapat menutupi kewajiban lancar. Semakin besar hasil
perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendek.
Current Ratio = Aktiva Lancar / Utang Lancar

2. Quick Ratio. Mengukur apakah perusahaan memiliki aset lancar (tanpa


harus menjual persediaan) untuk menutup kewajiban jangka pendeknya.
Semakin tinggi quick ratio perusahaan, semakn baik kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya.
Quick Ratio = (Aktiva Lancar persediaan) / Utang Lancar
3. Debt to Equity Ratio (Rasio Utang atas Modal). Rasio keuangan ini sering
disebut dengan istilah Rasio Laverage, menggambarkan struktur modal
yang dimiliki oleh perusahaan, dengan demikian dapat dilihat struktur
resiko tidak tertagihnya hutang. Semakin kecil angka rasio ini semakin
baik.
Debt to Equity = Total Utang / Ekuitas

4. Total Debt to Total Asset. Menggambarkan aktiva yang dipergunakan oleh


perusahaan untuk menutup hutang baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
Total Debt to Capital Asset = Total Utang / Total Aktiva

5. Operating Profit Margin. Rasio keuangan ini mengukur seberapa besar


sumbangan penjualan terhadap laba operasi. Rasio ini semakin besar
semakin baik.
OPM = Laba Operasi / Penjualan

6. Net Profit Margin. Rasio keuangan ini mengukur seberapa besar


sumbangan penjualan terhadap laba bersih perusahaan. Rasio ini semakin
besar semakin baik.
NPM = Laba Bersih / Penjualan

7. Return on Equity (ROE) . Menggambarkan seberapa besar sumbangan


keuntungan terhadap pemegang saham.
ROE = Laba Bersih / Ekuitas

8. Return on Asset (ROA) . Mencerminkan seberapa besar laba yang bisa


dicetak perusahaan dengan menggunakan seluruh asetnya.
ROA = Laba Bersih / Total Aset

9. Asset Turnover. Menunjukan kemampuan manajemen mengelola seluruh


investasi (aset) untuk menghasilkan penjualan.
Asset Turnover = Penjualan Bersih / Total Aktiva

10.Receivable Turnover. Menunjukan berapa kali piutang dagang perusahaan


berputar dalam satu tahun.
Receivable Turnover = Penjualan Kredit / Piutang Dagang

11.Inventory Turnover. Menunjukan berapa kali persediaan barang dagangan


perusahaan berputar dalam suatu periode tertentu.
Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan / Persediaan

12.Account Payable Turnover. Menunjukan perputaran utang dagang dalam


suatu periode tertentu.
Account Payable Turnover = Harga Pokok Penjualan / Utang
Dagang

13.Earning Per Share (EPS) . Rasio keuangan ini menggambarkan jumlah laba
yang dihasilkan perusahaan untuk tiap saham yang diterbitkan.
EPS = Laba Bersih / Jumlah Saham

14.Price Earning Ratio (PER) . Menggambarkan apresiasi pasar terhadap


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam
satuan kali. Bagi investor, semakin kecil PER-nya semakin bagus karena
berarti saham tersebut relatif murah.
PER = Harga Saham / EPS

15.Book Value (Nilai Buku Saham). Menggambarkan perbandingan total dana


pemegang saham terhadap jumlah saham.
BV = Total Ekuitas / Jumlah Saham

16.Price to Book Value (PBV) . Rasio keuangan ini menggambarkan seberapa


besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi
rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan.
PBV = Harga Saham / Nilai Buku Saham

Pada dasarnya penyusunan Laporan Keuangan Perusahaan dimaksudkan sebagai alat bantu
bagi manajemen (intern) untuk mengetahui kondisi keuangan sehingga dapat menentukan
kebijakan keuangan secara tepat. Sedangkan bagi pihak luar (Pemodal, maupun Kreditur)
laporan keuangan perusahaan dapat dipakai sebagai alat untuk pengambilan keputusan dalam
melakukan investasi

Macam-Macam Rasio Keuangan dan Rumusnya


Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan

Macam-Macam Rasio Keuangan - Rasio keuangan menjelaskan suatu


hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dalam suatu
laporan keuangan. Tujuan analisis rasio keuangan dimaksudkan agar
perbandingan-perbandingan yang dilakukan terhadap pos-pos dalam laporan
keuangan merupakan suatu perbandingan yang logis, dengan menggunakan
ukuran-ukuran tertentu yang memang telah diakui mempunyai manfaat tertentu
pula, sehingga hasil analisisnya layak dipakai sebagai pedoman pengambilan
keputusan.

(Pahami pula: Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan)

Pada dasarnya rasio keuangan itu banyak macamnya dan dapat dibuat sesuai
kebutuhan penganalisis. Berdasarkan sumbernya, rasio keuangan digolongkan
menjadi tiga, yaitu:

1. Rasio-rasio neraca (Balance Sheet Ratio), yakni rasio-rasio yang disusun


dari data dalam neraca.

2. Rasio-rasio laporan rugi-laba (Income Statement Ratio), yakni rasio-rasio


yang disusun dari data dalam laporan rugi laba.

3. Rasio-rasio antar laporan (Intern Statement Ratio), yakni rasio-rasio yang


disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya yang berasal
dari laporan rugi laba.
Berdasarkan tujuan analisis angka-angka rasio dibagi menjadi 4 yakni: rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio aktivitas yang dapat
dijelaskan berikut ini:

A. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu


perusahaan untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi
(hutang jangka pendeknya). Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan
untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid sedang
bila tidak disebut ilikuid. Rasio likuiditas yang umum dipergunakan untuk
mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan antara lain:

1. Current Ratio

Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio
memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang
lancar. Aktiva lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva
lainnya. Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel,
hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar
(Sutrisno, 2001:247). Rumus current ratio adalah:

Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio
lancar 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang
lancar. Jadi dikatakan sehat jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%.
Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar (Harahap,
2002:301)

2. Quick Ratio

Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara jumlah
aktiva lancar dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar. Persediaan
tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena persediaan merupakan
komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Quick ratio
memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu: kas,
surat-surat berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau
hutang jangka pendek (Martono, 2003:56). Jadi rumusnya:

Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan current
ratio, dimana current ratio meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti
terjadi investasi yang besar pada persediaan.
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu
menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini
tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi
mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002:302).

3. Cash Ratio

Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi
uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang perusahaan
yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran. Sedangkan
harta setara kas (near cash) adalah harta lancar yang dengan mudah dan cepat
dapat diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Negara yang
menjadi domisili perusahaan bersangkutan. Rumus untuk menghitung cash ratio
adalah:

Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan total
aktiva lancar. Semakin besar rasionya semakin baik. Sama seperti Quick Ratio,
tidak harus mencapai 100% (Harahap, 2002:302).

B. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan


dalam memenuhi segala kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka
panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang mempunyai
aktiva/kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut
perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut insolvable. Perusahaan
yang solvabel belum tentu ilikuid , demikian juga sebaliknya yang insolvable
belum tentu ilikuid. Macam-macam rasio keuangan berkaitan dengan rasio
solvabilitas yang biasa digunakan adalah:

1. Total Debt to Total Assets Ratio

Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur
prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud
adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek
maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang
rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik (Sutrisno,
2001:249). Untuk mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:
Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin
kecil rasionya semakin aman (solvable). Porsi hutang terhadap aktiva harus lebih
kecil (Harahap, 2002:304).

2. Debt to Equity Ratio

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan
antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi
rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi
perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar
beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik.
Maksudnya, semakin kecil porsi hutang terhadap modal, semakin aman.
Rumusnya:

C. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk


mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba (Baca pula:
pengertian dan analisis rasio profitabilitas). Perhatian ditekankan pada rasio ini
karena hal ini berkaitan erat dengan kelangsungan hidup perusahaan. Ada
beberapa ukuran rasio rentabilitas yang dipakai, yakni:

1. Profit Margin

Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba


bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung pada
analisis common size untuk laporan rugi laba (baris paling akhir). Rasio ini bisa
diintepretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya
(ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Hanafi dan Halim,
2000:84). Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut:

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang


diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasionya semakin baik, karena
dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi
(Harahap, 2002:304).

2. Gross Profit Margin

Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara laba kotor yang diperoleh
perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama.
Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai
setiap rupiahpenjualan. Semakin besar rasionya berarti semakin baik kondisi
keuangan perusahaan (Munawir, 2001:89). Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut:

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan


menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan
atas rasio ini dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya
operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba. Semakin besar rasionya
semakin baik (Harahap, 2002:306).

3. Net Profit Margin

Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan untuk mengukur rupiah
laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan dan mengukur
seluruh efisien, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan
harga maupun manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan
tertentu.

Tetapi jika rasionya rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk
tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan
tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Prastowo dan Juliaty,
2003:91). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu
rupiah penjualan. Semakin tinggi rasionya semakin baik, karena menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan
tertentu.

4. Return On Investment (ROI)

Return On Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan


keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan.
Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak
atau EAT (Sutrisno, 2001:255). Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih (setelah pajak) yang dihasilkan
oleh setiap satu rupiah investasi yang dikeluarkan. Semakin besar rasionya
semakin baik (Sutrisno, 2001:255).

5. Return On Assets

Rasio ini disebut juga rentabilitas ekonomis, merupakan kemampuan


perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan
pajak atau EBIT (Sutrisno, 2001:254).Rasio ini dihitung dengan rumus:

Rasio ini mengukur tingkat keuntungan (EBIT) dari aktiva yang digunakan.
Semakin besar rasionya semakin baik (Sutrisno, 2001:254).

D. Rasio Aktivitas

Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat
aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang
rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya
dana kelebihan yang tertanam padaaktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan
tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Beberapa rasio aktivitas yang digunakan adalah:

1. Perputaran Piutang

Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang yang dikumpulkan
dalam satu tahun. Rasio ini mengukur kualitas piutang dan efisiensi perusahaan
dalam pengumpulan piutang dan kebijakan kreditnya. Rasio ini biasanya
digunakan dalam hubungan dengan analisis terhadap modal kerja, karena
memberi ukuran seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas.
Angka jumlah hari piutang, menggambarkan lamanya suat u piutang bisa ditagih
(jangka waktu pelunasan). Semakin lama jangka waktu pelunasannya,semakin
besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang (Prastowo dan Juliaty,
2003:82). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Rasio ini mengukur efektivitas peng elolaan piutang. Semakin tinggi tingkat
perputarannya semakin efektif pengelolaan piutangnya (Sutrisno, 2001:252).

2. Perputaran Persediaan

Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga menggambarkan likuiditas


perusahaan, yaitu dengan cara mengukurefisiensi perusahaan dalam mengelola
dan menjual persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.

Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan


berputar dalam satu tahun. Hal ini menandakan efektivitas manajemen
persediaaan. Sebaliknya, jika perputaran persediaan rendah menunjukkan
pengendalian atas persediaan kurang efektif (Hanafi dan Halim, 2000:80).
Rumus perhitungannya adalah:

Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan persediaan. Semakin tinggi tingkat


perputarannya semakin efektif pengelolaan persediaanya (Sutrisno, 2001:251).

3. Perputaran Aktiva Tetap

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan


penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini
memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva
tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap
tersebut. Pada beberapa industri seperti industri yang mempunyai proporsi
aktiva tetap yang tinggi, rasio ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada
beberapa industri yang lain seperti industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva
tetap yang kecil, rasio ini barangkali tidak begitu penting untuk diperhatikan
(Hanafi dan Halim, 2000:81). Perputaran aktiva tetap dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:

Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam mendapatkan


penghasilan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif penggunaan
aktiva tetapnya (Sutrisno, 2001:253).

4. Perputaran Total Aktiva

Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio perputaran total
aktiva. Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung
efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan
manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat
manajemen mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran investasi
atau modalnya (Hanafi dan Halim, 2000:81). Rasio perputaran total aktiva
menggunakan rumus:
Rasio ini merupakan ukuran efektivitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan
penjualan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif perusahaan
memanfaatkan aktivanya (Sutrisno, 2001:253).

Analisis Rasio Laporan Keuangan Pada PT Gudang Garam Tbk.

A. Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah masalah kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus
dipenuhi

Current Ratio
Current Ratio = (Aktiva Lancar/Kewajiban Lancar) x 100%

Tahun 2007 Tahun 2008 Analisa


Current Ratio = Current Ratio = Current ratio yang rendah
biasanya dianggap
(Rp. 15.027.032/ Rp (Rp 17.955.845/ Rp menunjukkan terjadinya
7.697.918) x 100% = 9.437.259) x 100% = masalah dalam likuidasi,
1,95% 1,9% sebaliknya current ratio
yang terlalu tinggi juga
kurang bagus, karena
menunjukkan banyaknya
dana menganggur yang
pada akhirnya dapat
mengurangi kemampuan
laba perusahaan. Pada
laporan keuangan diatas
terjadi penurunan current
ratio dari tahun 2007 ke
tahun 2008 sebesar
0,05%.
Quick Ratio/Acid Test Ratio
Quick Ratio = ((Aktiva Lancar Persediaan)/Kewajiban
Lancar)) x 100%

Tahun 2007 Tahun 2008 Analisa


Quick Ratio = Quick Ratio = Semakin besar quick ratio
((Rp.15.027.032-Rp. ((Rp.17.955.845- maka semakin baik pula
11.877.086)/ Rp.7.697.918)) Rp.14.016.039)/ kondisi perusahaan.
x 100% = 0,40% Rp.9.437.259)) x 100% = Namun apabila quick ratio
0,41% memiliki perbandingan 1:1
atau 100% perusahaan
tersebut dianggap kurang
baik. Dalam laporan
keuangan ini diketahui
adanya sedikit
peningkatan quick ratio
dari 0,40% menjadi 0,41%.
Yang berarti perusahaan
masih dalam keadaan
stabil.

Cash Ratio
Cash Ratio = (Kas/Kewajiban Lancar) x 100%

Tahun 2007 Tahun 2008 Analisa


Cash Ratio = Cash Ratio = Rasio ini menunjukan
(Rp. 289.152/ Rp. (Rp. 411.689/ kemampuan kas untuk
7.697.918) x 100% = Rp.9.437.259) x 100% = menutupi hutang lancar.
0,037% 0,043% Dapat dilihat meningkatnya
presentasi cash ratio, yaitu
dari 0,037% menjadi
0,043%

Working Capital to Total Assets Ratio

WCTAR = Aktiva Lancar Kewajiban Lancar / Jumlah Aktiva

Tahun 2007 Tahun 2008 Analisa


Working Capital to Total Working Capital to Likuiditas dari total aktiva
Assets Ratio = Total Assets Ratio = dan posisi modal kerja
netto. Setiap Rp 1 assets
perusahaan Rp 0,33 untuk
(Rp 17.955.845- Rp tahun 2007 dan 0,34
(15.027.032-7.697.918)/ 9.437.259)/ Rp untuk tahun2008 terdiri
21.878.013 = 0,33% 24.904.022 = 0,34% dari modal kerja (aktiva
lancar)

B. Rasio Solvabilitas
Solvabilitas, berguna untuk menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya jika
perusahaan tersebut dilikuidasi. Suatu perusahaan dikatakan
Solvabel jika perusahaan itu mempunyai aktiva yang cukup
untuk membayar semua hutang-hutangnya , baik yang jangka
panjang maupun jangka pendek. Jika perusahaan tidak
mempunyai cukup aktiva untuk membayar segala hutangnya,
maka perusahaan tersebut dikatakan insolvabel.
Dalam hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada
empat kemungkinan yang dapat dialami oleh perusahaan
yaitu :
a. Perusahaan yang likuid tetapi insolvable
b. Perusahaan yang likuid dan solvable
c. Perusahaan yang solvabel tetapi ilikuid
d. Perusahaan yang insolvabel dan ilikuid
Tingkat solvabilitas diukur dengan beberapa rasio, yaitu :
Total Debt to Equity Ratio
Total Debt Equty Ratio = (Total Utang/Ekuitas) x 100%

Tahun 2007 Tahun 2008 Analisa


Perputaran Piutang = Perputaran Piutang = Bagian setiap rupiah modal
(Rp.8.474.564/ (Rp.10.359.076/ sendiri yang dijadikan
Rp.13.386.776) x 100% = Rp.14.530.132) x 100% = jaminan untuk keseluruhan
0,63% 0,71% hutang. dari setiap rupiah
modal sendiri menjadi
jaminan hutang.
Rasio di samping sebesar
0,63 % dan 0,71 % untuk
tahun 2007 dan 2008.
Maka kurang dari 100%
maka dari itu perusahaan
tidak perlu takut tidak bisa
membayar hutangnya.
Total Debt to Assets Ratio
Total Debt Assets Rasio = (Total Utang/Total Aktiva) x 100%

Tahun 2007 Tahun 2008 Analisa


Total Debt to Asset Ratio = Total Debt to Asset Ratio Beberapa bagian dari
(Rp.8.474.564/ = keseluruhan dana yang
Rp.21.878.013) x 100% = (Rp.10.359.076/ dibelanjai dengan utang.
0,38% Rp.20.904.022) x 100% = Atau Berapa bagian dari
0,49% aktiva yang digunakan
untuk menjamin hutang.
38% untuk 2007 dan 49%
untuk 2008, dari setiap
aktiva digunakan untuk
menjamin utang.

C. Rasio Profitabilitas
profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan
antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut. :
Gross Profit Margin ( Margain Laba Kotor)
GPM = (Laba Kotor/Penjualan Bersih) x 100%
Tahun 2007 Tahun 2008 Analisa
GPM = GPM = Laba Bruto per rupiah
(Rp.2.485.648/ (Rp.2.427.250/ penjualan. Setiap Penjualan
Rp.13.419.733) x 100% = Rp.15.056.347) x 100% menghasilkan laba bruto Rp
0,18% = 0,16% 0,18 tahun 2007 dan 0,16
tahun 2008..
Semakin besar rasio ini
semakin baik karena
dianggap kemampuan
perusahaan dalam
mendapatkan laba cukup
tinggi/menguntungkan.
Net Profit Margin ( Margain Laba Bersih)
(Laba Setelah Pajak/Total Aktiva) x 100%

Tahun 2007 Tahun 2008 Analisa


NPM = NPM = Keuntungan netto per rupiah
(Rp.710.565/ (Rp.891.358/ penjualan. setiap rupiah
Rp.21.878.013) x 100% = Rp.24.904.022) x 100% penjualan menghsilkan
0,032% = 0,035% keuntungan netto sebesar
Rp 0,032 % dan 0,035%

Earning Power of Total Invesment


EPTI = (Laba Sebelum Pajak/Ekuitas) x 100%

Tahun 2007 Tahun 2008 Analisa


EPTI = EPTI = Kemampuan modal yang
(Rp.1.084.495/ (Rp.1.313.392/ di investasikan dalam
Rp.13.386.776) x 100% = Rp.14.530.132) x 100% = keseluruhan Aktiva untuk
0,08% 0,09% menghasilkan keuntungan
bagi semua investor.
Setiap satu rupiah modal
yang diinvestasikan
menghasilkan
keuntungan Rp 0,08 dan
Rp 0,09 untuk semua
investor.

Return On Equity (Pengembalian Atas Equitas)


ROE = (Laba Setelah Pajak/Ekuitas) x 100%

Tahun 2007 Tahun 2008 Analisa


ROE = ROE = Kemampuan modal sendiri
(Rp.710.565/ (Rp. 891.358/Rp. dalam menghasilkan
Rp.13.386.776) x 100% = 14.530.132) x 100% = keuntungan bagi
0,3% 0,61% pemegang saham preferen
dan biasa.Setiap rupiah
modal sendiri
menghasilkan keuntungan
netto Rp 0,3% dan 0,61%
yang tersedia bagi
pemegang saham
preferen dan biasa

Rasio Rentabilitas (dalam jutaan rupiah)


Adalah menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan
laba tsb.
Rasio rentabilitas antara lain adalah sbb :

Gross Profit Margin


Gross Profit Margin = (Laba kotor / Penjualan Netto ) x 100%
Co: G.P.M = (Rp. 61.652 / Rp. 126.722) x 100%
= 48,651%
Net Profit Margin
Net Profit Margin = (Laba Setelah Pajak / Penjualan Netto) x 100%
Co : N.P.M = (Rp. 27.542 / Rp. 126.722) x 100%
= 21,734%
Earning Power of total Invesment
Earning Power of total Invesment = ( laba sebelum pajak / Total Aktiva ) x 100%
Co : E.P of total I = (Rp. 32.611 / Rp. 2.053.810) x 100%
= 1,587%
Return on equity
Return on equity = ( laba stlah pajak / equity pemegang saham) x 100%
Co : Return on equity = (Rp. 27.542 / Rp. 1.109.144) x 100%
= 2,483%
Operationg Ratio
Operating ratio = [(Hpp + B.Adm) / penjualan Netto]x 100%
Co : Operating ratio = (Rp. 18.821 / Rp. 126.722) x 100%
= 14,852%

Você também pode gostar