Você está na página 1de 3

ANATOMI ORGAN TERKAIT

1. Sistem Limfatik

Gambar 1. System limfatik.

Jaringan limfatik, secara kolektif, adalah jaringan yang memproduksi, menyimpan, atau
memproses limfosit. Jaringan-jaringan ini mencakup sum-sum tulang, kelenjar limfe, limpa,
timus, tonsil, adenoid, apendiks, dan agregat jaringan limfoid di lapisan saluran cerna yang
dinamai bercak Peyer atau jaringan limfoit terkait-usus (gut-associated lymphoid tissue,
GALT). Jaringan limfoid berada di tempat-tempat strategis, untuk menghambat masuknya
mikroorganisme sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk menyebar jauh.
(Sherwood, 2016)
Sejumlah organ limfoid dan jaringan limfoid yang morfologis dan fungsional berlainan
berperan dalam respon imun. Organ limfoid tersebut dapat dibagi menjadi organ limfoid primer
dan sekunder. Timus dan sumsum tulang adalah organ primer yang merupakan organ limfoid
tempat pematangan limfosit. Organ limfoid primer atau sentral terdiri atas sumsum tulang dan
timus. Sumsum tulang merupakan jaringan kompleks tempat hematopoiesis dan depot lemak.
Lemak merupakan 50% atau lebih dari kompartemen rongga sumsum tulang. Organ limfoid
primer diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan proliferasi sel T dan B sehingga menjadi
limfosit yang dapat mengenal antigen. Karena itu organ terebut berisikan limfosit dalam berbagai
fase diferensiasi. Sel hematopoietik diproduksi di sumsum tulang menembus dinding pembuluh
darah dan masuk ke dalam sirkulasi dan didistribusikan ke berbagai bagian tubuh. (Guyton, 2008)

2. Paru-paru
Gambar 2. Anatomi paru-paru

Kedua paru masing masing dibagi menjadi beberapa lobus dan masing-masing mendapat
satu bronkus. Jaringan paru itu sendiri terdiri dari serangkaian saluran napas yang sangat
bercabang-cabang, alveolus, pembuluh darah paru, dan sejumlah besar jaringan ikat elastik. Satu-
satunya otot di dalam bronkiolus, keduanya berada dibawah kontrol. Tidak terdapat otot didalam
dinding alveolus selama alveolus selama proses bernapas. Perubahan volume paru (dan
perubahan volume alveolus yang menyertainya) ditimbulkan oleh perubahan dalam dimensi
rongga toraks. (Sherwood, 2016)
Paru menempati sebagian besar volume rongga toraks (dada), dan satu-satunya struktur
lain di dada adalah jantung dan pembuluh-pembuluh terkaitnya, esofagus, timus, dan beberapa
saraf. Dinding dada (toraks) luar dibentuk oleh 12 pasang iga melengkung, yang berhubungan
dengan sternum (tulang dada) di anterior dan vertebra torakalis (tulang punggung) di posterior.
Sangkar iga merupakan tulang protektif bagi paru dan jantung. Otot rangka yang lebar, berbentuk
kubah, dan memisahkan rongga toraks dari rongga abdomen. Diafragma ditembus hanya oleh
esophagus dan pembuluh darah yang melintasi rongga toraks dan abdomen. Di leher, otot dan
jaringan ikat menutup rongga toraks. Satu-satunya komunikasi antara toraks dan atosfer adalah
melalui saluran napas ke dalam alveolus. Seperti paru, dinding dada mengandung banyak jaringan
ikat elastik. (Sherwood, 2016)

3. Usus Halus

Gambar 3. Anatomi usus halus

Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari
pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki
pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung
proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis
tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm (Price & Wilson, 1994).
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian ini agak tidak
tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang relatif lebih penting berdasarkan
perbedaan fungsi. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada
jejenum. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita
muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus dan berinsersio
pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum
suspensorium (penggantung). Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga
perlima terminalnya adalah ileum.. Jejenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri,
sedangkan ileum cenderung terletak di regio 3 abdominalis bawah kanan (Price & Wilson, 1994).
Jejunum mulai pada junctura denojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis
(Snell, 1997).
Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen dengan
perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai messenterium usus
halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietal pada dinding
posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kenan dari kiri vertebra lumbalis
kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan
masuknya cabang-cabang arteri vena mesenterica superior antara kedua lapisan peritoneum yang
membentuk messenterium (Snell. 1997)

4. Usus Besar

Gambar 4. Anatomi usus besar

Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rectum. Sekum membentuk kantong
buntu dibawah pertemuan antara usus halus dan usus besar di katup ileosekum. Tonjolan kecil
seperti jari didasar sekum adalah apendiks, suatu jaringan limfoid yang mengandung limfosit.
Kolon, yang membentuk sebagian besar usus besar, tidak bergelung seperti usus halus tetapi
terdiri dari tiga bagian yang relative lurus-kolon asenden, kolon transversum, dan kolon desenden.
Bagian terakhir kolon desenden berbentuk huruf S, membentuk kolon sigmoid (sigmoid artinya
berbentuk S), dan kemudian melurus untuk membentuk rektum (berarti lurus). (Sherwood, 2016)

Você também pode gostar