Você está na página 1de 4

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.

Virus ini menyerang sistem


kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan
penyakit. HIV adalah jenis virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh
manusia. HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan
yang dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. HIV
tidak bisa menyebar melalui keringat atau urine.

Di Indonesia, sejak pertama kali ditemukannya infeksi HIV pada tahun 1987 HIV
tersebar di 368 dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi. Pulau Bali adalah provinsi
pertama tempat ditemukannya infeksi HIV/AIDS di Indonesia. Menurut UNAIDS, di
Indonesia ada sekitar 690 ribu orang pengidap HIV sampai tahun 2015. Dari jumlah
tersebut, setengah persennya berusia antara 15 hingga 49 tahun. Wanita usia 15 tahun ke
atas yang hidup dengan kondisi HIV sekitar 250 ribu jiwa. Angka kematian akibat AIDS
mencapai 35 ribu orang.
Di Indonesia faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian jarum
suntik saat menggunakan narkotika.
Berikut ini adalah beberapa cara penyebaran HIV lainnya:
Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau
menyusui.
Melalui seks oral.
Pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian.
Melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi.
Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah terkontaminasi,
misalnya spon dan kain pembersihnya.

Infeksi HIV muncul dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah serokonversi, yang
merupakan periode waktu tertentu dimana antibodi HIV sudah mulai berkembang untuk
melawan virus. Tahap kedua adalah periode dimana tidak ada gejala yang muncul. Dan
tahap yang ketiga adalah infeksi HIV berubah menjadi AIDS.
Tahap Pertama
Orang yang terinfeksi virus HIV akan menderita sakit mirip seperti flu. Setelah ini, HIV
tidak menimbulkan gejala apa pun selama beberapa tahun. Gejala seperti flu ini akan
muncul beberapa minggu setelah terinfeksi. Masa waktu inilah yang sering disebut
sebagai serokonversi. Diperkirakan sekitar 8 dari 10 orang yang terinfeksi HIV
mengalami ini. Gejala yang paling umum terjadi adalah:
Tenggorokan sakit
Demam
Muncul ruam di tubuh, biasanya tidak gatal
Pembengkakan noda limfa
Penurunan berat badan
Diare
Kelelahan
Nyeri persendian
Nyeri otot
Gejala-gejala di atas bisa bertahan selama satu hingga dua bulan, atau bahkan
lebih lama. Ini adalah pertanda sistem kekebalan tubuh sedang melawan virus. Tapi,
gejala tersebut bisa disebabkan oleh penyakit selain HIV. Kondisi ini tidak semata-mata
karena terinfeksi HIV.

Tahap Kedua
Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala lebih lanjut
selama bertahun-tahun (masa jendela). Ini adalah tahapan ketika infeksi HIV berlangsung
tanpa menimbulkan gejala. Virus yang ada terus menyebar dan merusak sistem kekebalan
tubuh. Pada tahapan ini, penderita akan merasa sehat dan tidak ada masalah. Kita
mungkin tidak menyadari sudah mengidap HIV, tapi kita sudah bisa menularkan infeksi
ini pada orang lain. Lama tahapan ini bisa berjalan sekitar 10 tahun atau bahkan bisa
lebih.

Tahap Ketiga atau Tahap Terakhir Infeksi HIV


Jika tidak ditangani, HIV akan melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi.
Dengan kondisi ini, penderita akan lebih mudah terserang penyakit serius. Tahap akhir ini
lebih dikenal sebagai AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Berikut ini adalah
gejala yang muncul pada infeksi HIV tahap terakhir:
Pembesaran kelenjar getah bening
Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
Merasa kelelahan hampir setiap saat.
Berkeringat pada malam hari.
Berat badan turun tanpa diketahui penyebabnya.
Bintik-bintik ungu yang tidak hilang pada kulit.
Sesak napas.
Diare yang parah dan berkelanjutan.
Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau vagina.
Mudah memar atau berdarah tanpa sebab

Penyebaran HIV
HIV tidak menular semudah itu ke orang lain. Virus ini tidak menyebar melalui udara
seperti virus batuk dan flu. HIV hidup di dalam darah dan beberapa cairan tubuh. Tapi
cairan seperti air liur, keringat, atau urine tidak bisa menularkan virus ke orang lain. Ini
dikarenakan kandungan virus di cairan tersebut tidak cukup banyak. Cairan yang bisa
menularkan HIV antara lain darah, Air Susu Ibu (ASI), Sperma, dan Cairan vagina. Cara
yang utama agar virus bisa memasuki ke dalam aliran darah adalah:
Melalui luka terbuka di kulit.
Melalui dinding tipis pada mulut dan mata.
Melalui dinding tipis di dalam anus atau alat kelamin.
Melalui suntikan langsung ke pembuluh darah memakai jarum atau suntikan yang
terinfeksi.
Melalui hubungan seks
Penyebaran virus yang paling utama adalah dengan cara hubungan seks melalui vagina
dan anal tanpa pelindung. Seks oral tanpa pelindung juga berisiko terinfeksi, tapi
risikonya cukup kecil. Penyebaran HIV melalui seks oral akan meningkat jika orang yang
melakukan seks oral sedang sariawan atau terdapat luka di mulut. Atau melakukan seks
dengan orang yang baru saja terinfeksi HIV dan punya banyak virus di tubuhnya.

Pengaruh HIV Pada Tubuh Manusia


Sistem kekebalan tubuh bertugas melindungi kita dari penyakit yang menyerang. Salah
satu unsur yang penting dari sistem kekebalan tubuh adalah sel CD4 (salah satu jenis sel
darah putih). Sel ini melindungi dari beragam bakteri, virus, dan kuman lainnya. HIV
menginfeksi sistem kekebalan tubuh. Virus memasuki sistem kekebalan pada sel CD4.
Virus ini memanfaatkan sel CD4 untuk menggandakan dirinya ribuan kali. Virus yang
menggandakan diri ini akan meninggalkan sel CD4 dan membunuhnya pada waktu yang
sama. Makin banyak sel CD4 yang mati, sistem kekebalan tubuh akan makin rendah.
Hingga akhirnya, sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi.
Ketika proses ini terjadi, tubuh akan tetap merasa sehat dan tidak ada masalah. Kondisi
ini bisa berlangsung selama 10 tahun atau bahkan lebih. Dan penderita bisa menyebarkan
virus pada periode ini.

Orang-orang yang Berisiko Terinfeksi HIV


Ingatlah bahwa semua orang berisiko terinfeksi HIV, tanpa mengenal batasan usia. Tapi
terdapat beberapa kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi HIV. Mereka adalah:
Pengguna narkotika suntik (panasun).
Orang yang membuat tato atau melakukan tindik.
Orang yang melakukan hubungan seks tanpa kondom baik sesama jenis kelamin, maupun
heteroseksual.
Orang yang tinggal atau sering bepergian ke daerah-daerah dengan angka HIV tinggi,
misalnya Afrika, Eropa Timur, Asia, dan Amerika bagian selatan.
Orang yang melakukan transfusi darah di daerah dengan angka HIV tinggi.
Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.

Orang yang melakukan hubungan seks dengan pengguna narkotika suntik.

Você também pode gostar