Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KELOMPOK 9 / PERIKANAN A
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kesehatan dan
kesempatan kepada kelompok 9 untuk dapat menyelesaikan makalah tentang
Asam Nukleat. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan semoga kita mendapatkan syafaat beliau di hari akhir
kelak.
Makalah ini disusun untuk mempermudah proses pembelajaran mahasiswa
didalam kelas pada mata kuliah Biologi Kimia Perikanan. Dalam proses
penyusunan makalah ini kami mendapatkan materi yang berasal dari Internet
dengan sumber-sumber yang dapat diperhitungkan.
Penulis
2
DAFTAR PUSTAKA
BAB
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Manfaat......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asam Nukleat............................................................................................3
2.2 Sejarah Asam Nukleat...............................................................................3
2.3 Struktur Kimia Asam Nukleat...................................................................4
2.4 Nukleosida dan Nukleotida.......................................................................5
2.5 Ikatan Fosfodiester....................................................................................6
2.6 Sekuens Asam Nukleat..............................................................................7
2.7 Struktur tangga berpilin (double helix) DNA............................................7
2.8 Modifikasi Struktur Molekul RNA...........................................................9
2.9 Sifat Fisika Kimia Asam Nukleat..............................................................9
2.9.1 Stabilitas Asam Nukleat.....................................................................9
2.9.2 Pengaruh Asam................................................................................10
2.9.3 Pengaruh Alkali................................................................................10
2.9.4 Denaturasi Kimia.............................................................................10
2.9.5 Viskositas.........................................................................................10
2.9.6 Kerapatan apung...............................................................................11
2.9.7 Sifat-Sifat Spektroskopik-Termal Asam Nukleat.............................11
2.9.8 Absorpsi UV.....................................................................................11
2.9.9 Hipokromisitas.................................................................................12
2.9.10 Penghitungan Konsentrasi Asam Nukleat........................................12
2.9.11 Kemurnian Asam Nukleat................................................................12
2.9.12 Denaturasi Termal Dan Renaturasi..................................................13
2.10 Fungsi Asam Nukleat...........................................................................13
2.11 Cara Kerja DNA..................................................................................14
2.12 Replikasi DNA Prokariota...................................................................16
2.13 Replikasi DNA Eukariota....................................................................18
2.14 Matabolisme Asam Nukleat.................................................................20
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA 27
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah tentang asam nukleat ini adalah
a. Memberikan pengetahuan tentang Enzim
b. Mempermudah proses pembelajaran dalam kelas tentang Enzim
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah untuk membantu
proses pembelajaran dan mengetahui manfaat enzim dibidang perikanan.
BAB II
PEMBAHASAN
3
mendapatkan sel-sel tersebut dari bekas pembalut luka yang diperolehnya dari
dari ruang bedah.
4
5
Asam nukleat terdapat dalam semua sel dan memiliki peranan yang sangat
penting dalam biosintesis protein. DNA maupun RNA berupa anion dan pada
umumnya terikatpada protein yang mempunyai sifat basa, misalnya DNA dalam
inti sel terikat padahiston. Senyawa gabungan antara asam nukleat dengan protein
ini disebut nukleoprotein.
gugus fosfat. Sebagai contoh, molekul ATP (adenosin trifosfat) adalah nukleotida
yang merupakan nukleosida dengan tiga gugus fosfat.
Jika gula pentosanya adalah ribosa seperti halnya pada RNA, maka
nukleosidanya dapat berupa adenosin, guanosin, sitidin, dan uridin. Begitu pula,
nukleotidanya akan ada empat macam, yaitu adenosin monofosfat, guanosin
monofosfat, sitidin monofosfat, dan uridin monofosfat. Sementara itu, jika gula
pentosanya adalah deoksiribosa seperti halnya pada DNA, maka (2-deoksiribo)
nukleosidanya terdiri atas deoksiadenosin, deoksiguanosin, deoksisitidin, dan
deoksitimidin.
dan C dihubungkan oleh ikatan hidrogen rangkap tiga. Adanya ikatan hidrogen
tersebut menjadikan kedua rantai polinukleotida terikat satu sama lain dan saling
komplementer. Artinya, begitu sekuens basa pada salah satu rantai diketahui,
maka sekuens pada rantai yang lainnya dapat ditentukan.
artinya dapat berubah dari yang satu ke yang lain bergantung kepada kondisi
lingkungannya.
2.8 Modifikasi Struktur Molekul RNA
Tidak seperti DNA, molekul RNA pada umumnya berupa untai tunggal
sehingga tidak memiliki struktur tangga berpilin. Namun, modifikasi struktur juga
terjadi akibat terbentuknya ikatan hidrogen di dalam untai tunggal itu sendiri
(intramolekuler).
Dengan adanya modifikasi struktur molekul RNA, kita mengenal tiga
macam RNA, yaitu RNA duta atau messenger RNA (mRNA), RNA pemindah atau
transfer RNA (tRNA), dan RNA ribosomal (rRNA). Struktur mRNA dikatakan
sebagai struktur primer, sedangkan struktur tRNA dan rRNA dikatakan sebagai
struktur sekunder. Perbedaan di antara ketiga struktur molekul RNA tersebut
berkaitan dengan perbedaan fungsinya masing-masing.
2.9.5 Viskositas
DNA kromosom dikatakan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi
karena diameternya hanya sekitar 2 nm, tetapi panjangnya dapat mencapai
beberapa sentimeter. Dengan demikian, DNA tersebut berbentuk tipis memanjang.
Selain itu, DNA merupakan molekul yang relatif kaku sehingga larutan DNA akan
mempunyai viskositas yang tinggi. Karena sifatnya itulah molekul DNA menjadi
sangat rentan terhadap fragmentasi fisik. Hal ini menimbulkan masalah tersendiri
ketika kita hendak melakukan isolasi DNA yang utuh.
12
2.9.8 Absorpsi UV
Asam nukleat dapat mengabsorpsi sinar UV karena adanya basa nitrogen
yang bersifat aromatik; fosfat dan gula tidak memberikan kontribusi dalam
absorpsi UV. Panjang gelombang untuk absorpsi maksimum baik oleh DNA
maupun RNA adalah 260 nm atau dikatakan maks = 260 nm. Nilai ini jelas sangat
berbeda dengan nilai untuk protein yang mempunyai maks = 280 nm. Sifat-sifat
absorpsi asam nukleat dapat digunakan untuk deteksi, kuantifikasi, dan perkiraan
kemurniannya.
13
2.9.9 Hipokromisitas
Meskipun maks untuk DNA dan RNA konstan, ternyata ada perbedaan nilai
yang bergantung kepada lingkungan di sekitar basa berada. Dalam hal ini,
absorbansi pada 260 nm (A260) memperlihatkan variasi di antara basa-basa pada
kondisi yang berbeda. Nilai tertinggi terlihat pada nukleotida yang diisolasi, nilai
sedang diperoleh pada molekul DNA rantai tunggal (ssDNA) atau RNA, dan nilai
terendah dijumpai pada DNA rantai ganda (dsDNA). Efek ini disebabkan oleh
pengikatan basa di dalam lingkungan hidrofobik. Istilah klasik untuk menyatakan
perbedaan nilai absorbansi tersebut adalah hipokromisitas. Molekul dsDNA
dikatakan relatif hipokromik (kurang berwarna) bila dibandingkan dengan
ssDNA. Sebaliknya, ssDNA dikatakan hiperkromik terhadap dsDNA.
molekul DNA polimerase (3 & 8) melekat pada seuntai tunggal DNA dan
bergerak sepanjang untai tersebut memperpanjang primer, membentuk untaian
tunggal DNA baru yang disebut leading strand (2) dan lagging strand (1). DNA
polimerase yang membentuk lagging strand harus mensintesis segmen-segmen
polinukleotida diskontinu (disebut fragmen Okazaki (7)). Enzim DNA ligase (4)
kemudian menyambungkan potongan-potongan lagging strand tersebut.
Sliding clamp pada semua jenis makhluk hidup memiliki struktur serupa dan
mampu berinteraksi dengan berbagai DNA polimerase prosesif maupun non-
prosesif yang ditemukan di sel. Selain itu, sliding clamp berfungsi sebagai suatu
faktor prosesivitas. Ujung-C sliding clamp membentuk gelungan yang mampu
berinteraksi dengan protein-protein lain yang terlibat dalam replikasi DNA
(seperti DNA polimerase dan clamp loader). Bagian dalam sliding clamp
memungkinkan DNA bergerak melaluinya. Sliding clamp tidak membentuk
interaksi spesifik dengan DNA. Terdapat lubang 35A besar di tengah clamp ini.
Lubang tersebut berukuran sesuai untuk dilalui DNA dan air menempati tempat
sisanya sehingga clamp dapat bergeser pada sepanjang DNA. Begitu polimerase
mencapai ujung templat atau mendeteksi DNA berutas ganda (lihat di bawah),
sliding clamp mengalami perubahan konformasi yang melepaskan DNA
polimerase.
Clamp loader merupakan protein bersubunit banyak yang mampu
menempel pada sliding clamp dan DNA polimerase. Dengan hidrolisis ATP,
clamp loader terlepas dari sliding clamp sehingga DNA polimerase menempel
pada sliding clamp. Sliding clamp hanya dapat berikatan pada polimerase selama
terjadinya sintesis utas tunggal DNA. Jika DNA rantai tunggal sudah habis,
polimerase mampu berikatan dengan subunit pada clamp loader dan bergerak ke
posisi baru pada lagging strand. Pada leading strand, DNA polimerase III
bergabung dengan clamp loader dan berikatan dengan sliding clamp.
Masing-masing bagian dimer pada kedua untai tersebut terdiri atas subunit
a, yang mempunyai fungsi polimerase sesungguhnya, dan subunit e, yang
mempunyai fungsi penyuntingan berupa eksonuklease 3-5. Selain itu, terdapat
subunit b yang menempelkan polimerase pada DNA.
Begitu primer pada untai tertinggal dielongasi oleh DNA polimerase III,
mereka akan segera dibuang dan celah yang ditimbulkan oleh hilangnya primer
tersebut diisi oleh DNA polimerase I, yang mempunyai aktivitas polimerase 5-3,
eksonuklease 5-3, dan eksonuklease penyuntingan 3-5. Eksonuklease 5-3
membuang primer, sedangkan polimerase akan mengisi celah yang ditimbulkan.
Akhirnya, fragmen-fragmen Okazaki akan dipersatukan oleh enzim DNA ligase.
Secara in vivo, dimer holoenzim DNA polimerase III dan primosom diyakini
membentuk kompleks berukuran besar yang disebut dengan replisom. Dengan
adanya replisom sintesis DNA akan berlangsung dengan kecepatan 900 pb tiap
detik.
Kedua garpu replikasi akan bertemu kira-kira pada posisi 180 C dari ori. Di
sekitar daerah ini terdapat sejumlah terminator yang akan menghentikan gerakan
garpu replikasi. Terminator tersebut antara lain berupa produk gen tus, suatu
inhibitor bagi helikase DnaB. Ketika replikasi selesai, kedua lingkaran hasil
replikasi masih menyatu. Pemisahan dilakukan oleh enzim topoisomerase IV.
Masing-masing lingkaran hasil replikasi kemudian disegregasikan ke dalam kedua
sel hasil pembelahan.
penyalinan, DNA harus dilepaskan dari nukleosom pada garpu replikasi sehingga
gerakan garpu replikasi akan diperlambat menjadi sekitar 50 pb tiap detik. Dengan
kecepatan seperti ini diperlukan waktu sekitar 30 hari untuk menyalin molekul
DNA kromosom pada kebanyakan mamalia.
Sederetan sekuens tandem yang terdiri atas 20 hingga 50 replikon
mengalami inisiasi secara serempak pada waktu tertentu selama fase S. Deretan
yang mengalami inisasi paling awal adalah eukromatin, sedangkan deretan yang
agak lambat adalah heterokromatin. Daerah sentromer dan telomer dari DNA
bereplikasi paling lambat. Pola semacam ini mencerminkan aksesibilitas struktur
kromatin yang berbeda-beda terhadap faktor inisiasi.
Seperti halnya pada prokariota, satu atau beberapa DNA helikase dan Ssb
yang disebut dengan protein replikasi A atau replication protein A (RP-A)
diperlukan untuk memisahkan kedua untai DNA. Selanjutnya, tiga DNA
polimerase yang berbeda terlibat dalam elongasi. Untai pengarah dan masing-
masing fragmen untai tertinggal diinisiasi oleh RNA primer dengan bantuan
aktivitas primase yang merupakan bagian integral enzim DNA polimerase a.
Enzim ini akan meneruskan elongasi replikasi tetapi kemudian segera digantikan
oleh DNA polimerase d pada untai pengarah dan DNA polimerase e pada untai
tertinggal. Baik DNA polimerase d maupun e mempunyai fungsi penyuntingan.
Kemampuan DNA polimerase d untuk menyintesis DNA yang panjang
disebabkan oleh adanya antigen perbanyakan nuklear sel atau proliferating cell
nuclear antigen (PCNA), yang fungsinya setara dengan subunit b holoenzim DNA
polimerase III pada E. coli. Selain terjadi penggandaan DNA, kandungan histon di
dalam sel juga mengalami penggandaan selama fase S.
Mesin replikasi yang terdiri atas semua enzim dan DNA yang berkaitan
dengan garpu replikasi akan diimobilisasi di dalam matriks nuklear. Mesin-mesin
tersebut dapat divisualisasikan menggunakan mikroskop dengan melabeli DNA
yang sedang bereplikasi. Pelabelan dilakukan menggunakan analog timidin, yaitu
bromodeoksiuridin (BUdR), dan visualisasi DNA yang dilabeli tersebut dilakukan
dengan imunofloresensi menggunakan antibodi yang mengenali BUdR.
21
Ujung kromosom linier tidak dapat direplikasi sepenuhnya karena tidak ada
DNA yang dapat menggantikan RNA primer yang dibuang dari ujung 5 untai
tertinggal. Dengan demikian, informasi genetik dapat hilang dari DNA. Untuk
mengatasi hal ini, ujung kromosom eukariota (telomer) mengandung beratus-ratus
sekuens repetitif sederhana yang tidak berisi informasi genetik dengan ujung 3
melampaui ujung 5. Enzim telomerase mengandung molekul RNA pendek, yang
sebagian sekuensnya komplementer dengan sekuens repetitif tersebut. RNA ini
akan bertindak sebagai cetakan (templat) bagi penambahan sekuens repetitif pada
ujung 3.
Hal yang menarik adalah bahwa aktivitas telomerase mengalami penekanan
di dalam sel-sel somatis pada organisme multiseluler, yang lambat laun akan
menyebabkan pemendekan kromosom pada tiap generasi sel. Ketika pemendekan
mencapai DNA yang membawa informasi genetik, sel-sel akan menjadi layu dan
mati. Fenomena ini diduga sangat penting di dalam proses penuaan sel. Selain itu,
kemampuan penggandaan yang tidak terkendali pada kebanyakan sel kanker juga
berkaitan dengan reaktivasi enzim telomerase.
mRNA akan diterjemahkan sebagai basa nitrogen urasil (U). Jika pada untai DNA
sens terdapat basa nitrogen guanin (G), maka pada untai mRNA akan diartikan
sebagai basa nitrogen sitosin (S). Hal ini berlaku sebaliknya. Untai inisiasi pada
DNA-pun akan diterjemahkan menjadi untai terminasi pada mRNA, dan
sebaliknya.
mRNA yang telah selesai dicetak (dalam arti telah selesai menerima
informasi genetik dari DNA) akan meninggalkan DNA, keluar dari inti sel melalui
pori-pori membran inti sel menuju sitoplasma untuk melanjutkan proses translasi.
2. Translasi
Pada proses ini, mRNA telah keluar dari inti sel. Sekali mRNA keluar dari
inti sel dan telah berada dalam sitoplasma, maka mRNA akan bergabung dengan
satu atau lebih ribosom yang memungkinkan asam-asam amino disusun menjadi
rantai polipeptida sesuai dengan kode genetik yang diamanahkan pada rantai
mRNA. Jadi proses translasi merupakan proses pemindahan informasi genetik
dari RNA ke protein.
Proses translasi dibantu dengan bantuan molekul-molekul perantara lain
yang terdapat di dalam sitoplasma, yaitu tRNA atau RNA pemindah. tRNA
berfungsi untuk mengikat asam amino pada satu ujungnya, sedangkan ujung yang
lain mampu untuk mengenal kodon mRNA untuk tempat melekatnya asam amino
yang dia ikat.
Asam amino yang terdapat di dalam sitoplasma akan diikat oleh tRNA.
Pengikatan ini dibantu dengan menggunakan energi yang berupa ATP (adenin
tripospat). ATP berfungsi untuk mengaktifkan asam amino agar siap untuk
diangkut ke subunit ribosom. Translasi meliputi tiga tahapan, yaitu inisiasi,
elongasi, dan terminasi.
Proses pertama translasi disebut dengan inisiasi atau permulaan. mRNA
yang telah keluar dari inti sel (nukleus) dan sudah berada di sitoplasma akan
bersatu dengan subunit kecil ribosom. Ribosom akan menempel pada mRNA yang
memiliki kodon AUG. Kodon ini merupakan kodon penanda yang menandai akan
dimulainya sintesis protein. Kodon AUG adalah kode kodon untuk asam amino
metionin. Kodon AUG biasanya ada di ujung 5`. Setelah ditemukan kodon ini,
24
maka akan dilanjutkan dengan tahapan translasi selanjutnya, yaitu tahap elongasi
atau perpanjangan.
Tahap kedua yaitu tahap elongasi. Setelah kodon AUG ditemukan, tRNA
akan membawa asam amino dari sitoplasma yang memiliki kode UAS sebagai
terjemahan dari metionin. Setelah metionin diterjemahkan, subunit besar ribosom
akan bersatu dengan subunit kecil yang membentuk ribosom yang sempurna.
Setelah menerjemahkan metionin, kodon-kodon selanjutnya akan terbaca dan
akan diterjemahkan dengan cara yang sama.
tRNA membawa asam amino masuk ke dalam subunit besar dan melekat
pada sisi A, lalu akan dilepaskan pada sisi P. tRNA akan keluar melalui sisi E
pada bagian subunit besar ribosom.
Misal setelah AUG terdapat kodon ASG. Maka tRNA akan mencarikan
terjemahan dari kodon itu, yaitu UGS, yang berarti kode untuk asam amino
treonin. Kodon treonin itu akan diangkut oleh tRNA memasuki bagian sisi A dan
melepaskannya pada sisi P. tRNA akan keluar dari ribosom melalui sisi E pada
subunit besar untuk membawa asam amino yang lainnya. Demikian proses yang
terjadi sampai terbentuk untaian yang cukup panjang, sampai ditemukan kode
untuk menghentikan proses ini.
Tahap ketiga yaitu tahap terminasi atau penghentian sintesis protein. Tahap
ini terjadi karena terdapat kode-kode yang menandai mRNA untuk menghentikan
proses pengangkutan asam amino. Kode-kode itu berbentuk kodon UAA, UAG,
atau UGA. Jika salah satu kodon itu ditemukan oleh tRNA, maka secara langsung
proses sintesis protein akan terhenti karena tRNA tidak mengikat asam amino
kembali.
Setelah selesai tahap terminasi, maka secara otomatis ribosom akan berpisah
antara subunit besar dan subunit kecilnya, serta asam amino akan membentuk zat
lain yang sedang dibutuhkan oleh sel. Sub unit besar dan subunit kecil akan
bersatu kembali jika akan dilakukan proses sintesis kembali.
25
26
27
nukleotida pada salah satu untaian molekul RNA digunakan sebagai cetakan
(template) untuk sintesis molekul RNA yang komptementer. Translasi adalah
proses penerjemah urutan nucleotida yang ada pada molekul mRNA menjadi
rangkaian asam-asam amino yang menyusun suatu polipeptida atau protein.
Hanya molekul mRNA yang ditranslasi, sedangkan rRNA dan tRNA tidak
ditranslasi. Molekul mRNA merupakan transkrip (salinan) urutan DNA yang
menyusun suatu gen dalam bentuk ORF (open reading frame, kerangka baca
terbuka).
Molekul rRNA adalah salah satu molekul penyusun ribosom, yakni organel
tempat berlangsungnya sintesis protein, tRNA adalah pembawa asam-asam amino
yang akan disambungkan menjadi rantai polipeptida.
DAFTAR PUSTAKA
http://bio-asam-nukleat-1.blogspot.com/2012/12/asam-nukleat-merupakan-
makromolekulyang.html?m=1 (Diakses tanggal 6 November 2016).
http://mediapenyuluhanperikananpati.blogspot.com/2013/08/inovasi-difusi-
teknologi-pangan-dengan.html (Diakses tanggal 6 November 2016).
Sudjadi, Bagod. Siti, Laila. 2012. Biologi 3A Sains dalam Kehidupan. Jakarta :
Yudhistira.
Ngili, Yohanis. 2010. Biokimia Dasar. Bandung : Rekayasa Sains.
28