Você está na página 1de 26

ALASAN KETUA MAJELIS PK BEBASKAN KORUPTOR BLBI

SUDJIONO TIMAN

Mahkamah Agung (MA) mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali (PK)


yang diajukan oleh Sudjiono Timan, koruptor dana Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI). Sudjiono yang sampai saat ini masih buron itu kini lepas dari
jeratan hukum.

Ketua Majelis PK, Hakim Agung Suhadi akhirnya buka suara. Menurutnya, apa
yang diputuskan oleh majelis PK telah benar. Termasuk terkait dengan Surat
Edaran MA (SEMA) No 1 tahun 2012 tentang Permohonan Peninjauan Kembali
dalam Perkara Pidana.

Menurut Suhadi, SEMA itu diregistrasi April 2012 dan mulai diberlakukan pada
Juni 2012. "Sementara ini (PK Sudjiono) masuknya Januari 2012, lalu mulai
disidang April 2012," kata Suhadi di Gedung MA, Jumat (23/8/2013).

Kata Suhadi, MA sudah menyepakati, bahwa permohonan PK sebelum terbitnya


SEMA tersebut diputuskan untuk dilanjutkan. Sementara, permohonan PK
Sudjiono diajukan oleh istrinya didampingi kuasa hukum.

"Istrinya yang mengajukan, dia pemohon dan hadir. Dia mengajukan PK


berdasarkan KUHAP itu, bahwa yang mengajukan PK kan terdakwa atau ahli
waris. Oleh majelis, istri dianggap ahli waris," ujar Suhadi.

Lebih lanjut Suhadi menerangkan, perkara yang menimpa Sudjiono ini bukan
masuk ranah pidana. Sejak di tingkat pertama, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
telah menetapkan perkara ini sebagai perdata.

"Kemudian perbuatannya terbukti, tapi bukan tindak pidana. Di Kasasi pada 2004,
dituntut 8 tahun dan diputus 15 tahun oleh MA," kata Suhadi.

Kemudian, pada 2006 keluar putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap uji
materil Pasal 2 ayat 1 UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).
Dinyatakan, bahwa frasa "secara melawan hukum" pada Pasal 2 ayat 1 dinyatakan
inkonstitusional atau bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat. Artinya perbuatan yang masuk kategori pidana korupsi
harus benar-benar yang terbukti dalam perundang-perundangan, dalam hal ini UU
Pemberantasan Tipikor.

Sementara, lanjut Suhadi, perbuatan Sudjiono menghilangkan uang Negara, yakni


dana BLBI itu benar terbukti. Namun, itu bukan masuk ranah pidana, melainkan
perdata. Sebab, perbuatan menghilangkan uang negara itu bukan atas nama pribadi,
melainkan PT BPUI yang mana dia dinilai melanggar kepatutan sebagai Direktur
Utama PT BPUI.

"(Sudjiono) melanggar kepatutan. Kepatutan dia sebagai Direktur Utama PT BPUI.


Dia meminjamkan uang dari dana BLBI kepada perusahaan-perusahaan lain, tapi
yang meminjam itu PT BPUI, bukan atas nama pribadi," katanya.

Lalu terjadilah krisis moneter pada 1998. Di mana perusahaan-perusahaan yang


dipinjami dana BLBI itu mengalami kebangkrutan, sehingga tak mampu
membayar balik pinjaman itu kepada PT BPUI. Karenanya, Sudjiono dianggap
bukan menguntungkan diri sendiri.

Untuk itu, perkara Sudjiono ini oleh majelis PK mengacu salah satunya pada
putusan MK tadi. Bahwa seseorang terklasifikasi melakukan korupsi harus yang
benar-benar terbukti menurut UU Pemberantasan Tipikor.

"Perusahaan-perusahaan yang tidak mampu bayar pinjaman dari PT BPUI karena


krisis moneter itu adalah masuk ranah hubungan industrial atau perdata," kata
Suhadi.

Lalu bagaimana dengan putusan Kasasi yang menjatuhkan vonis 15 tahun penjara
kepada Sudjiono? Menurut Suhadi, putusan kasasi itu juga benar secara hukum.
Namun, kasasi itu diputus pada 2004. Di mana saat itu belum ada putusan MK soal
Pasal 2 ayat 1 UU Pemberantasan Tipikor.

Sementara majelis PK mengacu pada putusan MK. Suhadi lantas mengutip Pasal 1
ayat 1 KUHAP, bahwa tidak ada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas
kekuatan aturan pidana dalam Peraturan Perundang-Undangan yang telah ada
sebelum perbuatan itu dilakukan.

"Lalu pada Pasal 1 ayat 2, jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan dalam
Peraturan Perundang-Undangan, maka yang dipakai adalah aturan yang paling
ringan sanksinya bagi terdakwa," ujar dia. (Ein)
Catatan SEMA No. 1 Tahun 2012 tentang Pengajuan Permohonan
PK dalam Perkara Pidana

Mahkamah Agung pada tanggal 28 Juni 2012 lalu menerbitkan Surat Edaran
Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pengajuan Permohonan
Peninjauan Kembali dalam Perkara Pidana. SEMA ini pada intinya menyatakan
bahwa permohonan PK dalam perkara pidana (dalam sidang pemeriksaan
permohonan PK di pengadilan negeri) harus dihadiri oleh Terpidana atau ahli
warisnya secara langsung, tidak bisa hanya dihadiri oleh Kuasa Hukum.

SEMA ini tidak menjelaskan mengapa tiba-tiba MA memandang perlu untuk


mengatur PK hanya dapat diajukan (dihadiri) oleh terpidana atau ahli warisnya
secara langsung, dan tidak bisa hanya dihadiri oleh kuasa hukumnya semata.
Namun jika ditelusuri isu ini sebenarnya telah mencuat sejak awal tahun 2010 yang
lalu. Pada saat itu MA untuk pertama kalinya menyatakan tidak dapat menerima
(niet onvanklijk verklaard / N.O.) permohonan PK dengan terpidana korupsi
Tazwin Zein dengan alasan permohonan PK tersebut tidak dihadiri oleh
Terpidana/Ahli Warisnya saat sidang pemeriksaan PK di pengadilan Negeri, hanya
dihadiri oleh Penasihat Hukumnya. Dalam putusan ini suara MA tidak bulat,
terdapat dua hakim anggota yang berbeda pendapat, yaitu Leopold Hutagalung
(hakim ad hoc) dan Abbas Said yang berpendapat bahwa PK yang hanya dihadiri
oleh Penasihat Hukum diperbolehkan.

Tak lama setelah perkara Tamzil Zein tersebut MA kembali memutus dengan
putusan serupa, kali ini dengan suara bulat, yaitu dalam perkara Setia Budi No. 74
PK/Pid.Sus/2010 (kutipan pertimbangan klik disini). Dalam putusan ini sangat
terlihat jelas bahwa alasan Mahkamah Agung menyatakan tidak dapat menerima
PK yang tidak dihadiri oleh Terpidana/Ahli Warisnya adalah karena dikhawatirkan
PK dimanfaatkan oleh terpidana yang sedang melarikan diri/bersembunyi seperti
yang telah terjadi sebelum-sebelumnya yaitu seperti dalam kasus Tommy Soeharto.

Sebelum SEMA ini terbit memang terdapat inkonsistensi dalam putusan-putusan


MA terkait masalah ini. Terdapat dua pandangan di dalam tubuh Mahkamah Agung
yang menafsirkan aturan-aturan mengenai PK dalam KUHAP, ada yang
memandang kehadiran terpidana / ahli warisnya bersifat imperatif ada yang tidak.
Hal ini juga diakui oleh mantan Ketua Mahkamah Agung Harifin A Tumpa (lihat
Sikap MA Terbelah Tentang Pengajuan PK Oleh Advokat). Sebelum putusan
Tazwin Zein memang MA sepertinya tidak mempermasalahkan ketidakhadiran
terpidana/ahli warisnya dalam sidang pemeriksaan PK di Pengadilan Negeri, hal
ini terlihat secara jelas dalam perkara-perkara yang disebutkan dalam kasus
korupsi PT Bulog dengan terpidana Tommy Soeharto dimana MA yang saat itu
jelas-jelas sudah mengetahui Tommy Soeharto sedang melarikan diri mengabulkan
permohonan PK yang diajukan oleh Tommy melalui kuasa hukumnya. Saat itu
majelis PK yang mengabulkan permohonan PK tersebut dipimpin langsung oleh
Ketua MA pada saat itu, Prof. Bagir Manan.

Latar belakang seperti di atas lah sepertinya yang menjadi alasan mengapa MA
merasa perlu menerbitkan SEMA No. 1 Tahun 2012 ini, untuk mengakhiri
dualisme pendapat MA tersebut.

Tepat kah SEMA ini?

Sebelum menilai tepat atau tidaknya SEMA ini mari kita lihat kembali dua pasal
yang dirujuk oleh MA dalam SEMA tersebut, yaitu Pasal 263 dan 265 KUHAP.

Pasal 263

1. Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,


kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana atau
ahli warisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan. kembali kepada
Mahkamah Agung.

2. Permintaan peninjauan kembali dilakukan atas dasar :

1. apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa


jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang
lebih ringan;

2. apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu


telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan
putusan yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan
satu dengan yang lain;

3. apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan


hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.

3. Atas dasar alasan yang sama sebagaimana tersebut pada ayat (2) terhadap
suatu putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dapat diajukan permintaan peninjauan kembali apabila dalam putusan itu
suatu perbuatan yang didakwakan telah dinyatakan terbukti akan tetapi tidak
diikuti oleh suatu pemidanaan.

Pasal 265

1. Ketua pengadilan setelah menerima permintaan peninjauan kembali


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat (1) menunjuk hakim yang
tidak memeriksa perkara semula yang dimintakan peninjauan-kembali itu
untuk memeriksa apakah permintaan peninjauan kembali tersebut memenuhi
alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat (2).

2. Dalam pemeriksaan sebagaimana tersebut pada ayat (1), pemohon dan jaksa
ikut hadir dan dapat menyampaikan pendapatnya.

3. Atas pemeriksaan tersebut dibuat berita acara pemeriksaan yang


ditandatangani oleh hakim, jaksa, pemohon dan panitera dan berdasarkan
berita acara itu dibuat berita acara pendapat yang ditandatangani oleh hakim
dan panitera.

4. Ketua pengadilan segera melanjutkan permintaan peninjauan kembali yang


dilampiri berkas perkara semula, berita acara pemeriksaan dan berita acara
pendapat kepada Mahkamah Agung yang tembusan surat pengantarnya
disampaikan kepada pemohon dan jaksa.

5. Dalam hal suatu perkara yang dimintakan peninjauan kembali adalah


putusan pengadilan banding, maka tembusan surat pengantar tersebut harus
dilampiri tembusan berita acara pemeriksaan serta berita acara pendapat dan
disampaikan kepada pengadilan banding yang bersangkutan.

Dari kedua pasal di atas terlihat bahwa KUHAP tidak secara tegas mengatur
apakah kehadiran Terpidana/ahli warisnya bersifat imperatif atau tidak. Memang
benar bahwa jika dilihat secara sistematis terkesan bahwa kehadiran terpidana/ahli
warisnya bersifat imperatif, yaitu jika merujuk pada pasal 265 ayat 3 dimana di
ayat tersebut dinyatakan bahwa dalam berita acara sidang pemeriksaan
ditandatangani oleh (salah satunya) Pemohon. Pertanyaannya kemudian tentu,
siapakah yang dimaksud pemohon? Apakah penasihat hukum yang mendapatkan
kuasa khusus untuk mewakili terpidana/ahli warisnya dapat disebut juga sebagai
pemohon?

Mengenai siapa yang dimaksud dengan Pemohon Bagian Kedua Bab XVIII
KUHAP ini memang tidak secara tegas mendefinisikannya. Istilah Pemohon dalam
konteks Peninjauan Kembali sendiri baru muncul pada pasal 264 ayat (1) yang
selengkapnya berbunyi:

Pasal 264

(1) Permintaan peninjauan kembali oleh pemohon sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 263 ayat (1) diajukan kepada panitera pengadilan yang telah memutus
perkaranya dalam tingkat pertama dengan menyebutkan secara jelas alasannya.

Dari pasal 264 ayat (1) di atas yang kemudian merujuk pada Pasal 263 ayat (1)
memang dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Pemohon terbatas pada
Terpidana atau Ahli Warisnya. Pertanyaannya kemudian mungkin apakah berarti
kehadiran Terpidana (atau Terdakwa) dalam upaya hukum lainnya khususnya
upaya hukum biasa seperti Banding dan Kasasi juga harus dihadiri secara langsung
oleh Pemohon dalam pengertian Terdakwa? Untuk itu mari kita lihat kedua pasal
dibawah ini:

Pasal 233

(1) Permintaan banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 dapat diajukan ke


pengadilan tinggi oleh terdakwa atau yang khusus dikuasakan untuk itu atau
penuntut umum;
Pasal 244

Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh
pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut umum
dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung
kecuali terhadap putusan bebas.

Dari kedua pasal di atas terlihat bahwa KUHAP tidak secara konsisten mengatur
kedudukan Penasihat Hukum dalam pengajuan upaya hukum baik upaya hukum
biasa maupun luar biasa. Dalam pasal 233 yang mengatur mengenai permohonan
Banding KUHAP menyebutkan kedudukan penasihat hukum untuk dapat
mengajukan Banding, dengan rumusan atau yang khusus dikuasakan untuk
itu, sementara dalam aturan mengenai Kasasi Pasal 244 tidak secara tegas
mengaturnya. Dengan tidak tegas diaturnya hal yang demikian apakah suatu saat
nanti MA juga akan menyatakan permohonan Kasasi yang tidak diajukan secara
langsung (hanya melalui penasihat hukumnya yang telah mendapatkan surat kuasa
untuk itu) juga akan dinyatakan tidak dapat diterima? Wallahu alam.

Seperti terlihat dalam tulisan di atas (khususnya link berita) sebelum 2010 MA
tidak pernah mempermasalahkan ketidakhadiran terpidana/ahli warisnya dalam
sidang pemeriksaan PK. Perubahan pandangan MA ini terjadi sepertinya semata-
mata karena kekhawatiran kembali terjadi PK yang diajukan oleh Terpidana
padahal ia sedang melarikan diri. Kekhawatiran ini terlihat jelas dalam
pertimbangan MA dalam putusannya nomor 74 PK/Pid.Sus/2010 (Setia Budi).
Permasalahannya, jika hal itu yang dikhawatirkan, mengapat MA tidak
menyatakan saja baik dalam putusannya atau dalam SEMA bahwa Terpidana yang
melarikan diri tidak dapat diterima permohonan PK nya? Mengapa larangan
tersebut digeneralisir untuk semua kondisi?

SEMA ini menurut saya akan menyulitkan Terpidana (yang tidak melarikan diri)
untuk dapat menggunakan haknya. Terpidana yang akan mengajukan PK umumnya
adalah terpidana yang sedang menjalani hukuman (umumnya dalam penjara, bisa
juga denda). Tentunya sangat sulit bagi Terpidana untuk dapat hadir dalam sidang
pemeriksaan permohonan PK, karena ia sedang dalam penjara. Diperlukan izin
untuk dapat keluar Lembaga Pemasyarakatan, dan tidak mudah untuk
mendapatkan izin ini. Belum lagi, bagaimana jika Terpidana sedang menjalani di
Lembaga Pemasyarakatan yang sangat jauh dari Pengadilan Negeri tempat
permohonan PK akan diperiksa? Misalnya terpidana yang sedang menjalani
hukuman di Nusa Kambangan, sementara ia dulu di adili di Pengadilan Negeri
Medan. Berapa hari izin yang bisa diberikan? Berapa ongkos yang harus ia
keluarkan? Untuk menjamin Terpidana (pemohon) tidak melarikan diri tentu
negara harus melakukan pengamanan terhadap si pemohon sejak keluar dari
Lembaga Pemasyarakatan, sidang, hingga kembali ke LP tersebut. Siapa yang akan
menanggung biayanya? Negara? Berapa biaya yang harus dikeluarkan negara
untuk itu? Mudah kah prosedurnya? Apa jaminannya aparat yang ditunjuk untuk
mendampingi si Pemohon tidak akan meminta biaya tambahan kepada Pemohon?

Apakah seluruh Terpidana kita kaya raya? Tentu tidak. Kasus-kasus yang menjadi
latar belakang SEMA ini memang merupakan kasus-kasus tindak pidana korupsi,
tapi SEMA ini sendiri toh tidak khusus ditujukan untuk PK dalam perkara Korupsi,
namun untuk seluruh jenis perkara. Jikalaupun hanya dibatasi untuk kasus-kasus
korupsi, pertanyaanya apakah pasti seluruh terpidana korupsi itu kaya raya?
Pandangan bahwa terpidana korupsi pasti kaya raya tentu pandangan yang sangat
bias. Karena kenyatannya banyak terpidana kasus korupsi yang juga miskin.
Berapa banyak kasus korupsi yang dilakukan oleh pegawai rendahan, guru, petani,
kepala dusun karena korupsi-korupsi terkait dana Bantuan Operasional Sekolah,
penyaluran Bantuan Tunai Langsung, penyaluran Beras Miskin dll yang nilai
korupsinya terkadang tak lebih dari 20 juta rupiah?

Di luar kasus korupsi (yang juga terpidananya belum tentu kaya raya) mayoritas
terpidana bukanlah orang yang mampu secara ekonomi. SEMA ini yang pada
akhirnya akan membebankan para calon pemohon secara ekonomi akan secara
langsung maupun tidak langsung menghambat hak mereka untuk mengakses
keadilan.

Mungkin kita akan berfikir, ya kalau tidak bisa dihadiri Terpidananya secara
langsung ya keluarganya saja, toh mereka bisa menjadi pemohon. Apakah benar
keluarga (istri, anak dll) dapat menjadi pemohon? Ya dan Tidak. Keluarga memang
bisa menjadi pemohon, jika mereka adalah ahli waris. Dan jangan lupa Pasal 263
ayat (1) menggunakan istilah Ahli Waris, yang artinya tentu bukan sekedar
keluarga, namun keluarga setelah terpidana itu sendiri telah meninggal dunia.
Karena Ahli Waris baru muncul setelah calon pewaris meninggal dunia. Dengan
demikian berarti sepanjang Terpidana itu sendiri masih hidup, keluarga, baik istri,
anak, orang tua, cucu dll tidak dapat menjadi Pemohon Peninjauan Kembali. Jadi
solusi agar jika terpidana tidak dapat hadir dalam sidang pemeriksaan baik
karena alasan tidak mendapat izin, atau karena tidak punya biaya untuk ongkos,
penginapan dll- permohonan diajukan saja oleh ahli warisnya tidak benar.

Kembali Ke Tujuan

Dengan pertimbangan di atas saya berpendapat SEMA ini (dan juga putusan-
putusan MA sebelumnya) seperti menembak lalat dengan meriam, tujuannya
hanyalah ingin menembak lalat namun akhirnya semua ikut kena oleh karena
senjatanya tidak proporsional. Jika MA ingin menghindari adanya permohonan PK
oleh terpidana yang sedang melarikan diri ya atur saja demikian. Atur saja bahwa
dalam sidang pemeriksaan PK pengadilan (dan Penuntut Umum) harus
memastikan bahwa Pemohon / Terpidana tidak sedang melarikan diri. Itu saja,
tidak perlu mencari-cari justifikasi dengan menafsirkan pasal 265 ayat 2 dan 3
yang pada akhirnya menjadi tidak terlalu tepat.

Sekian.

Lampiran SEMA No. 1 Tahun 2012 Pengajuan Permohonan Peninjauan


Kembali dalam Perkara Pidana

Berdasarkan Pasal 263 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) diatur bahwa terhadap putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala
tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permontaan
peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.

Atas dasar ketentuan tersebut di atas dan juga ketentuan Pasal 265 ayat (2) DAN
(3) KUHAP, Mahkamah Agung menegaskan bahwa permintaan peninjauan
kembali kepada Mahkamah Agung hanya dapat diajukan oleh terpidana sendiri
atau ahli warisnya. Permintaan peninjauan kembali yang diajukan oleh kuasa
hukum terpidana tanpa dihadiri oleh terpidana harus dinyatakan tidak dapat
diterima dan berkas perkaranya tidak dilanjutkan ke Mahkamah Agung.

Permintaan peninjauan kembali yang diajukan oleh kuasa hukum terpidana atau
ahli warisnya sebelum berlakunya surat edaran ini, agar berkas perkaranya
dilanjutkan ke Mahkamah Agung.

PROSEDUR PENINJAUAN KEMBALI PERKARA PIDANA


1. Terhadap putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
yang merupakan putusan pemidanaan, terpidana. atau ahli warisnya dapat
mengajukan permohonan Peninjauan Kembali, dan dapat dikuasakan kepada
Penasihat Hukumnya.

2. Permohonan Peninjauan Kembali diajukan kepada Panitera Pengadilan yang


telah memutus perkaranya dalam tingkat pertama dengan menyebutkan
secara jelas alasannya.

3. Permohonan Peninjauan Kembali tidak dibatasi jangka waktu.

4. Petugas menerima berkas perkara pidana permohonan Peninjauan Kembali,


lengkap dengan surat-surat yang berhubungan dengan perkara tersebut, dan
memberikan tanda terima.

5. Permohonan Peninjauan Kembali dari terpidana atau ahli warisnya atau


Penasihat Hukumnya beserta alasan-alasannya, diterima oleh Panitera dan
ditulis dalam suatu surat keterangan yang ditandatangani oleh Panitera dan
pemohon.

6. Dalam hal terpidana selaku pemohon Peninjauan Kembali kurang


memahami hukum, Panitera wajib menanyakan dan mencatat alasan-alasan
secara jelas dengan membuatkan Surat Permohonan Peninjauan Kembali.

7. Dalam hal Pengadilan Negeri menerima permohonan Peninjauan Kembali,


wajib memberitahukan permintaan permohonan Peninjauan Kembali
tersebut kepada Penuntut Umum.

8. Dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah permohonan


Peninjauan Kembali diterima Pengadilan Negeri, Ketua Pengadilan
menunjuk Majelis Hakim yang tidak memeriksa perkara semula, untuk
memeriksa dan memberikan pendapat apakah alasan permohonan
Peninjauan Kembali telah sesuai dengan ketentuan Undang-undang.

9. Dalam pemeriksaan tersebut, terpidana atau ahli warisnya dapat didampingi


oleh Penasehat Hukum dan Jaksa yang dalam hal ini bukan dalam
kapasitasnya sebagai Penuntut Umum ikut hadir dan dapat menyampaikan
pendapatnya.

10.Dalam hal permohonan Peninjauan Kembali diajukan oleh terpidana yang


sedang menjalani pidananya, Hakim menerbitkan penetapan yang
memerintahkan kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan dimana terpidana
menjalani pidana untuk menghadirkan terpidana ke persidangan Pengadilan
Negeri.

11.Panitera wajib membuat Berita Acara Pemeriksaan Peninjauan Kembali


yang ditandatangani oleh Hakim, Jaksa, pemohon dan Panitera. Berdasarkan
berita acara pemeriksaan tersebut dibuat berita acara pendapat yang
ditandatangani oleh Majelis Hakim dan Panitera.

12.Permohonan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan maupun


menghentikan pelaksanaan putusan.

13.Permohonan Peninjauan Kembali yang terpidananya berada di luar wilayah


Pengadilan yang telah memutus dalam tingkat pertama:

a. Diajukan kepada Pengadilan yang memutus dalam tingkat pertama;

b. Hakim dari Pengadilan yang memutus dalam tingkat pertama dengan


penetapan dapat meminta bantuan pemeriksaan, kepada Pengadilan
Negeri tempat pemohon Peninjauan Kembali berada;

c. Berita Acara pemeriksaan dikirim ke Pengadilan yang meminta


bantuan pemeriksaan;

d. Berita Acara Pendapat dibuat oleh Pengadilan yang telah memutus


pada tingkat pertama;

14.Dalam pemeriksaan persidangan dapat diajukan surat-surat dan saksi-saksi


yang sebelumnya tidak pernah diajukan pada persidangan Pengadilan di
tingkat pertama.

15.Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, setelah pemeriksaan persidangan selesai,


Panitera harus segera mengirimkan berkas perkara tersebut ke Mahkamah
Agung. Tembusan surat pengantarnya disampaikan kepada pemohon dan
Jaksa.

16.Dalam hal suatu perkara yang dimintakan Peninjauan Kembali adalah


putusan Pengadilan Banding, maka tembusan surat pengantar tersebut harus
dilampiri tembusan Berita Acara Pemeriksaan serta Berita Acara pendapat
dan disampaikan kepada Pengadilan Banding yang bersangkutan.
17.Fotocopy relaas pemberitahuan putusan Mahkamah Agung yang telah
disahkan oleh Panitera dikirimkan ke Mahkamah Agung.

18.Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali saja


(pasal 268 ayat 3 KUHAP).

CONTO SURAT PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI

Berikut contoh sederhana dari surat peninjauan kembali (PK), yang dikenal dalam
ilmu Hukum, Semoga bisa memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi
kalangan Praktisi Ilmu Hukum.

Yang Bertanda tangan dibawah ini saya bernama Supriadi Hasan, SH.LLM
Advokat/pengacara, tinggal di jalan Mawar Berduri, No. 2A Kendari Barat,
berdasarkan surat kuasa tanggal . (Terlampir) penasihat hukum saudara
Muh Fajri,ST., tinggal di jalan Ayam Kampung, No. 4BKendari Barat, yang
selanjutnya disebut pihak pemohon.

Bahwa melalui sepucuk surat ini mengajukan permohonan peninjauan kembali atas
keputusan Pengadilan Negeri Kendari BaratNo. . Tanggal ,
yang amarnya sebagai berikut:

MENGADILI

Menyatakan terdakwa Muh Fajri,ST. telah bersalah melakukan tindak pidana


pembunuhan sebagaimana diatur dan diancam hukuman berdasarkan Pasal 338
KUHP. Menghukum terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 10
tahun.
Keberatan Pertama

Bahwa Pengakuan Cisilina Angelica dan keputusan Pengadilan Kendari BaratNo


. tanggal . yang melakukan pembunuhan atas diri korban
bernama Daulat Utomo bukanlah pemohon, melainkan Cisilina Angelica. Dengan
demikian, pengadilan telah salah menghukum Muh Fajri,ST.

Berdasarkan alasan tersebut di atas, pemohon mohon kepada Bapak Ketua


Mahkamah Agung RI di Kendari berkenan memutuskan:

1. Meninjau kembali Keputusan Pengadilan Negeri Kendari BaratNo Tanggal


. yang telah memperoleh kekuatan Hukum yang tetap dan mengadili sendiri
membebaskan pemohon/terhukum Muh Fajri,ST. dari Hukuman yang telah
dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Kendari Barattersebut.

MEMORI PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI

TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI

-., bertempat tinggal di jalan ., dalam hal ini telah memberi kuasa
dan memilih domisili hukum di alamat: philip jusuf,s.h.,m.h., ., dan
., para advokat, berkantor di ., berdasarkan surat kuasa khusus no.
., tertanggal ., selanjutnya disebut juga: pemohon peninjauan
kembali, semula pemohon kasasi/tergugat;
pemohon peninjauan kembali dengan ini hendak mengajukan permohonan
peninjauan kembali terhadap putusan mahkamah agung no. k/pdt. sus/ ..,
tertanggal . jo. putusan pengadilan niaga pada pengadilan negeri jakarta
pusat no. /paten/ ../pn.niaga., tertanggal ., yang telah berkekuatan
hukum tetap, dalam perkaranya melawan:
1. ., bertempat tinggal di jalan ., selanjutnya disebut: termohon
peninjauan kembali, semula termohon kasasi/penggugat i;
2. ., bertempat tinggal di jalan ., selanjutnya disebut: termohon
peninjauan kembali, semula termohon kasasi/penggugat ii;
3. pemerintah republik indonesia c.q. kementerian hukum dan ham ri cq. direktur
jenderal hak kekayaan intelektual cq. direktur paten, beralamat di jalan daan mogot
km. 24, tangerang 15119, selanjutnya disebut: turut termohon peninjauan kembali,
semula turut termohon kasasi/turut tergugat ;
permohonan peninjauan kembali a qua diajukan berdasarkan alasan-alasan sebagai
berikut:
- bahwa pada tanggal . jurusita pengganti pengadilan niaga pada pengadilan
negeri . telah memberitahukan dengan resmi kepada kuasa pemohon
peninjauan kembali tentang isi putusan mahkamah agung ri (judex juris) no.
k/pdt.sus/ , tertanggal .; (lihat: relaas pemberitahuan isi putusan
terlampir)
- bahwa putusan judex juris amarnya berbunyi sebagai berikut:

mengadili:
- menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi: ., tersebut;
- menghukum pemohon kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi
sebesar rp . (. rupiah).
- bahwa putusan yang dimohonkan kasasi, dalam hal ini putusan pengadilan niaga
pada pengadilan negeri ., no. /paten/../pn.niaga. , tertanggal
., amarnya berbunyi sebagai berikut:
mengadili
dalam eksepsi
- menolak eksepsi dari tergugat dan turut tergugat untuk seluruhnya;
dalam pokok perkara
1. menerima dan mengabulkan gugatan para penggugat untuk seluruhnya;
2. menyatakan ;
3. menyatakan ;4. memerintahkan ;6. menghukum tergugat
untuk membayar biaya perkara ini sebesar rp..
- bahwa oleh karena permohonan peninjauan kembali atas putusan judex juris
diajukan dalam tenggang waktu dan sesuai dengan cara yang diatur dalam undang-
undang, secara formal permohonan peninjauan kembali a quo dapatlah diterima;
- bahwa pemohon peninjauan kembali sangat berkeberatan terhadap putusan judex
juris yang menolak permohonan kasasi pemohon peninjauan kembali yang semula
selaku pemohon kasasi, oleh karena judex juris seharusnya membatalkan putusan
judex facti, dengan mengadili sendiri yang amarnya menolak seluruh gugatan para
termohon peninjauan kembali yang semula selaku para penggugat atau setidak-
tidaknya menyatakan gugatan tersebut tidak dapat diterima;
bahwa alasan-alasan keberatan pemohon peninjauan kembali terhadap putusan
judex facti adalah seperti yang akan diuraikan di bawah ini;
1. putusan judex juris didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu
muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus

bahwa judex facti dalam putusannya pada halaman telah


mengambil pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
.
.
bahwa pemohon peninjauan kembali sangat berkeberatan terhadap
putusan judex juris yang menyebutkan ..;
bahwa keberatan pemohon peninjauan kembali didasarkan alasan oleh
karena merupakan suatu kebohongan atau tipu muslihat termohon
kasasi, yaitu ..;
bahwa kebohongan atau tipu muslihat itu baru diketahui oleh
pemohon kasasi setelah perkara a quo diputus oleh judex juris pada
tanggal , yaitu ..;
bahwa ..

2. putusan judex juris didasarkan pada bukti p-1 berupa .. dan bukti p-2
berupa . yang dinyatakan palsu berdasarkan putusan mahkamah agung
no. .., tertanggal ..
bahwa judex facti dalam putusannya pada halaman telah mengambil
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
.
bahwa pemohon peninjauan kembali sangat berkeberatan terhadap putusan judex
juris yang menyebutkan ..;
bahwa keberatan pemohon peninjauan kembali didasarkan alasan oleh karena bukti
p-1 berupa .. dan bukti p-2 berupa .. telah dinyatakan palsu berdasarkan
putusan mahkamah agung ri no. , tertanggal dalam perkara pidana ;
bahwa ..
3. ditemukan surat-surat bukti berupa .. yang bersifat menentukan yang
pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan

bahwa judex facti dalam putusannya pada halaman telah mengambil


pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut.bahwa pemohon peninjauan
kembali sangat berkeberatan terhadap putusan judex juris yang menyebutkan ..;
bahwa keberatan pemohon peninjauan kembali didasarkan alasan ditemukan bukti-
bukti berupa .., yaitu ..;bahwa pada waktu perkara diperiksa baik pada tingkat
pengadilan negeri, tingkat banding maupun tingkat kasasi, bukti-bukti tersebut
tidak dapat ditemukan, oleh karena bahwa bukti-bukti tersebut baru ditemukan
pada hari , tanggal .;bahwa hari dan tanggal ditemukannya bukti-bukti
tersebut telah dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh ;
bahwa ..;

4. judex juris telah mengabulkan suatu hal yang tidak dituntut

bahwa judex facti dalam putusannya pada halaman telah mengambil


pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
.
.
bahwa pemohon peninjauan kembali sangat berkeberatan terhadap putusan judex
juris yang menyebutkan ..;
bahwa keberatan pemohon peninjauan kembali didasarkan alasan apa yang
disebutkan oleh judex juris tersebut merupakan hal yang tidak pernah dituntut oleh
termohon kasasi;
bahwa yang dituntut oleh termohon kasasi sebagaimana ternyata dari bukti p-
berupa . adalah hal-hal sebagai berikut: ..;bahwa ..;

5. judex juris telah mengabulkan suatu hal yang lebih daripada yang dituntut
bahwa judex facti dalam putusannya pada halaman telah mengambil
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
.bahwa pemohon peninjauan kembali sangat berkeberatan terhadap putusan
judex juris yang menyebutkan ..;
bahwa keberatan pemohon peninjauan kembali didasarkan alasan apa yang
disebutkan oleh judex juris tersebut merupakan hal yang lebih dari yang dituntut
oleh termohon kasasi;
bahwa yang dituntut oleh termohon kasasi sebagaimana ternyata dari bukti p-
berupa . adalah hal-hal sebagai berikut: ..;
bahwa ..;
6. terdapat suatu bagian dari tuntutan yang belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya
7. antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar
yang sama oleh pengadilan yang sama telah diberikan putusan yang
bertentangan satu dengan yang lain
8. antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar
yang sama oleh pengadilan yang sama tingkatnya telah diberikan putusan
yang bertentangan satu dengan yang lain
9. dalam putusan judex juris terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata
berdasarkan alasan-alasan sebagaimana dikemukakan di atas, pemohon peninjauan
kembali, semula pemohon kasasi/tergugat memohon ke hadapan ketua mahkamah
agung ri untuk berkenan kiranya memeriksa dan memutus sendiri perkara a quo
dengan amarnya:
- menerima permohonan peninjauan kembali dari pemohon peninjauan kembali:
;
- membatalkan putusan mahkamah agung no. k/pdt. sus/.., tertanggal
., jo. putusan pengadilan niaga pada pengadilan negeri ., no.
/paten/ .. / pn. niaga, tertanggal .;
mengadili kembali:
menolak gugatan penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan penggugat
tidak dapat diterima;
atau dalam peradilan yang baik, mohon keadilan yang seadil-adilnya.
hormat kami,
untuk dan atas nama pemohon peninjauan kembali
semula pemohon kasasi/tergugat .,
CONTOH SURAT PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI (PK)

PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI

Atas Keputusan Mahkamah Agung R.I. Reg No K /Sip/20


tertanggal.2011..jo. Putusan Pengadilan Tinggi
Samarinda. No. /Pdt/2011./PT DKI, tertanggal
2011 jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, tertanggal .
2011

Dalam Perkara Perdata Antara

Penasehat Hukum dari kantor Pengacara /Law Office Rahdinal


Agus Safrillah & Associates berkantor di jalan Pintu Besar Utara
No. 6 Jakarta Barat, dalam hal ini bertindak selaku kuasa dan
karenanya sah untuk mewakili :

- ( Nama )
beralamat di jalan . No.. kelurahan
.. Kecamatan Jakarta yang untuk selanjutnya
disebut sebagai Pemohon Peninjauan kembali disingkat Pemohon
semula Penggugat dalam kasasi.
Pemohon semula Penggugat dalam Kasasi bersama ini
menyampaikan alasan-alasan permohonan peninjauan kembali
sebagai berikut:

1. Bahwa Putusan mahkamah Agung di Tingkat Kasasi tersebut,


Pemohon telah diberitahukan secara patut pada tanggal setidak-
tidaknya antara tenggang waktu pemberitahuan tersebut dengan
permohonan Peninjauan Kembali ini belum lewat sebagaimana
ditentukan oleh Undang-undang yaitu 6 (enam) bulan setelah
pemberitahuan isi putusan tersebut :

2. Bahwa Pemohon menyampaikan peninjauan kembali putusan


tersebut karena berpendapat dan merasakan bahwa putusan
dalam perkara ini :

a. Terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa


jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang/ proses
pemeriksaan perkara masih berlangsung, hasilnya akan berupa
putusan yang mengabulkan gugatan Penggugat, setidak-tidaknya
lain dan putusan yang ada sekarang ini :

b. Putusan ini dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan


hakim atau sesuatu kekeliruan yang nyata :

3. Bahwa adapun Amar Putusan yang mohonkan Peninjauan


Kembali tersebut, adalah sebagai berikut :

MENGADILI

- Menerima Permohonan Kasasi dari Pemohon-pemohon Kasasi

(Nama) yang dalam hal


ini mewakili oleh kuasanya:

(Nama)- Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi


tanggal .. nomor dan putusan Pengadilan
Negeri Jakarta .. tanggal .. nomor .

MENGADILI LAGI
- Menolak gugatan Penggugat seluruhnya ;

- Menghukum Termohon Kasasi/Penggugat asal untuk membayar


biaya perkara baik yang jatuh dalam Tingkat Pertama dan tingaat
Pembanding maupun dalam Tingkat Kasasi, dan biaya dalam
Tingkat Kasasi dan seterusnya

a. Bahwa salah satu pertimbangan Hakim Agung dalam


pertimbangan putusannya tersebut antara lain menyangkut
keterangan dari saksi-saksi Pemohon Kasasi yang menilai bahwa
dengan keterangan saksi-saksi yang bersesuaian yang
menerangkan bahwa barang sengketa tersebut telah diberikan
oleh . kepada isterinya yang bernama .
sebelum kawin dengan isteri keduanya bernama ..

Perlu kami jelaskan dalam hal ini bahwa dalam pemeriksaan


perkara ini pada Tingkat Pengadilan Negeri apa yang
dipertimbangkan oleh Hakim Agung tersebut juga telah kami
bantah kebenarannya baik dalam jawab menjawab maupun
dalam Konklusi/kesimpulan akhir dalam perkara ini, (untuk
jelasnya mohon diperiksa berkas), namun demikian tidak ada
salahnya apabila dalam kesempatan ini kami kemukakan kembali
berhubung setelah kami mempelajari putusan dari mahkamah
Agung tersebut ternyata hal tersebut hanya dipertimbangkan
secara sepihak saja (hanya bukti dari Pemohon Kasasi) tanpa
menggubris sejauh mana pembuktian yang diajukan oleh pihak
Termohon sebagai bukti lawan (tegenbewijs);

a. 1. Bahwa apa yang di terangkan oleh saksi-saksi tersebut tidak


dapat dipandang sebagai suatu kesaksian apalagi untuk dijadikan
dasar dalam putusan perkara ini, oleh karena keterangan saksi-
saksi tersebut sebagian besar hanya diketahui berdasarkan
pemberitahuan orang lain dengan kata lain bukan berdasarkan
dengan apa yang dialami, dilihat dan didengar sendiri
sebagaimana yang telah disyaratkan untuk seorang saksi ;
a. 2. Di samping hal tersebut dalam kaitannya dengan apa yang
dipertimbangkan oleh Hakim Agung tersebut di atas yaitu
menyangkut pertimbangan pertimbangan bahwa
dari keterangan tersebut disimpulkan bahwa barang sengketa
tersebut telah diberikan oleh .. kepada ..
sehingga atas dasar hal tersebut Yudex Factie memandang bahwa
apa yang dikemukakan oleh Pemohon Kasasi sebagai
keberatannya cukup beralasan;

a.3. Dalam Keputusan Mahkamah Agung tersebut sama sekali


tidak disinggung/dipertimbangkan oleh Hakim Agung bukti surat
yang mendukung dari keterangan saksi tersebut yaitu adanya
berupa surat kuasa dari kepada. Menyangkut
tentang pengalihan barang sengketa tersebut hal mana surat
bukti termaksud oleh Pemohon Kasasi telah dijadikan bukti pada
pemeriksaan Tingkat Pengadilan Negeri, bahkan atas dasar hal
/bukti tersebutlah yang rupanya sangat diandalkan oleh Pemohon
Kasasi, di mana dalam bukti tersebut membubuhkan tanda
jempolnya ;

a. 4. Berdasarkan hal tersebut dengan melalui upaya Peninjauan


kembali ini Pemohon akan mengajukan sekaligus
bukti/membuktikan bahwa apa yang dibuktikan oleh Pemohon
Kasasi tersebut adalah sama sekali tidak benar oleh karena
semasa hidupnya pernah menjabat sebagai kepala
Kampung, di mana selama dalam jabatannya tersebut
dalam memberikan surat-surat (menandatangani
surat-surat selalu menggunakan tanda tangan sebagai
pengesahan, bukan tanda jempol sebagaimana bukti surat yang
dijadikan bukti Pemohon Kasasi tersebut, dan untuk menguatkan
alasan Pemohon Peninjauan kembali ini dan sekaligus dengan
kerendahan ha ti pemohon memohonkan agar bukti tersebut
diperiksa dan sekaligus membandingkan-nya ;
a. 5 Tentu pertimbangan lain yang dipertimbangkan oleh Hakim
Agung yaitu menyangkut tentang adanya surat pernyataan sama
antara para ahli waris sehubungan dengan pokok sekarang ini ;

a. 6 Sekali lagi Hakim Agung yang memeriksa perkara ini


menunjukkan bahwa apa yang dipertimbangkan tersebut semata-
mata didasarkan alas pertimbangan sepihak saja, tanpa mau
mempertimbangkan buktibukti perlawanan (tegenbewijs) yang
diajukan oleh Pemohon, hal mana ternyata oleh karena apa yang
dipertimbangkan oleh Yudex Factie tersebut telah pula dibantah
kebenarannya oleh Pemohon/Penggugat Asal, bahwa lahirnya
surat pernyataan bersama tersebut semata-mata karena akal licik
dari Pemohon Kasasi/ Tergugat asal di mana kebetulan
Pemohon/Penggugat Asal adalah seorang buta huruf setidak-
tidaknya kurang mengetahui tentang hal tersebut, apalagi
dijanjikan oleh perantara tergugat asal yang kebetulan juga turut
jadi saksi dalam perkara ini ;

a. 7 Sehubungan dengan hal tersebut Pemohon/Penggugat Asal


telah mengajukan bukti perlawanan pada waktu pemeriksaan
perkara ini di tingkat Pengadilan Negeri yang mana isi surat bukti
tersebut menyangkali kebenaran bukti yang diajukan oleh
Tergugat Asal dan bukti tersebut dikirim tembusannya kepada
Yth,
kepada Yth,
Bapak Ketua Mahkamah Agung RI
di
Kendari
Melalui:
Yth, Bapak Ketua Pengadilan Negeri Kendari
di
Kendari

Dengan Hormat,

Yang Bertanda tangan dibawah ini saya bernama Supriadi Hasan, SH.LLM
Advokat/pengacara, tinggal di jalan Mawar Berduri, No. 2A Kendari Barat,
berdasarkan surat kuasa tanggal . (Terlampir) penasihat hukum saudara
Muh Fajri,ST., tinggal di jalan Ayam Kampung, No. 4BKendari Barat, yang
selanjutnya disebut pihak pemohon.

Bahwa melalui sepucuk surat ini mengajukan permohonan peninjauan kembali atas
keputusan Pengadilan Negeri Kendari BaratNo. . Tanggal ,
yang amarnya sebagai berikut:

MENGADILI

Menyatakan terdakwa Muh Fajri,ST. telah bersalah melakukan tindak pidana


pembunuhan sebagaimana diatur dan diancam hukuman berdasarkan Pasal 338
KUHP. Menghukum terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 10
tahun.

Keberatan Pertama

Bahwa Pengakuan Cisilina Angelica dan keputusan Pengadilan Kendari BaratNo


. tanggal . yang melakukan pembunuhan atas diri korban
bernama Daulat Utomo bukanlah pemohon, melainkan Cisilina Angelica. Dengan
demikian, pengadilan telah salah menghukum Muh Fajri,ST.

Berdasarkan alasan tersebut di atas, pemohon mohon kepada Bapak Ketua


Mahkamah Agung RI di Kendari berkenan memutuskan:

1. Meninjau kembali Keputusan Pengadilan Negeri Kendari BaratNo


Tanggal . yang telah memperoleh kekuatan Hukum
yang tetap dan mengadili sendiri membebaskan pemohon/terhukum Muh Fajri,ST.
dari Hukuman yang telah dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Kendari
Barattersebut.

2. Biaya perkara dibebankan kepada Negara.

Hormat Kami

Penasihat Hukum Pemohon

Supriadi Hasan, SH.LLM

Demikian contoh sederhana surat ini, semoga bermanfaat, sekian dan terimakasih.

Wassalam....

Você também pode gostar