Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SUDJIONO TIMAN
Ketua Majelis PK, Hakim Agung Suhadi akhirnya buka suara. Menurutnya, apa
yang diputuskan oleh majelis PK telah benar. Termasuk terkait dengan Surat
Edaran MA (SEMA) No 1 tahun 2012 tentang Permohonan Peninjauan Kembali
dalam Perkara Pidana.
Menurut Suhadi, SEMA itu diregistrasi April 2012 dan mulai diberlakukan pada
Juni 2012. "Sementara ini (PK Sudjiono) masuknya Januari 2012, lalu mulai
disidang April 2012," kata Suhadi di Gedung MA, Jumat (23/8/2013).
Lebih lanjut Suhadi menerangkan, perkara yang menimpa Sudjiono ini bukan
masuk ranah pidana. Sejak di tingkat pertama, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
telah menetapkan perkara ini sebagai perdata.
"Kemudian perbuatannya terbukti, tapi bukan tindak pidana. Di Kasasi pada 2004,
dituntut 8 tahun dan diputus 15 tahun oleh MA," kata Suhadi.
Kemudian, pada 2006 keluar putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap uji
materil Pasal 2 ayat 1 UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).
Dinyatakan, bahwa frasa "secara melawan hukum" pada Pasal 2 ayat 1 dinyatakan
inkonstitusional atau bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat. Artinya perbuatan yang masuk kategori pidana korupsi
harus benar-benar yang terbukti dalam perundang-perundangan, dalam hal ini UU
Pemberantasan Tipikor.
Untuk itu, perkara Sudjiono ini oleh majelis PK mengacu salah satunya pada
putusan MK tadi. Bahwa seseorang terklasifikasi melakukan korupsi harus yang
benar-benar terbukti menurut UU Pemberantasan Tipikor.
Lalu bagaimana dengan putusan Kasasi yang menjatuhkan vonis 15 tahun penjara
kepada Sudjiono? Menurut Suhadi, putusan kasasi itu juga benar secara hukum.
Namun, kasasi itu diputus pada 2004. Di mana saat itu belum ada putusan MK soal
Pasal 2 ayat 1 UU Pemberantasan Tipikor.
Sementara majelis PK mengacu pada putusan MK. Suhadi lantas mengutip Pasal 1
ayat 1 KUHAP, bahwa tidak ada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas
kekuatan aturan pidana dalam Peraturan Perundang-Undangan yang telah ada
sebelum perbuatan itu dilakukan.
"Lalu pada Pasal 1 ayat 2, jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan dalam
Peraturan Perundang-Undangan, maka yang dipakai adalah aturan yang paling
ringan sanksinya bagi terdakwa," ujar dia. (Ein)
Catatan SEMA No. 1 Tahun 2012 tentang Pengajuan Permohonan
PK dalam Perkara Pidana
Mahkamah Agung pada tanggal 28 Juni 2012 lalu menerbitkan Surat Edaran
Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pengajuan Permohonan
Peninjauan Kembali dalam Perkara Pidana. SEMA ini pada intinya menyatakan
bahwa permohonan PK dalam perkara pidana (dalam sidang pemeriksaan
permohonan PK di pengadilan negeri) harus dihadiri oleh Terpidana atau ahli
warisnya secara langsung, tidak bisa hanya dihadiri oleh Kuasa Hukum.
Tak lama setelah perkara Tamzil Zein tersebut MA kembali memutus dengan
putusan serupa, kali ini dengan suara bulat, yaitu dalam perkara Setia Budi No. 74
PK/Pid.Sus/2010 (kutipan pertimbangan klik disini). Dalam putusan ini sangat
terlihat jelas bahwa alasan Mahkamah Agung menyatakan tidak dapat menerima
PK yang tidak dihadiri oleh Terpidana/Ahli Warisnya adalah karena dikhawatirkan
PK dimanfaatkan oleh terpidana yang sedang melarikan diri/bersembunyi seperti
yang telah terjadi sebelum-sebelumnya yaitu seperti dalam kasus Tommy Soeharto.
Latar belakang seperti di atas lah sepertinya yang menjadi alasan mengapa MA
merasa perlu menerbitkan SEMA No. 1 Tahun 2012 ini, untuk mengakhiri
dualisme pendapat MA tersebut.
Sebelum menilai tepat atau tidaknya SEMA ini mari kita lihat kembali dua pasal
yang dirujuk oleh MA dalam SEMA tersebut, yaitu Pasal 263 dan 265 KUHAP.
Pasal 263
3. Atas dasar alasan yang sama sebagaimana tersebut pada ayat (2) terhadap
suatu putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dapat diajukan permintaan peninjauan kembali apabila dalam putusan itu
suatu perbuatan yang didakwakan telah dinyatakan terbukti akan tetapi tidak
diikuti oleh suatu pemidanaan.
Pasal 265
2. Dalam pemeriksaan sebagaimana tersebut pada ayat (1), pemohon dan jaksa
ikut hadir dan dapat menyampaikan pendapatnya.
Dari kedua pasal di atas terlihat bahwa KUHAP tidak secara tegas mengatur
apakah kehadiran Terpidana/ahli warisnya bersifat imperatif atau tidak. Memang
benar bahwa jika dilihat secara sistematis terkesan bahwa kehadiran terpidana/ahli
warisnya bersifat imperatif, yaitu jika merujuk pada pasal 265 ayat 3 dimana di
ayat tersebut dinyatakan bahwa dalam berita acara sidang pemeriksaan
ditandatangani oleh (salah satunya) Pemohon. Pertanyaannya kemudian tentu,
siapakah yang dimaksud pemohon? Apakah penasihat hukum yang mendapatkan
kuasa khusus untuk mewakili terpidana/ahli warisnya dapat disebut juga sebagai
pemohon?
Mengenai siapa yang dimaksud dengan Pemohon Bagian Kedua Bab XVIII
KUHAP ini memang tidak secara tegas mendefinisikannya. Istilah Pemohon dalam
konteks Peninjauan Kembali sendiri baru muncul pada pasal 264 ayat (1) yang
selengkapnya berbunyi:
Pasal 264
Dari pasal 264 ayat (1) di atas yang kemudian merujuk pada Pasal 263 ayat (1)
memang dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Pemohon terbatas pada
Terpidana atau Ahli Warisnya. Pertanyaannya kemudian mungkin apakah berarti
kehadiran Terpidana (atau Terdakwa) dalam upaya hukum lainnya khususnya
upaya hukum biasa seperti Banding dan Kasasi juga harus dihadiri secara langsung
oleh Pemohon dalam pengertian Terdakwa? Untuk itu mari kita lihat kedua pasal
dibawah ini:
Pasal 233
Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh
pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut umum
dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung
kecuali terhadap putusan bebas.
Dari kedua pasal di atas terlihat bahwa KUHAP tidak secara konsisten mengatur
kedudukan Penasihat Hukum dalam pengajuan upaya hukum baik upaya hukum
biasa maupun luar biasa. Dalam pasal 233 yang mengatur mengenai permohonan
Banding KUHAP menyebutkan kedudukan penasihat hukum untuk dapat
mengajukan Banding, dengan rumusan atau yang khusus dikuasakan untuk
itu, sementara dalam aturan mengenai Kasasi Pasal 244 tidak secara tegas
mengaturnya. Dengan tidak tegas diaturnya hal yang demikian apakah suatu saat
nanti MA juga akan menyatakan permohonan Kasasi yang tidak diajukan secara
langsung (hanya melalui penasihat hukumnya yang telah mendapatkan surat kuasa
untuk itu) juga akan dinyatakan tidak dapat diterima? Wallahu alam.
Seperti terlihat dalam tulisan di atas (khususnya link berita) sebelum 2010 MA
tidak pernah mempermasalahkan ketidakhadiran terpidana/ahli warisnya dalam
sidang pemeriksaan PK. Perubahan pandangan MA ini terjadi sepertinya semata-
mata karena kekhawatiran kembali terjadi PK yang diajukan oleh Terpidana
padahal ia sedang melarikan diri. Kekhawatiran ini terlihat jelas dalam
pertimbangan MA dalam putusannya nomor 74 PK/Pid.Sus/2010 (Setia Budi).
Permasalahannya, jika hal itu yang dikhawatirkan, mengapat MA tidak
menyatakan saja baik dalam putusannya atau dalam SEMA bahwa Terpidana yang
melarikan diri tidak dapat diterima permohonan PK nya? Mengapa larangan
tersebut digeneralisir untuk semua kondisi?
SEMA ini menurut saya akan menyulitkan Terpidana (yang tidak melarikan diri)
untuk dapat menggunakan haknya. Terpidana yang akan mengajukan PK umumnya
adalah terpidana yang sedang menjalani hukuman (umumnya dalam penjara, bisa
juga denda). Tentunya sangat sulit bagi Terpidana untuk dapat hadir dalam sidang
pemeriksaan permohonan PK, karena ia sedang dalam penjara. Diperlukan izin
untuk dapat keluar Lembaga Pemasyarakatan, dan tidak mudah untuk
mendapatkan izin ini. Belum lagi, bagaimana jika Terpidana sedang menjalani di
Lembaga Pemasyarakatan yang sangat jauh dari Pengadilan Negeri tempat
permohonan PK akan diperiksa? Misalnya terpidana yang sedang menjalani
hukuman di Nusa Kambangan, sementara ia dulu di adili di Pengadilan Negeri
Medan. Berapa hari izin yang bisa diberikan? Berapa ongkos yang harus ia
keluarkan? Untuk menjamin Terpidana (pemohon) tidak melarikan diri tentu
negara harus melakukan pengamanan terhadap si pemohon sejak keluar dari
Lembaga Pemasyarakatan, sidang, hingga kembali ke LP tersebut. Siapa yang akan
menanggung biayanya? Negara? Berapa biaya yang harus dikeluarkan negara
untuk itu? Mudah kah prosedurnya? Apa jaminannya aparat yang ditunjuk untuk
mendampingi si Pemohon tidak akan meminta biaya tambahan kepada Pemohon?
Apakah seluruh Terpidana kita kaya raya? Tentu tidak. Kasus-kasus yang menjadi
latar belakang SEMA ini memang merupakan kasus-kasus tindak pidana korupsi,
tapi SEMA ini sendiri toh tidak khusus ditujukan untuk PK dalam perkara Korupsi,
namun untuk seluruh jenis perkara. Jikalaupun hanya dibatasi untuk kasus-kasus
korupsi, pertanyaanya apakah pasti seluruh terpidana korupsi itu kaya raya?
Pandangan bahwa terpidana korupsi pasti kaya raya tentu pandangan yang sangat
bias. Karena kenyatannya banyak terpidana kasus korupsi yang juga miskin.
Berapa banyak kasus korupsi yang dilakukan oleh pegawai rendahan, guru, petani,
kepala dusun karena korupsi-korupsi terkait dana Bantuan Operasional Sekolah,
penyaluran Bantuan Tunai Langsung, penyaluran Beras Miskin dll yang nilai
korupsinya terkadang tak lebih dari 20 juta rupiah?
Di luar kasus korupsi (yang juga terpidananya belum tentu kaya raya) mayoritas
terpidana bukanlah orang yang mampu secara ekonomi. SEMA ini yang pada
akhirnya akan membebankan para calon pemohon secara ekonomi akan secara
langsung maupun tidak langsung menghambat hak mereka untuk mengakses
keadilan.
Mungkin kita akan berfikir, ya kalau tidak bisa dihadiri Terpidananya secara
langsung ya keluarganya saja, toh mereka bisa menjadi pemohon. Apakah benar
keluarga (istri, anak dll) dapat menjadi pemohon? Ya dan Tidak. Keluarga memang
bisa menjadi pemohon, jika mereka adalah ahli waris. Dan jangan lupa Pasal 263
ayat (1) menggunakan istilah Ahli Waris, yang artinya tentu bukan sekedar
keluarga, namun keluarga setelah terpidana itu sendiri telah meninggal dunia.
Karena Ahli Waris baru muncul setelah calon pewaris meninggal dunia. Dengan
demikian berarti sepanjang Terpidana itu sendiri masih hidup, keluarga, baik istri,
anak, orang tua, cucu dll tidak dapat menjadi Pemohon Peninjauan Kembali. Jadi
solusi agar jika terpidana tidak dapat hadir dalam sidang pemeriksaan baik
karena alasan tidak mendapat izin, atau karena tidak punya biaya untuk ongkos,
penginapan dll- permohonan diajukan saja oleh ahli warisnya tidak benar.
Kembali Ke Tujuan
Dengan pertimbangan di atas saya berpendapat SEMA ini (dan juga putusan-
putusan MA sebelumnya) seperti menembak lalat dengan meriam, tujuannya
hanyalah ingin menembak lalat namun akhirnya semua ikut kena oleh karena
senjatanya tidak proporsional. Jika MA ingin menghindari adanya permohonan PK
oleh terpidana yang sedang melarikan diri ya atur saja demikian. Atur saja bahwa
dalam sidang pemeriksaan PK pengadilan (dan Penuntut Umum) harus
memastikan bahwa Pemohon / Terpidana tidak sedang melarikan diri. Itu saja,
tidak perlu mencari-cari justifikasi dengan menafsirkan pasal 265 ayat 2 dan 3
yang pada akhirnya menjadi tidak terlalu tepat.
Sekian.
Berdasarkan Pasal 263 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) diatur bahwa terhadap putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala
tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permontaan
peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.
Atas dasar ketentuan tersebut di atas dan juga ketentuan Pasal 265 ayat (2) DAN
(3) KUHAP, Mahkamah Agung menegaskan bahwa permintaan peninjauan
kembali kepada Mahkamah Agung hanya dapat diajukan oleh terpidana sendiri
atau ahli warisnya. Permintaan peninjauan kembali yang diajukan oleh kuasa
hukum terpidana tanpa dihadiri oleh terpidana harus dinyatakan tidak dapat
diterima dan berkas perkaranya tidak dilanjutkan ke Mahkamah Agung.
Permintaan peninjauan kembali yang diajukan oleh kuasa hukum terpidana atau
ahli warisnya sebelum berlakunya surat edaran ini, agar berkas perkaranya
dilanjutkan ke Mahkamah Agung.
Berikut contoh sederhana dari surat peninjauan kembali (PK), yang dikenal dalam
ilmu Hukum, Semoga bisa memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi
kalangan Praktisi Ilmu Hukum.
Yang Bertanda tangan dibawah ini saya bernama Supriadi Hasan, SH.LLM
Advokat/pengacara, tinggal di jalan Mawar Berduri, No. 2A Kendari Barat,
berdasarkan surat kuasa tanggal . (Terlampir) penasihat hukum saudara
Muh Fajri,ST., tinggal di jalan Ayam Kampung, No. 4BKendari Barat, yang
selanjutnya disebut pihak pemohon.
Bahwa melalui sepucuk surat ini mengajukan permohonan peninjauan kembali atas
keputusan Pengadilan Negeri Kendari BaratNo. . Tanggal ,
yang amarnya sebagai berikut:
MENGADILI
-., bertempat tinggal di jalan ., dalam hal ini telah memberi kuasa
dan memilih domisili hukum di alamat: philip jusuf,s.h.,m.h., ., dan
., para advokat, berkantor di ., berdasarkan surat kuasa khusus no.
., tertanggal ., selanjutnya disebut juga: pemohon peninjauan
kembali, semula pemohon kasasi/tergugat;
pemohon peninjauan kembali dengan ini hendak mengajukan permohonan
peninjauan kembali terhadap putusan mahkamah agung no. k/pdt. sus/ ..,
tertanggal . jo. putusan pengadilan niaga pada pengadilan negeri jakarta
pusat no. /paten/ ../pn.niaga., tertanggal ., yang telah berkekuatan
hukum tetap, dalam perkaranya melawan:
1. ., bertempat tinggal di jalan ., selanjutnya disebut: termohon
peninjauan kembali, semula termohon kasasi/penggugat i;
2. ., bertempat tinggal di jalan ., selanjutnya disebut: termohon
peninjauan kembali, semula termohon kasasi/penggugat ii;
3. pemerintah republik indonesia c.q. kementerian hukum dan ham ri cq. direktur
jenderal hak kekayaan intelektual cq. direktur paten, beralamat di jalan daan mogot
km. 24, tangerang 15119, selanjutnya disebut: turut termohon peninjauan kembali,
semula turut termohon kasasi/turut tergugat ;
permohonan peninjauan kembali a qua diajukan berdasarkan alasan-alasan sebagai
berikut:
- bahwa pada tanggal . jurusita pengganti pengadilan niaga pada pengadilan
negeri . telah memberitahukan dengan resmi kepada kuasa pemohon
peninjauan kembali tentang isi putusan mahkamah agung ri (judex juris) no.
k/pdt.sus/ , tertanggal .; (lihat: relaas pemberitahuan isi putusan
terlampir)
- bahwa putusan judex juris amarnya berbunyi sebagai berikut:
mengadili:
- menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi: ., tersebut;
- menghukum pemohon kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi
sebesar rp . (. rupiah).
- bahwa putusan yang dimohonkan kasasi, dalam hal ini putusan pengadilan niaga
pada pengadilan negeri ., no. /paten/../pn.niaga. , tertanggal
., amarnya berbunyi sebagai berikut:
mengadili
dalam eksepsi
- menolak eksepsi dari tergugat dan turut tergugat untuk seluruhnya;
dalam pokok perkara
1. menerima dan mengabulkan gugatan para penggugat untuk seluruhnya;
2. menyatakan ;
3. menyatakan ;4. memerintahkan ;6. menghukum tergugat
untuk membayar biaya perkara ini sebesar rp..
- bahwa oleh karena permohonan peninjauan kembali atas putusan judex juris
diajukan dalam tenggang waktu dan sesuai dengan cara yang diatur dalam undang-
undang, secara formal permohonan peninjauan kembali a quo dapatlah diterima;
- bahwa pemohon peninjauan kembali sangat berkeberatan terhadap putusan judex
juris yang menolak permohonan kasasi pemohon peninjauan kembali yang semula
selaku pemohon kasasi, oleh karena judex juris seharusnya membatalkan putusan
judex facti, dengan mengadili sendiri yang amarnya menolak seluruh gugatan para
termohon peninjauan kembali yang semula selaku para penggugat atau setidak-
tidaknya menyatakan gugatan tersebut tidak dapat diterima;
bahwa alasan-alasan keberatan pemohon peninjauan kembali terhadap putusan
judex facti adalah seperti yang akan diuraikan di bawah ini;
1. putusan judex juris didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu
muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus
2. putusan judex juris didasarkan pada bukti p-1 berupa .. dan bukti p-2
berupa . yang dinyatakan palsu berdasarkan putusan mahkamah agung
no. .., tertanggal ..
bahwa judex facti dalam putusannya pada halaman telah mengambil
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
.
bahwa pemohon peninjauan kembali sangat berkeberatan terhadap putusan judex
juris yang menyebutkan ..;
bahwa keberatan pemohon peninjauan kembali didasarkan alasan oleh karena bukti
p-1 berupa .. dan bukti p-2 berupa .. telah dinyatakan palsu berdasarkan
putusan mahkamah agung ri no. , tertanggal dalam perkara pidana ;
bahwa ..
3. ditemukan surat-surat bukti berupa .. yang bersifat menentukan yang
pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan
5. judex juris telah mengabulkan suatu hal yang lebih daripada yang dituntut
bahwa judex facti dalam putusannya pada halaman telah mengambil
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
.bahwa pemohon peninjauan kembali sangat berkeberatan terhadap putusan
judex juris yang menyebutkan ..;
bahwa keberatan pemohon peninjauan kembali didasarkan alasan apa yang
disebutkan oleh judex juris tersebut merupakan hal yang lebih dari yang dituntut
oleh termohon kasasi;
bahwa yang dituntut oleh termohon kasasi sebagaimana ternyata dari bukti p-
berupa . adalah hal-hal sebagai berikut: ..;
bahwa ..;
6. terdapat suatu bagian dari tuntutan yang belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya
7. antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar
yang sama oleh pengadilan yang sama telah diberikan putusan yang
bertentangan satu dengan yang lain
8. antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar
yang sama oleh pengadilan yang sama tingkatnya telah diberikan putusan
yang bertentangan satu dengan yang lain
9. dalam putusan judex juris terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata
berdasarkan alasan-alasan sebagaimana dikemukakan di atas, pemohon peninjauan
kembali, semula pemohon kasasi/tergugat memohon ke hadapan ketua mahkamah
agung ri untuk berkenan kiranya memeriksa dan memutus sendiri perkara a quo
dengan amarnya:
- menerima permohonan peninjauan kembali dari pemohon peninjauan kembali:
;
- membatalkan putusan mahkamah agung no. k/pdt. sus/.., tertanggal
., jo. putusan pengadilan niaga pada pengadilan negeri ., no.
/paten/ .. / pn. niaga, tertanggal .;
mengadili kembali:
menolak gugatan penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan penggugat
tidak dapat diterima;
atau dalam peradilan yang baik, mohon keadilan yang seadil-adilnya.
hormat kami,
untuk dan atas nama pemohon peninjauan kembali
semula pemohon kasasi/tergugat .,
CONTOH SURAT PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI (PK)
- ( Nama )
beralamat di jalan . No.. kelurahan
.. Kecamatan Jakarta yang untuk selanjutnya
disebut sebagai Pemohon Peninjauan kembali disingkat Pemohon
semula Penggugat dalam kasasi.
Pemohon semula Penggugat dalam Kasasi bersama ini
menyampaikan alasan-alasan permohonan peninjauan kembali
sebagai berikut:
MENGADILI
MENGADILI LAGI
- Menolak gugatan Penggugat seluruhnya ;
Dengan Hormat,
Yang Bertanda tangan dibawah ini saya bernama Supriadi Hasan, SH.LLM
Advokat/pengacara, tinggal di jalan Mawar Berduri, No. 2A Kendari Barat,
berdasarkan surat kuasa tanggal . (Terlampir) penasihat hukum saudara
Muh Fajri,ST., tinggal di jalan Ayam Kampung, No. 4BKendari Barat, yang
selanjutnya disebut pihak pemohon.
Bahwa melalui sepucuk surat ini mengajukan permohonan peninjauan kembali atas
keputusan Pengadilan Negeri Kendari BaratNo. . Tanggal ,
yang amarnya sebagai berikut:
MENGADILI
Keberatan Pertama
Hormat Kami
Demikian contoh sederhana surat ini, semoga bermanfaat, sekian dan terimakasih.
Wassalam....