Você está na página 1de 23

Ada enam jenis manusia purba di Indonesia,

yaitu:

Meganthropus Paleojavanicus
Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus Robustus
Pithecanthropus Mojokensis
Homo Soloensis
Homo Wajakensis
Homo Sapien

CiriCiri Meganthropus Paleojavanicus

Memiliki tulang pipi yang tebal

Memiliki otot kunyah yang kuat

Memiliki tonjolan kening yang mencolok

Memiliki tonjolan belakang yang tajam

Tidak memiliki dagu

Memiliki perawakan yang tegap

Memakan jenis tumbuhan

Pithecantropus Erectus
Manusia kera yang berjalan tegak. Ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil pada

tahun 1891. Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang bagian atas tengkorak,

geraham dan tulang kaki. Fosil ini ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.

Tinggi badan sekitar 165 180 cm


Volume otak berkisar antara 750 1350 cc
Bentuk tubuh & anggota badan tegap, tetapi tidak setegap meganthropus
Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
Bentuk hidung tebal
Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde
Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang

Homo Soloensis

Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung

Macan, Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931

1933 dari lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar

900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu. Volume otaknya mencapai 1300 cc.

Menurut Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan

Pithecanthropus Ere ctus. Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan

Pithecanthropus Mojokertensis. Oleh sebagian ahli, Homo Soloensis digolongkan

dengan Homo Neanderthalensis yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens

dari Asia, Eropa, dan Afrika berasal dari lapisan Pleistosen Atas.
Volume otaknya antara 1000 1200 cc

Tinggi badan antara 130 210 cm

Otot tengkuk mengalami penyusutan

Muka tidak menonjol ke depan

Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna

Hasil Budaya Pithecanthropus Erectus

Kapak perimbas

Kapak penetak

Kapak gengam

Pahat gengam

Alat serpih

Alat-alat tulang

Homo Soloensis

Kapak gengam / Kapak perimbas

Alat serpih

Alat-alat tulang

Alat-alat zaman dahulu

Berdasarkan dari penemuan (hingga saat ini) jenis manusia purba di Indonesia
dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu Meganthropus, Pithecanthropus dan jenis
Homo. Hasil penemuan banyak terdapat di daerah jawa terutama daerah di Wajak,
Tulungangung, lembah Sungai Brantas dan Sungai Benggawan Solo. Manusia jaman
dulu sering hidup di daerah dekat sungai karena terdapat banyak air yang sangat
berguna bagi kehidupan.

Banyak teori yang telah dikemukakan oleh para ahli untuk mengemukakan
perkembangan evolusi manusia zaman purba secara biologis meski secara bukti
masih kurang lengkap dan jelas. Oleh karenanya, kita harus menyeleksi teori para
ahli tersebut. Adapun yang dimaksud evolusi biologis adalah perubahan satu takson
menjadi takson yang lain atau takson lama berubah menjadi sedikit.

Pada abad ke-19, Darwin dalam bukunya The Origin of Species mengemukakan
bahwa spesies yang hidup saat ini berasal dari spesies yang berasal dari masa lalu
yang telah melewati proses seleksi alam. Adapun teori evolusi yang banyak
diterima adalah teori evolusi manusia dari Australopithecus (Homo habilis)
berevolusi menjadi Homo erectus kemudian berevolusi lagi ke Homo
neaderthalensis kemudian berubah keHomo sapiens. Untuk lebih jelasnya bisa
dilihat pada gambar perbandingan tengkorak manusia purba di bawah ini.

Gambar. Perbandingan tengkorak manusia purba (Sumber: Pustaka Pengetahuan


Modern, Planet Bumi)

Menurut Prof. Dr. T. Jacob, seorang pakar antropologi menuturkan bahwa manusia
purba atau manusia fosil sudah punah. Kini penemuan banyak yang menemukan
fosil-fosil dari hewan dan tumbuhan saja. Peneliti yang melakukan penelitian ini di
Indonesia antara lain Dokter Eugene Dubois yang meneliti di daerah Trinil dan Ny.
Selenka yang meneliti di daerah jawa tengah serta peneliti lain seperti C. Ter Haar,
Oppenoorth, dan Von Koenigswald yang meneliti di daerah Sangiran, Sragen, Ngawi,
Mojokerto, Ngandong.
Berikut Fosil-fosil yang telah ditemukan di
Indonesia
Meganthropus

Gambar. Manusia purba jenis Meganthropus Paleojavanicus (Sumber: kucuba.com)

Meganthropus paleojavanicus merupakan manusia purba yang telah ditemukan di


daerah Sangiran oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 dan tahun 1941. Makhluk
ini hidup sekitar 1-2 juta tahun yang lalu dengan makanan utamanya adalah
tumbuhan.

Adapun ciri-ciri Meganthropus palaeojavanicus antara lain:


a. Tulang pipi tebal,
b. Otot rahang sangat kuat,
c. Tidak memiliki dagu,
d. Tonjolan belakang yang tajam,
e. Tulang kening menonjol ke depan,
f. Perawakan tegap,
g. Memakan tumbuh-tumbuhan,
H. Kehidupan sosialnya hidup dalam kelompok-kelompok dan berpindah-pindah.

Pithecanthropus

Pithecanthropus memiliki arti sebagai manusia kera yang banyak ditemukan di


daerah Perning daerah Mojokerto, Trinil (Ngawi), Kedungbrubus (Madiun) dan
Sangiran (Sragen). Tjokrohandojo bersama Duyfjes (ahli purbakala) telah
menemukan fosil tengkorak anak pada lapisan Pleistosen Bawah di daerah
Kepuhlagen, Mojokerto yang kemudian dinamakan sebagai Pithecanthropus
mojokertensis.

Adapun ciri-ciri Pithecanthropus antara lain:


a. Rahang bawah kuat,
b. Tulang pipi tebal,
c. Kening menonjol,
d. Tulang belakang menonjol dan tajam,
e. Tidak berdagu,
f. Memakan tumbuh-tumbuhan,
g. Perawakan tegap serta memiliki perlekatan otot tengkuk besar dan kuat.

Di Indonesia sendiri banyak ditemukan jenis Pithecanthropus antara


lain:

a. Pithecanthropus erectus (manusia kera berjalan tegak)

Pithecanthropus erectus telah ditemukan di daerah Kedungbrubus (Madiun) dan


Trinil (Ngawi) pada tahun 1890, 1891, dan 1892 oleh Dr. Eugene Dubois. Penemuan
ini dianggap mampu menjadi penghubung (link) yang menghubungkan antara kera
dengan manusia. Bukti ini juga didukung dengan penemuan manusia Neanderthal
di Jerman.

Adapun ciri-ciri dari Pithecanthropus erectus adalah sebagai berikut:


a) Berjalan tegak,
b) Volume otaknya melebihi 900 cc,
c) Badannya tegap dengan alat pengunyah yang kuat,
d) Tinggi badan sekitar 165 170 cm,
e) Berat badan sekitar 100 kg,
f) Makanan masih kasar yang sedikit dikunyah,
g) Diperkirakan hidup setengah sampai satu juta tahun yang lalu.
b. Pithecanthropus robustus (manusia kera berahang besar)

Fosil Pithecanthropus robustus ditemukan oleh Weidenreich pada tahun 1939 di


daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Selain itu ditemukan juga fosil tengkorak
anak berumur sekitar 5 tahun di daerah Mojokerto oleh Von Koenigswald pada tahun
1936 1941 yang kemudian dikenal dengan nama Pithecanthropus mojokertensis
(manusia kera dari Mojokerto). Fosil ini memiliki ciri hidung lebar, tulang pipi kuat,
tubuhnya tinggi, serta hidupnya mengumpulkan makanan (food gathering).

Di lembah Sungai Benggawan Solo banyak sekali ditemukan fosil-fosil manusia


purba. Oleh karena itu, Dr. Von Koenigswald membagi lapisan Diluvium sungai
tersebut menjadi 3 bagian, yakni:

1) Lapisan Jetis (Pleistosen Bawah) telah ditemukan Pithecanthropus robustus,


2) Lapisan Trinil (Pleistosen Tengah) telah ditemukan Pithecanthropus erectus,
3) Lapisan Ngandong (Pleistosen Atas) telah ditemukan Homo soloensis.

c. Pithecanthropus dubuis (dubuis artinya meragukan)

Fosil Pithecanthropus dubuis ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1939 di
daerah Sangiran pada lapisan Pleistosen Bawah.

d. Pithecanthropus soloensis (manusia kera dari Solo)

Pithecanthropus soloensis ditemukan pada tahun 1931 1933 oleh Von


Koenigswald, Oppennoorth, dan Ter Haar di daerah tepi Sungai Bengawan Solo,
Jawa Tengah.

Homo

Homo (manusia) merupakan manusia purba yang dinilai paling modern daripada
jenis manusia purba yang lain.

Manusia purba jenis ini memiliki ciri-ciri sebagia berikut:

a) berat badan sekitar 30 sampai 150 kg,


b) volume otaknya lebih dari 1.350 cc,
c) alat-alatnya berasal dari batu dan tulang,
d) berjalan dengan tegak,
e) muka dan hidung lebar,
f) mulut masih menonjol ke depan.

Manusia jenis homo itu sendiri dapat kita bedakan lagi menjadi 3
jenis, yaitu:

a. Homo wajakensis (manusia dari Wajak)

Homo wajakensis ditemukan pada tahun 1889 oleh Von Rietschoten di daerah
Wajak, Tulungagung yang berupa beberapa bagian tengkorak. Fosil ini ditemukan
pada Pleistosen Atas dimana termasuk dalam ras Australoid yang bernenek moyang
Homo soloensis. Ini kemudian menjadi nenek moyang Australia. Homo wajakensis
oleh Von Rietschoten dimasukan kejenis sebagai manusia purba cerdas (Homo
Sapiens).

b. Homo soloensis (manusia dari Solo)

Pada tahun 1931 1932, ahli Geologi Belanda (C. Ter Haar dan Ir. Oppenoorth)
menemukan 11 tengkorak Homo soloensis pada lapisan Pleistosen Atas di daerah
Ngandong, Ngawi, Jawa Timur. Fosil itu kemudian diteliti oleh Von Koenigswald dan
Weidenreich yang kemudian diketahui bahwa fosil tersebut merupakan fosil sudah
manusia (bukan kera).

c. Homo sapiens

Homo sapiens merupakan manusia purba yang cerdas dan bentuk tubuhnya seperti
manusia zaman sekarang. Kehidupan manusia purba ini masih sering berpindah-
pindah (mengembara) dan sangat sederhana.

Ciri-ciri Homo Sapiens adalah sebagai berikut:

1) Volume otak sekitar 1.000 cc 1.200 cc,


2) Tinggi badannya bisa mencapai antara 130 210 m,
3) Otot tengkuk telah mengalami penyusutan,
4) Alat kunyah dan gigi telah mengalami penyusutan,
5) Muka sudah tidak menonjol ke depan,
6) Berdiri dan berjalan dengan tegak,
7) Berdagu serta tulang rahangnya biasa dan tidak sangat kuat.

Ada 3 jenis subspesies dari Homo sapiens yang dianggap telah


menurunkan manusia saat ini, yaitu:

1) Ras Mongoloid

Ras Mongoloid menyebar ke Asia Timur seperti Jepang, Korea, Cina dan Asia
Tenggara. Jenis subspesies ini memiliki ciri-ciri kulit kuning, tipe rambut lurus dan
mata sipit.

2) Ras Kaukasoid

Ras Kaukasoid menyebar ke Eropa, India Utara (ras Arya), Yahudi (ras Semit) dan
menyebar ke daerah Arab, Turki serta daerah Asia Barat lainnya. Jenis subspesies ini
memiliki ciri-ciri kulit putih, rambut lurus, tinggi dan berhidung mancung.

3) Ras Negroid

Ras Negroid menyebar ke Australia (ras Aborigin), Papua dan ke daerah Afrika. Jenis
subspesies ini memiliki ciri-ciri kulit hitam, bibir tebal dan rambut keriting.

Manusia Purba di Indonesia


Dalam hal penemuan fosil manusia purba, Indonesia menempati posisi yang
penting, sebab fosil-fosil manusia purba yang ditemukan Indonesia berasal
dari semua kala Pleistosen sehingga tampak jelas perkembangan fisik manusia
purba tersebut. Manusia-manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah
sebagai berikut.

A. Homo

1. Homo Mojokertensis

Kaum Homo Mojokertensis (manusia kera dari Mojokerto)


Fosilnya ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 - 1941.Fosil kaum
homo yang ini ditemukan Von Koenigswald..
2. Homo Robustus
Arti dari Robustus itu sendiri adalah manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya
ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan Solo.Fosil kaum homo
yang ini ditemukan Von Koenigswald..

3. Homo Sapiens

Jenis kaum homo yang ini telah memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia
sekarang dan juga memiliki sifat seperti manusia sekarang tetapi masih memiliki
Kehidupan yang sangat sederhana, dan tentunya hidup mengembara(nomaden).

Jenis Kaum Homo sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:


- homo Soloensis
- homo sapiens wajakensis
A) Homo soloensis

Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran


dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald
pada tahun 19311933 dari lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan
hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu. Volume otaknya mencapai
1300 cc.

Menurut Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan


dengan Pithecanthropus Erectus. Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan
Pithecanthropus Mojokertensis. Oleh sebagian ahli, Homo Soloensis digolongkan
dengan Homo Neanderthalensis yang merupakan manusia purba jenis Homo
Sapiens dari Asia, Eropa, dan Afrika berasal dari lapisan Pleistosen Atas.

B) Homo Wajakensis
Fosil Homo wajakensis ditemukan oleh Van Riestchoten pada tahun 1889 di desa
Wajak, Tulungagung. Fosil ini kemudian diteliti oleh Eugene Dubois. Temuan fosil ini
merupakan temuan fosil manusia purba pertama yang dilaporkan berasal dari
Indonesia.
Fosil Homo Wajakensis mempunyai tinggi badan sekitar 130210 cm, dengan berat
badan antara 30-150 kg. Volume otaknya mencapai 1300 cc Manusia purba jenis ini
hidup antara 40.000 25.000 tahun yang lalu, pada lapisan Pleistosen Atas. Apabila
dibandingkan jenis sebelu mnya, Homo Wajakensis menunjukkan kemajuan.

Makanannya sudah dimasak walaupun masih sangat sederhana. Tengkorak Homo


Wajakensis memiliki banyak persamaan dengan tengkorak penduduk asli Australia,
Aborigin. Oleh karena itu, Eugene Dubois menduga bahwa Homo WajakensIs
termasuk dalam ras Australoide,
bernenek moyang Homo Soloensis dan menurunkan bangsa Aborigin. Fosil Homo
Wajakensis juga memiliki kesamaan dengan fosil manusia Niah di Serawak Malaysia,
manusia Tabon di Palawan, Filipina, dan fosil-fosil Australoid dari Cina Selatan, dan
Australia Selatan.

4. Homo Floresienses (Hobbit)

Kaum yang ini digambarkan bertubuh cebol dan menyerupai manusia, sudah ada
sejak 13.000 tahun silam berarti manusia cebol tersebut hidup bersamaan dengan
manusia normal lainnya...heheh

B. Manusia Purba di Indonesia

1. Meganthropus Paleojavanicus

Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald di Sangiran,


lembah Bengawan Solo pada tahun 1936-941. Fosil ini berasal dari lapisan
Pleistosen Bawah. Meganthropus memiliki badan yang tegap dan rahang yang
besar dan kuat. Mereka hidup dengan cara mengumpulkan makanan (food
gathering) makanan mereka utamanya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-
buahan. Sebagian ahli menganggap bahwa Meganthropus sebenarnya merupakan
Pithecanthropus dengan badan yang besar.

2. Pithecanthropus
Fosil Pithecanthropus merupakan fosil manusia purba yang paling banyak
ditemukan di Indonesia. Fosil Pithecanthropus berasal dari Pleistosen lapisan bawah
dan tengah. Mereka hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan
Mereka sudah memakan segala,
tetapi makanannya belum dimasak. Pithecanthropus terdiri dari
beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

a) Pithecanthropus Mojokertensis

Fosil Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan oleh Von Koenigswald di desa


Perning, Lembah Bengawan Solo Mojokerto, Jawa Timur pada lapisan Pleistosen
Bawah. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5 tahun. Makhluk ini
diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25 juta tahun yang lalu. Pithecanthropus
Mojokertensis berbadan tegap, mukanya menonjol ke depan dengan kening yang
tebal dan tulang pipi yang kuat.

b) Pithecanthropus Robustus

Fosil jenis ini ditemukan oleh Weidenreich dan Von Koenigswald pada tahun 1939 di
Trinil, Lembah Bengawan Solo. Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen Bawah. Von
Koenigswald menganggap fosil ini sejenis dengan Pithecanthropus Mojokertensis.

c) Pithecanthropus Erects
Fosil jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois di desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur,
pada tahun 1890 berasal dari lapisan Plestosen Tengah. Mereka hidup sekitar
satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Erectus
berjalan tegak dengan badan yang tegap dan alat pengunyah yang kuat. Volume
otak Pithecanthropus mencapai 900 cc. Volume otak manusia modern lebih dari
1000 cc, sedangkan volume otak kera hanya 600 cc.

a. Manusia Purba di Indonesia

Pithecanthropus Erectus

Nama manusia purba ini berasal dari tiga kata, yaitu pithecos yang berarti kera,
anthropus yang berarti manusia, dan erectus yang berarti tegak. Jadi
Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak. Nama sebutan
itu didasarkan pada fosil yang ditemukan. Penemuan ini berupa tulang paha yang
lebih besar dibandingkan tulang lengan. Demikian juga volume otaknya lebih besar
dari pada kera, tetapi lebih kecil dari pada manusia.
Fosil ini ditemukan oleh seorang ahli purbakala dari negara Belanda yang bernama
Eugene Dudois. Fosil manusia purba ini ditemukan di Desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur
tahun 1891. Fosil sejenis juga ditemukan di Desa Jetis Mojokerto di lembah Kali
Brantas tahun 1936. Karena temuan itu berupa fosil anak-anak, oleh Weidenreich
dinamakan Pithecanthropus Robustus. Von Koenigswald menamakannya
Pithecanthropus Mojokertensis, karena ditemukan di Mojokerto.
Meganthropus Palaeojavanicus

Meganthropus Palaeojavanicus berasal dari kata mega yang berarti besar,


anthropus yang berarti manusia, palaeo yang berarti tertua, dan javanicus yang
berarti Jawa. Meganthropus Palaeojavanicus berarti manusia besar tertua dari
Jawa. Arti ini diambil berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tulang
rahang atas dan rahang bawah jauh lebih kuat dari pada Pithecanthropus Erectus.
Fosil ini ditemukan oleh von Koenigswald di Sangiran, Surakarta pada tahun 1941.
Sekarang di tempat tersebut dibangun Museum Purbakala Sangiran. Von
Koenigswald menganggap fosil ini lebih tua dibandingkan dengan Pithecanthropus
Erectus.

Homo
Homo berarti manusia. Fosil ini disebut homo karena menurut penyelidikan yang
dilakukan oleh von Koenigswald, makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dari pada
Pithecanthropus Erectus. Bahkan makhluk homo sebanding dengan manusia biasa.
Ada dua jenis fosil homo, yaitu Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

Homo Soloensis berarti manusia dari solo. Fosil di temukan oleh Ter Haar dan
Oppenorth di daerah Ngandong lembah Bengawan Solo. Sedangkan Homo
Wajakensis berarti manusia dari wajak karena memang ditemukan di Desa Wajak,
dekat Tulungagung Jawa Timur. Fosil ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun
1889. Jenis manusia purba ini setingkat dengan Homo Soloensis. Fosil ini
diperkirakan mirip dengan penduduk asli Australia.

Berdasarkan perkembangannya dikenal jenis homo yang lain yaitu Homo Sapiens.
Homo Sapiens berarti manusia cerdas. Jadi, jenis manusia ini jauh lebih sempurna
jika dibandingkan dengan makhluk sebelumnya. Jenis inilah yaang dikatakan
sebagai nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari Yunan.
Menurut von Koenigswald, fosil-fosil tersebut ditemukan di lapisan yang berbeda.
Fosil Meganthropus Palaeojavanicus ditemukan di lapisan dilluvium bawah (lapisan
Jetis). Fosil Pithecanthropus Erectus ditemukan di lapisan dilluvium tengah (lapisan
Trinil). Adapun fosil Homo ditemukan di lapisan dilluvium atas (lapisan Ngandong).
Berdasarkan keterangan tersebut dapat di simpulkan bahwa Meganthropus lebih
tua dari pada Pithecanthropus Erectus. Namun, Pithecanthropus Erectus lebih tua
dibandingkan dengan Homo

a. Manusia Purba di Indonesia

Pithecanthropus Erectus

Nama manusia purba ini berasal dari tiga kata, yaitu pithecos yang berarti kera,
anthropus yang berarti manusia, dan erectus yang berarti tegak. Jadi
Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak. Nama sebutan
itu didasarkan pada fosil yang ditemukan. Penemuan ini berupa tulang paha yang
lebih besar dibandingkan tulang lengan. Demikian juga volume otaknya lebih besar
dari pada kera, tetapi lebih kecil dari pada manusia.

Fosil ini ditemukan oleh seorang ahli purbakala dari negara Belanda yang bernama
Eugene Dudois. Fosil manusia purba ini ditemukan di Desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur
tahun 1891. Fosil sejenis juga ditemukan di Desa Jetis Mojokerto di lembah Kali
Brantas tahun 1936. Karena temuan itu berupa fosil anak-anak, oleh Weidenreich
dinamakan Pithecanthropus Robustus. Von Koenigswald menamakannya
Pithecanthropus Mojokertensis, karena ditemukan di Mojokerto.

Meganthropus Palaeojavanicus
Meganthropus Palaeojavanicus berasal dari kata mega yang berarti besar,
anthropus yang berarti manusia, palaeo yang berarti tertua, dan javanicus yang
berarti Jawa. Meganthropus Palaeojavanicus berarti manusia besar tertua dari
Jawa. Arti ini diambil berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tulang
rahang atas dan rahang bawah jauh lebih kuat dari pada Pithecanthropus Erectus.
Fosil ini ditemukan oleh von Koenigswald di Sangiran, Surakarta pada tahun 1941.
Sekarang di tempat tersebut dibangun Museum Purbakala Sangiran. Von
Koenigswald menganggap fosil ini lebih tua dibandingkan dengan Pithecanthropus
Erectus.

a. Manusia Purba di Indonesia

Pithecanthropus Erectus
Nama manusia purba ini berasal dari tiga kata, yaitu pithecos yang berarti kera,
anthropus yang berarti manusia, dan erectus yang berarti tegak. Jadi
Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak. Nama sebutan
itu didasarkan pada fosil yang ditemukan. Penemuan ini berupa tulang paha yang
lebih besar dibandingkan tulang lengan. Demikian juga volume otaknya lebih besar
dari pada kera, tetapi lebih kecil dari pada manusia.
Fosil ini ditemukan oleh seorang ahli purbakala dari negara Belanda yang bernama
Eugene Dudois. Fosil manusia purba ini ditemukan di Desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur
tahun 1891. Fosil sejenis juga ditemukan di Desa Jetis Mojokerto di lembah Kali
Brantas tahun 1936. Karena temuan itu berupa fosil anak-anak, oleh Weidenreich
dinamakan Pithecanthropus Robustus. Von Koenigswald menamakannya
Pithecanthropus Mojokertensis, karena ditemukan di Mojokerto.
Meganthropus Palaeojavanicus
Meganthropus Palaeojavanicus berasal dari kata mega yang berarti besar,
anthropus yang berarti manusia, palaeo yang berarti tertua, dan javanicus yang
berarti Jawa. Meganthropus Palaeojavanicus berarti manusia besar tertua dari
Jawa. Arti ini diambil berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tulang
rahang atas dan rahang bawah jauh lebih kuat dari pada Pithecanthropus Erectus.
Fosil ini ditemukan oleh von Koenigswald di Sangiran, Surakarta pada tahun 1941.
Sekarang di tempat tersebut dibangun Museum Purbakala Sangiran. Von
Koenigswald menganggap fosil ini lebih tua dibandingkan dengan Pithecanthropus
Erectus.

Homo

Homo berarti manusia. Fosil ini disebut homo karena menurut penyelidikan yang
dilakukan oleh von Koenigswald, makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dari pada
Pithecanthropus Erectus. Bahkan makhluk homo sebanding dengan manusia biasa.
Ada dua jenis fosil homo, yaitu Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

Homo Soloensis berarti manusia dari solo. Fosil di temukan oleh Ter Haar dan
Oppenorth di daerah Ngandong lembah Bengawan Solo. Sedangkan Homo
Wajakensis berarti manusia dari wajak karena memang ditemukan di Desa Wajak,
dekat Tulungagung Jawa Timur. Fosil ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun
1889. Jenis manusia purba ini setingkat dengan Homo Soloensis. Fosil ini
diperkirakan mirip dengan penduduk asli Australia.
Berdasarkan perkembangannya dikenal jenis homo yang lain yaitu Homo Sapiens.
Homo Sapiens berarti manusia cerdas. Jadi, jenis manusia ini jauh lebih sempurna
jika dibandingkan dengan makhluk sebelumnya. Jenis inilah yaang dikatakan
sebagai nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari Yunan.
Menurut von Koenigswald, fosil-fosil tersebut ditemukan di lapisan yang berbeda.
Fosil Meganthropus Palaeojavanicus ditemukan di lapisan dilluvium bawah (lapisan
Jetis). Fosil Pithecanthropus Erectus ditemukan di lapisan dilluvium tengah (lapisan
Trinil). Adapun fosil Homo ditemukan di lapisan dilluvium atas (lapisan Ngandong).
Berdasarkan keterangan tersebut dapat di simpulkan bahwa Meganthropus lebih
tua dari pada Pithecanthropus Erectus. Namun, Pithecanthropus Erectus lebih tua
dibandingkan dengan Homo

Meganthropus adalah sekumpulan koleksi fosil mirip manusiapurba yang ditemukan di


Indonesia. Fosil ini pertama kali ditemukan oleh G.H.RvonKoenigswald pada tahun 1936
dan berakhir 1941 di Situs Sangiran, yaitu rahangbawah dan rahangatas. Ketika pertama
ditemukan, von Koenigswald menyebutnya Meganthropus palaeojavanicus karena
memiliki ciri-ciri yang berbeda dari Pithecanthropus erectus (Homo erectus) yang
lebih dulu ditemukan di Sangiran. Selanjutnya fosil serupa juga ditemukan oleh
Marks tahun 1952 berupa rahang bawah.

Ciri ciri tubuhnya kekar, rahang dan gerahamnya besar, serta tidak berdagu
sehingga menyerupai kera. Meganthropus diperkirakan hidup 2 juta sampai 1 juta
tahun yang lalu, di masa Paleolithikum atau Zaman Batu Tua. Meganthropus
memiliki kelebihan pada bentuk tubuhnya yang lebih besar dibandingkan manusia
purba lainnya.

Setelah pada postingan yang lalu saya menjelaskan tentang Pengertian Manusia
Purba, sekarang saya akan menjelaskan tentang salah satu Manusia Purba yang ada
di Indonesia, yaitu Meganthropus Paleojavanicus. Jika anda belum tau pengertian
Manusia Purba yang sebenarnya, anda bisa membacanya di postingan yang
judulnya Pengertian Manusia Purba. OK, langsung saja saya mulai pembahasan
tentang Meganthropus Paleojavanicus.

Berbagai jenis fosil manusia purba telah ditemukan di Indonesia. Antara lain di Jawa,
Sumatra Utara, Aceh, Flores, Sulawesi Selatan Bahkan di Kalimantan Selatan.
Namun penemuan fosil manusia banyak terdapat di Pulau Jawa, terutama di sekitar
aliran Sungai Bengawan Solo. Jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di
Indonesia Antara lain Pithecanthropus Erectus, Homo, dan yang akan saya bahas
kali ini, yaitu Meganthropus Paleojavanicus.

Meganthropus Paleojavanicus adalah manusia purba yang tertua di Indonesia.


Meganthropus Paleojavanicus berasal dari kata-kata berikut ini:

Mega yang artinya adalah "besar".

Anthropus yang artinya adalah "manusia".

Paleo yang artinya adalah "paling tua/tertua".

Javanicus yang artinya adalah "Jawa".

Jadi Meganthropus Paleojavanicus artinya adalah "manusia bertubuh besar yang


paling tua dari Pulau Jawa". Meganthropus Paleojavanicus diperkirakan hidup pada
dua juta tahun yang lalu. Ciri-ciri

Meganthropus Paleojavanicus adalah sebagai berikut:

Memiliki tulang rahang yang kuat

Tidak memiliki dagu

Menunjukkan ciri-ciri manusia tetapi lebih mendekati kera.

Berbadan besar dan tegap


Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun
1936 di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Oleh karena temuan-temuan dari
fosil Meganthropus ini masih sangat sedikit, maka sukar menempatkan dengan
pasti kedudukannya dalam evolusi manusia dan hubungannya dengan
Pithecanthropus. Selesailah postingan ini semoga menambah ilmu dan bermanfaat
bagi anda. Lain kali saya akan posting mengenai manusia purba yang lain

Você também pode gostar