Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh:
Kelompok
PRODI PERPAJAKAN
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara komersial sebagaimana diataur dalam SAK bahwa dalam laporan laba rugi
biaya diakui apabila terjadi penurunan manfaat ekonomis pada masa mendatang
sehubungan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban yang dapat diukur
dengan modal. Alternatif lainnya, biaya juga diakui dengan mendasarkan pada analisis
hubungan antar biaya yang timbul dan penghasilan tertentu yang diperoleh sehubungan
dengan terdapat beberapa perbedaan perlakuan yang sering menimbulkan koreksi biaya.
Pada bab ini akan disampaikan bagaimana praktik akuntansi komersial ini membahas
masalah biaya yang sekaligus dikaitakan dengan akauntansi pajaknyaserta teknik
mengompensasikan kerugian yang menurut undang-undang perpajakan memang
diperkenankan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan?
2. Apa saja Jenis-Jenis Biaya yang Diperkenankan Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan
Bentuk Usaha Tetap untuk Dibebankan sebagai Biaya?
3. Apa saja Jenis-Jenis Biaya yang Tidak Diperkenankan Bagi Wajib Pajak Dalam
Negeri dan Bentuk Usaha Tetap untuk Dibebankan sebagai Biaya?
4. Bagaimana Tata Cara Melakukan Kompensasi Kerugian dan Batas Waktu
Kompensasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan
2. Mengetahui Jenis-Jenis Biaya yang Diperkenankan Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri
dan Bentuk Usaha Tetap untuk Dibebankan sebagai Biaya
3. Mengetahui Jenis-Jenis Biaya yang Tidak Diperkenankan Bagi Wajib Pajak Dalam
Negeri dan Bentuk Usaha Tetap untuk Dibebankan sebagai Biaya
4. Mengetahui Tata Cara Melakukan Kompensasi Kerugian dan Batas Waktu
Kompensasi
BAB II
PEMBAHASAN
Apabila menggunakan metode kas maka biaya diakui pada saat pembayaran
sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan metode akrual, maka biaya diakui pada
saat terutangnya tanpa memperhatikan pembayaran. Dalam hal pembebanan biaya ini
dilakukan pengaitan (matching) dengan penghasilan yang menggunakan 3 (tiga)
pendekatan, yaitu sebagai berikut:
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi wajib pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap dibagi dalam dua (2) golongan yaitu sebagai berikut:
1. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak tidak lebih dari satu (1) tahun.
Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu (1) tahun merupakan
biaya pada tahun yang bersangkutan misalnya, gaju, biaya administrasi dan bunga,
biaya rutin pengolahan limbah, dan sebagainya.
2. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari (1) satu tahun.
Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari (1) satu tahun,
pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi.
Biaya di maksud adalah biaya-biaya yang lazimnya disebut dengan biaya sehari-hari
yang di bebankan pada tahun pengeluaran yang diperlukan persyaratan hubungan
langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang merupakan objek pajak. Sebagai contoh, bunga atas pinjaman yang
di gunakan untuk membeli saham atau mengakuisisi saham pendiri tidak dapat
dibebankan sebagai biaya dengan syarat deviden yang diterima bukan objek pajak,
kecuali bunga atas pinjaman tersebut di gunakan untuk melakukan penyertaan
perusahaan yang baru berdiri atau untuk membeli sebagian right issue perusahaan
yang lama berdiri. Bunga pinjaman yang tidak boleh di biayakan akan dikapitalisasi.
Khusus untuk biaya promosi harus memeperhatikan/ membedakan hakikat yang
benar-benar untuk promosi dengan sumbangan. Biaya promosi dan penjualan yang
diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto di atur dengan atau berdasarkan
Peraturan Mentri Keuangan. Pengeluaran pengeluaran untuk mendapatkan, menagih
dan memelihara pengahsilan yang bukan merupakan objek pajak tidak boleh
dibebankan sevagai biaya. Sebagai contoh, PT Aman memperoleh penhasilan bruto
yang terdiri atas:
Hal lainnya seperti bunga atass pinjaman yang digunakan untuk membeli saham tidak
dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang deviden yang diterima tidak merupakan
objek pajak sesuai Pasal 4 ayat 3 huruf f. Bunga pinjaman yang tidak boleh
dibiayakan tersebut akan dikapitalisasi sebagai penambahan harga perolehan saham.
2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh aset berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun :
Terdapat pengeluaran pengeluaran untuk memperoleh aset berwujud dan aset tak
berwujud sert pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaatnya melalui
penyusutan untuk aset tak berwujud. Sedangkan terhadap pengeluaran sebagai
pembayaran dimuka seperti pembayaran sewa di muka untuk beberapa tahun,
misalnya 3 tahun, pembebanannya dilakukan melalui alokasi sesuai masa
manfaatnya yaitu selama 3 tahun.
3. Iuran kepada dana pensiun telah tegasdibatasi yaitu yang pendiriannya telah di
sahkan oleh Mentri Keuangan. Oleh karena itu, terdapat iuran dana pensiun
yang pembayarannya kepada dana pensiun di mana pendiriannya tidak atau belum
disahkan oleh Mentri Keuangan tidak diperkenankan untuk dibebankan sebagai
biaya.
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan aset yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk untuk mendapatkan , menagih dan
memelihara pengahasilan. Sering terjadi bahwa penjualan atau pengalihan aset
yang menurut tujuannya semula tidak dimaksudkan dijual atau dialihkan kepada
konsumen, namun untuk dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau dimiliki
untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Apabila terjadi
kerugian atas transaksi penjualan atau pengalihan seperti itu , maka kerugian
tersebut boleh dibebankan sebagai biaya. Kerugian karena penjualan atas
pengalihan aset yang dimiliki tetapi tidak digunakan untuk mendapatkan ,
menagih dan memelihara penghasilan, tentu tidak boleh di krangkan dari
pengahsilan bruto.
5. Kerugian selisih krus mata uang asing
Kerugia selisih krus mata uang asing ini diakibatkan adanya fluktuasi krus sehari-
hari, terutama dalam kondisi krisi moneter. Pembebanan selisih krus dilakukan
berdasarkan sistem pembukuan perusahaan yang dianut dengan syarat taat asas
(konsisten) sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia.
Kemungkinan dalam melakukan pembukuan, wajib pajak mendasarkan pada krus
tetap, maka pembebanan kerugian selisih krus dilakukan pada saat realisasi atas
perkiraan mata uang tersebut. Sebaliknya , apabila menggunakan krus tengah
Bank Indonesia atau krus pada akhir tahun. Kerugian selisih krus dibukukan
dalam perkiraan sementara di neraca dan pebebanan secara bertahap sesuai
realisasi mata uang tersebut.
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di indonesia.
Pengeluaran perusahaan untuk penelitian dan pengembangan perusahaan yang
dilakukan di Indonesia dalam jumlah yang wajar untuk menemukan teknologi
atau sistem baru bagi pengembangan perusahaan boleh dibebankan sebagai biaya.
Dengan diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya inilah diharapkan lebih
meningkatkan masalah penelitian dan pengembangan IPTEK agar proses alih
teknologi dapat dipercepat.
7. Biaya beasiswa,magang dan pelatihan
Baya-biaya ini lebih ditekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Oleh karenanyabiaya beasiswa yang di berikan kepada pelajar, mahasiswa dan
pihak lain magang, dan pelatihan diperkenankan untuk di bebankan sebagai biaya
dengan tetap memperhatikan kewajaran dan kepentingan perusahaan.
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat di tagih, dengan syarat :
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.
b. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat di tagih
kepada Direktorat Jendral Pajak;dan
c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau
instansi pemerintah yang menangani piutang negara atau adanya Perjanjian
tertulis mengenai Penghapusan Piutang/Pembebasan Utang antara kreditur
dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan
umum atau khusus;atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah
dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
d. Syarat sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf k Undang-Undang Pajak Penghasilan yang
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Piutng yang nyata-nyata tidak dapat ditagih diperkenankan untuk dibebankan
sebagai biaya dengan syarat Wajib Pajak telah mengakuinya sebagai biaya
dalam laporan laba rugi komersial dan telah dilakukan upaya-upaya penagihan
yang maksimal atau terakhir. Pengertian penerbitan umum atau khusus bukan
berarti berskala nasional tetapi dapat pula penerbitan internal asosiasidan
sejenisnya
9. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah;
10. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
11. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;
12. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
13. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
B. Biaya Yang Tidak Boleh Dibebankan
Tidak setiap pengeluaran itu boleh dibebankan sebagai biaya sesuai ketentuan
perundang-undangan perpajakan. Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan
mengatur yaitu untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap tidak boleh dikurangkan, yaitu sebagai berikut:
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
Pengeluaran-pengeluaran seperti tersebut diatas tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan badan yang dibagikan karena pembagian laba tersebut merupakan
bagian dari penghasilan badan yang akan dikenakan pajak sesuai perundang-
undangan perpajakan. Ketentuan inilah sebagai wujud pelaksanaan classical system
yang dianut oleh undang-undang perpajakan. Dengan dasar pemikiran bahwa
perusahaannya dan pemegang saham sama-sama sebagai subjek hukum tetapi
terpisah sehingga terhadap laba yang telah dikenakan pajak pada tingkat badan
apabila selanjutnya dibagikan kepada pemegang saham akan dikenai pajak.
2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu atau anggota.
Secara akuntansi komersial pun bahwa biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota tidak diperkenankan untuk
dibebankan sebagai biaya. Demikian pula pada akuntansi pajak sebagai contoh
perbaikan rumah pribadi, biaya premi asuransi yang dibayar perusahaan untuk
kepentingan pribadi pemegang saham atau keluarganya, dan lain sebagainya.
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang tidak
tertagih untuk usaha bank dan sewa dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi,
dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-
syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Dalam praktik akuntansi komersial seperti perbankan atau lembaga keuangan lainnya
termasuk juga leasing dengan hak opsi diperkenankan untuk membentuk cadangan
piutang tidak tertagih. Besarnya cadangan piutang tidak tertagih untuk usaha
perbankan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Dalam akuntansi pajak
sewakerugian dan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dibukukan ke dalam
cadangan penghapusan piutang tidak tertagih. Sedangkan kekurangan atau
kelebihan cadangan itu sebagai koreksi Penghasilan Kena Pajak pada akhir tahun.
4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak
yang bersangkutan.
Jenis-jenis pengeluaran diatas tidak diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya
atau pengurangan penghasilan bruto apabila dibayar oleh Wajib Pajak Orang Pribadi.
Kebalikannya apabila Wajib Pajak Orang Pribadi selanjutnya menerima santunan
asuransi otomatis bukan merupakan objek pajak. Oleh karena itu, perlu diperhatikan
unsur pengecualian bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan di daerah tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Pasal 4 ayat (3) huruf d meemberikan penjelasan bahwa penggantian atau imbalan
dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak dianggap sebagai objek pajak, dengan
sendirinya tidak boleh dibebankan sebagai biaya bagi si pemberi kerja. Namun
khusus untuk kepentingan daerah tertentu (dikenal dengan daerah terpencil)
diberlakukan berbeda, artinya dapat dibebankan sebagai biaya bagi si pemberi kerja.
Hal ini dimaksudkan guna menunjang kebijakan pemerintah untuk lebih mendorong
pembangunan di daerah. Imbalan dalam bentuk pemberian kepada pegawai berupa
penyediaan makanan dan minuman di tempat kerja untuk seluruh pegawai secara
bersama-sama ataupun pemberian natura yang merupakan keharusan dalam
pelaksanaan pekerjaan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam keamanan, antar
jemput karyawan, serta penginapan awak kapal dan sejenisnya tersebut bukan
merupakan penghasilan yang dikenakan pajak bagi karyawan yang menerimanya.
Tetapi biaya tersebut diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya perusahaan
(pemberi kerja).
6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan.
Dapat terjadi di perusahaan adanya pembayaran imbalan yang diberikan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
sehubungan dengan pekerjaan. Pengeluran tersebut boleh dibebankan sebagai biaya
asalkan jumlahnya wajar sesuai kelaziman usaha yang sering disebut dengan sound
business practices. Sebagai contoh seorang tenaga ahli itu sebagai pemegang saham
dari perusahaan dengan imbalan sebesar Rp8.000.000,00. Ternyata jasa yang sama
diberikan oleh tenaga ahli lainnya yang mempunyai keahlian yang sama dibayar
Rp3.000.000,00 dianggap tidak wajar. Selisihnya sebesar Rp5.000.000,00 dapat
dianggap sebagai dividen atau disebut constructive dividend.
7. Harta yang dihibahkan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat dan kepada badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil (termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan) serta
bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima
zakat yang berhak. Zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, sepanjang tidak ada
hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-
pihak yang bersangkutan serta warisan.
8. Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan dalam ketentuan ini adalah Pajak Penghasilan yang terutamg oleh
Wajib Pajak yang bersangkutan. Dalam penentuan tarif pajak terdapat teori yang
dikenal dengan rate of tax reckoned on a tax-inclusive basis, yang berarti tarif
pajak diterapkan atas penghasilan termasuk pajak itu sendiri. Teori ini dianut oleh
undang-undang Pajak Penghasilan, sehingga apabila terdapat penghasilan badan
Rp50.000.000,00 dianggap belum dikurangi pajak atau dengan kata lain Pajak
Penghasilan merupakan bagian dari penghasilan tersebut. Dalam praktik akuntansi
komersial Pajak Penghasilan tidak dianggap sebagai biaya dan dengan demikian tidak
mengurangi Penghasilan Kena Pajak.
9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya.
Dalam praktik auntansi komersial dikenal bahwa perlu dibedakan antara pengeluaran
untuk memperoleh penghasilan atau business expenditure dengan pengeluaran yang
dapat dikategorikan sebagai business expenditure yang diperkenankan untuk
dibebankan sebagai biaya.
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham.
11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan, serta sanksi pidana
Klasifikasi atau penetapan biaya yang diperkenankan untuk dibebankan dan biaya
yang tidak diperkenankan untuk di bebankan sebagaimana telah diatur dalam Pasal 6 dan
Pasal 9 Undang-Undang Pajak Penghasilan seperti yang telah dijelaskan, umumnya
diikuti pula dengan aturan pelaksanaannya dengan bentuk Peraturan Pemerintah,
Peraturan Menteri Keuangan, atau Peraturan direktur Jendral Pajak. pada bagian ini akan
disampaikan beberapa aturan pelaksanaan dimaksud yang aplikasinya dalam bentuk
latihan soal.
Apabila penghasilan bruto dari wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap
setelah dilakukan pengurangan-pengurangan sesuai dengan pengeluaran-pengeluaran
yang diperkenankan seperti diatas didapat kerugian, maka kerugian tersebut dapat
dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal selama lima tahun berturut-
turut dimulai darai tahun pajak berikutnya sesudah tahun didapatkan kerugian tersebut.
Contoh:
Pada tahun 2009, PT A menderita kerugian fiskal sebesar Rp. 1.200.000.000,00. Dalam
lima tahun berikutnya laba (rugi) fiskal PT. A sebagai berikut:
*tidak ditambahkan
E. Akuntansi Perpajakan
Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang
masih tersisa pada akhir tahun 2014, tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal
tahun 2011. Sedangkan rugi fiskal 2011 sebesar Rp. 300.000.000,00 hanya boleh
dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016, karena jangka waktu 5
tahun yang dimulai sejak tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.
Bagi perusahaan yang mempunyai cabang-cabang di luar negeri, sesui penjelasan pasal 4
Undang-Undang Pajak Penghasilan, tidak dapat mengonsolidasikan kerugian yang di
derita cabang luar negeri ini selalu dikenakan pajak tanpa memperhitungkan kerugian.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi atau sumber daya berupa barang
dan jasayang di ukur dalam satuan uang dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang
bisa meningkatkan laba di masa yang akan datang.
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi wajib pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap dibagi dalam dua (2) golongan yaitu sebagai berikut:
1. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak tidak lebih dari satu (1)
tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu (1) tahun
merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan misalnya, gaju, biaya
administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah, dan sebagainya.
2. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari (1) satu tahun.
Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari (1) satu tahun,
pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi.
DAFTAR PUSTAKA