Você está na página 1de 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Epidemiologi telah didenifisikan dengan berbagai cara. Salah satu

definisinya adalah ilmu yang mempelajari sifat, penyebab, pengendalian, dan

faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan,

dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian

cirri pada distribusi status kesehatan, penyakit, atau masalah kesehatan

masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama,

pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang, dan sebagainya.

Karakterisasi ini dilakukan guna menjelaskan distribusi suatu penyakit atau

masalah yang terkait dengan kesehatan jika dihubungkan dengan faktor penyebab.

Epidemiologi berguna untuk mengkaji dan menjelaskan faktor lain yang

berdampak pada status kesehatan penduduk. Epidemiologi penyakit juga dapat

menyertakan deskripsi keberadaannya di dalam populasi dan faktor-faktor yang

mengendalikan ada atau tidaknya penyakit tersebut2,3.

Selain berfokus pada tipe dan keluasan cedera, kondisi, atau penyakit yang

menimpa suatu kelompok atau populasi, epidemiologi juga menangani faktor

risiko yang dapat memberikan dampak, pengaruh, pemicu, dan efek distribusi

penyakit, cacat/defek, ketidakmampuan, dan kematian.34 sebagai metode ilmiah,

epidemiologi digunakan untuk mengkaji pola kejadian yang memengaruhi faktor-

faktor di atas. Tugas seorang ahli epidemiologi adalah menentukan ada tidaknya
2

kenaikan atau penurunan faktor-faktor tersebut selama berbagai periode waktu-

hari, minggu, bulan, tahun.

Tugas yang harus dilakukannya juga mencakup penentuan apakah suatu

daerah atau lokasi tertentu mengalami peningkatan atau penurunan yang lebih

dibandingkan daerah atau lokasi lainnya. Focusnya yang ketiga adalah pada

karakteristik manusia yang terlibat dan apakah karakteristik itu berbeda atau sama

dalam beberapa hal. Dengan kata lain, seorang ahli epidemiologi sangat

berkepentingan dengan aspek waktu, tempat, dan orang dari suatu kejadian

penyakit, cacat/defek, ketidakmampuan, dan kematian. Distribusi kondisi patologi

dari populasi manusia atau faktor-faktor yang memengaruhi distribusi tersebut,

semuanya menjadi subyek yang dibahas dalam epidemiologi.5,6

Menurut Lilienfeld dan Lilienfeld, ada tiga tujuan umum studi epidemiologi. 5

berikut tiga tujuan epidemiologi yang sudah diperbaharui:

1. Untuk menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab penyakit) satu

penyakit atau sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek,

ketidakmampuan, sindrom, atau kematian melalui analisis terhadap data

medis dan epidemiologi dengan menggunakan manajemen informasi

sekaligus informasi yang berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang

tepat, termasuk ilmu social/perilaku;


2. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten

dengan hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan, ilmu

perilaku, dan ilmu biomedis yang terbaru;


3

3. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah

pengendalian dan prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang

berisiko, dan untuk pengembangan langkah-langkah dan kegiatan

kesehatan masyarakat yang diperlukan; yang kesemuanya itu akan

digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan langkah-langkah, kegiatan,

dan program intervensi.


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari epidemiologi
2. Bagaimana mekanisme dari web of causation?
3. Bagaimana segitiga dari epidemiologi?
4. Bagaimana sasaran epidemiologi?
5. Bagaimana proses terjadinya penyakit
6. Bagaimana perjalanan terjadinya penyakit alamiah?
7. Bagaimana cara pencegahan penyakit?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui apa itu

definisi dari epidemiologi, mekanisme dari web of causation, segitiga dari

epidemiologi, sasaran dari epidemiologi, proses terjadinya penyakit,

perjalanan terjadinya penyakit alamiah, dan cara pencegahan penyakit.


1.4 Manfaat
1. Mengetahui definisi dari epidemiologi
2. Mengetahui mekanisme dari web of causation
3. Mengetahui segitiga dari epidemiologi
4. Mengetahui sasaran epidemiologi
5. Mengetahui proses terjadinya penyakit
6. Mengetahui perjalanan terjadinya penyakit alamiah
7. Mengetahui cara pencegahan penyakit
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sehat dan sakit menurut WHO

menurut WHO (1947) sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan

yang sempurna baik secara fisik, mental dan social serta tidak hanya bebas dari

penyakit atau kelemahan (WHO 1947).

Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat

meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle, 1994) :


5

1. memperhatikan individu sebagai sebuah system yang menyeluruh.


2. Memandang sehat dengan mengindentifikasi lingkungan internal dan

eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Sehat menurut Depkes RI UU No.23, 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa:

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang

memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi. Dalam pengertian ini

maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-

unsur fisik, mental dan social dan didalamnya kesehatan jiwa merupakan integral

kesehatan. Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan

yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan

lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal

(lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Jaring-jaring sebab akibat (the web of causation)

Model ini menekankan bahwa suatu penyakit saling berkaitan satu sama

lain seperti jaring-jaring, sehingga untuk menghentikannya, dapat dengan

memutus salah satu rantai. Dalam model jaring-jaring ini, penyakit terjadi karena

hubungan yang rumit dari berbagai faktor yang saling berkaitan, baik memperkuat

maupun melemahkan. Dalam model ini tidak dikenal penyebab utama atau
6

tunggal. Dalam kondisi bagaimanapun, penyakit terjadi karena rangkaian sebab

musabab yang panjang.

Model ini diperkenalkan oleh Mc Mahon. Model ini menerangkan bahwa

sebab sesuatu penyakit saling berkaitan satu sama lain seperti sebuah jaring laba

-laba. Sehingga, untuk menghentikan penyakit ini, cukup dengan memutus satu

rantainya saja. Pada model ini juga terdapat faktor yang lebih dominan daripada

faktor lainnya. Contohnya, angka kematian ibu saat melahirkan. Bisa dipengaruhi

oleh banyak faktor seperti pendidikan ibu yang rendah, gizi yang kurang,

kemiskinan, keadaan politik dan ekonomi yang tidak stabil, kurangnya sarana dan

prasarana dan banyak lagi faktor lainnya yang sebenarnya saling berkaitan satu

sama lain. Intinya efek tidak pernah bergantung hanya pada satu penyebab, tetapi

berkembang menjadi sebuah rantai penyebab dimana masing-masing merupakan

hasil dari kompleks agen terdahulu.

Hakikat konsep ini adalah efek yang terjadi tidak tergantung kepada

penyebab-penyebab yang terpisah secara mandiri, tetapi lebih merupakan

perkembangan sebagai suatu akibat dari suatu rangkaian sebab-akibat, dimana

setiap hubungan itu sendiri hasil dari silsilah (geneologi) yang mendahuluinya dan

yang kompleks (complex geneology of antecenden).

3.2 Mekanisme Web Of Causation (WOC)

Pendidika Pengetahua
n rendah n gizi
rendah
7

Konsumsi
makanan tidak
PENYAKIT
Kemiskinan memadai
KURANG
Produksi bahan
GIZI
makanan
rendah
Daya beli Daya tahan
Sulit
menentukan rendah tubuh dan
Fasilitas Fasilitas
penyebab penyerapan
kesehatan kesehatan
utama namun zat gizi
kurang kurang
dapat dilkukan terganggu
pencegahan dari Model ini menekankan bahwa suatu penyakit saling berkaitan satu
berbagai arah
sama lain seperti jaring-jaring, sehingga untuk menghentikannya, dapat

dengan memutus salah satu rantai.

Contoh:
- Kasus: tingginya kasus penyakit kulit pada kelompok pemulung dan

keluarganya terutama yang memulung sampah dari lokasi TPA (Tempat

Pembuangan Akhir)

Dalam kasus terjadinya penyakit kulit pada para pemulung dan

keluarganya disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan dengan faktor

lainnya. Kurangnya kebijakan dari pemerintah mengakibatkan lokasi TPA tidak

sesuai dengan ketentuan teknis misalnya terlalu dekat dengan pemukiman dan

sumber air minum sehingga keberadaan TPA justru makin mencemari lingkungan,

dengan demikian semakin mempertinggi kemungkinan tercemarnya udara, tanah

air dan bahan makanan. Tenaga kesehatan yang tidak memadai menyebabkan

kurangnya pelayanan kesehatan kepada penderita dan kurangnya penyuluhan

kesehatan kepada masyarakat sehingga masyarakat yang berpendidikan rendah

tidak memiliki wawasan tentang kesehatan pribadi, akibatnya masyarakat kurang


8

menjaga kesehatan pribadinya dan tidak mengobati penyakit yang dideritanya.

Tingkat pendidikan yang rendah disebabkan karena kemiskinan sehingga tidak

mampu membiayai biaya pendidikan. Kemiskinan juga menyebabkan para

keluarga miskin tidak mampu membeli makanan bergizi yang penting bagi

ketahanan tubuhnya. Mereka juga tidak memiliki pekerjaan lain, tidak memiliki

rumah dan bekerja tanpa istirahat sehingga tingkat paparan terhadap sampah

sangat tinggi yang artinya semakin tinggi terpapar kuman penyakit.

Penularan penyakit juga terjadi karena kontak dengan penderita lain. Dari

jaring-jaring tersebut, terjadinya penyakit kulit pada kelompok pemulung dapat

dikurangi dengan cara memutus salah satu mata rantai sebab akibat, baik dari

kebijakan pemerintah

3.3 Segitiga epidemiologi mutakhir

Segitiga epidemiologi seperti yang digunakan dalam penyakit menular

merupakan dasar dan landasan untuk semua bidang epiemiologi. Dewasa ini

penyakit infeksi tidak lagi menjadi penyebab utama penyakit dan kematian di

negara industri. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model segitiga epidemiologi

yang lebih mutakhir. Model tersebut mencakup semua aspek dalam model

penyakit menular tapi harus pula dapat mencerminkan penyebab penyakit dan

kondisi yang sudah berubah pada saat ini. Dengan demikian maka perilaku, gaya

hidup, lingkungan non biologis, ekologi, factor fisik dan lainnya yang ditemukan

di zaman modern ini harus ikut diperhatikan seperti diperlihatkan pada gambar 2.

Model mutakhir atau mofifikasi sehingga epidemiologi ini memperlihatkan bahwa


9

kondisi yang mempengaruhi status penyakit pada populasi memang kompleks dan

terdiri dari banyak faktor.

Faktor penyebab/ faktor risiko

Waktu

Populasi dan Lingkungan

Karakteristikny Perilaku
Budaya
a Fisiologis
Ekologi

Gambar 2. Modifikasi segitiga epidemiologi


10

3.4 Sasaran epidemiologi

Dengan memahami konsep segitiga epidemiologi, maka tujuan epidemiologi

akan menjadi lebih jelas. Selain dari manfaat epidemiologi yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka beberapa tujuan epidemiologi dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Menentukan agens primer atau memastikan faktor penyebab


2. Memahami proses penyakit, cacat atau kondisi tertentu
3. Menentukan karakteristik agens atau faktor penyebab
4. Menentukan cara penularan
5. Menetukan dan menetapkan faktor kontribusi
6. Menjelaskan pola penyakit secara geografis
7. Menentukan, mendeskripsikan dan melaporkan penyakit, cacat, cedera dan

kematian
8. Menentukan metode pengendalian
9. Menentukan langkah-langkah pencegahan
10. Membantu dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan kesehatan

3.5 proses terjadinya penyakit

Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen atau

fakor penyebab penyakit, manusia sebagai penjamu atau host , dan faktor

lingkungan yang mendukung. Ketiga faktor disebut dikenal sebagai Trias

Penyebab Penyakit.

Proses interaksi ini disebabkan adanya agen penyebab penyakit kontak

dengan manusia sebagai penjamu yang rentan dan didukung oleh keadaan

lingukungan . Proses terjadinya penyakit telah dikenal sejak zaman Romawi yaitu

pada masa Galenus (205-130 SM ). Yang mengungkapkan bahwa penyakit dapat

terjadi karena adanya faktor predisposisi , faktor penyebab , dan faktor lingkungan

A. Faktor agen
11

agen sebagai faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati

yang terdapat dalam jumlah yang berlebih atau kekurangan.

Agen berupa unsur hidup yang terdiri dari

1. Virus
2. Bakteri
3. Jamur
4. Parasit
5. Protozoa
6. Metazoa
Agen berupa unsur mati
1. Fisika : sinar radioaktif
2. Kimia : karbon monoksida , obat- obatan , pestisida
3. Fisik : benturan atau tekanan
Unsur pokok kehidupan
1. Air
2. Udara
Keadaan fisiologis: kehamilan dan persalinan
Kebiasaan hidup : merokok, alkohol, narkotika
Perubahan harmonal : diabetes melitus , hipertiroid
Kelainan genetika : down syndrom
B. Faktor penjamu
Penjamu adalah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga

menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit . faktor ini disebut faktor

intrinsik

faktor penjamu yang merupakan faktor risiko untuk timbulnya penyakit

adalah sebagai berikut

1. Genetik
2. Umur
3. Jenis kelamin
12

4. Keadaan fisiologi
5. Kekebalan
6. Penyakit yang diderita sebelumnya
7. Sifat sifat manusia

C. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya

penyakit. Faktor ini disebu sebagai faktor ekstrinsik


Terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Lingkungan fisik
Yang ternasuk lingkungan fisik antara lain geografis dan keadaan

musim
2. Lingkungan biologis
Lingkungan biologis adalah semua makhluk hidup yang berada

disekitar manusia yaitu flora dan fauna termasuk manusia


Lingkungan sosial ekonomi

Yang termasuk faktor sosial ekonomi adalah pekerjaan , urbanisasi,

perkembangan , ekonomi, dan bencana alam


a. Pekerjaan
Pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia seperti pestisdaatau

zat fisika atau yang bersifat karsinogen seperti abses akan

memudahkan terkena penyakit akibat pemaparan terhadap zat zat

tertentu
b. Urbanisasi
urbanisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sosial kepadatan

penduduk dan timbulnya daerah kumuh , perumahan , pendidikan


Lingkungan yang demikian merupakan penunjang terjadinya

berbagai macam penyakit infeksi


c. Perkembangan ekonomi
Peningkatan ekonomi rakyat akan mengubah pola komsumsi yang

cendrung memakan makanan yang mengandung banyak kolestrol

sebalikya , bila tingkat kurang gizi , dan lain lain yang

memudahkan timbulnya penyakit infeksi


d. Bencana alam
13

Terjadinya bencana alam akan mengubah sistem ekologi yang tidak

dapat diramaikan sebelumnya

Selain faktor- faktor , sifat sifat mikroorganisme sebagai agen

penyebab penyakit juga merupakan faktor penting dalam proses

timbulnya penyakit infeksi , sifat sifat mikroorganisme tersebut

antara lain
1. Patogenitas
Adalah kemampuan mikroorganise untuk menimbulkan

penyakit pada penjamu


2. Virulensi
Ialah kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan

penyakit yang berat atau fatal


3. Tropisme
4. Serangan terhadap penjamu
5. Kecepatan berkembang biak
6. Kemampuan menembus jaringan
7. Kemampuan memproduksi toksin
8. Kemampuan menimbulkan kekebalan

3.6 Perjalanan penyakit alamiah

Setiap orang yang menderita penyakit tertentu mempunyai riwayat

perjalanan penyakit, terutama penyakit kronis yang berlangsung bertahun-tahun.

Riwayat perjalanan penyakit alamiah merupakan proses perkembangan suatu

penyakit tanpa adanya interfensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan

terencana. Perjalanan penyakit alamiah sebenarnya merupakan suatu eksperimen

dalam interfensi yang dilakukan oleh alam.


14

Eksperimen yang dilakukan oleh alam ini tidak dianggam sebagai suatu

eksperimen karena interfensi tidak dilakukan oleh peneliti secara sengaja dan

terencana. Eksperimen alamiah ini dapat berupa patogenik dan patogresif.

A. Patogenik

Pada keadaan patogenik ini seorang yang pada mulanya sehat menjadi sakit

yang disebkan interfensi yang dilakukan oleh alam atau oleh orang yang

bersangkutan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

1 Interfensi oleh alam misalnya bencana alam, banjir, gempa bumi dan

letusan gunung merapi.


2 Interfensi oleh yang bersangkutan misalnya :
a Yang dilakukan dengan sengaja seperti kebiasaan merokok dan minum

alcohol.
b Yang tidak sengaja misalnya termakan atau terminum oleh makanan

dan minuman yang tercemar oleh bakteri patogen atau zat lain yang

dapat menimbulkan penyakit.


B. Patogresif

Eksperimen alamiah yang bersifat patogresif merupakan perjalanan klinis

suatu penyakit. Keadaan awal pada patoggresif adalah orang itu sakit dan

menunjukkan gejala klinis yang diikuti perkembangan nya.


15

Level dan Clark menggambarkan riwayat perjalanan penyakit sebagai berikut.

Prapatogenesis patogenesis

Infeksi- sakit 1. Sembuh

2. Kronis
3. Sembuh dengan cacat
4. mati

Prapatogenesis menggambarkan periode saat orang mulai terinfeksi tanpa gejala

klinis. Pada penyakit infeksi, periode ini disebut masa tunas. Periode ini berbeda

pada setiap penyakit tergantung dari sifat bakteri ( pathogenesis, virulensi,

tropisme, jumlah bakteri, dll ) dan manusia yang diserang.

Pathogenesis adalah periode yang pada awalnya seseorang yang telah sakit dan

timbul gejala yang mengikuti. Dari gejala itu dapat diketahui berbagai

kemungkinan yang terjadi, yaitu penyakit dapat sembuh atau menjadi kronis, atau

sembuh dengan menimbulkan gejala sisa atau meninggal dunia. Pada bagan yang

dikembangkan oleh Level dan Clark tidak dijelaskan terntang kondisi orang

sebelum terinfeksi, tetapi mempunyai risiko untuk terkena suatu penyakit. Untuk

mengatasi kekurangan ini, perjalanan penyakit dikembangkan menjadi tahap peka,

tahap pragejala, tahap klinis, dan tahap ketidakmampuan.

Tahap peka
16

Tahap ini meliputi orang-orang yang sehat, tetapi mempunyai faktor resiko atau

predisposisi untuk terkena penyakit. Faktor resiko tersebut dapat berupa:

1. Genetika/ etnik
2. Kondisi fisik
3. Jenis kelamin
4. Umur
5. Kebiasaan hidup, dan
6. Sosial ekonomi

Untuk menimbulkan penyakit, faktor-faktor diatas dapat berdiri sendiri atau

kombinasi beberapa faktor.

1. Genetika/etnik : sickle anemia


2. Keadaan jasmani yang lemah misalnya lelah, kurang tidur,dan kurang gizi

mempunyai resiko terkena penyakit infeksi.


3. Jenis kelamin : wanita mempunyai resiko lebih tinggi terkena penyakit

diabetes militus dan reumatoid artritis dibandingkan dengan pria

sebaliknya pria mempunyai risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung

dan hipertensi dibandingkan wanita.


4. Umur : bayi dan balita yang masih rentan terhadap perubahan lingkungan

mempunyai risiko yang lebih tinggi terkena penyakit infeksi, sedangkan

pada usia yang lanjut mempunyai risiko untuk terkena penyakit jantung

dan kanker.

5. Sosial ekonomi merupakan faktor resiko timbulnya penyakit, misalnya :


a Tingkat sosial ekonomi yang rendah mempunyai risiko terkena

penyakit infeksi.
b Tingkat sosial ekonomi yang tinggi mempunyai risiko terkena

penyakit hipertensi, penyakit jantung koroner, gangguan

kardiovaskuler dll.
17

6. Kebiasaan hidup yang kurang sehat seperti merokok mempunyai risiko

untuk terkena penyakit jantung dan karsinoma paru-paru.


Tahap pragejala (sub klinis)

Pada tahap ini telah terjadi infeksi, tetapi belum menunjukkan gejala dan

masih belum terjadi gangguan fungsi organ. Tahap pragejala ini mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut :

1. Perubahan akibat infeksi atau pemaparan oleh agen penyebab penyakit

masih belum tampak


2. Pada penyakit infeksi terjadi perkembangbiakan mikroorganisme

pathogen.
3. Pada penyakit non-infeksi merupakan periode terjadinya perubahan

anatomi dan histologi, misalnya, terjadinya aterosklerotik pada pembuluh

darah koroner yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah.

Pada tahap ini sulit untuk diagnosa secara klinis.


Tahap klinis

Tahap klinis merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ yang

terkena dan menimbulkan gejala. Untuk menemukan penderita pada tahap ini

relatif tidak sulit, terutama pada penyakit-penyakit yang menimbulkan gejala.

Kesulitan utama untuk mendiagnosis penyakit pada tahap ini adalah tidak semua
18

penyakit menimbulkan gelaja yang jelas, bahkan setiap penyakit tidak selalu

menimbulkan gejala.

Manifestasi klinis pada tahap ini sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan

dan tidak spesifik sampai yang sangat berat atau meninggal dunia. Variasi ini

disebut spectrum penyakit. Spectrum penyakit dapat digambarkan sebagai berikut.

Tahap ketidakmampuan

Tahap ini merupakan tahap ketika telah terjadi pembatasan dalam melakukan

kegiatan sehari-hari. Misalnya, gejala sisa sebagai akibat penyakit kardiovaskular

atau ruda paksa.

Ketidakmampuan ini juga sifatnya bermacam-macam dan berdasarkan lama dan

sifatnya dapat dibagi menjadi:

1. Gangguan fungsi stomatis / psikis.


2. Bersifat sementara atau menetap, dan
3. Terjadinya lama atau singkat

Pada penyakit akut biasanya terjadi pembatasan aktifitas dalam waktu yang

singkat dan bersifat sementara, sedangkan dalam penyakit kronis biasanya

berlangsung lama atau menetap.

3.7 Pencegahan penyakit

Tujuan dari pencegahan adalah menghalangi perkembangan penyakit dan

kesakitan sebelum sempat berlanjut. Konsep pencegahan meluas, mencakup

langkah-langkah untuk mengganggu atau memperlambat penyakit atau kelainan.

Dari ide ini dikembangkanlah tiga tahap dari pencegahan penyakit.


19

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat

menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu

terjadi. Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan dan perlindungan

kesehatan adalah tiga aspek utama dalam pencegahan primer. Perubahan

gaya hidup, penyuluhan kesehatan masyarakat, pendidikan kesehatan

disekolah, perawatan antenatal yang baik, gizi yang cukup, lingkungan

sekolah, rumah dan tempat kerja, semuanya termasuk dalam aktifitas

pencegahan primer.
Higiene perorangan dan langkah-langkah kesehatan masyarakat

memiliki dampak yang besar terhadap epidemi penyakit menular.

Immunisasi, pengendalian infeksi(misalnya kebiasaan cuci tangan),

penyimpanan makanan yang baik, pengelolaan sampah dan limbah,

penyediaan air bersih dan sanitasi umum telah menurunkan penyakit

menular di masyarakat. Dengan demikian dinegara-negara maju, penyakit

utamanya bukan lagi penyakit menular.


Faktor utama yang berkontribusi dalam kejadian penyakit dan

kematian sudah bergeser pada konsumsi rokok, alcohol, diet salah, kurang

olahraga, stress dan polusi lingkungan. Karenanya langkah-langkah

pencegahan primer harus di orentasikan pula pada pengaturan perilaku dan

gaya hidup. Dengan demikian maka dimasa mendatang fokus terhadap

maka aspek pengobatan dan perawatan di rumah sakit akan berkurang dan

digantikan oleh upaya pencegahan primer.


2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrening dan

deteksi dini untuk menemukan status patogenik setiap individu didalam

populasi. Jika status patogenik atau perjalanan penyakit ditemukan lebih


20

dini, diagnosis dan pengobatan dini yang dilakukan dapat segera

mencegah kondisi penyakit untuk berkembang lebih lanjut dan menyebar

di tengah masyarakat, mencegah cacat ataupun kematian. Pencegahan

sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit atau

cedera menuju suatu perkembangan ke arah kerusakan lebih parah atau

kecacatan.
Skrining kesehatan merupakan hal yang menarik bagi masyarakat

jika dilakukan dalam kaitan dengan promosi kesehatan dalam acara-acara

kesehatan, seperti di perusahaan-perusahaan perkumpulan lansia dan

lainnya. Pada akhirnya deteksi dini dapat memperlambat perkembangan

penyakit, mencegah komplikasi, membatasi ketidakmampuan,

menghentikan atau menghambat daya tular penyakit infeksius.


3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala

ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat sakit, cedera,

ketikmampuan yang sudah terjadi atau kecacatan. Pada tahapan ini

sasarannya adalah membantu mereka yang menderita penyakit. Untuk

menghindari penggunaan yang sia-sia dan berlarut-larut dari layanan

kesehatan dan agar tidak menjadi tergantung pada praktisi kesehatan dan

institusi perawatan kesehatan. Diagnosis dan pengobatan yang segera

diikuti dengan rehabilitasi yang tepat dan pemulihan pasca pengobatan,

sekaligus pendidikan kesehatan ynag sesuai, perubahan perilaku dan gaya

hidup yang kesemuannya diperlukan agar peyakit, gangguan, cedera dan

cacat tidak berlanjut atau dapat dibatasi dan diperlambat.


Dari segi efisiensi dan efektifitas maka seseorang setidaknya

berusaha mencegah penyakit dengan memprioritaskan upaya pada tingkat


21

pencegahan primer. Selambat-lambatnya orang harus berusaha pada

tingkat pencegahan sekunder untuk dapat mendeteksi penyakit pada tahap

seawal mungkin, dimana penyembuhan cepat dan sempurna dapat

diharapkan di samping komplikasi penyakit tentunya dapat dihindarkan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam epidemiologi, penyakit dipandang sebagai keadaan yang

disebabkan oleh banyak faktor, tidak hanya oleh karena adanya mikroorganisme

yang menganggu fungsi biologis tubuh, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor

lainnya seperti lingkungan fisik dan sosial. dengan memandang keberadaan

penyakit secara lengkap maka penanganan akan dapat dilakukan dengan lebih

komprehensif.

4.2 Saran

Setiap karya tulis tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan, serta banyak

karya tulis yang penulisan kalimatnya kurang benar dan tidak sesuai kaidah

penulisannya, semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi seluruh yang

membacanya. Semoga penulisan karya tulis selanjutnya bisa lebih baik dan

sempurna dari karya tulis ini.


22

DAFTAR PUSTAKA

Winardi. 2009. Epidemologi Penyakit Tidak Menular, perpustakaan nasional:

catalog dalam terbitan (KDT).


Budiato, Eko. Dewi. 2003. Pengantar Epidemologi, perpustakaan nasional:

catalog dalam terbitan (KDT).


Thomas. 2005. Epedemologi Suatu Pengantar, Jakarta: penerbit buku kedokteran.
Magnus, manya.2012. Epidemologi Penyakit Menular, Jakarta. Perpustakaan

nasional: catalog dalam terbitan (KDT).

Você também pode gostar