Você está na página 1de 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbahaya yang
menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi di dunia. WHO (World
Health Organization) memperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi di dunia pada
tahun 2007 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak di
bawah umur 5 tahun. WHO (World Health Organization) juga menyebutkan
penyakit infeksi seperti diare (18%), pneumonia (14%), dan campak (5%)
merupakan beberapa penyebab kematian anak-anak usia balita di Indonesia.1
Menurut Riskesdas 2013, pada tahun 2013 terjadi 8 KLB yang tersebar di 6
provinsi dan 8 kabupaten dengan jumlah penderita 646 orang dengan kematian 7
orang. Pada tahun 2014 terjadi 6 KLB diare yang tersebar di 5 provinsi dan 6
kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 2.549 orang dengan kematian 29 orang.2
Di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2012 terdapat 5 kecamatan dan 9 desa
yang terserang KLB diare dengan jumlah kematian sebanyak 10 kasus. Jumlah
perkiraan kasus diare di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2011 sebesar
95.139 kasus dan tahun 2012 sebesar 99.169. Kasus diare yang ditangani tertinggi
di Kabupaten Pulang Pisau (82,7%) dan terendah di Kabupaten Gunung Mas
(42%).3 Di Kota Palangka Raya, penderita diare yang berobat dan ditangani di
puskesmas pada tahun 2014 sebanyak 3.281 dengan angka kesakitan diare sebesar
214/1000 penduduk.4
Tingginya insidensi diare di dunia disebabkan karena foodborne infection
dan waterborn infection yang etiologinya adalah bakteri Shigella sp,
Campylobacter jejuni, Staphylococcus aureus, Basillus cereus, Clostridium
prefingens, EHEC (Enterohemorrhagic Eschericia colli).5 Beberapa jenis diare
sering disebabkan oleh bakteri dan virus. Escherichia coli merupakan contoh
bakteri patogen yang menyebabkan epidemi diare pada balita.6 Escherichia coli
merupakan flora normal yang berada di saluran intestinal manusia namun akan
menjadi patogen bila berada di luar habitat aslinya. Escherichia coli termasuk

1
2

dalam famili Enterobacteriaceae, bakteri gram negatif, berbentuk batang,


sebagian besar memiliki flagela peritrik sehingga bisa motil, dan mampu
memproduksi enzim beta laktamase yang dapat menghidrolisis antibiotik yang
memiliki gugus beta laktam seperti Penicillin, Cephalosporine spektrum luas,
Monobactam, Carbapenem, dan Aztreonam. Hasil penelitian Antimicrobial
Resistant in Indonesia (AMRIN) Study tahun 2011 menyatakan telah terbukti dari
2494 individu di masyarakat, 43% Escherichia coli telah resisten terhadap
antibiotik Ampicillin (34%), Clotrimoxazole (29%), dan Chloramphenicol (25%).
Escherichia coli merupakan salah satu kuman yang paling banyak memproduksi
Extended Spectrum Beta Laktamases (ESBLs).7 Di Kota Palangka Raya terdapat
Sungai Kahayan yang berfungsi sebagai sarana transportasi dan pemukiman
sebagian besar masyarakat Palangka Raya sehingga sering digunakan sebagai
tempat MCK (Mandi, Cuci dan Kakus) menyebabkan Escherichia coli dapat
ditemukan di Sungai Kahayan.8
Ketapang merupakan salah satu tumbuhan obat yang banyak tumbuh di
Indonesia dan telah digunakan secara tradisional untuk mengobati penyakit
kardiovaskuler, kulit, liver, pernafasan, perut, gonorrhea dan insomnia. Uji
skrining yang dilakukan Sumintir dkk, membuktikan kulit batang ketapang
mengandung flavonoid, tanin, saponin, kuinon, dan mono/sesquiterpene.
Penelitian yang dilakukan oleh Zuhrotun dkk, Ekstrak n-heksana kulit batang
ketapang mengandung kuinon, katekin, gallotanin, dan steroid/triterpenoid
sedangkan ekstrak etil asetat kulit batang ketapang mengandung flavonoid,
kuinon, gallotanin, dan steroid/triterpenoid. Penelitian yang dilakukan oleh De
Padua dkk, membuktikan kulit batang ketapang memiliki efek antitumor,
antikanker, immunostimulant, antioksidan, analgesik, antiradang (antiinflamasi),
antivirus, antibakteri, antifungal, antidiare, antihepatotoksik, dan
antihiperglikemik.9
Pada penelitian sebelumnya kulit batang ketapang memiliki kandungan
senyawa yang mengandung flavonoid, streoid (terpenoid), saponin dan polifenol
yang berpotensi sebagai antibakteri. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui
3

apakah kulit batang ketapang dapat menghambat aktivitas pertumbuhan bakteri


Escherichia coli yang merupakan penyebab tersering penyakit diare ?

1.2 Rumusan Masalah


Berapakah konsentrasi ekstrak etanol kulit batang ketapang paling efektif
pada konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% yang dapat menghambat pertumbuhan
Escherichia coli ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol
kulit batang ketapang dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli dengan
metode difusi cakram Kirby-Bauer.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui konsentrasi ekstrak etanol kulit batang ketapang paling
efektif pada konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% yang dapat menghambat
pertumbuhan Escherichia coli.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Ilmiah
Penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan tentang tumbuhan kulit
batang ketapang yang dapat berpotensi sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan
Escherichia coli.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan untuk
pembelajaran tentang potensi tumbuhan kulit batang ketapang sebagai antibakteri
dan juga sebagai bahan pustaka atau sumbangan pengetahuan untuk pembaca.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare
2.1.1 Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan feses berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 3 kali sehari.5
2.1.2 Etiologi Diare
Diare akut karena infeksi disebabkan oleh masuknya mikroorganisme
atau toksin melalui mulut. Kuman tersebut dapat melalui air, makanan atau
minuman yang terkontaminasi kotoran manusia atau hewan, kontaminasi tersebut
dapat melalui jari atau tangan penderita yang telah terkontaminasi. Penyebab diare
tidak hanya karena infeksi tetapi juga dapat dikarenakan faktor malabsorbsi
seperti malabsorbsi karbohidrat, disakarida (inteloransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), monosakarida (inteloransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa), makanan
basi, makanan beracun, alergi makanan, dan faktor psikologis seperti rasa takut
dan cemas.5
Etiologi diare akut pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum
diketahui, akan tetapi sekarang lebih dari 80% penyebabnya telah diketahui.
Terdapat 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare. Penyebab
utama oleh virus adalah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus
norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus, dan virus bulat kecil.
Bakteri penyebab diare dapat dibagi dalam dua golongan besar, ialah bakteri non
invasif dan bakteri invasif. Termasuk dalam golongan bakteri non invasif antara
lain Vibrio cholerae, patogen Escherichia coli (EPEC, ETEC, EIEC), sedangkan
golongan bakteri invasif yaitu Salmonella sp.5
2.1.3 Epidemiologi Diare
Penyakit diare menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat karena
penyumbang utama ke-3 angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara
termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta

4
5

kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami
episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun, lebih kurang 80% kematian
terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun.10
Angka kesakitan diare secara nasional ada kecenderungan meningkat.
Pada tahun 2000 angka kesakitan diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 sebesar
374/1000 penduduk dan tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk. Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian karena diare pada
semua umur sebesar 23/100.000 penduduk dan pada balita 75/100.000 balita.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 penyebab kematian balita
yang terbanyak adalah diare (25,2%) dan pnemonia (15,5%).10

2.2 Escherichia coli


2.2.1 Taksonomi
Taksonomi bakteri Escherichia coli adalah sebagai berikut11 :
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
2.2.2 Morfologi dan Sifat
Bakteri ini berbentuk batang, berukuran 0,4-0,7 x 1,0-3,0 m, termasuk
Gram negatif, dapat hidup soliter maupun berkelompok, umumnya motil, tidak
membentuk spora, serta fakultatif anaerob. Morfologi makroskopis pada medium
padat yaitu berbentuk Gram bulat dengan ukuran kecil hingga sedang, permukaan
konveks dan halus serta pinggiran yang rata. Sel Escherichia coli memiliki ukuran
panjang 2,0 6,0 m, tersusun tunggal berpasangan. Escherichia coli tumbuh
pada suhu 10o 40oC dengan suhu optimum 37o ini mempunyai pH optimum
untuk pertumbuhannya adalah 7,0 7,5. Bakteri ini sangat sensitif terhadap panas
dan dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi. 12
6

Gambar 2.1 Bakteri Escherichia coli13


2.2.3 Patofisiologi dan Gambaran Klinis
Escherichia coli tersebut diklasifikasikan berdasarkan sifat virulensinya
dan tiap grup menyebabkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda. Sifat pada
perlekatan epitel sel usus besar atau usus halus disandi oleh gen pada plasmid.14
a) Enteropatogenic Escherichia coli (EPEC) sering menyebabkan diare pada bayi
dengan cara melekat pada sel mukosa usus halus. Faktor yang disandi
kromosom memacu perlekatan yang erat. Enteropatogenik Escherichia coli
menyebabkan pendataran mikrovili, pembentukan struktur mirip mangkok atau
alas aktin filamentosa dan terkadang EPEC masuk kedalam sel mukosa. Akibat
dari infeksi ini,terjadi diare cair yang biasanya sembuh secara spontan (self-
limited) tetapi dapat pula menjadi kronis.14
b) Enterotoksigenic Escherichia coli (ETEC) merupakan penyebab diare yang
sering terjadi pada turis dan sering juga menjadi penyebab diare pada bayi di
negara berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk manusia
meningkatkan kelekatan ETEC ke sel epitel usus halus. Beberapa galur ETEC
menghasilkan eksotoksin labil panas (heat labil eksotoxin-LT) yang secara
genetik dikendalikan oleh plasmid. Sub unit-B nya melekat pada gangliosida
GM1 di brush border sel epitel usus halus dan mempermudah masuknya
subunit A kedalam sel, yang kemudian mengaktifkan adenilat siklase. Hal ini
meningkatkan konsentrasi siklik adenosis monofosfat (cAMP) secara
bermakna ditempat tersebut sehingga terjadi hipersekresi air dan klorida yang
sangat banyak dan terus menerus sehingga menghambat reabsorbsi natrium.
Lumen usus teregang oleh air dan terjadi hipermotilitas serta diare yang
7

berlangsung beberapa hari. Beberapa galur ETEC menghasilkan enterotoksin


stabil panas (heat stabil enterotoxin-STa) yang dikendalikan secara genetik
oleh sekelompok plasmid yang heterogen. STa mengaktifkan guanilat siklase
dalam sel epitel usus dan merangsang sekresi cairan. Banyak galur STa positif
juga menghasilkan LT, galur yang memiliki kedua macam toksin tersebut
menyebabkan diare yang lebih berat.14
c) Shigatoxin Producing Escherichia coli (STEC) dinamakan untuk toksin
sitotoksik yang dihasilkan oleh Escherichia coli. Shiga toksin Escherichia coli
dikaitkan dengan korilitis hemoragik, suatu diare yang berat, dan dengan
sindrom uremik hemolitik, suatu penyakit yang menyebabkan gagal ginjal
akut, anemia hemolitik mikroangiopati dan trombositopenia. Toksin mirip
shiga ini memiliki banyak kemiripan sifat dengan toksin shiga yang dihasilkan
oleh beberapa alur Shigella dysentriae tipe 1, tetapi kedua toksin tersebut
berbeda secara antigenik dan genetik.14
d) Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC) menyebabkan penyakit yang mirip
dengan shigelosis. Penyakit tersebut sangat umum pada anak-anak di negara
berkembang dan pada turis yang berpergian pada daerah tersebut. Seperti
Shigella, galur EIEC bersifat nonmotil dan tidak memfermentasikan atau
lambat memfermentasikan laktosa. Enteroinvasive Escherichia coli
menyebabkan penyakit dengan cara menginvasi sel epitel mukosa usus.14
e) Enteroaggregative Escherichia coli (EAEC) menyebabkan diare akut dan
kronik (durasi > 14 hari) pada masyarakat di negara berkembang. Organisme
ini juga merupakan penyebab penyakit yang ditularkan melalui makanan di
negara maju. Galur Escherichia coli ditandai oleh pola perlekatannya yang
khas pada sel manusia. Enteroaggregative Escherichia coli menghasilkan
toksin mirip ST dan hemolisin.14
2.2.4 Pengobatan dan Resistensi
Pengobatan infeksi dari Escherichia coli dapat dengan menggunakan
golongan antibiotik seperti penisilin, ampisilin, dan amoksilin. Hasil penelitian
Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN) Study terbukti dari 2494 individu
di masyarakat, 43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik
8

antara lain ampisilin (34%), klotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%).


Hasil penelitian 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan 81%
Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%),
klotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), siprofloksasin (22%), dan
gentamisin (18%).7
Obat-obat antimikroba tidak efektif terhadap semua mikroorganisme.
Spektrum aktivitas setiap obat merupakan hasil gabungan dari beberapa faktor,
dan yang paling penting adalah mekanisme kerja obet primer. Demikian pula
fenomena terjadinya resistensi obat tidak bersifat universal baik dalam hal obat
maupun mikroorganismenya. Resistensi bisa terjadi akibat mutasi, dengan
perantaraan plasmid atau dengan perantaraan transposon.15 Perubahan-perubahan
dasar dalam hal kepekaan mikroorganisme terhadap antimikroba tanpa
memandang faktor genetik yang mendasarinya adalah terjadinya keadaan-keadaan
sebagai berikut15 :
1. Dihasilkannya enzim yang dapat menguraikan antibiotik seperti enzim
penisilinase, sefalosporinase, fosforilase, adenilase dan asetilase.
2. Perubahan permeabilitas sel bakteri terhadap obat.
3. Meningkatnya jumlah zat-zat endogen yang bekerja antagonis terhadap obat.
4. Perubahan jumlah reseptor obat pada sel bakteri atau sifat komponen yang
mengikat obat pada targetnya.

2.3 Tumbuhan Ketapang


2.3.1 Taksonomi dan Morfologi

Taksonomi tumbuhan ketapang adalah sebagai berikut16 :


Domain : Eukaryota
Kingdom : Plantae
Phylum : Spermatophyta
Subphylum : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Order : Myrtales
9

Family : Combretaceae
Genus : Terminalia
Species : Terminalia catappa

Gambar 2.2 Tumbuhan Ketapang (Terminalia catappa)17

Gambar 2.3 Kulit Batang Ketapang (Terminalia catappa)17


Tanaman ketapang berasal dari Asia Tenggara dan tumbuh liar di dataran
rendah Nusantara (Indonesia). Ditanam pada ketinggian sampai 800 meter dari
permukaan laut. Tanaman ini hanya dapat bertahan hidup pada daerah tropis dan
subtropis serta dapat tumbuh subur pada tanah yang memiliki drainase yang baik.8
10

Pohon ketapang mempunyai bentuk cabang dan tajuk yang khas, cabangnya
mendatar dan tajuknya bertingkat-tingkat mirip struktur pagoda. Terminalia
catappa cocok dengan iklim pesisir dan dataran rendah hingga ketinggian sekitar
400 m. Ketapang menggugurkan daunnya dua kali dalam satu tahun, sehingga
tumbuhan ini bisa bertahan menghadapi bulan-bulan yang kering. Buahnya yang
memiliki lapisan gabus dapat terapung-apung di air sungai dan laut hingga
berbulan-bulan, sebelum tumbuh di tempat yang cocok.18
2.3.2 Kandungan kimia
Penelitian yang dilakukan Moch. Chasani dengan penapisan fitokimia
menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, streoid (terpenoid), saponin
dan polifenol.9 Kandungan senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai antibakteri.
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang
umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Flavonoid tersebar luas di tanaman
mempunyai banyak fungsi. Flavonoid adalah pigmen tanaman untuk
memproduksi warna bunga merah atau biru pigmentasi kuning pada kelopak yang
digunakan untuk menarik hewan penyerbuk. Flavonoid hampir terdapat pada
semua bagian tumbuhan termasuk buah, akar, daun dan kulit luar batang. Manfaat
flavonoid antara lain untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektifitas
vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik.
Menurut penelitian Kurniasari menyatakan bahwa sejumlah tanaman obat yang
mengandung flavanoid telah dilaporkan telah memiliki aktivitas antioksidan,
antibakteri, antivirus, antiradang, antialergi dan antikanker, diantaranya tanaman
teki dan meniran.19 Senyawa flavonoid memiliki aktivitas antibakteri yang baik
karena adanya gugus fenol. Mekanisme flavonoid sebagai antibakteri
berhubungan dengan pembentukan ikatan kompleks dengan protein pada
membran (protein-fenol) sehingga menyebabkan permeabilitasnya turun. Ikatan
kompleks yang telah terbentuk kemudian terurai dan berpenetrasi ke dalam sel
sehingga terjadi koagulasi protein dan menyebabkan enzim bakteri tidak aktif.
Akibatnya membran sel bakteri tidak terbentuk dengan baik sehingga terjadi
kebocoran sel dan bakteri mati.20
11

Steroid (Terpenoid) adalah senyawa organik lemak sterol tidak


terhidrolisis yang dapat dihasilkan dari reaksi penurunan terpena atau skualena.
Steroid merupakan kelompok senyawa yang penting dengan struktur dasar sterana
jenuh (1,2-cyclopentanoperhydrophenanthrene) dengan 17 atom karbon dan 4
cincin. Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang
membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana.21 Mekanisme
steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan membran lipid dan sensitivitas
terhadap komponen steroid yang menyebabkan kebocoran pada liposom. Steroid
dapat berinteraksi dengan membran fosfolipid sel yang bersifat permeabel
terhadap senyawa-senyawa lipofilik sehingga menyebabkan integritas membran
menurun serta morfologi membran sel berubah yang menyebabkan sel rapuh dan
lisis.20
Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan.
Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan
air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin
mudah larut dalam air dan tidak tarut dalam eter. Saponin memiliki rasa pahit
menusuk dan menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir. Saponin
merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau hemolisis pada
darah.22 Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri yaitu dapat menyebabkan
kebocoran protein dan enzim dari dalam sel. Saponin dapat menjadi anti bakteri
karena zat aktif permukaannya mirip detergen, akibatnya saponin akan
menurunkan tegangan permukaan dinding sel bakteri dan merusak permebialitas
membran. Rusaknya membran sel ini sangat mengganggu kelangsungan hidup
bakteri. Saponin berdifusi melalui membran luar dan dinding sel yang rentan
kemudian mengikat membran sitoplasma sehingga mengganggu dan mengurangi
kestabilan membran sel. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel
yang mengakibatkan kematian sel. Agen antimikroba yang mengganggu membran
sitoplasma bersifat bakterisida.20
Polifenol memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus fenol dalam
molekulnya. Senyawa polifenol merupakan senyawa yang tersebar luas sebagai
zat warna alam yang menyebabkan warna pada bunga, kayu, buah. Mekanisme
12

polifenol sebagai agen antibakteri berperan sebagai toksin dalam protoplasma,


merusak dan menembus dinding sel serta mengendapkan protein sel bakteri.
Senyawa fenolik bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim essensial di
dalam sel bakteri meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah. Polifenol dapat
menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein, menginaktifkan
enzim, dan menyebabkan kebocoran sel.23

2.4 Ekstraksi
2.4.1 Definisi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan


menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel
dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan
tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu
dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul yang
sama.24
2.4.2 Metode Ekstraksi

Jenis-jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan yaitu metode


maserasi, metode Ultrasound Assisted Solvent Extraction Perkolasi, metode
Soxhlet, metode Reflux dan metode Destilasi Uap. Peneliti menggunakan metode
maserasi, metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut
yang sesuai ke dalam wadah kosong yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses
ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa
dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi,
pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Keuntungan metode maserasi
yaitu dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil.24
13

2.5 Metode Pengukuran Aktivitas Antimikroba

Jenis-jenis metode pengukuran aktivitas antimikroba yang dapat


digunakan yaitu metode difusi dan metode dilusi. Jenis-jenis metode difusi antara
lain metode difusi cakram Kirby-Bauer atau metode disc diffusion (Tes Kirby-
Bauer), E-test, Ditch-plate technique, Cup-plate technique, dan Gradien-plate
technique. Metode dilusi terbagi menjadi metode dilusi cair/broth dilution test
(serial dilution) dan metode dilusi padat/solid dilution test. Peneliti menggunakan
metode difusi cakram Kirby-Bauer atau metode disc diffusion (Tes Kirby-Bauer),
metode ini digunakan untuk menentukan aktivitas agen mikroba. Piringan yang
berisi agen antimikroba diletakkan pada media Agar yang telah ditanami
mikroorganisme yang akan berdifusi pada media Agar tersebut. Area jernih
mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen
antimikroba pada permukaan media Agar.25
14

BAB III
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

3.1 Landasan Teori


Infeksi bakteri Escherichia coli yang menyerang sistem saluran
penceranaan dapat menyebabkan diare. Pengobatan diare pada infeksi Escherichia
coli ini dapat dengan menggunakan antibiotik, namun pada beberapa studi kasus
menyebutkan bahwa kasus resistensi antibiotik untuk pengobatan bakteri
Escherichia coli semakin meningkat. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh
penyalahgunaan pemakaian obat antibiotik.
Tumbuhan ketapang merupakan salah satu obat tradisional yang
digunakan oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya,
bahwa pada tumbuhan ketapang didapatkan adanya senyawa flavonoid, streoid
(terpenoid), saponin dan polifenol. Kandungan-kandungan tersebut mempunyai
fungsi biologis, salah satunya adalah sebagai antibakteri. Oleh karena itu, peneliti
ingin mengetahui apakah tumbuhan ketapang ini memang berpotensi sebagai
antibakteri yang dikemudian hari dapat digunakan sebagai salah satu pengobatan
alternatif.

14
15

Escherichia coli

Obat Tradisional Antibiotik

Kulit Batang Tumbuhan Beberapa Kasus


Ketapang (Terminalia catappa) terjadi Resisten

Flavonoid Steroid Saponin Polifenol

Berhubungan Berhubungan Menyebab- Toksin


dengan dengan kan dalam
pembentukan membran lipid kebocoran protoplasma
ikatan dan sensitivitas protein dan , merusak
kompleks terhadap enzim dari dan
dengan protein komponen dalam sel menembus
pada membran steroid yang liposom dinding sel
(protein-fenol) menyebabkan serta
sehingga kebocoran pada mengendap
menyebabkan liposom kan protein
permeabilitas- permeabilitas- Mengakib sel bakteri
nya turun nya turun. atkan
kematian
sel

Membran sel Integritas Kerusakan


bakteri tidak membran pada sel
terbentuk menurun serta bakteri,
dengan baik morfologi denaturasi
sehingga terjadi membran sel protein,
kebocoran sel berubah yang menginaktifka
dan bakteri menyebabkan n enzim, dan
mati sel rapuh dan menyebabkan
lisis. kebocoran sel

Menghambat Pertumbuhan Bakteri

Gambar 3.1 Kerangka Teori


16

Tumbuhan ketapang (Terminalia catappa)

Daun Kulit Batang Buah

Ekstraksi tumbuhan dengan


menggunakan etanol

Flavonoid Steroid Saponin Polifenol

10 % 20 % 30 % 40 %

Dengan menggunakan metode difusi cakram Kirby-Bauer

Zona hambat terhadap pertumbuhan Escherichia coli

Keterangan :
: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.2 Kerangka Konsep


17

3.2 Hipotesis
Ekstrak etanol kulit batang ketapang (Terminalia catappa) dapat
menghambat pertumbuhan Escherichia coli dengan metode difusi cakram Kirby-
Bauer.
18

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian experimental design, yaitu jenis
penelitian dimana peneliti akan mengontrol semua variabel luar yang
mempengaruhi jalannya eksperimen. Rancangan yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu eksperimental dengan metode Post test-only control group design. Pada
penelitian ini akan diuji ekstrak etanol kulit batang tumbuhan ketapang terhadap
aktivitas pertumbuhan Escherichia coli dengan metode difusi cakram Kirby-
Bauer, kemudian diameter zona hambat diukur dengan menggunakan jangka
sorong.26

4.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik randomisasi, yaitu koloni
Escherichia coli yang tumbuh pada media secara acak. Sampel diambil
menggunakan jarum ose. 27

4.3 Estimasi Besar Sampel


Perhitungan sampel untuk setiap perlakuan ditentukan dengan
menggunakan rumus Federer, yaitu : (t-1) (n-1) 15 Dimana, t = banyaknya
perlakuan yang dicoba, n = banyaknya pengulangan.28
Perhitungan :
(t-1) (n-1) 15
(6-1) (n-1) 15
5n-5 15
n 4
Jadi, jumlah perlakuan ada 6, yaitu perlakuan pada konsentrasi 10%,
20%, 30%, 40%, kontrol positif dan kontrol negatif dengan pengulangan masing-
masing konsentrasi sebanyak 4 kali. 27

18
19

4.4 Kriteria Pemilihan (Inklusi dan Ekslusi)


a) Kriteria Inklusi : Koloni Escherichia coli yang tumbuh pada media
Mueller Hinton Agar (MHA).
b) Kriteria Eksklusi : Koloni Escherichia coli yang mati atau disertai
pertumbuhan mikroba lain.

4.5 Variabel Penelitian


a) Variabel dependen : Pertumbuhan Escherichia coli.
b) Variabel independen : Ekstrak etanol kulit batang Ketapang (Terminalia
catappa) dengan berbagai konsentrasi.

4.6 Definisi Operasional


1. Diameter zona hambat terhadap pertumbuhan Escherichia coli
a. Definisi : Daerah bening pada permukaan medium antara ekstrak
kulit batang ketapang dengan bakteri uji
b. Alat ukur : Jangka sorong
c. Hasil Ukur : millimeter (mm)
d. Skala : Numerik
2. Ekstrak kulit batang ketapang dengan berbagai konsentrasi
a. Definisi : Ekstrak kulit batang ketapang adalah sediaan yang
diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif tumbuhan
dengan etanol melalui proses maserasi. Kemudian dibuat
larutan dengan berbagai konsentrasi menggunakan dimetil
sulfoxide. Konsentrasi yang digunakan adalah 10%, 20%,
30% dan 40%.
b. Alat ukur : Neraca analitik untuk menilai berat ekstrak kental yang
didapat.
c. Hasil Ukur : gram (g)
d. Skala : Ordinal
20

4.7 Bahan dan Alat Penelitian


4.7.1 Bahan
Bahan yang digunakan adalah kulit batang ketapang, Kloramfenikol,
Etanol 96%, Dimetil sulfoxide, Eosin Methylene Blue (EMB), Mueller Hinton
Agar (MHA), Larutan Mc Farland skala 0,5, Larutan NaCl (0,9%) dan
Escherichia coli.29
4.7.2 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kain hitam, pisau,
blender, neraca analitik, toples maserasi, evaporator, termometer, batang
pengaduk, kertas saring, labu Erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi, rak tabung,
labu ekstraksi, corong, inkubator, kertas cakram Kirby-Bauer, alumunium foil,
Laminar air flow, plastik, kertas sampul, spatula, lidi kapas, autoclave, lemari
pendingin, mikro pipet, pipet hisap, cawan petri, bunsen, jarum ose dan jangka
sorong.29

4.8 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data


4.8.1 Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Ekologi dan
Biosistemik Jurusan Biologi Universitas Diponegoro.
4.8.2 Proses Pengambilan Kulit batang ketapang
Proses pengambilan dilakukan dengan cara, antara lain :
a) Pengambilan kulit batang ketapang pada penelitian ini diambil dari daerah
Asrama HIMA MURA (Murung Raya), Jl. B. Koetin, Kota Palangka Raya.
b) Kulit batang ketapang yang dipilih adalah kulit batang ketapang sampai
batas kambium yang berjarak 5 cm dari akar, kemudian diambil sebanyak
1,5 kg.
c) Kulit batang ketapang yang diperoleh dikumpulkan, dibersihkan dari
kotoran dan dicuci dengan air mengalir hingga bersih. Kemudian
dikeringkan dengan cara diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari
langsung dan ditutupi kain hitam selama 3-7 hari.
21

d) Sampel dianggap kering apabila sampel berubah warna menjadi coklat


kehitaman. Setelah kering, sampel dibuat menjadi serbuk dengan cara
diblender sampai halus lalu diayak menggunakan ayakan 60 mesh hingga
menjadi serbuk simplisia dan disimpan dalam toples maserasi.
4.8.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit batang ketapang
Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan menggunakan
pelarut etanol 96%, langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :
a) Timbang serbuk simplisia lalu dilakukan (perendaman) maserasi dengan
etanol 96%, kemudian dimasukkan kedalam toples tertutup, dibiarkan pada
suhu ruangan selama 24 jam yang terlindung dari sinar matahari.
Perendaman tersebut berfungsi untuk menyerap senyawa-senyawa organik
yang terkandung dalam simplisia.
b) Hari selanjutnya filtrat dengan ampas dipisahkan dengan cara disaring
menggunakan kertas saring. Filtrat yang didapatkan disimpan dan dilapisi
dengan aluminium foil. Ampas hasil saringan dimaserasi lagi dengan
menggunakan etanol 96%. Ulangi sampai diperoleh filtrat yang tidak
berwarna.
c) Setelah seluruh filtrat digabungkan, filtrat yang berwarna dipekatkan dan
dipisahkan dari pelarutnya dengan menggunakan evaporator sehingga
etanol terpisah dan diperoleh ekstrak kental kulit batang ketapang.
d) Ekstrak kental kulit batang ketapang yang sudah didapatkan ditimbang
kemudian diolah dalam berbagai konsentrasi, yakni : 10%, 20%, 30% dan
40%.
Pembuatan konsentrasi ekstrak kental kulit batang ketapang dilakukan
dengan cara penambahan dengan larutan dimetil sulfoxide, dengan rumus
perbandingan sebagai berikut :
Keterangan :
= Berat ekstrak kental (gram)
= Volume dimetil sulfoxide (mililiter)
22

a) Konsentrasi ekstrak 10% = 1 gram esktrak kental ditambahkan dimetil


sulfoxide sampai volume gelas ukur terisi 10 ml.
b) Konsentrasi ekstrak 20% = 2 gram esktrak kental ditambahkan dimetil
sulfoxide sampai volume gelas ukur terisi 10 ml.
c) Konsentrasi ekstrak 30% = 3 gram esktrak kental ditambahkan dimetil
sulfoxide sampai volume gelas ukur terisi 10 ml.
d) Konsentrasi ekstrak 40% = 4 gram esktrak kental ditambahkan dimetil
sulfoxide sampai volume gelas ukur terisi 10 ml.
e) Kontrol negatif = 10 ml dimetil sulfoxide
f) Kontrol positif = kloramfenikol 1 gram ditambahkan dimetil sulfoxide
sampai volume gelas ukur terisi 10 ml.
4.8.4 Sterilisasi Alat dan Bahan
Alat dan bahan untuk pemeriksaan mikrobiologi harus disterilkan
terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat dan media disterilkan di autoclave pada
suhu 121C selama 15 menit. Jarum ose dan pinset dipanaskan dengan lampu
bunsen.30
4.8.5 Pembuatan Media
Media yang digunakan antara lain :
a. Pembuatan Media EMB (Eosin Methylen Blue Agar)
Perbandingan dibuat dengan 3,6 gram dalam 100 ml aquades. Medium
dipanaskan sampai mendidih agar tercampur dengan sempurna. Kemudian
didiamkan dan disterilkan didalam autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C.
Setelah itu diangkat kemudian dituangkan di atas lapisan dasar cawan petri.30
b. Pembuatan Media MHA (Mueller Hinton Agar)
Perbandingan dibuat dengan 3,8 gram dalam 100 ml aquades, kemudian
dipanaskan sampai mendidih agar tercampur dengan sempurna. Selanjutnya
disterilkan dalam autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit. Setelah itu
diangkat kemudian dituangkan di atas lapisan dasar cawan petri.30
23

c. Standart Mc. Farland No. 0,5


Standar kekeruhan Mc Farland dibuat dengan melarutkan BaCl2 1,175%
sebanyak 0,05 ml dan H2SO4 1% sebanyak 9,95 ml. Campurkan kedua larutan di
atas ke dalam tabung reaksi dan dikocok hingga homogen.31

4.8.6 Pembuatan Inokulum Escherichia coli


Bakteri ditumbuhkan pada media selektifnya yaitu EMB (Eosin Methylen
Blue Agar) untuk mendapatkan koloni dari Escherichia coli. Koloni dari
Escherichia coli tersebut diletakan kedalam tabung yang berisi 10 ml larutan
NaCl 0,9% sampai didapat kekeruhan suspensi sama dengan kekeruhan larutan
standart Mc. Farland no. 0,5.32
4.8.7 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit batang ketapang
Terhadap Escherichia coli
Langkah-langkah uji aktivitas antibakteri antara lain29 :
a. Masukkan lidi kapas steril ke dalam suspensi yang telah dibuat. Kemudian
tiriskan pada sisi tabung reaksi tersebut dan tunggu beberapa saat. Goreskan
lidi kapas tersebut pada permukaan cawan petri berisi MHA (Mueller
Hinton Agar) yang telah dibuat sebelumnya hingga merata.
b. Kertas Cakram Kirby-Bauer kosong dicelupkan selama 15 menit ke dalam
masing-masing larutan yang akan diuji yaitu ekstrak etanol kulit batang
ketapang pada berbagai konsentrasi, kontrol positif (kloramfenikol) dan
kontrol negatif (dimetil sulfoxide) sesuai dengan jumlah pengulangannya
masing-masing.
c. Kertas Cakram Kirby-Bauer yang telah dicelupkan selama 15 menit
kemudian ditiriskan selama 5 menit dan dimasukkan kedalam masing-
masing kelompok perlakuan dan kontrol tersebut pada permukaan media
MHA (Mueller Hinton Agar), kemudian diinkubasi pada suhu 37 0C selama
24 jam.
d. Setelah 24 jam inkubasi, dilakukan pengukuran diameter zona hambat
dengan menggunakan jangka sorong.
24

Zona hambatan yang terbentuk, diperoleh dengan mengukur daerah yang


terdapat zona bening :

Gambar 4.1 Lempeng Mueller-Hinton

Keterangan :
A. Zona pertumbuhan Escherichia coli.
B. Zona penghambatan pertumbuhan (zona bening).
C. Kertas cakram yang mengandung ekstrak etanol kulit batang ketapang atau
kontrol.
4.8.8 Cara Pemusnahan
Setelah penelitian, bakteri Eshcerichia coli yang tersisa harus
dimusnahkan dengan membunuh mikroorganisme. Alat yang sudah dipakai
direndam dengan lysol minimal 30 menit, kemudian dicuci dan dikeringkan.
Setelah itu disterilisasikan dengan autoclave pada suhu 121 C selama 15 menit.
Bahan yang kering dibakar dan bahan yang tidak bisa kering dikubur di tanah
yang tidak lembab atau basah.30

4.9 Cara Pengolahan Data dan Teknik Analisis Data


4.9.1 Pengolahan data
a. Editing
Dilakukan pengecekan ulang pada hasil eksperimen untuk memeriksa
apakah ada kesalahan dalam proses pencatatan data. Editing dapat dilakukan
langsung ketika hasil telah didapatkan.28
25

b. Entry
Data yang telah diperiksa akan dimasukkan ke dalam lembar kerja di
komputer dengan menggunakan software komputer yaitu SPSS for windows untuk
dianalisis.28
c. Cleaning
Dilakukan pemeriksaan jumlah data missing dan analisa data awal
dengan menggolongkan dan mengurutkan data sehingga data akan mudah untuk
dibaca dan diinterpretasikan.28
4.9.2 Analisis data
Setelah dilakukan pengukuran diameter zona hambat pada Escherichia
coli dari setiap masing-masing konsentrasi ekstrak beserta pengulangannya, maka
setiap konsentrasi diakumulasikan nilai zona hambatnya dari beberapa
pengulangannya dan dibagi sebanyak pengulangan yang dilakukan untuk
mendapatkan nilai rata-rata zona hambat. Data yang diperoleh dalam penelitian
ditabulasikan, selanjutnya dianalisis dengan One Way Anova dan dilanjutkan
dengan uji post hoc. Jika nilai statistik uji p<0.05 maka hipotesis diterima. Uji
statistik ini digunakan untuk mengetahui suatu faktor yang mempengaruhi dan
bersifat satu arah. 33

4.10 Tempat dan Waktu Penelitian


4.10.1 Tempat Penelitian
Laboratorium MIPA Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas
Muhammadiyah Palangka Raya (UM Palangka Raya), Kota Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah.
4.10.2 Waktu Penelitian
a. Jangka waktu : 3 bulan
b. Alur waktu : April-Juni
26

4.11 Alur Penelitian

Persiapan sampel (pengambilan dan pembuatan simplisia)

Dibuat seri pengenceran dengan konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40 % dari
ekstrak etanol kulit batang ketapang (Terminalia catappa)

Pembuatan suspensi Escherichia coli

Pengujian Antibakteri

Ekstrak etanol kulit


kloramfenikol DMSO (Kontrol batang ketapang dengan
(Kontrol positif) negatif) konsentrasi 10%, 20%,
30% dan 40 %

Pengukuran diameter zona hambat

Pengumpulan data hasil penelitian

Pengolahan data dan analisis data

Gambar 4.2 Alur Penelitian


27

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Dari hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Laboratorium Ekologi
dan Biosistematika Jurusan Biologi FSM UNDIP, diketahui bahwa tumbuhan
yang digunakan pada penelitian ini adalah Ketapang (Terminalia catappa) yang
berasal dari suku Combretaceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

5.1.2 Hasil Ekstrak Tumbuhan


Tumbuhan kulit batang Ketapang yang sudah dikeringkan dan dibuat
menjadi simplisia didapatkan sebanyak 500 gr. Perendaman maserasi dilakukan
dengan teknik maserasi cara dingin menggunakan etanol 96% selama 24 jam,
kemudian dipisahkan filtrat dengan ampas menggunakan kertas saring, maserasi
diulangi sebanyak 3 kali, dengan total etanol yang dibutuhkan untuk perendaman
sebanyak liter. Kemudian filtrat digabung dan didapatkan total sebanyak 2,1 liter,
setelah itu dilakukan penguapan dengan evaporator untuk memisahkan etanol
dengan ekstrak. Hasil total ekstrak kental tumbuhan Ketapang didapatkan
sebanyak 43,6 gram.

Tabel 5.1 Hasil Ekstraksi Kulit Batang Ketapang (Terminalia catappa)


Berat Awal Berat Simplisia Hasil Filtrasi Ekstrak Kental
1.500 gram 500 gram 2,1 Liter 43,6 gram

Gambar 5.1 Hasil Filtrat dan Ekstrak Kental Kulit Batang Ketapang

27
28

5.1.3 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode
rancangan post test-only control group design. Penelitian ini menguji aktivitas
antibakteri ekstrak etanol tumbuhan kulit batang Ketapang (Terminalia catappa)
terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan metode cakram Kirby-
Bauer pada media Muller Hinton Agar (MHA) dengan berbagai konsentrasi, yaitu
pada konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% serta kontrol positif yaitu
kloramfenikol dan kontrol negatif yaitu dimetil sulfoxide (DMSO). Aktivitas
antibakteri tersebut dapat dilihat dengan terbentuknya zona hambat, yaitu daerah
berwarna bening yang tidak ditumbuhi oleh bakteri.

Tabel 5.2 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri

Konsentrasi Diameter Zona Hambat Pada

Pengulangan Pengulangan Pengulangan Pengulangan


ke-1 ke-2 ke-3 ke-4
10% 0 0 0 0
20% 0 0 0 0
30% 0 0 0 0
40% 0 0 0 0
DMSO 99% 0 0 0 0
Kloramfenikol 44,8 mm 44,8 mm 44,8 mm 44,8 mm
Keterangan :
0 = Tidak Menunjukkan adanya zona hambat

5.2 Pembahasan
Uji aktivitas antibakteri dalam penelitian ini menggunakan kontrol positif
yaitu kloramfenikol, kontrol negatif yaitu dimetil sulfoxide (DMSO) dan varian
konsentrasi larutan uji yaitu 10%, 20%, 30% dan 40%. Penggunaan kontrol
negatif DMSO dikarenakan ekstrak kental kulit batang Ketapang tersebut tidak
dapat diencerkan dengan menggunakan aquades, hal tersebut dipengaruhi oleh
kandungan dari ekstrak kental kulit batang Ketapang bersifat lipofilik. Hasil
29

penelitian menunjukkan kontrol negatif tidak memiliki zona hambat, hal tersebut
berarti bahwa DMSO merupakan pelarut ekstrak yang baik dikarenakan tidak
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri uji. Kontrol positif
kloramfenikol memberikan zona hambat sebesar 44,9 milimeter. Berdasarkan data
CLSI 2014, zona hambat kloramfenikol dikatakan sensitif jika >18mm,
intermediet jika 13mm - 17mm, dan resisten jika <12mm. Hal ini menunjukkan
bahwa kloramfenikol masih sensitif terhadap bakteri Escherichia coli.34 Hasil
pengamatan terhadap aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang Ketapang
pada konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% terhadap pertumbuhan Escherichia
coli pada media Muller Hinton Agar (MHA) setelah diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 37C tidak menunjukkan zona hambat yang terbentuk disekitar cakram.
Pada penelitian ini terdapat perbedaan pada proses pembuatan ekstrak
kental. Rotery evaporator paling sering dan mudah digunakan untuk memisahkan
pelarut yang memiliki titik didih rendah seperti n-heksana atau etil asetat dari
senyawa yang padat pada suhu kamar dan tekanan. Namun, alat ini juga
menyebabkan pengurangan pelarut dari sampel yang mengandung senyawa cair.
Pelarut dengan titik didih lebih tinggi seperti air (100 C pada tekanan atmosfer
standar, 760 torr atau 1 bar), dimetilformamida (DMF, 153 C pada saat yang
sama), atau dimetil sulfoksida (DMSO, 189 C pada saat yang sama), juga dapat
menguap jika alat ini mampu digunakan pada tekanan yang cukup rendah.
(Misalnya, baik DMF dan DMSO akan mendidih di bawah 50 C jika vakum
berkurang dari 760 torr ke 5 torr (dari 1 bar ke 6,6 mbar)). Etanol memiliki titik
didih lebih rendah dibandingkan air, DMF dan DMSO yaitu 77 0C.35 Sedangkan
pada penelitian ini menggunakan suhu 70 0C - 80 0C sehingga dapat mengurangi
senyawa aktif yang terkandung di dalam tumbuhan.
Waterbath memmert adalah alat yang digunakan untuk memisahkan
pelarut dan alat yang digunakan pada proses pembuatan ekstrak kental. Air dapat
digunakan pada suhu 99,0 0C karena titik didih air 100 0C. Minyak dapat
digunakan pada suhu lebih dari 100 0C. Etanol memiliki titik didih lebih rendah
dibandingkan air dan minyak yaitu 77 0C.36 Sedangkan pada penelitian ini
30

menggunakan suhu 84,0 0C sehingga dapat mengurangi senyawa aktif yang


terkandung di dalam tumbuhan.
Aktivitas senyawa antibakteri dipengaruhi oleh pH, suhu stabilitas
senyawa tersebut, jumlah bakteri yang ada, lamanya inkubasi, dan aktivitas
metabolisme bakteri.37 Faktor-faktor yang mempengaruhi senyawa aktif yang
terkandung dalam tumbuhan terbagi menjadi faktor biologi dan kimia. Faktor
biologi antara lain identitas jenis (spesies), lokasi tumbuhan asal (cuaca,
temperatur, cahaya, air, unsur hara (senyawa organik dan anorganik)), umur
tanaman dan bagian yang digunakan, penyimpanan bahan tumbuhan (ruang atau
wadah) dan periode pemanenan hasil tumbuhan. Faktor kimia antara lain faktor
internal (jenis, komposisi, kualitatif dan kuantitatif serta kadar total rerata
senyawa aktif dalam bahan) dan faktor eksternal (metode ekstraksi, perbandingan
ukuran alat esktraksi, kekerasan dan kekeringan bahan, pelarut yang digunakan
dalam esktraksi, kandungan logam berat dan kandungan pestisida).38
Pada penapisan fitokimia yang dilakukan oleh Sumintir dengan
menggunakan pelarut etanol, kulit batang Ketapang (Terminalia catappa) di Kota
Bandung terdapat kandungan senyawa metabolit sekunder berupa senyawa
golongan flavonoid, tanin, saponin, kuinon, dan steroid/triterpenoid.39 Sedangkan
pada penapisan fitokimia kulit batang Ketapang (Terminalia catappa) di Kota
Palangka Raya dengan menggunakan pelarut yang sama yaitu etanol, terdapat
kandungan metabolit sekunder berupa alkaloid dan tanin sehingga terdapat
persamaan kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu senyawa golongan tanin.
Hal ini dipengaruhi oleh letak geografis suatu wilayah yang dapat mempengaruhi
unsur hara yang terdapat di suatu daerah tertentu.
Pada penapisan fitokimia yang dilakukan oleh Nuria dkk pada daun
Ketapang (Terminalia catappa) di Kota Semarang dengan menggunakan pelarut
metanol, terdapat kandungan senyawa metabolit sekunder berupa steroid,
flavonoid dan tanin.40 Sehingga terdapat persamaan kandungan senyawa metabolit
sekunder daun Ketapang (Terminalia catappa) di Kota Semarang dengan kulit
batang Ketapang (Terminalia catappa) di Kota Bandung yang menggunakan
pelarut etanol yaitu senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid, tanin dan
31

steroid. Hal ini dapat dipengaruhi oleh letak geografis yang sama dalam satu
wilayah yaitu Pulau Jawa.

Tabel 5.3 Perbandingan Kulit Batang Dan Daun Tumbuhan Ketapang


(Terminalia catappa) Terhadap Bakteri Escherichia coli40
No. Perbedaan Kulit Batang Daun
1. Pelarut Etanol Metanol
2. Konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% 0,625%, 1,25%, 2,5% dan 5%
3. Senyawa metabolit sekunder
a. Alkaloid Positif -
b. Steroid - Positif
c. Terpenoid - -
d. Flavonoid - Positif
e. Tanin Positif Positif
f. Saponin - -
4. Diameter Zona Hambat Tidak ada 20 mm

Pelarut etanol Sering digunakan sebagai pelarut dalam laboratorium


karena mempunyai kelarutan yang relatif tinggi dan bersifat inert sehingga tidak
bereaksi dengan komponen lainnya. Etanol memiliki titik didih yang rendah
sehingga memudahkan pemisahan minyak dari pelarutnya dalam proses distilasi.
Pelarut metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses
isolasi senyawa organik bahan alam seperti steroid.41
Pertumbuhan bakteri yang terhambat atau kematian bakteri akibat adanya
penghambatan terhadap sintesis protein oleh senyawa-senyawa bioaktif.
Ketahanan bakteri Gram negatif dan Gram positif terhadap senyawa antibakteri
berbeda-beda. Perbedaan kepekaan bakteri Gram negatif dan Gram positif
berkaitan dengan struktur dalam dinding selnya, seperti jumlah peptidoglikan
(adanya reseptor, pori-pori dan lipid), sifat ikatan silang dan aktivitas enzim
autolik. Komponen tersebut merupakan faktor yang menentukan penetrasi,
pengikatan dan aktivitas senyawa antimikroba.42 Bakteri gram positif cenderung
lebih sensitif terhadap komponen antibakteri, hal ini disebabkan oleh struktur
dinding sel bakteri gram positif yang relatif lebih sederhana sehingga
memudahkan senyawa antibakteri untuk masuk ke dalam sel dan menemukan
32

sasaran untuk bekerja. Sedangkan struktur dinding sel bakteri gram negatif relatif
lebih kompleks dan berlapis tiga, yaitu lapisan luar yang berupa lipoprotein
lapisan tengah yang berupa lipopolisakarida dan lapisan dalam peptidoglikan.43,44

Gambar 5.2 Struktur Bakteri Gram Negatif45

Gambar 5.3 Struktur Bakteri Gram Positif45

Hasil identifikasi metabolit sekunder didapatkan kulit batang Ketapang


(Terminalia catappa) di Kota Palangka Raya memiliki kandungan senyawa
alkaloid dan fenolik (tanin). Alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan cara
mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
33

lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel
tersebut. Mekanisme lain antibakteri alkaloid yaitu komponen alkaloid diketahui
sebagai interkelator DNA dan menghambat enzim topoisomerase sel bakteri.20
Tanin mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna. Hal ini menyebabkan sel
bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik sehingga sel bakteri
akan mati. Kompleksasi dari ion besi dengan tanin dapat menjelaskan toksisitas
tanin. Mikroorganisme yang tumbuh di bawah kondisi aerobik membutuhkan zat
besi untuk berbagai fungsi, termasuk reduksi dari prekursor ribonukleotida DNA.
Enzim reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sel bakteri tidak dapat
terbentuk oleh kapasitas pengikat besi yang kuat oleh tanin.20
Berdasarkan mekanisme antibakteri dari senyawa metabolit sekunder,
alkaloid dan tanin dapat berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri
Escherichia coli.20 Bakteri Escherichia coli digolongkan bakteri Gram negatif,
bentuknya batang, panjangnya 2 m, diameter 0,7 m, bersifat Anaerob
fakultatif, bentuk koloninya bundar, cembung dan halus dengan tepi yang nyata.
Digolongkan Bakteri Gram negatif karena dinding selnya terdiri dari lapisan
peptidoglikan tipis dan membran luar. Pada pewarnaan safranin akan terlihat
warna merah muda. Membran luar yang mengelilingi dinding sel menyebabkan
antibiotik tertentu seperti penisilin tidak dapat masuk ke lapisan dalam.46
Pada penelitian Sumintir, ekstrak etanol kulit batang Ketapang
(Terminalia catappa) dapat digunakan sebagai antijamur Candida albicans dam
antibakteri Staphylococcus aureus. KHM ekstrak etanol simplisia kering adalah
300 g/cakram terhadap Candida albicans dan 200 g/cakram terhadap
Staphylococcus aureus.39 Pada penelitian ini digunakan ekstrak etanol kulit batang
Ketapang (Terminalia catappa) dengan konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40%
tidak menunjukkan diameter zona hambat terhadap bakteri Escherichia coli. Hal
ini dipengaruhi oleh struktur bakteri Escherichia coli yang digolongkan bakteri
Gram Negatif dan konsentrasi yang digunakan pada ekstrak kulit batang Ketapang
(Terminalia catappa) yang rendah.
34

Gambar 5.4 Struktur Bakteri Escherichia coli 47

5.3 Keterbatasan Penelitian


1. Perbedaan pada Standar Operasional Penggunaan (SOP) pada penggunaan
alat-alat laboratorium seperti rotary evaporator dan waterbath mammert.
35

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Ekstrak etanol kulit batang Ketapang pada konsentrasi 10%, 20%, 30%
dan 40% tidak menunjukkan pengaruh dalam menghambat pertumbuhan
Escherichia coli dengan metode cakram Kirby-Bauer.

6.2 Saran
Setelah melakukan penelitian ini, maka peneliti menyarankan :
1. Ditingkatkannya konsentrasi ekstrak etanol kulit batang ketapang lebih dari
konsentrasi 40%.
2. Adanya penelitian lanjutan menggunakan pelarut selain etanol 96% seperti
air, metanol, n-heksan, etil-asetat, dan kloroform.
3. Dapat melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan bakteri uji Gram
positif atau Gram negatif lainnya.
4. Isolasi senyawa metabolik sekunder yang berperan aktif sebagai antibakteri.
5. Dapat melakukan uji aktivitas dengan menggunakan metode lain seperti
metode difusi lainnya atau dilusi (cair atau padat) atau in vivo.

35

Você também pode gostar

  • Daftar Obat Esensial
    Daftar Obat Esensial
    Documento65 páginas
    Daftar Obat Esensial
    Chaca Ceriashop
    Ainda não há avaliações
  • Pembatas Bab
    Pembatas Bab
    Documento6 páginas
    Pembatas Bab
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Diverticular Disease
    Diverticular Disease
    Documento21 páginas
    Diverticular Disease
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Jurnal Publikasi
    Jurnal Publikasi
    Documento2 páginas
    Jurnal Publikasi
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Lapsus
    Lapsus
    Documento1 página
    Lapsus
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Modul Whole of Government Cetak
    Modul Whole of Government Cetak
    Documento70 páginas
    Modul Whole of Government Cetak
    Nanda Prawira
    Ainda não há avaliações
  • Jurnal Publikasi 1
    Jurnal Publikasi 1
    Documento2 páginas
    Jurnal Publikasi 1
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Diverticulitis A
    Diverticulitis A
    Documento5 páginas
    Diverticulitis A
    Jihan Anandya Alyka Fitri
    Ainda não há avaliações
  • DK2-1 No 12
    DK2-1 No 12
    Documento2 páginas
    DK2-1 No 12
    Puspa Negara R
    100% (1)
  • Bagaimana Struktur Dan Fungsi Eritrosit
    Bagaimana Struktur Dan Fungsi Eritrosit
    Documento2 páginas
    Bagaimana Struktur Dan Fungsi Eritrosit
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Slide Kegawat Daruratan-Ob
    Slide Kegawat Daruratan-Ob
    Documento101 páginas
    Slide Kegawat Daruratan-Ob
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • DK2-1 NO 12 + Kesimpulan
    DK2-1 NO 12 + Kesimpulan
    Documento3 páginas
    DK2-1 NO 12 + Kesimpulan
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Peritonitis
    Peritonitis
    Documento64 páginas
    Peritonitis
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Gastro Enter o Log I
    Gastro Enter o Log I
    Documento72 páginas
    Gastro Enter o Log I
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
    Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
    Documento8 páginas
    Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
    Puspa Negara R
    100% (1)
  • Anemia PD Kehamilan
    Anemia PD Kehamilan
    Documento1 página
    Anemia PD Kehamilan
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Kekurangan Energi Protein
    Kekurangan Energi Protein
    Documento41 páginas
    Kekurangan Energi Protein
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Nyeri Sendi
    Nyeri Sendi
    Documento39 páginas
    Nyeri Sendi
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Diabetes Mellitus
    Diabetes Mellitus
    Documento13 páginas
    Diabetes Mellitus
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Anemia Fisiologis
    Anemia Fisiologis
    Documento1 página
    Anemia Fisiologis
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • DK2P3 No 4 Ita
    DK2P3 No 4 Ita
    Documento5 páginas
    DK2P3 No 4 Ita
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Surat Sekoalah
    Surat Sekoalah
    Documento7 páginas
    Surat Sekoalah
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • DK2P3 No 2
    DK2P3 No 2
    Documento4 páginas
    DK2P3 No 2
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Surat Sekoalah
    Surat Sekoalah
    Documento7 páginas
    Surat Sekoalah
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Referat Asma Bronkial
    Referat Asma Bronkial
    Documento38 páginas
    Referat Asma Bronkial
    nencysylvia
    Ainda não há avaliações
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Documento1 página
    Abs Trak
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Retinoblastoma
    Retinoblastoma
    Documento12 páginas
    Retinoblastoma
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • RD
    RD
    Documento12 páginas
    RD
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento12 páginas
    Daftar Isi
    Puspa Negara R
    Ainda não há avaliações