Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSTRACT
By:
Khairun Nisaa
Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru, Indonesia
e-mail: nisakhairun19@gmail.com
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada sektor pemerintah, baik di pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah dalam menjalankan pemerintahan memiliki rencana-rencana dalam bentuk
anggaran yang disusun dan akan dijadikan pedoman dalam melaksanakan
berbagai urusan pemerintahan, demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Melalui anggaran, akan diketahui seberapa besar kemampuan pemerintah dalam
melaksanakan berbagai urusan pemerintahan yang menjadi wewenangnya.
Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang
di ukur dalam satuan rupiah, yang di susun menurut klasifikasi tertentu secara
sistematis untuk satu periode (PP 71 tahun 2010). Anggaran merupakan rencana
operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan
sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu
tertentu (Governmental Accounting Standarts Board ). Anggaran juga dapat
diinterpretasikan sebagai paket pernyataan menyangkut perkiraan penerimaan dan
pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode
mendatang (Bastian,2010:191).
Pada sektor pemerintah, anggaran merupakan instrument akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan dalam pelaksanaan program-programnya dibiayai
dengan uang publik (Mardiasmo,2009:61). Dana publik berasal dari pajak,
retribusi, laba perusahaan milik daerah atau negara, pinjaman milik pemerintah
berupa utang luar negeri dan obligasi pemerintah, serta sumber dana lain yang sah
dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang telah
ditetapkan.
Anggaran di pemerintahan itu sendiri terbagi dua. Untuk pemerintah pusat
disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan untuk pemerintah
daerah disebut Anggagaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Anggaran
merupakan isu yang penting, karena menyangkut dana publik dan harus
dipertanggung jawabkan atas pemakaiannya. Sebagai contoh, kita bisa melihat
pada perkembangan jumlah APBD Provinsi Riau dengan realisasi belanja dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 yang realisasi anggarannya setiap tahun
semakin menurun. Pada tahun 2010 dianggarkan APBD sebesar Rp.4,267 triliun.
Dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 3,814 triliun. Untuk tahun 2011 di sahkan
APBD sebesar Rp. 4,790 triliun. Dengan realisasi anggaran sebesar 4,813 triliun.
Pada tahun 2012 pemerintah Provinsi Riau menganggarkan APBD Rp. 8,373
triliun. Anggaran yang direalisasikan pada 2012 sebesar Rp. 6,670 triliun.
Belanja dalam APBD Provinsi Riau terus meningkat setiap tahunnya.
Namun peningkatan belanja tersebut dibarengi dengan peningkatan SiLPA (Sisa
Lebih Penggunaan Anggaran) tahun bersangkutan. Tercatat dimulai pada tahun
2010 dengan Belanja lebih dari Rp. 4,2 triliun SiLPA akhir tahun mencapai Rp.
400 Miliyar. Selanjutnya pada tahun 2011 dengan APBD lebih dari Rp. 4,7 Triliun
SiLPA akhir tahun mencapai Rp. 606 milyar. Meningkat kembali pada tahun 2012
dengan anggaran Rp. 8,3 Triliun, realisasi SiLPA pada tahun berjalan mencapai
1,7 Triliun.
Besaran SiLPA yang terjadi setiap tahunnya, selain faktor kinerja aparatur
yang tidak mampu menyerap secara maksimal anggaran yang dialokasikan juga
2
disebabkan karena buruknya perencanaan anggaran. Dalam Rencana Kerja
Anggaran (RKA) yang diajukan dengan pagu anggaran yang jauh lebih besar
dengan anggaran yang semestinya dibutuhkan disetiap program. Sehingga
mengakibatkan pengembalian anggaran dari sisa program yang dilaksanakan
cenderung tinggi dan akhirnya kembali ke kas daerah untuk dipergunakan pada
tahun berikutnya.
Dapat dilihat pada Laporan Pertanggung Jawaban dan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD), pada belanja langsung yang diperuntukkan untuk
program kegiatan rata-rata realisasi anggaran berkisar antara 75-80% dari pagu
anggaran yang disetujuan dalam Perda APBD. Realisasi anggaran 75% tersebut
juga paling banyak ditemui pada anggaran untuk operasional aparatur (keperluan
Administrasi perkantoran, operasioanal aparatur, dan lain-lain).
Seperti contoh di dinas Pendidikan anggaran belanja langsung sebesar Rp.
379.9 miliyar hanya terealisasi sebesar Rp. 275.0 Miliyar (FITRA Riau). Artinya
hanya 72% anggaran yang di laksanakan meskipun semua program kegiatan
terlaksana. Dapat disimpulkan bahwa anggaran yang di tetapkan untuk belanja
pada dinas pendidikan jauh lebih besar dari pada anggaran yang semestinya
dibutuhkan. Dengan kata lain telah terjadi senjangan anggaran dalam anggaran
belanja dinas pendidikan yang ditetapkan tersebut.
Menurut Arfan (2010) senjangan anggaran adalah selisih antara sumber
daya yang sebenarnya diperlukan untuk secara efisien menyelesaikan suatu tugas
dan jumlah sumber daya yang lebih besar yang diperuntukkan bagi tugas tersebut.
Selain itu senjangan anggaran juga dapat terjadi sebagai akibat bawahan
memberikan informasi yang bias kepada atasannya. Informasi yang bias
menyebabkan kesalahan dalam penganggaran sehingga anggaran yang dibuat
tidak tepat jumlahnya.
Proses penyusunan anggaran itu sendiri melibatkan berbagai pihak dalam
setiap unit pemerintah. Mulai dari manajemen tingkat atas sampai manajemen
tingkat bawah terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Keterlibatan bawahan
dalam penyusunan anggaran disebut partisipasi. Partisipasi anggaran adalah
proses yang menggambarkan keterlibatan individu-individu yang terlihat dalam
penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran dan
perlunya penghargaan atas pencapaian target anggaran tersebut (Brownell,1982).
Partisipasi anggaran bertujuan untuk menciptakan suatu anggaran yang
lebih objektif, karena diharapkan anggaran yang disusun sesuai dengan kebutuhan
dan kapasitas yang dimiliki oleh setiap departemen atau instansi. Namun dalam
praktiknya, partisipasi anggaran juga dapat menimbulkan masalah. Menurut
Merchant (dalam Falikhatun 2007), masalah yang sering muncul dari adanya
keterlibatan manajer tingkat bawah/menengah dalam penyusunan anggaran adalah
timbulnya budgetary slack.
Peneliti-peneliti akuntansi terdahulu telah meneliti pengaruh partisipasi
anggaran terhadap senjangan anggaran. Namun masih terdapat ketidakkonsistenan
pada hasil penelitian. Hasil penelitian Dunk (1993), Ardila (2013) dan Supanto
(2010) menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap
senjangan anggran. Artinya, semakin besar partisipasi dalam penyusunan
anggaran maka senjangan anggaran semakin berkurang. Sebaliknya, hasil
penelitian Young (1985), Riansah (2013) dan Pratama (2013) menunjukkan bahwa
partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap senjangan
3
anggaran, artinya semakin tinggi pastisipasi anggaran maka semakin tinggi pula
terjadinya senjangan anggaran.
Ketidakkonsistenan hasil penelitian tersebut menurut Govindarajan (1986)
memungkinkan dilakukannya pendekatan kontijensi (contigency theory) untuk
mengevaluasi ketidakpastian berbagai faktor kondisional yang dapat
mempengaruhi hubungan partisipasi penyusunan anggaran terhadap senjangan
anggaran. Kontijensi teori memungkinkan untuk menambahkan variabel
moderating kedalam penelitian. Pada penelitian ini ditambahkan variabel motivasi
dan ambiguitas peran sebagai variabel moderating karena masih ditemukan
ketidakpastian hasil dalam kemampuan motivasi dan ambigutas peran dalam
memoderasi partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran.
Hasanah dan Suartana (2014) juga meneliti mengenai pengaruh interaksi
motivasi terhadap hubungan partisipasi anggaran pada senjangan anggaran. Hasil
penelitian ini adalah motivasi mampu memperlemah hubungan antara partisipasi
anggaran terhadap senjangan anggaran. Sedangkan Supanto (2010) menjelaskan
bahwa motivasi tidak memperkuat atau memperlemah pengaruh partisipasi
anggaran terhadap senjangan anggaran, sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi
bukan merupakan variabel yang memoderasi hubungan antara partisipasi
anggaran dan senjangan anggaran.
Pratiwi (2012) menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan
anggaran dengan ambiguitas peran sebagai variabel pemoderasi. Hasil penelitian
ini menunjukkan ambiguitas peran memperkuat hubungan antara partisipasi
anggaran dengan senjangan anggaran. Sedangkan Ardila (2013) juga meneliti
mengenai pengaruh ambiguitas peran sebagai pemoderasi dalam hubungan
partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran. Berbeda dengan penelitian
sebelumnya, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ambiguitas peran tidak
berpengaruh signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dengan senjangan
anggaran.
Berdasarkan indikasi adanya senjangan anggaran dalam APBD di Provinsi
Riau dan ketidakkonsitenan hasil penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk
menguji hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan senjangan
anggaran di SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Provinsi Riau. Didekati
dengan faktor kontijensi dengan memasukkan variabel mediasi seperti interaksi
yang dilakukan oleh Dunk (1993) dan Govindarajan (1986) dalam menguji
hubungan tersebut. Penelitian ini menggunakan variabel motivasi dan ambiguitas
peran sebagai variabel moderating dalam menguji hubungan antara partispasi
penyusunan anggaran dengan senjangan anggaran pada SKPD Provinsi Riau .
Oleh karena itu penelitian ini berjudul Pengaruh Partisipasi Anggaran
terhadap Senjangan Anggaran dengan Motivasi dan Ambiguitas Peran
sebagai Variabel Moderating pada SKPD Provinsi Riau.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalah yang dikemukakan diatas,
maka dapat diidentifikasi suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh terhadap senjangan anggaran ?
2. Apakah motivasi memoderasi hubungan partisipasi anggaran terhadap
senjangan anggaran?
3. Apakah ambiguitas peran memoderasi hubungan partisipasi anggaran
terhadap senjangan anggaran?
4
Tujuan Penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai :
1. Pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran.
2. Pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran dengan
motivasi sebagai variabel moderating.
3. Pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran dengan
ambiguitas peran sebagai variabel moderating.
TINJAUAN PUSTAKA
Senjangan Anggaran
Senjangan anggaran adalah selisih antara sumber daya yang sebenarnya
diperlukan untuk secara efisien menyelesaikan suatu tugas dan jumlah sumber
daya yang lebih besar dan diperuntukkan bagi tugas tersebut (Arfan,2010).
Partisipasi Anggaran
Partisipasi anggaran merupakan salah satu tujuan dari sistem pengendalian
manajemen yang akan mendorong manajer agar lebih efektif dan efisien dalam
mencapai cita-cita organisasi (Anthony dan Govindarajan,2006).
Motivasi
Motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai tujuan (Marnis,2010:244).
Ambiguitas Peran
Ambiguitas peran muncul karena kurangnya informasi atau karena tidak
adanya informasi sama sekali atau informasinya tidak disampaikan
(Cahyono,2008).
Pendekatan Kontijensi
Ketidakkonsistenan penelitian tersebut menurut Govindarajan (1986)
memungkinkan dilakukannya pendekatan kontijensi (contigency theory) untuk
mengevaluasi ketidakpastian berbagai faktor kondisional yang dapat
mempengaruhi partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap senjangan
anggaran. Pendekatan kontijensi memungkinkan adanya variabel-variabel lain
yang dapat bertindak sebagai variable moderating yang mempengaruhi hubungan
partisipasi dalam penyusunan anggaran.
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran
Partisipasi yang tinggi dalam proses penyusunan anggaran akan
memberikan kesempatan yang lebih besar kepada bawahan untuk melakukan
senjangan dan sebaliknya ketika partisipasi rendah harapan bawahan untuk
melakukan senjangan anggaran dibatasi sehingga senjangan anggaran juga rendah
(Edfan, 2002).
Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan
Motivasi sebagai Variabel Moderating
Motivasi juga mempunyai pengaruh terhadap kecendrungan bawahan
untuk melakukan budgetary slack (Supanto,2010). Keterlibatan dalam proses
5
penganggaran mempunyai arti penting karena anggaran berfungsi untuk
memotivasi bawahan dengan memberikan mereka target untuk mencapai tujuan.
Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan
Ambiguitas Peran sebagai Variabel Moderating
Seseorang yang mengalami ambiguitas peran tidak memperoleh kejelasan
mengenai tugas-tugas dari pekerjaanya karena job description yang tidak ditulis
atau dijelaskan secara rinci, kurangnya pengetahuan orang tersebut untuk
melaksanakan perannya, tidak adanya pengalaman, dan ketidakpastian
pengawasan oleh atasan, sehingga orang yang mengalami ambiguitas peran
tersebut harus menebak dan memprediksi sendiri setiap tindakannya
(Cahyono,2008). Jika keterlibatan bawahan dalam penyusunan anggaran
dihubungkan dengan evaluasi kinerja maka bawahan yang mengalami ambiguitas
peran akan termotivasi untuk memberikan informasi yang bias agar kinerjanya
tetap terlihat baik. Anggaran yang ditetapkan berdasarkan informasi bawahan
yang bias menyebabkan besaran anggaran tidak sesuai dengan estimasi
sesungguhnya dan dapat dikatakan bahwa anggaran tersebut cenderung memiliki
senjangan.
Hipotesis Penelitian
Ha1: Partisipasi anggaran berpengaruh terhadap senjangan anggaran
Ha2: Motivasi memoderasi hubungan partisipasi anggaran terhadap senjangan
anggaran
Ha3: Ambiguitas peran memoderasi hubungan partisipasi anggaran terhadap
senjangan anggaran
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pejabat eselon III dan IV
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau.
Dipilihnya pejabat Eselon III dan IV dikarenakan mereka menduduki jabatan
teknis dan memiliki peranan yang besar dalam memimpin, melaksanakan
koordinasi dan merumuskan perencanaan kebijakan serta melaksanakan
pembinaan, evaluasi pengawasan dan pengendalian anggaran di lapangan
sejumlah 613 orang. Jumlah sampel minimum yang disarankan berdasarkan
perhitungan dengan rumus slovin adalah 86 orang. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan secara sampling purposive yaitu perwakilan pejabat
eselon III dan IV dari masing- masing SKPD yang ada dilingkungan Pemerintah
Propinsi Riau yang dipilh secara proporsional sebanyak minimal 3-4 orang per
SKPD sehingga total kuisioner yang disebarkan sebanyak 110 kuisioner. Hal ini
untuk mengantisipasi adanya kemungkinan kuisioner yang tidak kembali.
Jenis, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jenis data berupa data subjek. Penelitian ini
menggunakan sumber data primer. Adapun metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data primer dalam penelitian ini adalah metode survey dengan
menggunakan kuesioner yang disebar ke responden yang menjadi sampel.
6
Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini terdiri atas empat
variabel, yaitu partisipasi anggaran sebagai variabel independen. Senjangan
anggaran sebagai variabel dependen.Motivasi dan ambiguitas peran sebagai
variabel moderating. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :
7
Pengujian Kualitas Data
Pengujian kualitas data dilakukan dengan Uji validitas dan uji reliablitas
Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson
Correlation.Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai signifikansi
di bawah 0.05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Ghozali, 2011). Suatu
instrumen dapat dikatakan reliabel (andal) bila memiliki nilai Cronbach Alpha
lebih dari 0.60 (Nunnaly, 1960).
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi dapat
digunakan sebagai alat prediksi yang baik. Uji asumsi klasik yang akan dilakukan
adalah Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas dan Uji Heteroskedastisitas.
Karakteristik Responden
Dari 94 kuesioner yang dapat diolah, diketahui yang menjadi responden
diantaranya adalah Sekretaris SKPD, Kepala Bagian, Kepala bidang dan
Kasubag/Kasubid/Kasie. Dan untuk mengetahui profil responden. dalam
penelitian ini yang menjadi responden umumnya pria yaitu sebanyak 58 orang
(61,70%) dan wanita sebanyak 36 orang (38,30%). Berdasarkan tingkat usia
responden, responden yang berusia <35 tahun berjumlah 5 orang (5,32%), yang
berusia 35-50 tahun berjumlah 59 orang (62,77%), yang berusia >50 tahun
berjumlah 30 orang (31,91%). Berdasarkan tingkat pendidikan respondensi,
responden yang mempunyai latar belakang pendidikan terakhir setingkat SMA
8
sebanyak 0 orang (0%), pendidikan D3 sebanyak 0 orang (0%), pendidikan Strata-
1 (S-1) sebanyak 50 orang (53,19%), pendidikan Master (S-2) sebanyak 44 orang
(46,81%), dan pendidikan Doktoral (S-3) sebanyak 0 orang (0%). Berdasarkan
jabatan fungsional responden yang memiliki jabatan sebagai Kepala SKPD
berjumlah 0 orang (0%), yang memiliki jabatan sebagai Sekretaris SKPD
berjumlah 9 orang (9,57%), yang memiliki jabatan sebagai Kepala Bagian
berjumlah 4 orang (4,26%), yang memiliki jabatan sebagai Kepala Bidang
berjumlah 22 orang (23,40%), yang memiliki jabatan sebagai Kepala Sub Bagian
berjumlah 59 orang (62,77%). Berdasarkan lama responden bekerja, responden
yang bekerja selama <1 tahun berjumlah 19 orang (20,21%), yang telah bekerja
selama 1-8 tahun 68 orang (72,34%), dan yang telah bekerja mempunyai masa
kerja lebih dari 8 tahun (>8 tahun) sebanyak 7 orang (7,45%).
Statistik Deskriptif
Dari hasil yang diperoleh jawaban dari responden yang cukup bervariasi
dengan skor untuk variabel Senjangan Anggaran (Y) berkisar antara 10 sampai
dengan 20, dari data responden rata-rata untuk semua adalah 15 dengan standar
deviasi 2.59674. Sedangkan Partisipasi Anggaran (X 1) memiliki skor berkisar 12
sampai dengan 28 dengan rata-rata 21.7979 dengan standar deviasi sebesar
3.00387. Untuk variabel Motivasi (X2), nilai terendah adalah 17.00, nilai tertinggi
adalah 23.00 dan nilai rata-rata (mean) adalah 19,9468 dengan standar deviasi
sebesar 1.56141, untuk variabel Ambiguitas Peran (X3) dengan skor jawaban
responden yang berkisar antara 14 sampai dengan 30, Dengan rata-rata jawaban
responden sebesar 24.8085 dan standar deviasi dengan 3.04898
Hasil Pengujian Kualitas Data dan Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini untuk semua butir pertanyaan untuk semua variable
independen dinyatakan valid, sedangkan untuk variable dependen terdapat satu
butir pertanyaan yang tidak valid yaitu butir pertanyaan pertama. Untuk
pertanyaan yang tidak valid tersebut tidak akan digunakan dalam pengolahan data
selanjutnya. Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas data untuk semua variabel
dalam penelitian ini diperoleh hasil cronbach alpha lebih besar dari 0,60 yang
berarti bahwa data tersebut reliabel dan dapat dilanjutkan pada pengolahan
berikutnya. Hasil penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas dan bebas dari
multikolinearitas, heterokedastisitas serta bebas dari autokorelasi.
9
hanya sebesar 4,2%, sedangkan 95,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti pada penelitian ini.
Dari hasill pengujian hipotesis pertama menunjukkan koefisien positif B 1
sebesar 0.241 dengan diketahui nilai Value = 0,027 lebih kecil dari = 0,05).
Hal ini menunjukkan partisipasi berpengaruh positif dan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap senjangan anggaran. Hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis pertama diterima yaitu partisipasi anggaran berpengaruh terhadap
senjangan anggaran, artinya semakin tinggi pastisipasi dalam penyusunan
anggaran maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya senjangan anggaran.Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Young
(1985), Djasuli (2011), Riansah (2013) dan Pratama (2013) yang menunjukkan
bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap senjangan
anggaran. Sebaliknya, hasil penelitian Dunk (1993), Ardila (2013) dan Supanto
(2010) menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap
senjangan anggran.
10
terhadap senjangan anggaran. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Pratiwi (2012) yang menunjukkan ambiguitas peran
memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran.
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada penelitian ini sebesar 0,122 atau 12,2% . Hal ini
berarti 12,2% senjangan anggaran dipengaruhi oleh variabel partisipasi anggaran,
motivasi dan ambiguitas peran, sisanya sebesar 87,8% dipengaruhi variabel lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Saran
11
Dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada, maka
disarankan untuk penelitian yang akan datang memperhatikan hal-hal berikut :
1. Variabel lain yang mungkin untuk diteliti pada penelitian yang akan
datang antara lain: group cohesiveness, kecukupan anggaran,
ketidakpastian lingkungan dan locus of control.
2. Untuk masa yang akan datang dalam mengisi kuisioner sebaiknya
responden di dampingi langsung oleh peneliti agar informasi yang
didapatkan responden lebih tepat.
3. Untuk masa yang akan datang sebaiknya tidak hanya meneliti pada dinas
dan badan saja, bisa diperluas dengan menambahkan kantor, inspektorat,
sekretariat, biro dan rumah sakit daerah.
DAFTAR PUSTAKA
12
Dunk, A.S. 1993. The Effect of Budget Emphasis and Information Assymetry on
Relation Between Budgetary Participation and Slack. The Accounting
Review. Vol. 68:400-410.
Indriantoro dan Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen (Cetakan Kedua).BPFE.Yogyakarta.
13
Riansah, Lira Azhimatinnur. 2013. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap
Senjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi dan Kecukupan
Anggaran sebagai Variabel Moderating Pada Instansi Pemerintah Kota
Sukabumi. Skripsi FE Universitas Islam Syarifhidayatullah. Jakarta.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba
Empat
Young, S.M. Partisipative Budgeting: The Effect of Risk Aversion and Assymetric
Information on Budgetary Slack. Journal of Accounting Research, Vol 23:
829-842.
www.fitrariau.org
www.riaupos.co
14