Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Istilah Brown Field Investment (BFI) merupakan salah satu istilah yang
mengacu pada salah satu jenis foreign direct investment (FDI) / investasi asing
langsung. Investasi BFI merupakan investasi di mana pihak yang menjadi investor
mengambil alih (akuisisi) perusahaan yang sedang eksis. Dengan cara seperti ini
maka biasanya biaya yang dikeluarkan oleh investor jauh lebih kecil dibandingkan
dengan investasi yang membangun perusahaan dari awal (Green Field Investment).
Seiring dengan perkembangan sektor keuangan yang sangat pesat, BFI menjadi
pilihan utama para investor global. Selain karena biaya yang relatif lebih murah,
prosedur perijinan BFI juga jauh lebih mudah dibandingkan dengan Green Field
infrastruktur utuk menunjang investasinya sehingga praktis para investor tidak harus
pemerintahan di suatu negara terhadap GFI. Oleh karena itu, tidak salah jika saat ini
memiliki dampak negatif yang cukup besar. Karena sifatnya yang instan (tidak
multiplier effect ekonomi dari BFI tidak sebesar yang ditimbulkan oleh GFI. Masuknya
BFI tidak menambah penciptaan lapangan pekerjaan secara signifikan dan bahkan
Dampak negatif BFI ini pernah dirasakan langsung oleh Turki selama periode
tahun 2000 2013. Investasi asing yang masuk ke Turki malah menimbulkan
yang masuk ke Turki sebagian besarnya adalah jenis BFI yang hanya melakukan
karena itu, tidak sedikit negara yang mencoba membatasi masuknya BFI dengan
membuat berbagai kebijakan sebagai barriers bagi para investor yang ingin
investor global yang masuk ke Indonesia sekarang lebih banyak menggunakan skema
BFI. Salah satu indikatornya adalah pesatnya perkembangan pasar modal Indonesia.
Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang sangat cepat dalam beberapa
tahun terakhir ini. Pada akhir tahun 2009 nilai Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) Indonesia masih berada pada level 2.500an. Pada akhir tahun 2016 nilai IHSG
sudah menembus angka 5.200an dengan nilai kapitalisasi pasar lebih dari Rp5.000
trilyun.
Oleh karena itu, tidak salah jika pemerintah berusaha mendorong supaya FDI
yang masuk ke Indonesia bisa melalui mekanisme GFI. Masuknya FDI dengan skema
GFI akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dimana akan
dalam jumlah yang sangat besar dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat
kemudahan investasi dan insentif bagi investor asing yang mau menanamkan
Langkah pemerintah ini bisa dikatakan cukup berhasil. Beberapa mega proyek
GFI diharapkan angka pengangguran di Indonesia akan turun signifikan dan pada
menjadikan skema GFI memiliki sifat dan karakteristik yang menyerupai skema BFI.
Beberapa investor global menyertakan syarat penyertaan tenaga kerja asing yang
berasal dari negara investor bersangkutan mulai dari top management, midle
Jika arus investasi asing yang masuk ke Indonesia melalui mekanisme GFI ini
adalah hanya proyek bayangan GFI padahal riilnya adalah BFI maka hampir bisa
dipastikan pasar tenaga kerja Indonesia akan terkena ekses buruk yang paling besar.
Saat ini Indonesia masih bergulat dengan tingkat ketimpangan yang besar serta
angka pengangguran yang tinggi. Bila arus investasi asing yang masuk tersebut
adalah BFI maka angka pengangguran di Indonesia tidak akan berkurang, bahkan
Kerajaan Arab Saudi akan bersifat seperti BFI atau GFI? Pertanyaan yang sama juga
harus diajukan kepada negara Tiongkok yang beberapa tahun terakhir ini memiliki
Indonesia. Jika salah satu dari kedua negara tersebut menyertakan persyaratan
khusus dalam investasinya seperti penggunaan tenaga kerja, bahan baku industri,
hampir bisa dipastikan investasi dari negara tersebut akan sangat merugikan
perekonomian Indonesia.
Oleh karena itu, pemerintah harus tetap berhati-hati dan tidak boleh lengah.
Jangan sampai komitmen investasi yang dibuat oleh investor-investor asing dengan
skema GFI pada kenyataannya adalah kamuflase untuk mengakali skema yang
sebenarnya, BFI. Bila investasi asing yang masuk ini sebenarnya adalah BFI maka
global lainnya yang jauh lebih meyakinkan dan mau berinvestasi di Indonesia dengan