Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari survey toponimi wilayah monumen tugu pahlawan ini
yaitu :
1.4. Manfaat
BAB II
GAMBARAN UMUM
2
2.1. Kondisi Geografi
Monumen Tugu Pahlawan ini terletak di Tembaan Street. Itu dibangun
dalam rangka memberikan penghargaan tinggi kepada semua prajurit yang
telah tewas dalam pertemuan besar untuk melawan tentara sekutu yang
menumpang oleh NICA, yang ingin menduduki surabaya di 10 Novembers
1945. Selain sebagai monumen besar setinggi 45 kaki / kaki, untuk tujuan
yang sama, di beberapa tempat terkenal sebagai medan tempur pada waktu
itu, telah membuat patung heroik seperti Jayengrono garden (Red Bridge),
Plaza Contong, di jalan Tais Nasution ( Bambu runcing), Tanjung dan
Kombes Pol. M. Duriyat jalan. Monumen Tugu Pahlawan merupakan simbol
semangat pejuang arek-arek Suroboyo dalam menghadapi penjajah.
Monumen ini terletak di depan Kantor Gubernur Jawa Timur. Sebagai janji
budaya bangunan, monumen ini terletak di Jalan Pahlawan Surabaya dan
sangat strategis karena berada di pusat kota Surabaya, dikelilingi oleh jalan
utama; Bubutan Street, Tembaan Street, dan Kebon Rojo Street.Batas wilayah
area Tugu Pahlawan adalah sebagai berikut :
Barat : Ruko-ruko
Utara : Bank Indonesia
Timur : Kantor Gubernur Jatim
Selatan : Kramat Gantung
Berikut adalah data x, y, z batas area tugu pahlawan sesuai orientasi yang
diambil menggunakan GPS handheld dengan x dan y merupakan jarak dari
titik 0 Greenwich dan z merupakan tinggi di atas permukaan laut.
3
Tabel 1. Data x, y, z Batas Area Tugu Pahlawan
PEKERJAAN JUMLAH
Pegawai PNS 16
Petugas kebersihan 14
Petugas taman 12
Petugas keamanan 11
Petugas pengangkut sampah 2
Operator genset 2
Total 57
2.3. Sejarah
4
Gambar 2. Tugu Pahlawan 1976
Seorang Presiden pada tanggal 10 November 1951 meletakkan batu
pertama dari suatu rencana raksasa: Tugu Pahlawan, setinggi 45 meter. Batu
itu ditancapkan di tengah-tengah Kota Surabaya, di sebuah tempat bekas
reruntuhan gedung yang hancur dalam perjuangan mendirikan negara, di
depan Kantor Gubernur Jawa Timur. Bersamaan dengan peletakan batu
pertama itu ditanamkan juga sebuah piagam yang berbunyi:
Pada hari ini, Hari Pahlawan 10 November 1951, di Kota Surabaya,
P.Y.M.Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Sukarno, dengan disaksikan oleh
rakyat Indonesia di Surabaya, berkenan meletakkan batu pertama untuk
mendirikanTugu Pahlawan guna memperingati pengorbanan Pahlawan-
pahlawan Kemerdekaan Negara dan Bangsa Indonesia pada tanggal 10
November 1945. Semoga Tugu ini, yang diselenggarakan atas nama
penduduk Kota Surabaya oleh Kepala Daerah Kota Besar Surabaya, Dul
5
Arnowo, menjadi peringatan rakyat Indonesia sehingga akhir zaman.
Presiden Republik Indonesia, Dr. Ir. Sukarno. Gubernur Jawa Timur,
Samadikun. Walikota Surabaya, Dul Arnowo.
Tentu saja naskah piagam itu ditulis dalam bahasa Indonesia ejaan
Soewandi (ejaan lama). Segera setelah upacara ini selesai, maka pekerjaan
pembangunan Tugu Pahlawan mulai diselenggarakan. Dan pada tanggal 10
November 1952 Presiden yang sama meresmikan pembukaan Tugu Pahlawan
itu, yang ternyata tingginya hanya 45 yard!
Seperti tertera di dalam piagam yang ditanam beserta batu pertama,
maka sebagai pembawa cita-cita untuk mendirikan Tugu Pahlawan ini dapat
disebutkan tokoh seorang kurus, bertubuh kecil, tetapi selalu ikut berjuang
dalam kancah pertempuran Surabaya serta menjadi walikota Surabaya sejak
kembalinya kedaulatan negara Republik Indonesia. Tokoh itu tidak lain
adalah Dul Arnowo. Ia kecuali dikenal sebagai seorang warga kota yang
kawakan, juga populer di kalangan pejuang di Jawa Timur. Dul Arnowo
sudah sejak tanggal 2 September 1945 berprakarsa membentuk pemerintahan
Kota Surabaya yang jadi bagian dari Negara Republik Indonesia proklamasi
17 Agustus 1945. Dul Arnowo yang pada zaman Jepang bekerja pada
pemerintahan Surabaya Shi (kota) menjabat sebagai Ketua BPP (Badan
Pembantu Prajurit) yang kantornya di Jalan Kaliasin (sekarang Basuki
Rakhmat) 121, hari itu membentuk dua organisasi yang mewakili adanya
pemerintahan Republik Indonesia yang merdeka.
Organisasi itu adalah: BPKKP (Badan Penolong Keluarga Korban
Perang) dan BKR (Badan Keamanan Rakyat). Ketua BPKKP, yang lebih
mengurusi urusan administrasi (sipil) tata kota adalah Dul Arnowo (mantan
Ketua BPP), wakil-ketuanya Mohamad Mangundiprodjo (mantan Daidancho
Peta Buduran Sidoarjo). Sedang Ketua BKR adalah Drg. Mustopo (mantan
Daidancho Peta Gresik), yang mengurusi soal pertahanan dan keamanan Kota
Surabaya (dan Jawa Timur). Sangat penting tindak-tanduk Ketua BPKKP dan
wakilnya, yaitu sama-sama menyadari bahwa untuk mempertahankan
kedaulatan negara RI itu bukan saja diperlukan kekuatan bersenjata tapi juga
dibutuhkan dana untuk membiayai perjuangan itu. NEGARA RI LAHIR
TANPA MODAL SESEN PUN. MODALNYA HANYALAH SECARIK
6
KERTAS TEKS PROKLAMASI KEMERDEKAAN SERTA SEMANGAT
DAN TEKAD RAKYAT Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan
kedaulatan negaranya (saya ketik huruf kapital, karena itu pernah terucap oleh
Dul Arnowo ketika membentuk pemerintahan sipil di Surabaya, 2 September
1945). Modal materiel beserta segala piranti aparat pemerintah itu harus
dicari sendiri oleh rakyat. BPKKP selaku aparat juga harus mencari dana itu.
Dul Arnowo dan Mohamad Mangundiprodjo yang diserahi jabatan pada
BPKKP harus berfikir keras berupaya mencari dana bagi perjuangan
menegakkan negara.
Dapat dicatat bahwa pencarian dana itu oleh Dul Arnowo dan Mohamad
Mangundiprodjo akhirnya teratasi, yaitu dengan berhubungannya dengan Dr.
Samsi Sastrawidagda (menjabat Menteri Keuangan kabinet RI pertama
sebelum Mr. Maramis) yang memberi petunjuk bahwa di Bank Escompto di
Surabaya tersimpan uang peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang disita
Jepang. Uang itu akhirnya digedor oleh Mohamad Mangundiprodjo, uangnya
sebagian disumbangkan ke pemerintahan Pusat RI, selebihnya dijadikan dana
perjuangan melalui organisasi Dewan Pertahanan Rakyat Indonesia di
Surabaya, diketuai oleh Mohamad Mangundiprodjo. Maka tidak aneh kalau di
Surabaya terdapat nama jalan yang besar bernama H.R.Mohamad
Mangundiprodjo. Tapi agak aneh, tidak ada nama Jalan Dul Arnowo, yang
ada hanyalah nama gang kampung, yaitu Genteng Arnowo. Padahal pemikir
pemerintahan sipil di Surabaya yang pertama ketika merdeka adalah Dul
Arnowo, dan yang menemukan dana perjuangan untuk pemerintahan Pusat RI
dan perjuangan mempertahankan Kota Surabaya (sebagian uang juga dibawa
ke Markas BKR Jawa Timur, markasnya Drg. Mustopo gedung HVA yang
sekarang menjadi gedung PTP Jalan Merak) yaitu karena hubungannya
dengan Dr. Samsi juga oleh Dul Arnowo. Dr. Samsi pada akhir pendudukan
Jepang menjadi Kepala Kantor Tatausaha dan Pajak di Surabaya. Jadi sama-
sama menjabat pemerintahan sipil di Surabaya bersama Dul Arnowo. Setelah
Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 Dr. Samsi-lah pemimpin
Surabaya yang pertama kali menemui Laksamana Shibata membicarakan
masalah yang dihadapi Indonesia merdeka (buku Shibata Yaichiro Surabaya
After Surrender 1986).
7
Cita-cita, pengabdian serta perjuangan Dul Arnowo terhadap NKRI
berlanjut ketika menjadi walikota Surabaya 1951. Dialah yang berprakarsa
mengganti nama-nama jalan di Surabaya yang sejak zaman Belanda hingga
Jepang bernama nama-nama Belanda (lain waktu saya tulis soal nama-nama
jalan di Surabaya ini). Dan lalu juga berprakarsa mendirikan Tugu Pahlawan
ini.
Untuk lebih memberikan arti kepada Tugu yang hendak didirikan itu,
diputuskan bahwa Tugu ditempatkan di bekas puing-puing reruntuhan
Gedung Kenpeitai zaman Jepang. Bekas-bekas reruntuhan gedung ini pernah
membawa penderitaan yang tidak gampang dilupakan para pejuang
kemerdekaan dari zaman ke zaman. Sesudah menjadi gedung Raad van
Justitie (gedung pengadilan) pada zaman Nederlands Indi, pada zaman
Nippon menjadi markas Kenpeitai (polisi militer Jepang, di mana para patriot
bangsa yang dianggap melawan Jepang ditawan dan disiksa, misalnya Ir
Darmawan, tokoh ludruk Durasim). Dan pada saat meletusnya pertempuran
10 November 1945 gedung ini juga jadi pusatnya gerakan pemuda (PTKR =
Polisi Tentara Keamanan Rakyat pimpinan Hasanudin Pasopati dan N.
Suharyo Kecik), yang kemudian gedung tadi menjadi bulan-bulanan sasaran
peluru mortir dan peluru meriam dari kapal laut, dan bom dari pesawat
terbang Thunderbolt, keduanya bagian dari angkatan perang Inggris.
Peristiwa ini pernah digambarkan dalam perangko-perangko Republik
Indonesia yang beredar pada tahun-tahun pertama kemerdekaan. Dengan
dibubuhi teks: Surabaya 10 November 1945. Termasuk perangko seri
pertempuran.
Pertempuran yang terjadi pada tempat itu bermula terjadi pada 30
September 1945 menjelang pagi 1 Oktober 1945 karena tekad pemuda-
pemuda Surabaya untuk melucuti senjata tentara Jepang. Pelucutan senjata
Jepang pada malam yang sama di tempat-tempat lain di Surabaya begitu
lancar dan tidak menimbulkan pertempuran, hanya di Markas Kenpeitai itu
dan Markas Kaigun (Angkatan Laut Jepang) di Gubeng Pojok yang memetik
pertempuran dan makan kurban cukup banyak dari kedua belah pihak (pihak
Indonesia dan pihak Jepang), dan baru tanggal 2 Oktober 1945 pertempuran
selesai, atas hasil perundingan para pejabat. Markas Kenpeitai berhasil
8
didamaikan atas perundingan antara Panglima Angkatan Darat Jawa Timur
Jepang (Tobu Jawa Butai) Jenderal Iwabe dengan kelompok pejabat Jawa
Timur Tentara Keamanan Rakyat pimpinan Drg Mustopo (Panglima TKR
Jawa Timur, karena itu di Surabaya ada jalan Prof. Dr. Mustopo) di Markas
Gedung HVA (sekarang Jalan Merak). Markas Kaigun berhasil didamaikan
atas perundingan antara Laksamana Muda Laut Shibata dengan Ketua BKR
Kota Surabaya Sungkono (karena itu di Surabaya ada jalan Majen
Sungkono), di rumah Shibata Ketabang Boulevard (sekarang Jalan Jaksa
Agung Suprapto; saya tidak tahu kaitannya Jaksa Agung Suprapto dengan
Surabaya. Pernahkah ada yang meneliti?). Akhirnya pertempuran di Markas
Kenpeitai Jepang yang lalu jadi Markas PTKR itu hanya meninggalkan
reruntuhan-reruntuhan saja. Kebanggaan dan kemegahan kolonialisme hilang
bersama hancurnya gedung yang beriwayat banyak menimbulkan kurban jiwa
patriotis bangsa Indonesia.
9
Ondomohen itu bukan bahasa Jawa, bukan bahasa Belanda. Tidak ada artinya
dalam kedua bahasa itu, di kamus pun tidak ada. Jadi, kata Ondomohen di
seluruh bahasa dunia artinya ya nama jalan di Surabaya itu. Oleh karena itu
ketika Walikota Surabaya Dul Arnowo mengganti nama-nama jalan yang
berbau bangsa atau bahasa Belanda tahun 1952, nama jalan Ondomohen tidak
katut diganti. Ondomohen adalah bahasa Surabaya, milik orang Surabaya,
khusus untuk nama Jalan Ondomohen di Surabaya.
Tentang mendirikan Tugu Pahlawan, oleh Walikota Surabaya yang baru,
R.Mustajab, kemudian dikirimkan lagi utusan ke Jakarta untuk
memperlihatkan dua belas ontwerp yang disusun menurut petunjuk-petunjuk
Presiden. Pilihan terakhir jatuh kepada sebuah ontwerp, tetapi yang terakhir
inipun mengalami perubahan-perubahan. Salah satu di antaranya: tiang
bendera yang hendak dipancangkan di pucuk tugu harus dihilangkan.
10
Dari 45 Meter jadi 45 yard.
11
penerbangan menyebabkan rencana ini dikurangi jadi 45 yard saja. Terutama
kalau ada penerbangan di waktu malam. Karena itu pada mahkota di atas
tugu yang beratnya ditaksir tiga ton bakal dipasang lampu-lampu dan kaca
merah.
Pembangunan bagian bawah Tugu yang mencapai tinggi 30 meter itu
berakhir tepat pada tangggal 17 Agustus 1952, yaitu setelah dua bulan terus-
menerus dikerjakan. Untunglah bahwa perhitungan-perhitungan dan
perubahan menjadi 45 yard itu terjadi sesudah bagian bawah selesai
dikerjakan. Hingga waktu itu sudah ada 70 orang pekerja dikerahkan.
Pekerjaan pengecoran malahan meminta tenaga lebih banyak, sampai
sejumlah 80 orang, tetapi hasil yang diberikan tidaklah seperti yang
direncanakan. Setiap hari mereka cuma berhasil mengecor sebanyak 5 M3.
Ini disebabkan karena makin tinggi memanjat, makin sukar pelaksanaan
pengecorannya.
Kekurangan-kekurangan ini kemudian menimbulkan gagasan baru, yaitu
untuk mempergunakan semacam lift. Menurut pendapat baru ini ternyata
hasilnya naik, sehari menjadi 9 M3. Dan tinggi yang 30 meter itu
pengecorannya selesai dalam tiga minggu.
12
yang 45 yard itu dengan sendirinya menyatakan tahun 1945 sebagai tahun
terjadinya pertempuran di Surabaya. Keistimewaan Tugu Pahlawan ini adalah
bahwa di bagian dalamnya terdapat tangga yang melilit dindingnya untuk
naik sampai puncaknya.
Hanya anehnya, beberapa saat setelah Tugu diresmikan pembukaannya,
maka terjadi semacam skandal di dalam pembuatannya. Tugu itu di bagian
tengah tampak miring dan tidak lurus. Penanggung jawab dari kecerobohan
ini kabarnya ditimpakan kepada IEC. Sampai kemudian menjadi rahasia
umum di Surabaya, bahwa Tugu Pahlawan itu bakal dibongkar kembali untuk
mendapat perbaikan seperlunya.
Tetapi, inipun tidak pernah ada kenyataannya. Tugu Pahlawan itu tetap
miring di tengah, dan tetap tidak dibongkar. Keabadian miringnya Tugu
Pahlawan merupakan peringatan hasil kerja acak-acakan. Semoga dijadikan
suri teladan untuk para penguasa kota yang kemudian, agar kerja acak-acakan
seperti itu jangan terjadi lagi, jangan terulang lagi. Untuk mengerjakan
proyek hendaknya direncanakan sejak ontwerpnya, pembeayaannya,
sampai penjadwalan pengerjaannya. Waktu pengerjaan Tugu Pahlawan dulu,
memang belum ada perencanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah
seperti sekarang. Semoga adanya APBD-APBN menjadikan pembangunan
bangsa dan negara menjadi lebih baik daripada zaman 1950-an.
Menurut catatan, Rencana Ongkos Pembikinan Tugu Pahlawan waktu
itu ialah Rp 400.000,00. Dana diperoleh dari pungutan pada masyarakat.
Penerimaan kas dari pungutan sampai dengan tanggal 5 November 1952 baru
terkumpul Rp 335.486,66. Yaitu sumbangan-sumbangan (ketika itu disebut
bantuan) dari Grosier2 beras Rp 116.450,00; Persatuan Kaum Ibu Rp
15.500,00; Pasar Malam PMI-Phin Lauw Yuan Rp 4.343,80; Lingkungan
Pacarkeling Rp 229,60; Panitya Penyelenggara Pertandingan Armada India
Rp 494,00; Pemohon2 memasukkan beras dari luar daerah Rp 15.530,67 (tapi
yang Rp 4.450,00 akan diminta kembali oleh pemohon2 itu karena
permohonannya tidak diijinkan); Persibaya (waktu itu belum Persebaya) Rp
4.428,60; Sepakbola Lebaran Rp 60,90; Hadiah Bung Karno Rp 10.000,00;
dari khalayak ramai melalui suratkabar Suara Rakyat Rp 1.875,00; Hadiah
Bu Samadikun Jl. Pahlawan 7 (isteri Gubernur Jatim) Rp 100,00; sumbangan
13
Perkumpulan Gie Hoo Rp 170,75; Jawatan Pelabuhan Surabaya Rp 78,60;
stamvergunninghouders beras Rp 145.071,13; dari Penjualan Kupon Rp
20.870,61; Ikatan Pegawai Negeri di Penataran Angkatan Laut Surabaya Rp
70,00; sumbangan A. Djalil M.E.T.P. Riouw Udjung Jakarta, Rp 10,00; R.
Sastromihardjo Kepala Setasiun Tarik Rp 28,00; Inspeksi Kesehatan Rp
175,00; . Jumlahnya belum mencapai rencana ongkos, tapi dalam laporan
kas itu disebutkan bahwa dari Penjualan Kupon ditaksir akan diterima lagi
Rp 45.000,00 dan dari Stamvergunninghouders beras sampai dengan ultimo
November 1952 akan diterima lagi Rp 30.000,00; sehingga ditaksir akan
diterima seluruhnya Rp 410.486,66. Sampai dengan 5 November pengeluaran
yang sudah dilaporkan baru sampai Rp 196.231,30. Antara lain
perongkosan2 ke Jakarta tiga kali jumlahnya Rp 4.500,00; tapi oleh utusan2
itu dikembalikan Rp 1.000,00 kepada panitia. Laporan atau balans itu
ditandatangani oleh Bendahara Tugu Pahlawan Surabaya, R. Soetarto dan
Ketua R. Moestadjab Soemowidigdo.
14
2.5. Landmark
Landmark pada tugu pahlawan merupakan peninggalan-peninggalan
sejarah. Berikut adalah data x, y, z landmark yang diambil menggunakan GPS
handheld dengan x dan y merupakan jarak dari titik 0 Greenwich dan z
merupakan tinggi di atas permukaan laut.
Tabel 3. Data x,y,z Landmark Tugu Pahlawan
a. Monumen
15
Gambar 5. Museum 10 Nopember 1945
16
Mobil Bung Tomo adalah mobil jenis Opel Kapitan. Mobil itu
berwarna hitam dan menjadi koleksi Museum Tugu Pahlawan yang
ditempatkan di halaman terbuka pada sisi barat kawasan Monumen Tugu
Pahlawan. Jaraknya sekitar 30 meter di depan Museum Tugu Pahlawan.
Mobil Opel itu produksi Jerman patahun 1956 yang bermesin 2,5 liter
enam silinder. Tenaga yang dihasilkan 75 PS. Mobil tiga transmisi ini
bisa mencapai kecepatan 140 km per jam. Dalam perjalanan 100 km,
mobil ini akan menghabiskan bahan bakar 13 liter.
Sebelum menempati kawasan wisata ini, obil tersebut dititipkan
pada Masud , seorang warga Jalan Gatot Subroto, Malang. Di tempat ini
mobil dibiarkan begitu saja di dalam garasi selama bertahun-tahun.Pada
saat itu kondisi mobil berplat nomor N 1708 A dengan Nomor mesin
K25L55-23585K ini sangat memprihatinkan. Karat banyak mewarnai
bagian mobil an Keempat rodanya juga sudah rusak. Cat mobil yang
sebelumnya berwarna biru kehitaman itu juga banyak yang mengelupas
termakan zaman. Begitu juga beberapa aksesoris penghias dan penanda
mobil juga tidak lengkap karena banyak yang hilang
Akhirnya putra Bung Tomo, Bambang Sulistomo, pada bulan
Oktober 2010 menghibahkan mobil itu untuk koleksi monumen 10
November. Mobil itu mungkin tampak sederhana dan biasa saja. Namun
pada masa itu , mobil itu mungkin termasuk dalam deretan mobil yang
cukup berkelas. Tak banyak aksesoris yang terdapat pada mobil itu.
Walau tampak sederhana, keberadaan mobil itu bisa membawa
pengunjung untuk mengenang tentang sosok Sutomo atau yang lebih
dikenal dengan nama Bung Tomo. Beliau bernama Sutomo yang lahir di
Surabaya, 3 Oktober 1920. Sosoknya sangat legendaris karena
mengobarkan semangat juang dan perlawanan kepada tentara sekutu
dalam peperangan di Surabaya pada tgl 10 November 1945.
d. Patung pahlawan
17
Gambar 7. PatungPahlawan di TuguPahlawan
18
tulisan merdeka atoe mati menggambarkan sangat berkobarnya
semangat bangsa Indonesia kala itu untuk memperjuangkan
kemerdekaan. Jenderal Besar Sudirman merupakan salah satu tokoh
besar yang dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun, ia
sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang
parah, Panglima Besar TKR/TNI, ini tetap bergerilya melawan Belanda.
Ia berlatarbelakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan
giat di kepanduan Hizbul Wathan. Gubernur Suryo selaku Gubernur Jawa
Timur pada tahun 1945, ia menjadi tokoh penting di balik terjadinya
pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang sangat
heroik.Terdapat juga patung Doel Arnowo, Ketua KNI untuk Surabaya
yang kemudian pada tahun 1950 Beliau menjabat menjadi walikota
Surabaya.
BAB III
METODOLOGI SURVEY
19
3.1 Waktu Pelaksanaan dan Lokasi Survey
3.1.1 Waktu Pelaksanaan
Survey toponimi ini dilaksanakan pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 8 Oktober 2014
3.1.2 Lokasi Survey
Lokasi pelaksanaan survey toponimi ini adalah di kawasan Tugu
Pahlawan, Surabaya dengan denah lokasinya sebagai berikut:
DENAH
Mulai
Persiapan
Studi 20
Literatur
Survey Peta
Sekunder
Pelaksana Fasilita
an Survey Primer s
(Di Lapangan) Potens
i
21
Pengolahan data dilakukan dengan pengelompokkan data-data
dan menganalisis permasalahan di Kawasan Tugu Pahlawan.
Analisis dilakukan dengan mencari permasalahan yang terjadi
di daerah ini dan memberikan rekomendasi solusi untuk
permasalahan tersebut.
4. Laporan
Setelah dilakukan pengolahan data, hasil dari pengolahan data
dan diskusi dibuat ke dalam bentuk laporan.
22
Tabel 4. Pembagian Tugas Kelompok
TANGGUNG
NAMA NRP TUGAS
JAWAB
Muharrama Putra 3513100067 Wawancara Melakukan
Prayoga wawancara kepada
narasumber yang
bersangkutan
Nurul Tazaroh 3513100069 Dokumentasi Melakukan
dokumentasi dengan
mengambil
gambar/memotret
Izhad 3513100073 Wawancara Melakukan
Miftachurrozaq wawancara kepada
narasumber yang
bersangkutan
Muhammad 3513100074 Dokumentasi Melakukan
Nurfikri Arrasyid dokumentasi dengan
Sukino mengambil
gambar/memotret
Dinimiar Fitrah 3513100076 Mencatat Melakukan
Saraswati pencatatan terhadap
hasil survey
Atik Indra Puspita 3513100080 Wawancara Melakukan
wawancara kepada
narasumber yang
bersangkutan
Kindy Nurhakim 3513100083 Mencatat Melakukan
pencatatan terhadap
hasil survey
Anwar Ghazali 3513100084 Wawancara Melakukan
wawancara kepada
narasumber yang
bersangkutan
35131000 Dokumentasi Melakukan
dokumentasi dengan
23
mengambil
gambar/memotret
24
BAB IV
4.1 Permasalahan
1. Fasilitas kantin
4.2 Analisa
1. Fasilitas kantin
25
2. Peta petunjuk lokasi Area Museum dan Arsip Peta Lokasi
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Rekomendasi
a. Adanya kantin atau tempat orang berjualan makanan pada tempat wisata
sangatlah penting. Hal tersebut yang menjadi salah satu yang membuat
tempat tersebut ramai akan pengunjung, dan menambah kenyamanan para
pengunjung. Dan peningkatan kesadaran masyarakat dalam hal kebersihan
sangat diperlukan demi kenyamanan bersama.
b. Disetiap tempat perlu adanya peta yang digunakan untuk informasi untuk
suatu perencanaan pembangunan. Apalagi tempat wisata yang luas dan
27
merupakan salah satu ikon di Surabaya, sangatlah perlu adanya peta detail
yang berisi informasi penting yang lengkap.
28
DAFTAR PUSTAKA
http://wikimapia.org/#lang=en&lat=-
7.246025&lon=112.737805&z=17&m=b&show=/5866348/Sampang&search=TU
GU%20PAHLAWAN#lang=en&lat=-
7.246025&lon=112.737805&z=17&m=b&show=/159792/Tugu-
Pahlawan&search=TUGU%20PAHLAWAN
http://www.eastjava.com/tourism/surabaya/ina/heroes-monument.html
http://museumdaerah-jatim.com/tugu-pahlawan-dan-museum-sepuluh-nopember-
surabaya/
http://dillafara.wordpress.com/2010/11/21/tugu-pahlawan/
http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-kab-kota-
2013/kota-surabaya-2013.pdf
http://www.javanologi.info/sib/index.php?page=detail&hal=sejarah&kode=SEJ-
00002
http://www.eastjava.com/tourism/surabaya/ina/heroes-monument-gallery.html
http://insurabaya.blogspot.com/2013/07/tugu-pahlawan-surabaya.html
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-29422-3407100032-Paper.pdf
Narasumber
29
30
LAMPIRAN
31
Gambar 12. Pintu Masuk Museum 10 Nopember
32
Gambar 14. Diorama Pejuang Surabaya Mendengarkan Pidato Bung Tomo
33
Gambar 16. Wawancara dengan Narasumber
34
Gambar 18. Data Kunjungan Obyek Wisata
Gambar 19. Perbandingan Data Kunjungan Tahun 2013 & Tahun 2014
35
Gambar 20. Rekapitulasi Jumlah Pengunjung
36