Você está na página 1de 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Toponimi adalah bahasan ilmiah tentang nama tempat, asal-usul, arti


penggunaan, dan topologinya. Kata toponimi berasal dari kata topos yang
berarti permukaan dan nym yang berarti nama. Toponimi sendiri merupakan
cabang dari onomastika yaitu ilmu yang mempelajari tentang asal-usul atau
arti nama dari suatu tempat.

Dalam pembangunan nasional toponimi memiliki perang dan fungsi yang


penting untuk itu perlu dilakukan inventarisasi nama-nama geografis yang
merupakan kekayaan bangsa untuk dikumpulkan dalam suatu basis data.
Informasi yang lengkap dan detail tentang pengelolaan san pemanfaatan
sertapembangunan daerah itu sendiri.

Wilayah monumen tugu pahlawan surabaya memiliki sejarah yang sangat


penting bagi kota Surabaya sendiri, di tugu pahlawan terdapat sejarah-sejarah
mengenai asal-usul kota Surabaya serta cerita bagaimana perjuangan
masyarakat Surabaya dalam mengusur penjajah, disamping itu sebagai salah
satu tujuan pariwisata kota Surabaya tugu pahlawan sendiri memiliki potensi
yang dapat dikembangan. Hal ini menjadikan betapa pentingnya penelusura
sejarah tugu pahlawan dan perlu adanya pemberian informasi mengenai posisi
lokasi yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan tugu
pahlawan sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi fasilitas yang disediakan di monumen tugu pahlawan?


2. Apa saja permasalahan yang dimiliki monumen tugu pahlawan?
3. Potensi apa saja yang dimiliki monumen tugu pahlawan?

1
1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari survey toponimi wilayah monumen tugu pahlawan ini
yaitu :

1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui arti nama dan sejarah monumen


tugu pahlawan.
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui potensi-potensi yang dimiliki
monumen tugu pahlawan.
3. Mahasiswa diharapkan mampu menganalisi permasalahan yang ada di
monumen tugu pahlawan.
4. Mahasiswa diharapkan mampu mencari solusi dari permasalahan yang ada
di monumen tugu pahlawan.

1.4. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari survey wilayah monumen tugu


pahlawan ini, yaitu :

1. Mahasiswa mampu melakukan survey toponimi di wilayah monumen tugu


pahlawan.
2. Mahasiswa mampu mengetahui potensi yang ada di monumen tugu
pahlawan.
3. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan yang ada di monumen
tugu pahlawan.
4. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu toponimi yang telah dipelajari
pada perkuliahan.

BAB II

GAMBARAN UMUM

2
2.1. Kondisi Geografi
Monumen Tugu Pahlawan ini terletak di Tembaan Street. Itu dibangun
dalam rangka memberikan penghargaan tinggi kepada semua prajurit yang
telah tewas dalam pertemuan besar untuk melawan tentara sekutu yang
menumpang oleh NICA, yang ingin menduduki surabaya di 10 Novembers
1945. Selain sebagai monumen besar setinggi 45 kaki / kaki, untuk tujuan
yang sama, di beberapa tempat terkenal sebagai medan tempur pada waktu
itu, telah membuat patung heroik seperti Jayengrono garden (Red Bridge),
Plaza Contong, di jalan Tais Nasution ( Bambu runcing), Tanjung dan
Kombes Pol. M. Duriyat jalan. Monumen Tugu Pahlawan merupakan simbol
semangat pejuang arek-arek Suroboyo dalam menghadapi penjajah.
Monumen ini terletak di depan Kantor Gubernur Jawa Timur. Sebagai janji
budaya bangunan, monumen ini terletak di Jalan Pahlawan Surabaya dan
sangat strategis karena berada di pusat kota Surabaya, dikelilingi oleh jalan
utama; Bubutan Street, Tembaan Street, dan Kebon Rojo Street.Batas wilayah
area Tugu Pahlawan adalah sebagai berikut :
Barat : Ruko-ruko
Utara : Bank Indonesia
Timur : Kantor Gubernur Jatim
Selatan : Kramat Gantung

Berikut adalah data x, y, z batas area tugu pahlawan sesuai orientasi yang
diambil menggunakan GPS handheld dengan x dan y merupakan jarak dari
titik 0 Greenwich dan z merupakan tinggi di atas permukaan laut.

3
Tabel 1. Data x, y, z Batas Area Tugu Pahlawan

ORIENTASI X (m) Y (m) Z (m)


Barat 0691835 9198782 24
Utara 0691920 9198772 24
Timur 0691948 9198620 17
Selatan 0691805 9198631 19

Koordinat: 71445S 1124416E / 7.245808LS 112.737785BT /


7.245808; 112.737785

Gambar 1. Peta Citra Satelit Tugu Pahlawan

2.2. Kondisi Demografi


Berikut merupakan data dari banyaknya pegawai yang bekerja dan
mengabdi untuk Tugu Pahlawan.

Tabel 2. Pegawai Tugu Pahlawan

PEKERJAAN JUMLAH
Pegawai PNS 16
Petugas kebersihan 14
Petugas taman 12
Petugas keamanan 11
Petugas pengangkut sampah 2
Operator genset 2
Total 57

2.3. Sejarah

4
Gambar 2. Tugu Pahlawan 1976
Seorang Presiden pada tanggal 10 November 1951 meletakkan batu
pertama dari suatu rencana raksasa: Tugu Pahlawan, setinggi 45 meter. Batu
itu ditancapkan di tengah-tengah Kota Surabaya, di sebuah tempat bekas
reruntuhan gedung yang hancur dalam perjuangan mendirikan negara, di
depan Kantor Gubernur Jawa Timur. Bersamaan dengan peletakan batu
pertama itu ditanamkan juga sebuah piagam yang berbunyi:
Pada hari ini, Hari Pahlawan 10 November 1951, di Kota Surabaya,
P.Y.M.Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Sukarno, dengan disaksikan oleh
rakyat Indonesia di Surabaya, berkenan meletakkan batu pertama untuk
mendirikanTugu Pahlawan guna memperingati pengorbanan Pahlawan-
pahlawan Kemerdekaan Negara dan Bangsa Indonesia pada tanggal 10
November 1945. Semoga Tugu ini, yang diselenggarakan atas nama
penduduk Kota Surabaya oleh Kepala Daerah Kota Besar Surabaya, Dul

5
Arnowo, menjadi peringatan rakyat Indonesia sehingga akhir zaman.
Presiden Republik Indonesia, Dr. Ir. Sukarno. Gubernur Jawa Timur,
Samadikun. Walikota Surabaya, Dul Arnowo.
Tentu saja naskah piagam itu ditulis dalam bahasa Indonesia ejaan
Soewandi (ejaan lama). Segera setelah upacara ini selesai, maka pekerjaan
pembangunan Tugu Pahlawan mulai diselenggarakan. Dan pada tanggal 10
November 1952 Presiden yang sama meresmikan pembukaan Tugu Pahlawan
itu, yang ternyata tingginya hanya 45 yard!
Seperti tertera di dalam piagam yang ditanam beserta batu pertama,
maka sebagai pembawa cita-cita untuk mendirikan Tugu Pahlawan ini dapat
disebutkan tokoh seorang kurus, bertubuh kecil, tetapi selalu ikut berjuang
dalam kancah pertempuran Surabaya serta menjadi walikota Surabaya sejak
kembalinya kedaulatan negara Republik Indonesia. Tokoh itu tidak lain
adalah Dul Arnowo. Ia kecuali dikenal sebagai seorang warga kota yang
kawakan, juga populer di kalangan pejuang di Jawa Timur. Dul Arnowo
sudah sejak tanggal 2 September 1945 berprakarsa membentuk pemerintahan
Kota Surabaya yang jadi bagian dari Negara Republik Indonesia proklamasi
17 Agustus 1945. Dul Arnowo yang pada zaman Jepang bekerja pada
pemerintahan Surabaya Shi (kota) menjabat sebagai Ketua BPP (Badan
Pembantu Prajurit) yang kantornya di Jalan Kaliasin (sekarang Basuki
Rakhmat) 121, hari itu membentuk dua organisasi yang mewakili adanya
pemerintahan Republik Indonesia yang merdeka.
Organisasi itu adalah: BPKKP (Badan Penolong Keluarga Korban
Perang) dan BKR (Badan Keamanan Rakyat). Ketua BPKKP, yang lebih
mengurusi urusan administrasi (sipil) tata kota adalah Dul Arnowo (mantan
Ketua BPP), wakil-ketuanya Mohamad Mangundiprodjo (mantan Daidancho
Peta Buduran Sidoarjo). Sedang Ketua BKR adalah Drg. Mustopo (mantan
Daidancho Peta Gresik), yang mengurusi soal pertahanan dan keamanan Kota
Surabaya (dan Jawa Timur). Sangat penting tindak-tanduk Ketua BPKKP dan
wakilnya, yaitu sama-sama menyadari bahwa untuk mempertahankan
kedaulatan negara RI itu bukan saja diperlukan kekuatan bersenjata tapi juga
dibutuhkan dana untuk membiayai perjuangan itu. NEGARA RI LAHIR
TANPA MODAL SESEN PUN. MODALNYA HANYALAH SECARIK

6
KERTAS TEKS PROKLAMASI KEMERDEKAAN SERTA SEMANGAT
DAN TEKAD RAKYAT Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan
kedaulatan negaranya (saya ketik huruf kapital, karena itu pernah terucap oleh
Dul Arnowo ketika membentuk pemerintahan sipil di Surabaya, 2 September
1945). Modal materiel beserta segala piranti aparat pemerintah itu harus
dicari sendiri oleh rakyat. BPKKP selaku aparat juga harus mencari dana itu.
Dul Arnowo dan Mohamad Mangundiprodjo yang diserahi jabatan pada
BPKKP harus berfikir keras berupaya mencari dana bagi perjuangan
menegakkan negara.
Dapat dicatat bahwa pencarian dana itu oleh Dul Arnowo dan Mohamad
Mangundiprodjo akhirnya teratasi, yaitu dengan berhubungannya dengan Dr.
Samsi Sastrawidagda (menjabat Menteri Keuangan kabinet RI pertama
sebelum Mr. Maramis) yang memberi petunjuk bahwa di Bank Escompto di
Surabaya tersimpan uang peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang disita
Jepang. Uang itu akhirnya digedor oleh Mohamad Mangundiprodjo, uangnya
sebagian disumbangkan ke pemerintahan Pusat RI, selebihnya dijadikan dana
perjuangan melalui organisasi Dewan Pertahanan Rakyat Indonesia di
Surabaya, diketuai oleh Mohamad Mangundiprodjo. Maka tidak aneh kalau di
Surabaya terdapat nama jalan yang besar bernama H.R.Mohamad
Mangundiprodjo. Tapi agak aneh, tidak ada nama Jalan Dul Arnowo, yang
ada hanyalah nama gang kampung, yaitu Genteng Arnowo. Padahal pemikir
pemerintahan sipil di Surabaya yang pertama ketika merdeka adalah Dul
Arnowo, dan yang menemukan dana perjuangan untuk pemerintahan Pusat RI
dan perjuangan mempertahankan Kota Surabaya (sebagian uang juga dibawa
ke Markas BKR Jawa Timur, markasnya Drg. Mustopo gedung HVA yang
sekarang menjadi gedung PTP Jalan Merak) yaitu karena hubungannya
dengan Dr. Samsi juga oleh Dul Arnowo. Dr. Samsi pada akhir pendudukan
Jepang menjadi Kepala Kantor Tatausaha dan Pajak di Surabaya. Jadi sama-
sama menjabat pemerintahan sipil di Surabaya bersama Dul Arnowo. Setelah
Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 Dr. Samsi-lah pemimpin
Surabaya yang pertama kali menemui Laksamana Shibata membicarakan
masalah yang dihadapi Indonesia merdeka (buku Shibata Yaichiro Surabaya
After Surrender 1986).

7
Cita-cita, pengabdian serta perjuangan Dul Arnowo terhadap NKRI
berlanjut ketika menjadi walikota Surabaya 1951. Dialah yang berprakarsa
mengganti nama-nama jalan di Surabaya yang sejak zaman Belanda hingga
Jepang bernama nama-nama Belanda (lain waktu saya tulis soal nama-nama
jalan di Surabaya ini). Dan lalu juga berprakarsa mendirikan Tugu Pahlawan
ini.
Untuk lebih memberikan arti kepada Tugu yang hendak didirikan itu,
diputuskan bahwa Tugu ditempatkan di bekas puing-puing reruntuhan
Gedung Kenpeitai zaman Jepang. Bekas-bekas reruntuhan gedung ini pernah
membawa penderitaan yang tidak gampang dilupakan para pejuang
kemerdekaan dari zaman ke zaman. Sesudah menjadi gedung Raad van
Justitie (gedung pengadilan) pada zaman Nederlands Indi, pada zaman
Nippon menjadi markas Kenpeitai (polisi militer Jepang, di mana para patriot
bangsa yang dianggap melawan Jepang ditawan dan disiksa, misalnya Ir
Darmawan, tokoh ludruk Durasim). Dan pada saat meletusnya pertempuran
10 November 1945 gedung ini juga jadi pusatnya gerakan pemuda (PTKR =
Polisi Tentara Keamanan Rakyat pimpinan Hasanudin Pasopati dan N.
Suharyo Kecik), yang kemudian gedung tadi menjadi bulan-bulanan sasaran
peluru mortir dan peluru meriam dari kapal laut, dan bom dari pesawat
terbang Thunderbolt, keduanya bagian dari angkatan perang Inggris.
Peristiwa ini pernah digambarkan dalam perangko-perangko Republik
Indonesia yang beredar pada tahun-tahun pertama kemerdekaan. Dengan
dibubuhi teks: Surabaya 10 November 1945. Termasuk perangko seri
pertempuran.
Pertempuran yang terjadi pada tempat itu bermula terjadi pada 30
September 1945 menjelang pagi 1 Oktober 1945 karena tekad pemuda-
pemuda Surabaya untuk melucuti senjata tentara Jepang. Pelucutan senjata
Jepang pada malam yang sama di tempat-tempat lain di Surabaya begitu
lancar dan tidak menimbulkan pertempuran, hanya di Markas Kenpeitai itu
dan Markas Kaigun (Angkatan Laut Jepang) di Gubeng Pojok yang memetik
pertempuran dan makan kurban cukup banyak dari kedua belah pihak (pihak
Indonesia dan pihak Jepang), dan baru tanggal 2 Oktober 1945 pertempuran
selesai, atas hasil perundingan para pejabat. Markas Kenpeitai berhasil

8
didamaikan atas perundingan antara Panglima Angkatan Darat Jawa Timur
Jepang (Tobu Jawa Butai) Jenderal Iwabe dengan kelompok pejabat Jawa
Timur Tentara Keamanan Rakyat pimpinan Drg Mustopo (Panglima TKR
Jawa Timur, karena itu di Surabaya ada jalan Prof. Dr. Mustopo) di Markas
Gedung HVA (sekarang Jalan Merak). Markas Kaigun berhasil didamaikan
atas perundingan antara Laksamana Muda Laut Shibata dengan Ketua BKR
Kota Surabaya Sungkono (karena itu di Surabaya ada jalan Majen
Sungkono), di rumah Shibata Ketabang Boulevard (sekarang Jalan Jaksa
Agung Suprapto; saya tidak tahu kaitannya Jaksa Agung Suprapto dengan
Surabaya. Pernahkah ada yang meneliti?). Akhirnya pertempuran di Markas
Kenpeitai Jepang yang lalu jadi Markas PTKR itu hanya meninggalkan
reruntuhan-reruntuhan saja. Kebanggaan dan kemegahan kolonialisme hilang
bersama hancurnya gedung yang beriwayat banyak menimbulkan kurban jiwa
patriotis bangsa Indonesia.

Tugu Pahlawan, atau Perumahan Rakyat.


Cita-cita pendirian Tugu Pahlawan ini pada mulanya mendapat
sanggahan juga dari beberapa kalangan di Kota Surabaya sendiri. Mereka
beranggapan bahwa perumahan rakyat adalah usaha pertama-tama yang harus
diwujudkan. Bukannya usaha mendirikan tugu. Tetapi cita-cita ini pun
mendapat dukungan dari rakyat, dengan demikian rencana mendirikan Tugu
Pahlawan bisa mulai dilaksanakan.
Seorang utusan berangkat ke Jakarta membawa sebuah rencana
(ontwerp). Presiden tidak bisa menyetujui ontwerp itu dan menyarankan
bentuk paku untuk Tugu Pahlawan yang bakal didirikan itu.
Kemudian seorang berbadan besar, berkacamata, meneruskan usaha
pendirian Tugu ini, karena Walikota Dul Arnowo (Walikota Surabaya 1950-
1952) dipindahkan ke Jakarta. Orang yang berbadan besar itu adalah Walikota
Surabaya yang baru, bernama R.Mustajab Sumowidigdo (Walikota Surabaya
1952-1956), yang namanya kini juga diabadikan untuk menamai jalan di
depan rumah dinas kediaman Walikota Surabaya, penggantian nama jalan
diresmikan tahun 1973 oleh Walikota Surabaya R.Sukotjo (Walikota
Surabaya 1965-1974). Jalan itu dulu (sejak zaman Belanda) mempunyai nama
yang unik, tidak ada yang menyamai di seluruh dunia, yaitu Ondomohen.

9
Ondomohen itu bukan bahasa Jawa, bukan bahasa Belanda. Tidak ada artinya
dalam kedua bahasa itu, di kamus pun tidak ada. Jadi, kata Ondomohen di
seluruh bahasa dunia artinya ya nama jalan di Surabaya itu. Oleh karena itu
ketika Walikota Surabaya Dul Arnowo mengganti nama-nama jalan yang
berbau bangsa atau bahasa Belanda tahun 1952, nama jalan Ondomohen tidak
katut diganti. Ondomohen adalah bahasa Surabaya, milik orang Surabaya,
khusus untuk nama Jalan Ondomohen di Surabaya.
Tentang mendirikan Tugu Pahlawan, oleh Walikota Surabaya yang baru,
R.Mustajab, kemudian dikirimkan lagi utusan ke Jakarta untuk
memperlihatkan dua belas ontwerp yang disusun menurut petunjuk-petunjuk
Presiden. Pilihan terakhir jatuh kepada sebuah ontwerp, tetapi yang terakhir
inipun mengalami perubahan-perubahan. Salah satu di antaranya: tiang
bendera yang hendak dipancangkan di pucuk tugu harus dihilangkan.

Kerja Non-stop 40 Jam.


Dengan bantuan sepenuhnya dari jawatan-jawatan pemerintah seperti
PJKA, Kantor Telepon, Jawatan Gedung-gedung, dan beberapa instansi
swasta seperti Aniem (Perusahaan Listrik sebelum dinasionalisasi), BPM
(sebelum dinasionalisasi jadi Pertamina), serta juga dari Angkatan Darat dan
Angkatan Laut, penyelenggaraan pembangunan Tugu dimulai pada tanggal 20
Februari 1952.
Untuk pondasi saja harus digali tanah sebanyak 620 M3.
Pekerjaan ini lalu disusul dengan pengecoran beton untuk werkvloer seluas
247 M3 dengan tebal 6 cm. Beton yang disusun pakai perbandingan 1:3:6.
Selesai pada tanggal 5 April 1952. Pekerjaan pengecoran beton oleh Balai
Kota ini kemudian dilanjutkan oleh Indonesian Engineering Corporation,
sebuah pemborong usaha nasional, untuk membuat pondasi.
Besi beton yang dihabiskan oleh pembuatan beton ini mencatat angka
19 ton. Sedang isi beton bertulang memakan campuran sebanyak 620 M3.
Pekerjaan ini lalu disusul pengecoran beton dengan perbandingan 1:2:3. Oleh
karena pengecoran harus diselesaikan sekali gus, maka untuk itu empat buah
mesin pencampur beton harus dikerahkan, dengan tenaga 120 orang yang
bekerja bergiliran selama 40 jam nonstop. Pekerjaan inipun selesai pada
tanggal 3 Juni 1952.

10
Dari 45 Meter jadi 45 yard.

Gambar 3. Tugu Pahlawan dari Berbagai Sudut


Juga IEC yang kemudian mendapat kepercayaan untuk mengerjakan
Tugu hingga 30 meter. Sedang sisanya 11,3 meter diselesaikan oleh
pemborong Sarojo. Rencana untuk mendirikan Tugu Pahlawan setinggi 45
meter sekarang ternyata tidak bisa dilaksanakan lagi. Ia cuma bakal setinggi
45 yard, atau 41,13 meter. Keadaan ini disebabkan karena rencana kekuatan
Tugu setinggi 45 meter tidak terpenuhi. Kalau toh kekuatan ini harus
disesuaikan dengan rencana lama, maka jangka waktu pengerjaan satu tahun
yang diberikan itu tidak mungkin terpenuhi. Juga adanya peraturan-peraturan

11
penerbangan menyebabkan rencana ini dikurangi jadi 45 yard saja. Terutama
kalau ada penerbangan di waktu malam. Karena itu pada mahkota di atas
tugu yang beratnya ditaksir tiga ton bakal dipasang lampu-lampu dan kaca
merah.
Pembangunan bagian bawah Tugu yang mencapai tinggi 30 meter itu
berakhir tepat pada tangggal 17 Agustus 1952, yaitu setelah dua bulan terus-
menerus dikerjakan. Untunglah bahwa perhitungan-perhitungan dan
perubahan menjadi 45 yard itu terjadi sesudah bagian bawah selesai
dikerjakan. Hingga waktu itu sudah ada 70 orang pekerja dikerahkan.
Pekerjaan pengecoran malahan meminta tenaga lebih banyak, sampai
sejumlah 80 orang, tetapi hasil yang diberikan tidaklah seperti yang
direncanakan. Setiap hari mereka cuma berhasil mengecor sebanyak 5 M3.
Ini disebabkan karena makin tinggi memanjat, makin sukar pelaksanaan
pengecorannya.
Kekurangan-kekurangan ini kemudian menimbulkan gagasan baru, yaitu
untuk mempergunakan semacam lift. Menurut pendapat baru ini ternyata
hasilnya naik, sehari menjadi 9 M3. Dan tinggi yang 30 meter itu
pengecorannya selesai dalam tiga minggu.

Biayanya Cuma Setengah Juta.

Pekerjaan pembikinan bagian atas serta mahkota mengalami kesukaran-


kesukaran sedikit, karena tenaga pekerja-pekerja jarang yang bisa dan berani
memanjat setinggi itu. Walaupun upah sudah dinaikkan menjadi tiga kali atau
empat kali lipat.
Menurut perhitungan terakhir pembuatan Tugu itu menelan sejumlah 170
M3 beton kricak, pasir dan pasir urug 530 M3 serta semen Portland
(semacam Semen Gresik yang harus diimport, karena Semen Gresik baru
dibangun 1958) 2408 bungkus. Biaya seluruhnya ditaksir Rp 500.000,00 yang
didapat dari sumbangan-sumbangan para dermawan.

Kerja Acak-acakan Yang Abadi.


Tugu Pahlawan ini mempunyai 10 lengkungan (canalurus) pada
badannya yang melambangkan tanggal 10. Sedang 11 bagian (gelindingen) di
atasnya mengandung pengertian bulan ke 11 atau bulan November. Tinggi

12
yang 45 yard itu dengan sendirinya menyatakan tahun 1945 sebagai tahun
terjadinya pertempuran di Surabaya. Keistimewaan Tugu Pahlawan ini adalah
bahwa di bagian dalamnya terdapat tangga yang melilit dindingnya untuk
naik sampai puncaknya.
Hanya anehnya, beberapa saat setelah Tugu diresmikan pembukaannya,
maka terjadi semacam skandal di dalam pembuatannya. Tugu itu di bagian
tengah tampak miring dan tidak lurus. Penanggung jawab dari kecerobohan
ini kabarnya ditimpakan kepada IEC. Sampai kemudian menjadi rahasia
umum di Surabaya, bahwa Tugu Pahlawan itu bakal dibongkar kembali untuk
mendapat perbaikan seperlunya.
Tetapi, inipun tidak pernah ada kenyataannya. Tugu Pahlawan itu tetap
miring di tengah, dan tetap tidak dibongkar. Keabadian miringnya Tugu
Pahlawan merupakan peringatan hasil kerja acak-acakan. Semoga dijadikan
suri teladan untuk para penguasa kota yang kemudian, agar kerja acak-acakan
seperti itu jangan terjadi lagi, jangan terulang lagi. Untuk mengerjakan
proyek hendaknya direncanakan sejak ontwerpnya, pembeayaannya,
sampai penjadwalan pengerjaannya. Waktu pengerjaan Tugu Pahlawan dulu,
memang belum ada perencanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah
seperti sekarang. Semoga adanya APBD-APBN menjadikan pembangunan
bangsa dan negara menjadi lebih baik daripada zaman 1950-an.
Menurut catatan, Rencana Ongkos Pembikinan Tugu Pahlawan waktu
itu ialah Rp 400.000,00. Dana diperoleh dari pungutan pada masyarakat.
Penerimaan kas dari pungutan sampai dengan tanggal 5 November 1952 baru
terkumpul Rp 335.486,66. Yaitu sumbangan-sumbangan (ketika itu disebut
bantuan) dari Grosier2 beras Rp 116.450,00; Persatuan Kaum Ibu Rp
15.500,00; Pasar Malam PMI-Phin Lauw Yuan Rp 4.343,80; Lingkungan
Pacarkeling Rp 229,60; Panitya Penyelenggara Pertandingan Armada India
Rp 494,00; Pemohon2 memasukkan beras dari luar daerah Rp 15.530,67 (tapi
yang Rp 4.450,00 akan diminta kembali oleh pemohon2 itu karena
permohonannya tidak diijinkan); Persibaya (waktu itu belum Persebaya) Rp
4.428,60; Sepakbola Lebaran Rp 60,90; Hadiah Bung Karno Rp 10.000,00;
dari khalayak ramai melalui suratkabar Suara Rakyat Rp 1.875,00; Hadiah
Bu Samadikun Jl. Pahlawan 7 (isteri Gubernur Jatim) Rp 100,00; sumbangan

13
Perkumpulan Gie Hoo Rp 170,75; Jawatan Pelabuhan Surabaya Rp 78,60;
stamvergunninghouders beras Rp 145.071,13; dari Penjualan Kupon Rp
20.870,61; Ikatan Pegawai Negeri di Penataran Angkatan Laut Surabaya Rp
70,00; sumbangan A. Djalil M.E.T.P. Riouw Udjung Jakarta, Rp 10,00; R.
Sastromihardjo Kepala Setasiun Tarik Rp 28,00; Inspeksi Kesehatan Rp
175,00; . Jumlahnya belum mencapai rencana ongkos, tapi dalam laporan
kas itu disebutkan bahwa dari Penjualan Kupon ditaksir akan diterima lagi
Rp 45.000,00 dan dari Stamvergunninghouders beras sampai dengan ultimo
November 1952 akan diterima lagi Rp 30.000,00; sehingga ditaksir akan
diterima seluruhnya Rp 410.486,66. Sampai dengan 5 November pengeluaran
yang sudah dilaporkan baru sampai Rp 196.231,30. Antara lain
perongkosan2 ke Jakarta tiga kali jumlahnya Rp 4.500,00; tapi oleh utusan2
itu dikembalikan Rp 1.000,00 kepada panitia. Laporan atau balans itu
ditandatangani oleh Bendahara Tugu Pahlawan Surabaya, R. Soetarto dan
Ketua R. Moestadjab Soemowidigdo.

2.4. Gambaran Umum


Tugu Pahlawan, adalah sebuah monumen yang menjadi markah tanah
Kota Surabaya. Monumen ini setinggi 41,15 meter diameter atas 1,3 diameter
bawah 3,1 berbentuk lingga atau paku terbalik. Tubuh monumen berbentuk
lengkungan-lengkungan (Canalures) sebanyak 10 lengkungan, dan terbagi
atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures mengandung makna tanggal 10,
bulan 11, tahun 1945. Suatu tanggal bersejarah, bukan hanya bagi penduduk
Kota Surabaya, tetapi juga bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Tugu Pahlawan dibangun untuk memperingati peristiwa Pertempuran
10 November 1945 di Surabaya, dimana arek-arek Suroboyo berjuang
melawan pasukan Sekutu bersama Belanda yang hendak menjajah kembali
Indonesia. Monumen Tugu Pahlawan menjadi pusat perhatian setiap tanggal
10 November mengenang peristiwa pada tahun 1945 ketika banyak pahlawan
yang gugur dalam perang kemerdekaan. Monumen ini didirikan tanggal 10
Nopember 1951, kemudian diresmikan pada tanggal 10 Nopember 1952 oleh
Ir. Soekarno dengan mengambil lokasi tempat bekas gedung Raad Van Justitie
Belanda.

14
2.5. Landmark
Landmark pada tugu pahlawan merupakan peninggalan-peninggalan
sejarah. Berikut adalah data x, y, z landmark yang diambil menggunakan GPS
handheld dengan x dan y merupakan jarak dari titik 0 Greenwich dan z
merupakan tinggi di atas permukaan laut.
Tabel 3. Data x,y,z Landmark Tugu Pahlawan

LANDMARK X (m) Y (m) Z (m)


Monumen 0691878 9198710 30
Patung Bung Tomo 0691814 9198691 20
Patung Gubernur Suryo 0691806 9198647 21
Patung Soekarno-Hatta 0691858 9198618 20
Patung Panglima Sudirman 0691944 9198619 17
Patung Doel Arnowo 0691942 9198633 17
Mobil Bung Tomo 0691818 9198701 21

a. Monumen

Gambar 4. Monumen Tugu Pahlawan

Monumen ini berada di tengah-tengah kota di Jalan Pahlawan


Surabaya, dan di dekat Kantor Gubernur Jawa Timur. Tugu Pahlawan
merupakan salah satu ikon Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan.
Berdiri di atas tanah lapang seluas 1,3 hektar, dan secara administratif
berada di wilayah Kelurahan Alun-Alun Contong, Kecamatan Bubutan,
Kota Surabaya.
b. Museum 10 Nopember

15
Gambar 5. Museum 10 Nopember 1945

Museum Sepuluh Nopember, dibangun untuk memperjelas


keberadaan Monumen Tugu Pahlawan, yakni sebagai media untuk
mempelajari rangkaian peristiwa pertempuran Sepuluh Nopember 1945
di Surabaya, seperti yang dinyatakan oleh Presiden RI, Ir. Soekarno
bahwa bangsa yang besar adalah adalah bangsa yang dapat menghargai
jasa pahlawannya. Museum 10 Nopember ini didirikan pada tanggal 10
Nopember 1991, kemudian diresmikan grand opening pada tanggal 19
Februari 2000 oleh Presiden ke 4 Indonesia K.H. Abdurrahman Wahid.
Museum ini terdiri dari 2 lantai yaitu di lantai 1 digunakan untuk
pameran 10 gugus patung yang melambangkan semangat juang arek-arek
Suroboyo dan sosiodrama pidato Bung Tomo serta ruangan pemutaran
film pertempuran 10 Nopember 1945 (diodrama elektronik) juga ruang
auditorium. Lantai 2 digunakan sebagai ruang pamer senjata, reproduksi
foto-foto documenter, dan pameran koleksi peninggalan Bung Tomo.
Selain itu juga terdapat dua ruang diodrama statis yang menyajikan
delapan peristiwa yang terjadi di seputar pertempuran Sepuluh Nopember
1945 Surabaya, lengkap dengan narasinya.
c. Mobil Bung Tomo

Gambar 6. Mobil Bung Tomo

16
Mobil Bung Tomo adalah mobil jenis Opel Kapitan. Mobil itu
berwarna hitam dan menjadi koleksi Museum Tugu Pahlawan yang
ditempatkan di halaman terbuka pada sisi barat kawasan Monumen Tugu
Pahlawan. Jaraknya sekitar 30 meter di depan Museum Tugu Pahlawan.
Mobil Opel itu produksi Jerman patahun 1956 yang bermesin 2,5 liter
enam silinder. Tenaga yang dihasilkan 75 PS. Mobil tiga transmisi ini
bisa mencapai kecepatan 140 km per jam. Dalam perjalanan 100 km,
mobil ini akan menghabiskan bahan bakar 13 liter.
Sebelum menempati kawasan wisata ini, obil tersebut dititipkan
pada Masud , seorang warga Jalan Gatot Subroto, Malang. Di tempat ini
mobil dibiarkan begitu saja di dalam garasi selama bertahun-tahun.Pada
saat itu kondisi mobil berplat nomor N 1708 A dengan Nomor mesin
K25L55-23585K ini sangat memprihatinkan. Karat banyak mewarnai
bagian mobil an Keempat rodanya juga sudah rusak. Cat mobil yang
sebelumnya berwarna biru kehitaman itu juga banyak yang mengelupas
termakan zaman. Begitu juga beberapa aksesoris penghias dan penanda
mobil juga tidak lengkap karena banyak yang hilang
Akhirnya putra Bung Tomo, Bambang Sulistomo, pada bulan
Oktober 2010 menghibahkan mobil itu untuk koleksi monumen 10
November. Mobil itu mungkin tampak sederhana dan biasa saja. Namun
pada masa itu , mobil itu mungkin termasuk dalam deretan mobil yang
cukup berkelas. Tak banyak aksesoris yang terdapat pada mobil itu.
Walau tampak sederhana, keberadaan mobil itu bisa membawa
pengunjung untuk mengenang tentang sosok Sutomo atau yang lebih
dikenal dengan nama Bung Tomo. Beliau bernama Sutomo yang lahir di
Surabaya, 3 Oktober 1920. Sosoknya sangat legendaris karena
mengobarkan semangat juang dan perlawanan kepada tentara sekutu
dalam peperangan di Surabaya pada tgl 10 November 1945.
d. Patung pahlawan

17
Gambar 7. PatungPahlawan di TuguPahlawan

Beberapa patung yang terdapat di Tugu Pahlawan seperti patung


Bung Tomo, Soekarno-Hatta, Gubernur Suryo, Panglima Sudirman, dan
Doel Arnowo. Sutomo yang lebih dikenal dengan nama Bung Tomo
merupakan pahlawan kebanggaan rakyat Surabaya. Pahlawan yang
mampu mengobarkan semangat arek-arek Suroboyo di masa itu untuk
terus pantang menyerah melawan penjajah. Terdapat pula patung
Soekarno-Hatta saat membacakan teks proklamasi, dengan latar belakang

18
tulisan merdeka atoe mati menggambarkan sangat berkobarnya
semangat bangsa Indonesia kala itu untuk memperjuangkan
kemerdekaan. Jenderal Besar Sudirman merupakan salah satu tokoh
besar yang dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun, ia
sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang
parah, Panglima Besar TKR/TNI, ini tetap bergerilya melawan Belanda.
Ia berlatarbelakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan
giat di kepanduan Hizbul Wathan. Gubernur Suryo selaku Gubernur Jawa
Timur pada tahun 1945, ia menjadi tokoh penting di balik terjadinya
pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang sangat
heroik.Terdapat juga patung Doel Arnowo, Ketua KNI untuk Surabaya
yang kemudian pada tahun 1950 Beliau menjabat menjadi walikota
Surabaya.

BAB III

METODOLOGI SURVEY

19
3.1 Waktu Pelaksanaan dan Lokasi Survey
3.1.1 Waktu Pelaksanaan
Survey toponimi ini dilaksanakan pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 8 Oktober 2014
3.1.2 Lokasi Survey
Lokasi pelaksanaan survey toponimi ini adalah di kawasan Tugu
Pahlawan, Surabaya dengan denah lokasinya sebagai berikut:

DENAH

Gambar 8. Denah Lokasi Tugu Pahlawan

3.2 Tahapan Pelaksanaan


3.2.1 Diagram Alur Survey

Mulai

Persiapan
Studi 20
Literatur
Survey Peta
Sekunder
Pelaksana Fasilita
an Survey Primer s
(Di Lapangan) Potens
i

Selesai Laporan Pengolaha


Gambar 9. Diagram Alur Pelaksanaan Survey n Data

3.2.2 Penjelasan Diagram Alur


Adapun tahap pelaksanaan dalam survey ini adalah sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan persiapan sebelum menuju ke daerah
survey seperti mempersiapkan alat-alat yaitu; form survey, alat
tulis, dan kamera. Pada tahap ini juga dilakukan pembagian
kerja antar anggota dalam kelompok.
2. Tahap Pelaksanaan
Pekerjaan survey ini dilakukan dengan 2 cara yaitu survey
sekunder dan survey primer. Adapun penjelasan dari kedua
tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Survey Sekunder
Survey ini dilakukan untuk mendapat informasi tanpa
terjun langsung ke lapangan. Survey ini dilakukan dengan
cara melakukan studi literature dari internet, meliputi:
Sejarah Tugu Pahlawan
Peta Kawasan Tugu Pahlawan
b. Survey Primer
Survey ini dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan
yaitu di Kawasan Tugu Pahlawan. Survey ini dilakukan
dengan dokumentasi foto dan wawancara. Survey ini
meliputi:
Fasilitas Umum
Potensi
3. Pengolahan Data

21
Pengolahan data dilakukan dengan pengelompokkan data-data
dan menganalisis permasalahan di Kawasan Tugu Pahlawan.
Analisis dilakukan dengan mencari permasalahan yang terjadi
di daerah ini dan memberikan rekomendasi solusi untuk
permasalahan tersebut.
4. Laporan
Setelah dilakukan pengolahan data, hasil dari pengolahan data
dan diskusi dibuat ke dalam bentuk laporan.

3.3 Pembagian Kerja


Berikut ini adalah tugas dari masing-masing anggota kelompok.

22
Tabel 4. Pembagian Tugas Kelompok

TANGGUNG
NAMA NRP TUGAS
JAWAB
Muharrama Putra 3513100067 Wawancara Melakukan
Prayoga wawancara kepada
narasumber yang
bersangkutan
Nurul Tazaroh 3513100069 Dokumentasi Melakukan
dokumentasi dengan
mengambil
gambar/memotret
Izhad 3513100073 Wawancara Melakukan
Miftachurrozaq wawancara kepada
narasumber yang
bersangkutan
Muhammad 3513100074 Dokumentasi Melakukan
Nurfikri Arrasyid dokumentasi dengan
Sukino mengambil
gambar/memotret
Dinimiar Fitrah 3513100076 Mencatat Melakukan
Saraswati pencatatan terhadap
hasil survey
Atik Indra Puspita 3513100080 Wawancara Melakukan
wawancara kepada
narasumber yang
bersangkutan
Kindy Nurhakim 3513100083 Mencatat Melakukan
pencatatan terhadap
hasil survey
Anwar Ghazali 3513100084 Wawancara Melakukan
wawancara kepada
narasumber yang
bersangkutan
35131000 Dokumentasi Melakukan
dokumentasi dengan

23
mengambil
gambar/memotret

24
BAB IV

PERMASALAHAN DAN ANALISA

4.1 Permasalahan

Dari hasil survey dan pengamatan yang lakukan di lapangan yaitu di


daerah Area Tugu Pahlawan Surabaya didapatkan data pemasalah apa saja
yang ada di sana. Diantaranya adalah:

1. Fasilitas kantin

Di dalam area Tugu Pahlawan tersebut tidak disediakan fasilitas kantin


untuk para pengunjung, ini yang biasanya dikeluhkan oleh para
pengunjung dan ini memang diakui oleh pengelola area Museum 10
Nopember itu sendiri seperti yang diutarakan oleh Sub Unit
Konservasi dan Preparasi Museum.

2. Peta petunjuk lokasi Area Museum dan Arsip Peta Lokasi

Di area lokasi Tugu Pahlawan belum di jumpai adanya peta petunjuk


yang di sediakan oleh pihak pengelola area Tugu Pahlawan tersebut.
Dan dari pihak pengelola sendiri belum memiliki arsip tentang letak
koordinat area Tugu Pahlawan.

4.2 Analisa

1. Fasilitas kantin

Sebelumnya sudah ada fasilitas kantin yang disediakan di area


Tugu Pahlawan, namun karena tingkat kesadaran dari pengunjung ini
menyebabkan tingkat kebersihan di area ini semakin kotor karena
banyak pengunjung yang membuang sampah secara sembarangan
meskipun sudah di sediakan tempat sampah di beberapa area. Sehingga
pihak pengelola area Tugu Pahlawan memutuskan untuk menghentikan
adanya fasilitas kantin tersebut.

25
2. Peta petunjuk lokasi Area Museum dan Arsip Peta Lokasi

Dari penjelasan yang diutarakan oleh Sub Unit Konservasi dan


Preparasi Museum mengutarakan bahwa semenjak beliau bekerja di
Area Tugu Pahlawan tersebut sampai saat ini belum pernah menjumpai
arsip atau data tentang peta pengukuran yang akurat maupun koordinat
lokasi dari area Tugu Pahlawan. Di kantor Pengurus Area Tugu
Pahlawan tersebut ada peta yang sudah dibuat oleh staf Tata Usaha di
kantor tersebut namun hanya peta yang dibuat tanpa adanya
pengukuran yang detail hanya dengan pengiraan saja.

26
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tugu Pahlawan merupakan monumen yang dibangun sebagai


penghargaan bagi para pahlawan yang telah gugur dalam pertempuran
melawan sekutu pada 10 November 1945. Disahkan oleh Ir. Soekarno,
terletak pada koordinat 7.245808LS 112.737785BT berbatasan langsung
dengan Bank Indonesia. Terdapat museum 10 Nopember 1945 sebagai
bangunan tempat penyimpanan barang-barang bersejarah dari masa itu dan
terdapat diorama didalamnya yang mampu membuat pengunjung bisa
merasakan suasana perjuangan pada peperangan 10 Nopember 1945. Pada
area Tugu Pahlawan terdapat beberapa patung para pejuang juga terdapat
mobil peninggalan Bung Tomo.

Permasalahan yang terdapat disana adalah tidak adanya kantin, dulunya


pernah disediakan kantin namun karena banyaknya sampah yang dihasilkan
masyarakat setelah mengkonsumsi makanan dari kantin membuat area Tugu
Pahlawan terlihat kumuh sehingga dari pihak Tugu Pahlawan memutuskan
untuk menutup kantin tersebut. Peta penunjuk wilayah juga dirasa kurang
sehingga kurang memudahkan masyarakat dalam mencari lokasi-lokasi dari
fasilitas yang ada di dalam area Tugu Pahlawan.

5.2 Rekomendasi

a. Adanya kantin atau tempat orang berjualan makanan pada tempat wisata
sangatlah penting. Hal tersebut yang menjadi salah satu yang membuat
tempat tersebut ramai akan pengunjung, dan menambah kenyamanan para
pengunjung. Dan peningkatan kesadaran masyarakat dalam hal kebersihan
sangat diperlukan demi kenyamanan bersama.

b. Disetiap tempat perlu adanya peta yang digunakan untuk informasi untuk
suatu perencanaan pembangunan. Apalagi tempat wisata yang luas dan

27
merupakan salah satu ikon di Surabaya, sangatlah perlu adanya peta detail
yang berisi informasi penting yang lengkap.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://wikimapia.org/#lang=en&lat=-
7.246025&lon=112.737805&z=17&m=b&show=/5866348/Sampang&search=TU
GU%20PAHLAWAN#lang=en&lat=-
7.246025&lon=112.737805&z=17&m=b&show=/159792/Tugu-
Pahlawan&search=TUGU%20PAHLAWAN

http://www.eastjava.com/tourism/surabaya/ina/heroes-monument.html

Brata, Suparto. Kisah Berdirinya Tugu Pahlawan. 18 Febuari 2009.


Diakses pada 09 Oktober 2014. Tersedia dari : http://supartobrata.com/?
p=105

http://museumdaerah-jatim.com/tugu-pahlawan-dan-museum-sepuluh-nopember-
surabaya/

http://dillafara.wordpress.com/2010/11/21/tugu-pahlawan/

http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-kab-kota-
2013/kota-surabaya-2013.pdf

http://www.javanologi.info/sib/index.php?page=detail&hal=sejarah&kode=SEJ-
00002

http://www.eastjava.com/tourism/surabaya/ina/heroes-monument-gallery.html

http://insurabaya.blogspot.com/2013/07/tugu-pahlawan-surabaya.html

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-29422-3407100032-Paper.pdf

Narasumber

Brosur Tugu Pahlawan

29
30
LAMPIRAN

Gambar 10. Foto Kelompok Depan Patung Proklamasi

Gambar 11. Memorabilia Monumen Tugu Pahlawan

31
Gambar 12. Pintu Masuk Museum 10 Nopember

Gambar 13. Patung Perjuangan Rakyat Surabaya

32
Gambar 14. Diorama Pejuang Surabaya Mendengarkan Pidato Bung Tomo

Gambar 15. Nama pahlawan yang gugur pada pertempuran 10 Nopember

33
Gambar 16. Wawancara dengan Narasumber

Gambar 17. Penghargaan yang Diperoleh Tugu Pahlawan

34
Gambar 18. Data Kunjungan Obyek Wisata

Gambar 19. Perbandingan Data Kunjungan Tahun 2013 & Tahun 2014

35
Gambar 20. Rekapitulasi Jumlah Pengunjung

36

Você também pode gostar