Você está na página 1de 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Arthritis adalah kelainan sendi yang meliputi peradangan. Sendi adalah


area dari tubuh dimana dua tulang-tulang yang berbeda bertemu. Sendi berfungsi
untuk menggerakan bagian-bagian tubuh yang dihubungkan oleh tulang-
tulangnya. Arthritis secara harafiah berarti peradangan dari satu atau lebih sendi-
sendi. Arthritis seringkali disertai oleh nyeri sendi. Nyeri sendi dirujuk
sebagai arthralgia.

Ada banyak tipe dari arthritis (lebih dari 100 dan terus bertambah). Tipe-
tipe mencakup dari yang berhubungan dengan kerusakan tulang rawan yang
disebabkan pemakaian (seperti osteoarthritis) ke yang berhubungan dengan
peradangan yang berakibat dari suatu sistim imun yang aktif berlebihan
(seperti rheumatoid arthritis). Bersama-sama, banyak tipe dari arthritis
membentuk penyakit kronis yang paling umum di Amerika.

Penyebab dari arthritis tergantung pada bentuk dari arthritis. Penyebab-


penyebab termasuk luka (menjurus pada osteoarthritis), kelainan-kelainan
metabolisme (seperti gout dan pseudogout), faktor-faktor keturunan, infeksi-
infeksi, dan sebab-sebab yang tidak jelas (seperti rheumatoid
arthritis dan systemic lupus erythematosus).

Arthritis digolongkan sebagai satu dari penyakit-penyakit rheumatik. Ini


adalah kondisi-kondisi yang adalah penyakit-penyakit individu yang berbeda,
dengan ciri-ciri, perawatan-perawatan, komplikasi-komplikasi, dan prognosis-
prognosis yang berbeda. Mereka adalah serupa dalam bahwa mereka mempunyai
suatu kecenderungan untuk mempengaruhi sendi-sendi, otot-otot, ligamen-
ligamen, tulang-tulang rawan, dan tendon-tendon, dan banyak mempunyai
potensi untuk mempengaruhi area-area dalam tubuh lainnya.

1
1.2 Rumusan masalah

1. Untuk mengetahui konsep dasar dari arthritis reumatoid

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien arthritis rheumatoid

1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulis menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas kuliah jurusan keperawatan khususnya di mata kuliah Keperawatan
muskuloskeletal dengan pembahasan arthritis reumatoid.

b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa /
mahasiswi mengetahui bagaimana konsep dasar dan asuhan keperawatan
pada klien arthritis reumatoid.
1.4 Manfaat

Dengan mempelajari asuhan keperawatan arthritis reumatoid maka mahasiswa /


mahasiswi dapat mengetahui serta memahami tentang asuhan keperawatan sindrom
nefrotik pada umumnya dan dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindakan
keperawatan pada pasien yang mengalami arthritis rheumatoid.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Arthritis adalah kelainan sendi yang meliputi peradangan. Sendi


adalah area dari tubuh dimana dua tulang-tulang yang berbeda bertemu.
Sendi berfungsi untuk menggerakan bagian-bagian tubuh yang dihubungkan
oleh tulang-tulangnya. Arthritis secara harafiah berarti peradangan dari satu
atau lebih sendi-sendi.

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998)
mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan
penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari
membran sinovial dari sendi diartroidial.
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan
tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)

Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian


(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi.(www.medicastore.com)

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang


bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi, hal. 165 )

3
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri
dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia,
2011).

2.2 Klasifikasi

Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:


1. Reumatoid arthritis klasik
pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid arthritis defisit
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak
maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi
juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
2.3 Etiologi

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi


beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan
faktor Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik

4
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor
metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah :

Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya
adalah 2-3:1.
Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis
reumatoid juvenil)
Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis
Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.
2.4 Patofisiologi

Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan


sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan
akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan
dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan
sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya
elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,


kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau

5
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan


sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah
dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari
tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai


dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang
lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat
ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis
yang difus (Long, 1996).

pathway

Reaksi factor R dengan antibody, factor metaolik, infeksi dg


kecenderungan virus

Reaksi peradangan

Nyeri Synovial menebal < informasi tentang proses Kekakuan


penyakit sendi

Panus/nodul
Terbatas
nya
Infiltrasi kedalam os. gerakan
Gangguan
subcondria sendi
mobilitas
fisik

Hambatan nutrisi

6
Deficit
self care

Kartilago nekrosis Kurang


pengetahuan

Erosi kartilago

Adhesi pada
permukaan sendi

Ankilosis fibrosa

2.5 Tanda dan gejala arthritis reumatid

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :


Nyeri persendian
Bengkak (Reumatoid nodule)
Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
Terbatasnya pergerakan
Sendi-sendi terasa panas
Demam (pireksia)
Anemia
Berat badan menurun
Kekuatan berkurang
Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
Pasien tampak anemic
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
Gerakan menjadi terbatas
Adanya nyeri tekan
Deformitas bertambah pembengkakan

7
Kelemahan
Depresi
Gejala Extraartikular :
Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion
(gangguan katub), Pericarditis, Myocarditis
Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
Pada lympa : Lhymphadenopathy
Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
Pada otot : Mycsitis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat
bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di
tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal.
Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata
tatapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung
selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi
tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan
perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah
beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada
kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder
dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang

8
paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau
di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian
nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya
nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit
yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang
organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru
(pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.

Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung


pada tingkat peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit
ini aktif. Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi
dapat terjadi secara spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-
minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama remisi, gejala penyakit hilang
dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi
(kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux & Lockhart, 2001).

Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan,


kehilangan energi, kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot
dan sendi dan kekakuan. Otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di
pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis Reumatoid arthritis sangat
bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit.
Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan
gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare,
2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah,
lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).

Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada


persendian kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai
persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang
serviks, dan temporomandibular. Awitan biasanya akut, bilateral dan
simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari

9
berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah
hal yang umum.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak
maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi
juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada


penyakit yang dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat
reaksi inflamasi yang akut pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba
panas, membengkak, tidak mudah digerakkan dan pasien cendrung menjaga
atau melinddungi sendi tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu
yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas
jaringan lunak. Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran sendi
yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan
menghilangkan rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002).

Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius
terjadi pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada
pagi hari, bermula sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku,
pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat bengkak
setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan
terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam,
dapat terjadi berulang
2.6 Komplikasi

10
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.

2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan


oleh adanya darah yang membeku.

5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan
trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan
meningkat.

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis


dan ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas ,


sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik.
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra
servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

2.7 kriteria diagnostic arthritis rheumatoid

Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi


1987

No Kriteria Definisi
1 Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam

11
sebelum perbaikan maksimal
2 Artritis pada 3 Pembengkakan jaringan lunak atau persendian
daerah atau lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang)
pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara
bersamaan yang diobservasi oleh seorang
dokter. Dalam kriteria ini terdapat 14 persendian
yang memenuhi kriteria yaitu PIP, MCP,
pergelangan tangan, siku pergelangan kaki dan
MTP kiri dan kanan.
3 Artritis pada Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu
persendian tangan persendian tangan seperti yang tertera diatas.
4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang
tertera pada kriteria 2 pada kedua belah sisi,
keterlibatan PIP, MCP atau MTP bilateral dapat
diterima walaupun tidak mutlak bersifat
simetris.
5 Nodul Reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta-
artrikular yang diobservasi oleh seorang dokter.
6 Faktor Reumatoid Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid
serum serum yang diperiksa dengan cara yang
memberikan hasil positif kurang dari 5%
kelompok kontrol yang diperiksa.
7 Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang radiologis
khas bagi arthritis reumotoid pada periksaan
sinar X tangan posteroanterior atau pergelangan
tangan yang harus menunjukkan adanya erosi
atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada
sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi
(perubahan akibat osteoartritis saja tidak
memenuhi persyaratan).
Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis
reumatoid jika ia sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria
1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis

12
tidak dieksklusikan. Pembagian diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik,
definit, probable atau possible tidak perlu dibuat.

2.8 pemeriksaan penunjang

1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi yang normal. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid
adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari
tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila
ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan
diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang
ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan
laboratorium menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang
positif sekitar 70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan
komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody
antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan

13
memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap
dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer &
Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis
dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi
tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan
penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002)

2.9 penatalaksanaan

Tujuan utama terapi adalah:


1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan
sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum
yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapikolin dan
asetamenofen obat
c. Obat mengatasianti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 600
mg/hari keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan
kebutuhan steroid yang diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
5. Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,
pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi.
Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan
fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.

14
Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien
dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa
hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap
berobat dalam suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).

Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik.


Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan
efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk
menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah
bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai
tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis
menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih
dini. Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit
terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari,


sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3.
Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar
tetap lentur. Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien
dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa
hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap
berobat dalam suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).

Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik.


Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan

15
efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk
menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah
bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai
tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis
menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih
dini. Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit
terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari,
sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3.
Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar
tetap lentur.

ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan

Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

16
Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),


amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi


sinovial

Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

Catat bila ada krepitasi

Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

Ukur kekuatan otot

Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

3. Riwayat Psiko Sosial


Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup
tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean
ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan
kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian
terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

II. Diagnosa Keperawatan

17
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma.

Analisa Data
NoSymptom Etiologi Problem
1. Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, Distensi jaringan akibat
kelelahan, berfokus pada diri akumulasi cairan/proses
Nyeri
sendiri, Perilaku distraksi/ respons inflamasi, destruksi sendi
autonomic
2. Keengganan untuk mencoba deformitas skeletal, Gangguan
bergerak/ ketidakmampuan untuk nyeri, penurunan kekuatan otot mobilitas fisik
dengan sendiri bergerak dalam berhubungan
lingkungan fisik. dengan.
3. Perubahan fungsi dari bagian- deformitas skeletal, Gangguan Citra
bagian yang sakit. nyeri, penurunan kekuatan otot Tubuh
4. Ketidakmampuan untuk mengatur kerusakan musculoskeletal,
kegiatan sehari-hari. penurunan kekuatan, daya Defisit perawatan
tahan, nyeri pada waktu diri
bergerak, depresi
5. Sering terjatuh Aktifitas Hilangnya kekuatan otot dan
menggunakan alat bantu. sendi, penurunan kekuatan,
Resiko Infeksi
Penurunan aktifitas motorik Penurunan fungsi sensorik dan
motorik.

18
PERENCANAAN

DIAGNOSA
KEPERAWAT TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
AN
Nyeri Setelah dilakukan
berhubungan tindakan keperawatan Kaji Memban

dengan agen selama 3x24 jam keluhan nyeri, catat tu dalam

pencedera, diharapkan tidak ada lokasi dan menentukan

distensi Keluhan nyeri, dengan intensitas (skala 0- kebutuhan

jaringan oleh kriteria : 10). Catat faktor- manajemen

akumulasi Menunjukkan nyeri hilang/ faktor yang nyeri dan

cairan/ proses terkontrol mempercepat dan keefektifan

inflamasi, tanda-tanda rasa program

destruksi sendi. Terlihat rileks, sakit non verbal


dapat
tidur/beristirahat Berikan
Matras
dan berpartisipasi matras/ kasur
keras, bantal kecil,. yang lembut/
dalam aktivitas
Tinggikan linen empuk,
sesuai
tempat tidur sesuai bantal yang
kemampuan.
kebutuhan besar akan

Mengikuti mencegah

program pemeliharaan

farmakologis kesejajaran

yang diresepkan tubuh yang


Te tepat,
Menggabungkan mpatkan/ menempatka
keterampilan pantau n stress pada
relaksasi dan penggunaa sendi yang
aktivitas hiburan n bantl, sakit.
ke dalam karung Peninggian
program kontrol pasir, linen tempat
nyeri. gulungan tidur

19
trokhanter, menurunkan
bebat, tekanan pada
brace. sendi yang
terinflamasi/
nyeri

Do Mengisti
rong untuk rahatkan
sering sendi-sendi
mengubah yang sakit
posisi,. dan
Bantu mempertahan
untuk kan posisi
bergerak di netral.
tempat Penggunaan
tidur, brace dapat
sokong menurunkan
sendi yang nyeri dan
sakit di dapat
atas dan mengurangi
bawah, kerusakan
hindari pada sendi
gerakan
yang Mencega
menyentak h terjadinya
. kelelahan
umum dan
An kekakuan
jurkan sendi.
pasien Menstabilkan
untuk sendi,
mandi air mengurangi
hangat atau

20
mandi gerakan/ rasa
pancuran sakit pada
pada waktu sendi
bangun
dan/atau
pada waktu
Panas
tidur.
meningkatka
Sediakan
n relaksasi
waslap
otot, dan
hangat
mobilitas,
untuk
menurunkan
mengompr
rasa sakit dan
es sendi-
melepaskan
sendi yang
kekakuan di
sakit
pagi hari.
beberapa
Sensitivitas
kali sehari.
pada panas
Pantau
dapat
suhu air
dihilangkan
kompres,
dan luka
air mandi,
dermal dapat
dan
disembuhkan
sebagainya
.

Be Meningk
rikan atkan
masase relaksasi/
yang mengurangi
lembut nyeri

Aj Meningk

21
arkan atkan
teknik non realaksasi,
farmakolo mengurangi
gi tegangan
(relaksasi, otot/ spasme,
distraksi, memudahkan
relaksasi untuk ikut
progresif) serta dalam
terapi

Sebagai
Ko anti inflamasi
laborasi: dan efek
Berikan analgesik
obat- ringan dalam
obatan mengurangi
sesuai kekakuan
petunjuk dan
(mis:asetil meningkatka
salisilat) n mobilitas.

Rasa
dingin dapat
Berikan
menghilangk
kompres
an nyeri dan
dingin jika
bengkak
dibutuhkan
selama
periode akut

Gangguan Setelah dilakukan


Ev Tingkat
mobilitas fisik tindakan keperawatan
berhubungan selama 3x24 jam aluasi/ aktivitas/

dengan diharapkan mobilitas fisik lanjutkan latihan

22
deformitas baik dengan kriteria :
skeletal, nyeri, pemantaua tergantung
Mempertahankan n tingkat dari
penurunan,
kekuatan otot. fungsi posisi inflamasi/ perkembanga
dengan tidak rasa sakit n/ resolusi
hadirnya/ pada sendi dari peoses
pembatasan inflamasi

kontraktur.
Istirahat
Pe
Mempertahankan sistemik
ataupun rtahankan dianjurkan
meningkatkan istirahat selama
kekuatan dan tirah eksaserbasi
fungsi dari dan/ baring/ akut dan
atau kompensasi duduk jika seluruh fase
bagian tubuh diperlukan penyakit
jadwal yang penting
Mendemonstrasik aktivitas untuk
an tehnik/ untuk mencegah
perilaku yang memberika kelelahan
memungkinkan n periode mempertahan
melakukan istirahat kan kekuatan
aktivitas yang terus
menerus
dan tidur
Mempert
malam hari
yang tidak ahankan/

terganmgg meningkatka

u. n fungsi
sendi,
Ba kekuatan otot
ntu dengan dan stamina
rentang umum.
gerak Catatan :

23
aktif/pasif, latihan tidak
demikiqan adekuat
juga menimbulka
latihan n kekakuan
resistif dan sendi,
isometris karenanya
jika aktivitas
memungki yang
nkan berlebihan
dapat
merusak
sendi

Ub Menghil
ah posisi angkan
dengan tekanan pada
sering jaringan dan
dengan meningkatka
jumlah n sirkulasi.
personel
cukup. Memper
Demonstra mudah
sikan/ perawatan
bantu diri dan
tehnik kemandirian
pemindaha pasien.
n dan Tehnik
penggunaa pemindahan
n bantuan yang tepat
mobilitas, dapat
mis, mencegah
trapeze robekan

24
abrasi kulit
Po
Meningk
sisikan
dengan atkan

bantal, stabilitas

kantung ( mengurangi

pasir, resiko

gulungan cidera ) dan

trokanter, memerptahan

bebat, kan posisi

brace sendi yang


diperlukan
dan
kesejajaran
Gu tubuh,
nakan mengurangi
bantal kontraktor
kecil/tipis
di bawah Mencega
leher. h fleksi leher

Do
rong
Memaksi
pasien
mempertah malkan

ankan fungsi sendi

postur dan

tegak dan mempertahan

duduk kan mobilitas

tinggi,
berdiri,
dan Menghin
berjalan

25
Be dari cidera
rikan akibat
lingkungan kecelakaan/
yang jatuh
aman,
misalnya
menaikkan
Berguna
kursi,
dalam
mengguna
memformula
kan
sikan
pegangan
program
tangga
latihan/
pada toilet,
aktivitas
penggunaa
yang
n kursi
berdasarkan
roda.
pada

Ko kebutuhan
individual
laborasi:
dan dalam
konsul
mengidentifi
dengan
kasikan alat
fisoterapi.

Menurun
kan tekanan
pada jaringan
Ko yang mudah
laborasi: pecah untuk
Berikan mengurangi
matras risiko
busa/ imobilitas
pengubah

26
tekanan. Mungkin
dibutuhkan
untuk
menekan
Kolaborasi
sistem
: berikan
inflamasi
obat-obatan
akut
sesuai
indikasi
(steroid).

Gangguan Citra Setelah dilakukan


Tubuh / tindakan keperawatan Do Berikan

Perubahan selama 3x24 jam rong kesempatan

Penampilan diharapkan gangguan pengungka untuk

Peran citra tubuh berkurang pan mengidentifi

berhubungan dengan criteria: mengenai kasi rasa

dengan masalah takut/

perubahan Mengungkapkan tentang kesalahan

kemampuan peningkatan rasa proses konsep dan

untuk percaya diri penyakit, menghadapin

melaksanakan dalam harapan ya secara

tugas-tugas kemampuan masa langsung

umum, untuk depan.


menghadapi Mengide
peningkatan
penyakit, ntifikasi
penggunaan
perubahan pada bagaimana
energi, Di
gaya hidup, dan penyakit
ketidakseimban skusikan
kemungkinan mempengaru
gan mobilitas. arti dari
keterbatasan hi persepsi
kehilangan diri dan
Menyusun / interaksi
rencana realistis perubahan dengan orang
pada

27
untuk masa pasien/ora lain akan
depan. ng menentukan
terdekat. kebutuhan
Memastika terhadap
n intervensi/
bagaimana konseling
pandangaq lebih lanjut
n pribadi
pasien
dalam
Isyarat
memfungsi
verbal/non
kan gaya
verbal orang
hidup
terdekat
sehari-hari,
dapat
termasuk
mempunyai
aspek-
pengaruh
aspek
mayor pada
seksual.
bagaimana

Di pasien

skusikan memandang

persepsi dirinya

pasienmen sendiri

genai
Nyeri
bagaimana
konstan akan
orang
melelahkan,
terdekat
dan perasaan
menerima
marah dan
keterbatasa
bermusuhan
n.
umum terjadi

Dapat

28
Ak menunjukkan
ui dan emosional
terima ataupun
perasaan metode
berduka, koping
bermusuha maladaptive,
n, membutuhka
ketergantu n intervensi
ngan. lebih lanjut

Memban
tu pasien
Pe untuk
rhatikan mempertahan
perilaku kan kontrol
menarik diri, yang
diri, dapat
penggunaa meningkatka
n n perasaan
menyangk harga diri
al atau
terlalu
memperhat
Meningk
ikan
perubahan atkan
perasaan
Su harga diri,
sun mendorong
batasan kemandirian,
pada dan
perilaku mendorong
mal berpartisipasi
adaptif.

29
Bantu dalam terapi
pasien
Mempert
untuk
mengidenti ahankan

fikasi penampilan

perilaku yang dapat

positif meningkatka

yang dapat n citra diri

membantu
Memung
koping
kinkan

Ik pasien untuk

ut sertakan merasa

pasien senang

dalam terhadap

merencana dirinya

kan sendiri.

perawatan Menguatkan

dan perilaku

membuat positif.

jadwal Meningkatka

aktivitas n rasa
percaya diri
Ba
Pasien/or
ntu dalam
kebutuhan ang terdekat

perawatan mungkin

yang membutuhka

diperlukan n dukungan
selama
Be berhadapan
rikan dengan
bantuan proses jangka

30
positif bila panjang/
perlu. ketidakmamp
uan

Mungkin
dibutuhkan
Ko pada sat
laborasi: munculnya
Rujuk pada depresi hebat
konseling sampai
psikiatri, pasien
mis: mengembang
perawat kan
spesialis kemapuan
psikiatri, koping yang
psikolog. lebih efektif

Kolaborasi
: Berikan
obat-obatan
sesuai
petunjuk,
mis; anti
ansietas dan
obat-obatan
peningkat
alam
perasaan.

Defisit Setelah dilakukan


perawatan diri tindakan keperawatan Di Mungkin
skusikan dapat

31
berhubungan selama 3x24 jam
dengan diharapkan klien dapat tingkat melanjutkan

kerusakan mengatur kegiatan sehari- fungsi aktivitas

musculoskeleta hari, dengan criteria hasil: umum (0- umum

l, penurunan 4) sebelum dengan

kekuatan, daya Melaksanakan timbul melakukan

tahan, nyeri aktivitas awitan/ adaptasi yang

pada waktu perawatan diri eksaserbasi diperlukan

bergerak, pada tingkat yang penyakit pada

depresi. konsisten dengan dan keterbatasan


kemampuan potensial saat ini
individual perubahan
yang
Mendemonstrasik sekarang
Menduk
an perubahan diantisipasi
ung
teknik/ gaya .
kemandirian
hidup untuk
Pe fisik/emosion
memenuhi
rtahankan al
kebutuhan
perawatan diri. mobilitas,
Menyiap
kontrol
Mengidentifikasi kan untuk
terhadap
meningkatka
sumber-sumber nyeri dan
n
pribadi/ program
kemandirian,
komunitas yang latihan.
yang akan
dapat memenuhi
meningkatka
kebutuhan
n harga diri
perawatan diri.
Ka
ji Berguna

hambatan untuk

terhadap menentukan

partisipasi alat bantu

dalam untuk

32
perawatan memenuhi
diri. kebutuhan
Identifikasi individual.
/rencana Mis;
untuk memasang
modifikasi kancing,
lingkungan menggunaka
n alat bantu
memakai
sepatu,
menggantung
Ko
kan
laborasi:
pegangan
Konsul
untuk mandi
dengan
pancuran
ahli terapi
okupasi. Mengide
ntifikasi
masalah-

Ko masalah yang

laborasi: mungkin

Atur dihadapi

evaluasi karena

kesehatan tingkat

di rumah kemampuan

sebelum actual

pemulanga
Mungkin
n dengan
membutuhka
evaluasi
n berbagai
setelahnya,
bantuan
mis:
tambahan
pelayanan

33
perawatan untuk
rumah, ahli persiapan
nutrisi. situasi di
rumah

EVALUASI
1. Prilaku yang adaptif sehubungan dengan adanya masalah konsep diri
2. Nyeri dapat berkurang
3. Mampu untuk melakukan aktifitas sehari-hari
4. Komplikasi dapat dihindari
5. Meningkatkan mobilitas
6. memahami cara perawatan di rumah

BAB III
PENUTP
1.1 KESIMPULAN

Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat ditentukan secara pasti, tetapi
dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu:
1. Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari
imunoglobulin dengan rhematoid faktor
2. Faktor metabolik
3. Infeksi dengan kecenderungan virus

34
3.2 SARAN
Menjaga persendian sejak dini sangat pentig, karena kita tidak tau apa yang akan
terjadi di masadepan.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan


Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996.

Robins & Kumar, Buku Ajar Patologi II, EGC, Jakarta, 1995

Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook
of Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi
11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC

Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran

35
36

Você também pode gostar