Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Besar
Artritis Tuberkulosis
Wandani Syahrir, Irda Handayani, Nurhayana Sennang
Depertemen Ilmu Patologi Klinik FK-UNHAS/RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar
I. PENDAHULUAN
Penyakit artikular seringkali dimulai sebagai sinovitis yang berlanjut ke
demineralisasi periartikular, erosi marjinal, dan akhirnya kerusakan sendi. Periode
waktu dari sinovitis hingga mencapai kerusakan sendi bisa terjadi secara cepat,
terutama di sendi-sendi penahan beban. Ketika Artritis Tuberkulosis diperberat
oleh infeksi sekunder, hal ini akan menghasilkan percepatan kerusakan sendi
terkait dengan gejala klinis sistemik yang berat. 1
Artritis Tuberkulosis merupakan salah satu dari Tuberkulosis Ekstra Paru
(TBEP), terutama melibatkan sendi-sendi besar penahan beban, khususnya
pinggul, lutut, dan pergelangan kaki, dan kadang melibatkan sendi kecil yang
bukan penahan beban. Artritis Tuberkulosis biasanya bersifat monoartikular dan
organisme penyebab infeksinya dapat diisolasi dari sendi, terjadi terterutama
akibat penyebaran hematogen dari fokus utama seperti paru-paru, ginjal, kelenjar
getah bening, dll dan jarang disebabkan oleh penyebaran dari jaringan yang
berdekatan dengan inokulasi langsung. 2
II. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2010
jumlah kasus TBEP (Tuberkulosis Ekstra Paru) tercatat sebanyak 793.837 dari
semua kasus TB yang berjumlah 6.155.391.3 Pada tahun 2012 dari 331.424 kasus
tuberkulosis tercatat 17.420 kasus TBEP terjadi di Indonesia.4 Penelitian di
rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, tercatat 193 pasien teridentifikasi
TBEP dari 542 pasien tuberkulosis dengan rata-rata usia 18-60 tahun sebanyak
95,9% , dan prevalensi jenis kelamin perempuan sebanyak 52,3% dengan lokasi
TBEP terbanyak yaitu limfadenitis tuberkulosis.5
Artritis Tuberkulosis merupakan salah satu dari TBEP yang jarang. Dari
keseluruhan kejadian Tuberkulosis, keterlibatan tulang dan sendi terlihat pada 1%
III.PATOFISIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis yang masuk melalui saluran napas akan
bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang
disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini dapat timbul di bagian
mana saja dalam paru. Dari sarang primer, kuman TB menyebar melalui saluran
limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai
saluran limfe ke lokasi sarang primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya
inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang
terkena. Kompleks primer merupakan gabungan antara sarang primer, kelenjar
limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang
(limfangitis). Selama berminggu-minggu awal proses infeksi, terjadi pertumbuhan
kuman TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum tersensitisasi terhadap
tuberkulin, mengalami perkembangan sensitivitas. Pada saat terbentuknya
kompleks primer inilah, infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut
ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu
timbulnya respons positif terhadap uji tuberkulin (tes mantoux). Selama masa
inkubasi, hasil tes ini masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas
seluler tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian besar individu dengan
sistem imun yang berfungsi baik, begitu sistem imun seluler berkembang,
proliferasi kuman TB terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap
hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru
yang masuk ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan. Setelah imunitas seluler
terbentuk, sarang primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi secara
sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis
A. GEJALA KLINIS
Artritis TB umumnya muncul dengan keluhan nyeri sendi kronis dan tanda
peradangan. Artritis TB bersifat monoartikular dan paling sering mempengaruhi
tulang belakang dan sendi penahan beban seperti lutut, pinggul, dan pergelangan
kaki . Artritis TB jenis sinovial lebih sering melibatkan sendi lutut, pinggul, dan
pergelangan.7
Kebanyakan gejala umum yang timbul adalah nyeri lokal dan
pembengkakan yang diikuti dengan keterbatasan gerak dari daerah yang terkena.
Terdapat kelemahan otot regional dan deformitas yang mungkin terjadi.
Reaktivasi Artritis TB setelah pengobatan terjadi pada 17-34% dari seluruh
individu, reaktivasi paling sering terjadi pada sendi panggul.1
Pembengkakan sendi dan adanya bukti efusi, abses periartikular dan
pembentukan sinus kronis dapat terjadi kemudian. Beberapa keterlibatan sendi
telah dilaporkan. Gejala sistemik berupa demam jarang ditemukan. 7 Lebih dari
50% dari individu dengan artritis TB tidak memiliki TB paru aktif pada saat
D. PENATALAKSANAAN
Splints dapat digunakan dalam waktu singkat untuk meringankan gejala
E. LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Masuk rumah sakit : 02 Februari 2016
B. Anamnesis
Pria 47 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri tungkai kiri
sejak 3 bulan yang lalu, memberat sejak 2 hari terakhir. Nyeri dirasakan hilang
timbul disertai bengkak pada lutut, terutama saat digerakkan. Nyeri ini
berawal sejak pasien mengalami jatuh dengan posisi bertumpu pada lutut
kirinya. Pasien juga mengaku kedua pergelangan kakinya mengalami bengkak
sejak 2 bulan yang lalu.
Demam tidak ada, riwayat demam sebelumnya tidak ada. Batuk tidak
ada saat ini, riwayat batuk lama tidak ada. Sesak napas tidak ada, riwayat
sesak napas sebelumnya tidak ada. Riwayat keringat malam tidak ada. Mual
muntah tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada. Riwayat penurunan berat badan ada
sejak 4 tahun yang lalu, namun tidak diketahui seberapa banyak jumlahnya
Riwayat Diabetes Melitus tipe 2 ada, diderita sejak 6 tahun yang lalu,
berobat tidak teratur. Riwayat hipertensi ada, sejak 1 tahun yang lalu, berobat
tidak teratur. Riwayat mengkonsumsi obat paru-paru tidak ada.
Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
BAK : kesan lancar, warna kuning jernih.
BAB : biasa, warna kuning
C. Pemeriksaan fisis
03/02/2016 S: Nyeri paha kiri sampai lutut kiri - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
(+). Riwayat diabetes melitus - Diet rendah garam
tipe 2 dan hipertensi tidak - Diet DM 1700 kkal/hari
berobat teratur dalam bentuk makanan
O: TD: 160/100 mmHg biasa
N :88 x/mnt - Paracetamol
o
S: 36.5 C 1000mg/8jam/oral
P: 18 x/mnt - Amlodipin 10mg/24jam/oral
Anemis (+), ikterus (-) - Novorapid 10-10-10 IU/sc
BP : Vesikuler - Levemir 0-0-10 IU/sc
BT : Rh -/-, Wh -/- - ceftazidime 1gr/8jam/iv
S1/S2 murni regular - ciprofloxacin 0,5gr/12jam/iv
04/02/2016 S: Nyeri paha kiri sampai lutut kiri - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
(+). Riwayat diabetes melitus - Diet rendah garam
tipe 2 dan hipertensi tidak - Diet DM 1700 kkal/hari
berobat teratur dalam bentuk makanan
O: TD: 160/100 mmHg biasa
N :80 x/mnt - Paracetamol
o
S: 36.5 C 1000mg/8jam/oral
P: 20 x/mnt - Amlodipin 10mg/24jam/oral
Anemis (+), ikterus (-) - Novorapid 10-10-10 IU/sc
BP : Vesikuler - Levemir 0-0-10 IU/sc
BT : Rh -/-, Wh -/- - ceftazidime 1gr/8jam/iv
S1/S2 murni regular - ciprofloxacin 0,5gr/12jam/iv
Peristaltik usus kesan normal, - metronidazole 0,5gr/8jam/iv
Extremitas:
- regio femur sinistra : edema (+), Dilakukan pungsi efusi
hiperemis (+), nyeri tekan (+) ; (cairan genu sinistra), keluar
genu sinistra : efusi (+), cairan warna putih kental
hiperemis (+), nyeri (+), teraba seperti susu (pus)
hangat (+) Volume 90 cc
- edema dorsum pedis bilateral
A : - Artritis septik genu sinistra
- Hipertensi Grade II
- DM Tipe II non obese Planning :
E. Laboratorium
Darah 02/02 03/02 04/02 10/02 16/02 19/02 21/02 23/02 Nilai Rujukan
Rutin
Pemeriksaan Mikrobiologi
(Permintaan : 02/02/2016; Hasil Keluar : 10/02/2016)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Jenis Spesimen Cairan Sendi -
Pewarnaan BTA Positif (1+) Negatif
F. Pemeriksaan Radiologi
1. Foto Femur Sinistra Ap/Lateral (02/02/2016)
Kesan : Osteochondroma os Femur Sinistra
2. Foto Genu / Knee Joint Sinistra AP/Lateral (02/02/2016)
Kesan : Osteoarthritis genu dextra grade III
3. Foto Thoraks PA (11/02/2016)
Kesan : Tidak terdapat kelainan radiologi
G. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang
yang didapatkan, maka pasien didiagnosis dengan Artritis Tuberkulosis Genu
Sinistra.
H. Pembahasan
Dilaporkan suatu kasus seorang pria 47 tahun dengan diagnosis
Artiritis TB. Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dan adanya efusi
pada genu sinistra, serta edema pada regio femur sinistra. Dari anamnesa dan
pemeriksaan fisis, serta hasil analisis cairan sendi pasien ini (ditemukan LDH
yang sangat meningkat, hitung sel yang meningkat, tes musin yang jelek, ada
nya bekuan dan viskositas 2cm) sehingga pasien ini awalnya didiagnosis
dengan artritis septik genu sinistra. Namun, 8 hari kemudian hasil kultur dan
sensitivitas serta pewarnaan BTA dari cairan sendi pasien menunjukkan bahwa
dari kultur dan sensitivitas cairan sendi hasilnya ditemukan adanya
Staphylococcus aureus (coccus gram positif) yang masih sensitif terhadap
banyak antibiotik yang diujikan dan hasil pemeriksaan BTA pada cairan sendi