Você está na página 1de 29

Laporan Kasus

Besar

Artritis Tuberkulosis
Wandani Syahrir, Irda Handayani, Nurhayana Sennang
Depertemen Ilmu Patologi Klinik FK-UNHAS/RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar
I. PENDAHULUAN
Penyakit artikular seringkali dimulai sebagai sinovitis yang berlanjut ke
demineralisasi periartikular, erosi marjinal, dan akhirnya kerusakan sendi. Periode
waktu dari sinovitis hingga mencapai kerusakan sendi bisa terjadi secara cepat,
terutama di sendi-sendi penahan beban. Ketika Artritis Tuberkulosis diperberat
oleh infeksi sekunder, hal ini akan menghasilkan percepatan kerusakan sendi
terkait dengan gejala klinis sistemik yang berat. 1
Artritis Tuberkulosis merupakan salah satu dari Tuberkulosis Ekstra Paru
(TBEP), terutama melibatkan sendi-sendi besar penahan beban, khususnya
pinggul, lutut, dan pergelangan kaki, dan kadang melibatkan sendi kecil yang
bukan penahan beban. Artritis Tuberkulosis biasanya bersifat monoartikular dan
organisme penyebab infeksinya dapat diisolasi dari sendi, terjadi terterutama
akibat penyebaran hematogen dari fokus utama seperti paru-paru, ginjal, kelenjar
getah bening, dll dan jarang disebabkan oleh penyebaran dari jaringan yang
berdekatan dengan inokulasi langsung. 2
II. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2010
jumlah kasus TBEP (Tuberkulosis Ekstra Paru) tercatat sebanyak 793.837 dari
semua kasus TB yang berjumlah 6.155.391.3 Pada tahun 2012 dari 331.424 kasus
tuberkulosis tercatat 17.420 kasus TBEP terjadi di Indonesia.4 Penelitian di
rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, tercatat 193 pasien teridentifikasi
TBEP dari 542 pasien tuberkulosis dengan rata-rata usia 18-60 tahun sebanyak
95,9% , dan prevalensi jenis kelamin perempuan sebanyak 52,3% dengan lokasi
TBEP terbanyak yaitu limfadenitis tuberkulosis.5
Artritis Tuberkulosis merupakan salah satu dari TBEP yang jarang. Dari
keseluruhan kejadian Tuberkulosis, keterlibatan tulang dan sendi terlihat pada 1%

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 1


sampai 3% dari pasien dengan TB dan sekitar 10-11% dari kasus TBEP.1 Sekitar
satu setengahnya mempengaruhi tulang belakang dan sisanya adalah sendi
osteoartikular extraspinal. Daerah muskuloskeletal yang paling umum adalah
tulang belakang, pinggul, dan lutut.2

III.PATOFISIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis yang masuk melalui saluran napas akan
bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang
disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini dapat timbul di bagian
mana saja dalam paru. Dari sarang primer, kuman TB menyebar melalui saluran
limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai
saluran limfe ke lokasi sarang primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya
inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang
terkena. Kompleks primer merupakan gabungan antara sarang primer, kelenjar
limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang
(limfangitis). Selama berminggu-minggu awal proses infeksi, terjadi pertumbuhan
kuman TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum tersensitisasi terhadap
tuberkulin, mengalami perkembangan sensitivitas. Pada saat terbentuknya
kompleks primer inilah, infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut
ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu
timbulnya respons positif terhadap uji tuberkulin (tes mantoux). Selama masa
inkubasi, hasil tes ini masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas
seluler tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian besar individu dengan
sistem imun yang berfungsi baik, begitu sistem imun seluler berkembang,
proliferasi kuman TB terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap
hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru
yang masuk ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan. Setelah imunitas seluler
terbentuk, sarang primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi secara
sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 2


perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis
dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna sarang
primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama
bertahun-tahun dalam kelenjar ini. 4

Gambar 1. Patogenesis Tuberkulosis Ekstra Paru


(Sumber : https://www.cdc.gov/tb)
Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi
penyebaran limfogen dan hematogen. Melalui penyebaran hematogen,
M.tuberculosis masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh,
M.tuberculosis menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak
menimbulkan gejala klinis Terjadinya artritis tuberkulosis melalui penyebaran
hematogen, dan karena makin besar sendi misalnya genu,makin banyak pula
vaskularisasi, sehingga makin banyak pula penyebaran M.tuberculosis ke tempat
tersebut. Pada lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni
kuman sebelum tubuh membentuk imunitas seluler yang akan membatasi
pertumbuhannya, koloni yang sempat terbentuk akan tetap hidup dalam bentuk
dorman. Fokus ini umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi
berpotensi untuk menjadi fokus reaktivasi. Bertahun-tahun kemudian, bila daya

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 3


tahan tubuh pejamu menurun, fokus TB ini dapat mengalami reaktivasi dan
menjadi penyakit TB di organ terkait. 6
IV. DIAGNOSIS
Diagnosis Artritis TB sendi sering tertunda karena kurangnya kesadaran,
onset yang perlahan, kurangnya temuan karakteristik dini radiografi, dan sering
kurang terlibatnya penyakit dasar atau paru. 7 Kecurigaan yang tinggi diperlukan,
terutama dalam konteks monoartritis persisten pada sendi besar penahan beban
tubuh, pada individu yang immunocompromised, orang tua atau anak-anak dalam
kontak dekat dengan TB atau pasien yang mendapatkan pengobatan
kortikosteroid dan/atau imunosupresif atau adanya riwayat trauma pada sendi
yang dikeluhkan, harus menjalani uji mikrobiologi atau histologis untuk TB.
Sampai saat ini uji mikrobiologi atau histologis masih merupakan standar emas
untuk mendiagnosis TB. 1

A. GEJALA KLINIS
Artritis TB umumnya muncul dengan keluhan nyeri sendi kronis dan tanda
peradangan. Artritis TB bersifat monoartikular dan paling sering mempengaruhi
tulang belakang dan sendi penahan beban seperti lutut, pinggul, dan pergelangan
kaki . Artritis TB jenis sinovial lebih sering melibatkan sendi lutut, pinggul, dan
pergelangan.7
Kebanyakan gejala umum yang timbul adalah nyeri lokal dan
pembengkakan yang diikuti dengan keterbatasan gerak dari daerah yang terkena.
Terdapat kelemahan otot regional dan deformitas yang mungkin terjadi.
Reaktivasi Artritis TB setelah pengobatan terjadi pada 17-34% dari seluruh
individu, reaktivasi paling sering terjadi pada sendi panggul.1
Pembengkakan sendi dan adanya bukti efusi, abses periartikular dan
pembentukan sinus kronis dapat terjadi kemudian. Beberapa keterlibatan sendi
telah dilaporkan. Gejala sistemik berupa demam jarang ditemukan. 7 Lebih dari
50% dari individu dengan artritis TB tidak memiliki TB paru aktif pada saat

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 4


diagnosis.8
Secara klinis, Artritis TB telah diklasifikasikan ke dalam 5 tahap : 1
1. Tahap I atau tahap sinovitis tampak sebagai pembengkakan jaringan lunak,
tidak ada lesi pada tulang, osteoporosis lokal, dan hasil akhir yang sangat
baik setelah perawatan.
2. Tahap II adalah artritis dini dengan erosi marjinal (satu atau lebih erosi atau
lesi litik pada tulang; penurunan diskrit ruang sendi). Hasil akhirnya adalah
baik dengan hanya kekakuan ringan.
3. Tahap III adalah artritis lanjut dengan kista subperichondral dan hilangnya
ruang sendi. Hasil akhirnya adalah hilangnya kemampuan pergerakan.
4. Tahap IV adalah artritis yang lebih lanjut dengan kerusakan sendi dan tidak
ada kemampuan gerak pada sendi setelah perawatan.
5. Tahap V adalah ankilosis sendi.
B. LABORATORIUM
1. Darah Rutin : Leukosit dapat meningkat (leukosistosis). 9
2. Petanda Inflamasi : nilai Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein
(CRP) dapat meningkat, mengindikasikan adanya proses inflamasi.9
3. Analisa Cairan Sendi
Cairan sinovial biasanya keruh dan tanpa bercampur darah, dengan
peningkatan jumlah leukosit. Hitung sel meningkat dari 10.000 sampai
20.000 sel/ml, yaitu jumlah leukosit polimononuklear lebih banyak
dibanding kan leukosit mononuklear. Dari analisa cairan sendi saja sulit
membedakan antara artritis tuberkulosis dan artritis septik. 1
4. Bakteriologi
Konfirmasi Bakteri Tahan Asam (BTA) dari cairan tubuh atau jaringan
adalah salah satu standar emas untuk diagnosis TB. Aspirasi cairan dari
sendi yang terkena untuk penyelidikan standar / rutin dan kultur TB
dianjurkan untuk pasien yang berisiko, bahkan untuk kasus dengan hasil
kultur bakteri sebelumnya yang negatif. Kultur cairan sinovial positif pada
sekitar 20-40% dari keseluruhan kasus. 1 Oleh karena itu, setiap usaha harus
dilakukan untuk membuktikan secara bakteriologis, diagnosis dalam setiap
kasus yang diduga tuberkulosis.4 Pewarnaan Ziehl-Neelsen dapat digunakan

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 5


untuk melihat Bakteri Tahan Asam (BTA). Metode kultur yang dapat
digunakan yaitu media Lowenstein-Jensen, radiometrik (medium cair
Bactec 12B), dan non-radiometrik (sistem Bactec MGIT 960). Metode baru
yang mampu memberikan hasil yang lebih cepat dan dapat digunakan jika
tersedia, juga dapat dilakukan kultur dan sensitivitas terhadap Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) demi ketepatan pemberian terapi.1
5. Tuberculin Skin Test (TST)
Tuberculin Skin Test atau Tes Mantoux tersedia secara komersial dengan
sedian 1, 2, dan 5 Tuberculin Unit (TU) PPD (purified protein derivative).
Untuk menginterpretasikan tes ini, dilakukan injeksi intra-dermal sehingga
membentuk benjolan sekitar 6 mm, kemudian dibaca 48-72 jam setelah
suntikan. Area injeksi dapat di tandai dengan pulpen atau dengan metode
palpatori untuk memeriksa indurasi yang terbentuk. Vaksin Bacillus
Calmette-Guerin (BCG) memiliki pengaruh pada reaksi PPD tergantung
pada kondisi berikut, yaitu interval antara vaksinasi BCG dan tes mantoux
dan usia saat vaksinasi. Jika prevalensi infeksi TB cukup tinggi, nilai
prediksi positif tes mantoux akan lebih tinggi. Hasil dapat di baca setelah
48-72 jam sampai kurang dari 7 hari setelah injeksi intra-dermal. 6
6. Interferon Gamma Realease Assay (IGRA)
Pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis dengan sampel darah kini telah
tersedia yaitu pemeriksaan kadar Interferon . Interferon yang diproduksi
oleh Limfosit T sebagai respon adanya antigen mycobacterium
tuberculosis yang masuk di dalam tubuh. Pemeriksaan ini telah terbukti
lebih spesifik daripada tes mantoux namun tidak dapat membedakan antara
penyakit aktif dan infeksi TB laten. Oleh karena itu, interpretasi hasil tetap
tergantung pada keadaan klinis. Biaya dan kebutuhan saran prasarana untuk
pemeriksaan IGRA kemungkinan besar sehingga membatasi penggunaan
secara luas.6
7. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Uji amplifikasi asam nukleat menggunakan polymerase chain reaction
(PCR) tidak bisa membedakan basil hidup dari basil mati. Uji ini akan

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 6


memberikan hasil positif bahkan setelah pengobatan berhasil. 15 Dari
penelitian, hasil pemeriksaan PCR positif di 95% sampai 100% dari kasus
kulur positif dan 50% sampai 60% pada kasus kultur yang negatif.1
8. Biopsi sinovial
Salah satu standar emas untuk diagnosis artritis TB adalah biopsi sinovial,
dengan hasil positif yang ditemukan pada 80% kasus. Hasil biopsi ini
menunjukkan granuloma kaseosa, limfosit, dan sel raksasa dengan kaseasi,
yang sangat khas untuk artritis TB. 1
C. RADIOLOGI
1. Gambaran radiografi biasanya muncul 2 sampai 5 bulan setelah onset
penyakit. Trias klasik karakteristik radiologis artritis tuberkulosis adalah
juxta osteoporosis artikular, erosi tulang perifer dan penyempitan bertahap
dari ruang intraartikular. Berbeda dengan Rheumatoid arthritis, ruang sendi
relatif tetap tampak pada arthritis TB dini. Pada anak-anak, mungkin
ditemukan pembesaran epifise.1
2. Computerized tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI)
sangat membantu dalam memprediksikan kelanjutan penyakit. Magnetic
Resonance Imaging (MRI) dapat memberikan gambaran jaringan lunak
dengan lebih baik, sementara CT lebih baik dalam melihat lesi tulang. Pada
Artritis tuberkulosis dengan menggunakan MRI dapat melihat gambaran
sinovitis, efusi, erosi sentral dan perifer, pannus aktif dan kronis, abses,
bone chips, dan hypointense sinovium. MRI merupakan pemeriksaan
pilihan untuk mengungkapkan luas dan tingkat keparahan kerusakan yang
terjadi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga tidak spesifik tetapi dapat
mengevaluasi lesi lebih baik daripada modalitas X-rays. Gambar pencitraan
ini dalam keadaan klinis yang tepat dapat membantu untuk mendiagnosis
artritis TB. 1

D. PENATALAKSANAAN
Splints dapat digunakan dalam waktu singkat untuk meringankan gejala

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 7


akut dan untuk jangka panjangnya dalam kasus-kasus tuberkulosis sendi
tertentu dapat mencegah deformitas ekstremitas yang terinfeksi. Terapi
operatif biasanya terbatas, mencakup biopsi dan melakukan debridement
terbuka atau secara arthroskopi, insisi dan drainase abses, serta sinovektomi.
Dalam beberapa keadaan, operasi tampaknya menguntungkan dan dapat
diindikasikan. Situasi tersebut termasuk kegagalan terapi TB dengan bukti
infeksi yang terus berlangsung1
Pengobatan utama artritis TB adalah terapi anti TB yang sesuai. Terapi
antimikroba dini dapat mengakibatkan resolusi dan mempertahankan fungsi
sendi dengan baik. Dalam artritis TB tanpa keterlibatan paru, risiko penularan
minimal dan dengan demikian merupakan ancaman yang kecil bagi kesehatan
masyarakat. Prinsip-prinsip dasar yang mendasari pengobatan TB paru juga
berlaku untuk bentuk penyakit ekstrapulmonal. Meskipun terdapat lebih
sedikit penelitian pengobatan untuk tuberkulosis extra paru, dibandingkan
dengan penyakit paru, semakin banyak bukti, termasuk beberapa uji coba
terkontrol secara acak, yang menunjukkan rejimen 6 sampai 9 bulan (2 bulan
isoniazid (INH) dan rifampicin (RIF), pirazinamid (PZA), dan etambutol
(EMB) diikuti dengan pemberian 4-7 bulan INH dan RIF) dianjurkan sebagai
terapi awal , kecuali untuk organisme yang diketahui atau diduga kuat
resisten terhadap obat lini pertama ini. Jika PZA tidak dapat diberikan di tahap
awal, fase lanjutan harus ditingkatkan menjadi 7 bulan, sebagai yang
dilakukan pada TB paru. Beberapa penelitian telah meneliti pengobatan TBC
tulang dan sendi serta telah menunjukkan bahwa rejimen 6 sampai 9 bulan
yang mengandung RIF sama efektifnya dengan rejimen 18 bulan yang tidak
mengandung RIF.6

E. LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Masuk rumah sakit : 02 Februari 2016

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 8


Nama : Tn. A
Tgl lahir/ Umur : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nomor RM : 304333

B. Anamnesis
Pria 47 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri tungkai kiri
sejak 3 bulan yang lalu, memberat sejak 2 hari terakhir. Nyeri dirasakan hilang
timbul disertai bengkak pada lutut, terutama saat digerakkan. Nyeri ini
berawal sejak pasien mengalami jatuh dengan posisi bertumpu pada lutut
kirinya. Pasien juga mengaku kedua pergelangan kakinya mengalami bengkak
sejak 2 bulan yang lalu.
Demam tidak ada, riwayat demam sebelumnya tidak ada. Batuk tidak
ada saat ini, riwayat batuk lama tidak ada. Sesak napas tidak ada, riwayat
sesak napas sebelumnya tidak ada. Riwayat keringat malam tidak ada. Mual
muntah tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada. Riwayat penurunan berat badan ada
sejak 4 tahun yang lalu, namun tidak diketahui seberapa banyak jumlahnya
Riwayat Diabetes Melitus tipe 2 ada, diderita sejak 6 tahun yang lalu,
berobat tidak teratur. Riwayat hipertensi ada, sejak 1 tahun yang lalu, berobat
tidak teratur. Riwayat mengkonsumsi obat paru-paru tidak ada.
Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
BAK : kesan lancar, warna kuning jernih.
BAB : biasa, warna kuning
C. Pemeriksaan fisis

Pemeriksaan fisik didapatkan, pasien tampak sakit sedang, gizi


kurang, sadar. Berat badan 45 kg, tinggi badan 160 cm, indeks massa
tubuh 17,57 kg/m2. Tekanan darah 160/100mmHg; frekuensi nadi 80 kali/
menit, reguler kuat angkat; frekuensi napas 20 kali/menit; suhu axilla 36,5C.
Pada pemeriksaan kepala didapatkan konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik.
Pada leher, dada tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan abdomen didapatkan

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 9


permukaan datar, ikut gerak napas, timpani, hepar dan lien tidak teraba,
peristaltik usus kesan normal. Pemeriksaan ekstremitas superior tidak
ditemukan kelainan. Pemeriksaan ekstremitas inferior: edema dorsum
pedis bilateral. Pemeriksaan ekstremitas inferior sinistra, pada genu
didapatkan nyeri tekan, terasa hangat, ada efusi dan range of movement
(ROM) terbatas. Pada femur, didapatkan edema, hiperemis dan nyeri
tekan.
D. Follow up
Hari Follow up/hasil pemeriksaan Penanganan/ Konsul
Perawatan penunjang
/Tanggal
02/02/2016 S: nyeri paha kiri sampai lutut kiri - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
sejak 3 bulan yang lalu (+), - Diet rendah garam
memberat sejak 2 hari terakhir. - Diet DM 1700 kkal/hari
Riwayat diabetes melitus tipe 2 dalam bentuk makanan
dan hipertensi tidak berobat biasa
teratur - Paracetamol
O: Berat badan : 45 kg 1000mg/8jam/oral
Tinggi badan : 160 cm - Amlodipin 10mg/24jam/oral
Indeks Massa Tubuh : 17,57 - Novorapid 10-10-10 IU/sc
TD: 160/110 mmHg - Levemir 0-0-10 IU/sc
N :80 x/mnt - Rencana aspirasi cairan sendi
o
S: 36.5 C
P: 20 x/mnt Planning :
Anemis (+), ikterus (-) - USG Doppler eketremitas
BP : Vesikuler posterior sinistra
BT : Rh -/-, Wh -/- - Pemeriksaan laboratorium
S1/S2 murni regular Darah rutin, LED, ureum,
Peristaltik usus kesan normal, kreatinin, SGOT, SGPT,
Extremitas: Asam Urat, GDS, elektrolit,
- regio femur sinistra : efusi (+), Urine Rutin
hiperemis (+), nyeri tekan (+) ; - EKG
genu sinistra : edema (+), - Foto femur sinistra dan genu
hiperemis (+), nyeri (+), teraba sinistra
hangat (+)

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 10


- edema dorsum pedis bilateral
A: - Artritis genu sinistra
- Hipertensi Grade II
- DM Tipe II non obese
- Anemia normositik
normokrom

02/02/2016 S : Nyeri pada lutut kiri P: Dilakukan pungsi efusi


O : Genu sinistra: efusi (+), (cairan genu sinistra), keluar
hiperemis (+), teraba hangat (+) cairan warna putih kental
A : Artritis Septik Genu Sinistra seperti susu (pus)
Volume 40cc
Dilakukan pemeriksaan:
- Analisa cairan sendi
- BTA
- Kultur sensitivitas
antibiotik
R/
-ceftazidime 1gr/8jam/iv
-ciprofloxacin 0,5gr/12jam/iv
-metronidazole 0,5gr/8jam/iv

Boleh pindah perawatan biasa

03/02/2016 S: Nyeri paha kiri sampai lutut kiri - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
(+). Riwayat diabetes melitus - Diet rendah garam
tipe 2 dan hipertensi tidak - Diet DM 1700 kkal/hari
berobat teratur dalam bentuk makanan
O: TD: 160/100 mmHg biasa
N :88 x/mnt - Paracetamol
o
S: 36.5 C 1000mg/8jam/oral
P: 18 x/mnt - Amlodipin 10mg/24jam/oral
Anemis (+), ikterus (-) - Novorapid 10-10-10 IU/sc
BP : Vesikuler - Levemir 0-0-10 IU/sc
BT : Rh -/-, Wh -/- - ceftazidime 1gr/8jam/iv
S1/S2 murni regular - ciprofloxacin 0,5gr/12jam/iv

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 11


Peristaltik usus kesan normal, - metronidazole 0,5gr/8jam/iv
Extremitas:
- regio femur sinistra : edema (+),
hiperemis (+), nyeri tekan (+) ;
genu sinistra : efusi (+), Planning :
hiperemis (+), nyeri (+), teraba - transfusi PRC 1bag
hangat (+) - pemeriksaan laboratorium
- edema dorsum pedis bilateral darah rutin, apusan darah
A : - Artritis septik genu sinistra tepi, GDP, GD2PP,
- Hipertensi Grade II HbA1C, albumin, profil
- DM Tipe II non obese lipid
- Anemia normositik
normokrom

04/02/2016 S: Nyeri paha kiri sampai lutut kiri - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
(+). Riwayat diabetes melitus - Diet rendah garam
tipe 2 dan hipertensi tidak - Diet DM 1700 kkal/hari
berobat teratur dalam bentuk makanan
O: TD: 160/100 mmHg biasa
N :80 x/mnt - Paracetamol
o
S: 36.5 C 1000mg/8jam/oral
P: 20 x/mnt - Amlodipin 10mg/24jam/oral
Anemis (+), ikterus (-) - Novorapid 10-10-10 IU/sc
BP : Vesikuler - Levemir 0-0-10 IU/sc
BT : Rh -/-, Wh -/- - ceftazidime 1gr/8jam/iv
S1/S2 murni regular - ciprofloxacin 0,5gr/12jam/iv
Peristaltik usus kesan normal, - metronidazole 0,5gr/8jam/iv
Extremitas:
- regio femur sinistra : edema (+), Dilakukan pungsi efusi
hiperemis (+), nyeri tekan (+) ; (cairan genu sinistra), keluar
genu sinistra : efusi (+), cairan warna putih kental
hiperemis (+), nyeri (+), teraba seperti susu (pus)
hangat (+) Volume 90 cc
- edema dorsum pedis bilateral
A : - Artritis septik genu sinistra
- Hipertensi Grade II
- DM Tipe II non obese Planning :

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 12


- Anemia normositik - Pemeriksaan laboratorium
normokrom darah rutin
Hasil pemeriksaan laboratorium
albumin: 2.0 gr/dl
05/02/2016 S: Nyeri paha kiri sampai lutut kiri - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
(+). Riwayat diabetes melitus - Diet rendah garam
tipe 2 dan hipertensi tidak - Diet DM 1700 kkal/hari
berobat teratur. dalam bentuk makanan
O: TD: 150/100 mmHg biasa
N :80 x/mnt - Paracetamol
o
S: 36.5 C 1000mg/8jam/oral
P: 20 x/mnt - Amlodipin 10mg/24jam/oral
Anemis (+), ikterus (-) - Novorapid 12-12-12 IU/sc
BP : Vesikuler - Levemir 0-0-10 IU/sc
BT : Rh -/-, Wh -/- - Ceftazidime 1gr/8jam/iv
S1/S2 murni regular - Ciprofloxacin 0,5gr/12jam/iv
Peristaltik usus kesan normal, - Metronidazole 0,5gr/8jam/iv
Extremitas: - albumin25%1botol/24jam/iv
- regio femur sinistra : edema (+),
hiperemis (+), nyeri tekan (+) ;
genu sinistra : efusi (+),
hiperemis (+), nyeri (+), teraba
hangat (+)
- edema dorsum pedis bilateral
A : - Artritis septik genu sinistra
- Hipertensi Grade II
- DM Tipe II non obese
- Anemia normositik
normokrom
- Hipoalbuminemia
06/02/2016 S: Nyeri paha kiri sampai lutut kiri - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
(+). Riwayat diabetes melitus - Diet rendah garam
tipe 2 dan hipertensi tidak - Diet DM 1700 kkal/hari
berobat teratur dalam bentuk makanan
O: TD: 150/100 mmHg biasa
N :80 x/mnt - Paracetamol
o
S: 36.5 C 1000mg/8jam/oral

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 13


P: 20 x/mnt - Amlodipin 10mg/24jam/oral
Anemis (+), ikterus (-) - Novorapid 12-12-12 IU/sc
BP : Vesikuler - Levemir 0-0-10 IU/sc
BT : Rh -/-, Wh -/- - Ceftazidime 1gr/8jam/iv
S1/S2 murni regular - Ciprofloxacin 0,5gr/12jam/iv
Peristaltik usus kesan normal, - Metronidazole 0,5gr/8jam/iv
Extremitas: - albumin25%1botol/24jam/iv
- regio femur sinistra : edema
(+), hiperemis (+), nyeri Planning :
tekan (+) ; genu sinistra : - pemeriksaan laboratorium
efusi (+), hiperemis (+), albumin, GDP,GD2PP
nyeri (+), teraba hangat (+)
- edema dorsum pedis
bilateral
A : - Artritis septik genu sinistra
- Hipertensi Grade II
- DM Tipe II non obese
- Anemia normositik
normokrom
- Hipoalbuminemia
10/02/2016 S: Nyeri paha kiri sampai lutut kiri - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
(+). Riwayat diabetes melitus - Diet rendah garam
tipe 2 dan hipertensi tidak - Diet DM 1700 kkal/hari
berobat teratur dalam bentuk makanan
O: TD: 140/900 mmHg biasa
N :80 x/mnt - Paracetamol
o
S: 36.5 C 1000mg/8jam/oral
P: 20 x/mnt - Amlodipin 10mg/24jam/oral
Anemis (+), ikterus (-) - Novorapid 12-12-12 IU/sc
BP : Vesikuler - Levemir 0-0-10 IU/sc
BT : Rh -/-, Wh -/- - Ceftazidime 1gr/8jam/iv
S1/S2 murni regular stop
Peristaltik usus kesan normal, - Ciprofloxacin 0,5gr/12jam/iv
Extremitas: stop
- regio femur sinistra : edema - Metronidazole 0,5gr/8jam/iv
(+), hiperemis (+), nyeri stop
tekan (+) ; genu sinistra : - albumin25%1botol/24jam/iv

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 14


efusi (+), hiperemis (+), - obat anti tuberkulosis (OAT)
nyeri (+), teraba hangat (+) 4 FDC 3 tab/hari
- edema dorsum pedis
bilateral Dilakukan pungsi efusi
A : - Artritis Tuberkulosis Genu (cairan genu sinistra), keluar
sinistra (TB extra paru) cairan warna putih kental
- Hipertensi Grade II seperti susu (pus)
- DM Tipe II non obese Volume 250cc
- Anemia normositik
normokrom Planning :
- Hipoalbuminemia - Cek sputum BTA 3x
- Foto thorax PA
Hasil pewarnaan BTA cairan sendi : - Pemeriksaan laboratorium
BTA (+1) Ureum, Kreatinin, SGOT,
SGPT, Albumin, GDP,
GD2PP, elektrolit
11/02/2016 S : Nyeri pada lutut kiri P: Dilakukan pungsi efusi
O : Genu sinistra: efusi (+), (cairan genu sinistra), keluar
hiperemis (+), teraba hangat (+) cairan warna putih kental
A : Artritis Tuberkulosis Genu seperti susu (pus)
sinistra (TB extra paru) Volume 72cc
12/02/2016 S : Nyeri pada lutut kiri P: Dilakukan pungsi efusi
O : Genu sinistra: efusi (+), (cairan genu sinistra), keluar
hiperemis (+), teraba hangat (+) cairan warna putih kental
A : Artritis Tuberkulosis Genu seperti susu (pus)
sinistra (TB ekstra paru) Volume 150cc

15/02/2016 S : Nyeri pada lutut kiri P: Dilakukan pungsi efusi


O : Genu sinistra: efusi (+), (cairan genu sinistra), keluar
hiperemis (+), teraba hangat (+) cairan warna putih kental
A : Artritis Tuberkulosis Genu seperti susu (pus)
sinistra (TB ekstra paru) Volume 224cc
16/02/16 S:: Nyeri paha kiri sampai lutut kiri - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
(+). Riwayat diabetes melitus - Diet rendah garam
tipe 2 dan hipertensi tidak - Diet DM 1700 kkal/hari
berobat teratur dalam bentuk makanan
O: TD: 120/90 mmHg biasa

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 15


N :80 x/mnt - Paracetamol
o
S: 36.5 C 1000mg/8jam/oral
P: 20 x/mnt - Amlodipin 10mg/24jam/oral
Anemis (+), ikterus (-) - Novorapid 12-12-12 IU/sc
BP : Vesikuler - Levemir 0-0-10 IU/sc
BT : Rh -/-, Wh -/- - albumin25%1botol/24jam/iv
S1/S2 murni regular - Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Peristaltik usus kesan normal, 4 FDC 3 tab/hari
Extremitas: Planning :
- regio femur sinistra : edema - Pemeriksaan laboratorium
(+), hiperemis (+), nyeri albumin
tekan (+) ; genu sinistra :
efusi (+), hiperemis (+),
nyeri (+), teraba hangat (+)
- edema dorsum pedis
bilateral

A : - Artritis Tuberkulosis Genu


sinistra (TB extra paru)
- Hipertensi Grade II
- DM Tipe II non obese
- Anemia normositik
normokrom
- Hipoalbuminemia
18/02/2016 S: Nyeri paha kiri sampai lutut kiri - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
(+). Riwayat diabetes melitus - Diet rendah garam
tipe 2 dan hipertensi tidak - Diet DM 1700 kkal/hari
berobat teratur dalam bentuk makanan
O: TD: 120/90 mmHg biasa
N :80 x/mnt - Paracetamol
o
S: 36.5 C 1000mg/8jam/oral
P: 20 x/mnt - Amlodipin 10mg/24jam/oral
Anemis (+), ikterus (-) - Novorapid 14-14-14 IU/sc
BP : Vesikuler - Levemir 0-0-10 IU/sc
BT : Rh -/-, Wh -/- - albumin25%1botol/24jam/iv
S1/S2 murni regular - obat anti tuberkulosis (OAT)
Peristaltik usus kesan normal, 4 FDC 3 tab/hari

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 16


Extremitas:
- regio femur sinistra : edema Dilakukan pungsi efusi
(+), hiperemis (+), nyeri (cairan genu sinistra), keluar
tekan (+) ; genu sinistra : cairan warna putih kental
efusi (+), hiperemis (+), seperti susu (pus)
nyeri (+), teraba hangat (+) Volume 15cc
- edema dorsum pedis
bilateral Planning :
- rencana transfusi PRC 1 bag
A : - Artritis Tuberkulosis Genu - pemeriksaan laboratorium
sinistra (TB ekstra paru) albumin
- Hipertensi Grade II
- DM Tipe II non obese
- Anemia normositik
normokrom
- Hipoalbuminemia
19/02/2016 S: Nyeri paha kiri sampai lutut kiri - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
masih ada namun sudah - Diet rendah garam
berkurang Riwayat diabetes - Diet DM 1700 kkal/hari
melitus tipe 2 dan hipertensi dalam bentuk makanan
tidak berobat teratur biasa
O: TD: 120/90 mmHg - Paracetamol
N :80 x/mnt 1000mg/8jam/oral
o
S: 36.5 C - Amlodipin 10mg/24jam/oral
P: 20 x/mnt - Novorapid 12-12-12 IU/sc
Anemis (+), ikterus (-) - Levemir 0-0-10 IU/sc
BP : Vesikuler - albumin25%1botol/24jam/iv
BT : Rh -/-, Wh -/- - Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
S1/S2 murni regular 4 FDC 3 tab/hari
Peristaltik usus kesan normal,
Extremitas: Planning :
- regio femur sinistra : edema - pemeriksaan laboratorium
(+), hiperemis (+), nyeri darah rutin, SGOT, SGPT,
tekan (+) ; genu sinistra : Asam Urat, Albumin, GDP,
efusi (-), hiperemis (+), GD2PP, profil lipid
nyeri (+), teraba hangat (+).
- edema dorsum pedis

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 17


bilateral

A : - Artritis Tuberkulosis Genu


sinistra (TB ekstra paru)
- Hipertensi Grade II
- DM Tipe II non obese
- Anemia normositik
normokrom
- Hipoalbuminemia
22/02/2016 S: Nyeri paha kiri sampai lutut kiri - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
minimal. Riwayat diabetes - Diet rendah garam
melitus tipe 2 dan hipertensi - Diet DM 1700 kkal/hari
tidak berobat teratur dalam bentuk makanan
O: TD: 120/90 mmHg biasa
N :80 x/mnt - Paracetamol
o
S: 36.5 C 1000mg/8jam/oral
P: 20 x/mnt - Amlodipin 10mg/24jam/oral
Anemis (+), ikterus (-) - Novorapid 16-16-12 IU/sc
BP : Vesikuler - Levemir 0-0-10 IU/sc
BT : Rh -/-, Wh -/- - albumin25%1botol/24jam/iv
S1/S2 murni regular - Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Peristaltik usus kesan normal, 4 FDC 3 tab/hari
Extremitas:
- regio femur sinistra: edema Planning :
(-), hiperemis (-), nyeri - transfusi PRC 1 bag
tekan (-) ; genu sinistra:
efusi (-), hiperemis (-),
nyeri (+) minimal, teraba
hangat (-)
- edema dorsum pedis
bilateral

A : - Artritis Tuberkulosis Genu


sinistra (TB ekstra paru)
- Hipertensi Grade II
- DM Tipe II non obese
- Anemia normositik

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 18


normokrom
- Hipoalbuminemia
23/02/2016 S: Nyeri paha kiri sampai lutut kiri - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
tidak ada. Riwayat diabetes - Diet rendah garam
melitus tipe 2 dan hipertensi - Diet DM 1700 kkal/hari
tidak berobat teratur dalam bentuk makanan
O: TD: 120/90 mmHg biasa
N :80 x/mnt - Paracetamol
o
S: 36.5 C 1000mg/8jam/oral
P: 20 x/mnt - Amlodipin 10mg/24jam/oral
Anemis (+), ikterus (-) - Novorapid 20-20-20 IU/sc
BP : Vesikuler - Levemir 0-0-10 IU/sc
BT : Rh -/-, Wh -/- - albumin25%1botol/24jam/iv
S1/S2 murni regular - Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Peristaltik usus kesan normal, 4 FDC 3 tab/hari
Extremitas:
- regio femur sinistra : edema
(-), hiperemis (-), nyeri
tekan (-) ; genu Planning :
sinistra(terbebat) : efusi (-), - pemeriksaan darah rutin,
hiperemis (-), nyeri (), ureum, kreatinin, profil
teraba hangat (-) lipid, albumin, elektrolit.
- edema dorsum pedis
bilateral

A : - Artritis Tuberkulosis Genu


sinistra (TB ekstra paru)
- Hipertensi Grade II
- DM Tipe II non obese
- Anemia normositik
normokrom
- Hipoalbuminemia

25/02/2016 S : Nyeri dan bengkak pada tungkai - Diet rendah garam


kaki kiri tidak ada - Paracetamol
O : TD: 120/90 mmHg 1000mg/8jam/oral
N :80 x/mnt - Amlodipin 10mg/24jam/oral

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 19


S: 36.5oC - Novorapid 20-20-20 IU/sc
P: 20 x/mnt - Levemir 0-0-10 IU/sc
Anemis (+), ikterus (-) - Pujimin 2kapsul/8jam/oral
BP : Vesikuler - obat anti tuberkulosis (OAT)
BT : Rh -/-, Wh -/- 4 FDC 3tab/hari
S1/S2 murni regular
Peristaltik usus kesan normal, Planning:
Extremitas Boleh lanjut rawat jalan
- posterior sinistra : edema(-),
hiperemis (-), nyeri tekan (-).
- edema dorsum pedis bilateral
A : - Artritis Tuberkulosis Genu
sinistra (TB ekstra paru)
- Hipertensi Grade II
- DM Tipe II non obese
- Anemia normositik
normokrom
- Hipoalbuminemia

E. Laboratorium
Darah 02/02 03/02 04/02 10/02 16/02 19/02 21/02 23/02 Nilai Rujukan
Rutin

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 20


WBC 28 23.6 21.6 14.4 12.7 11.8 11.1 11.3 4.00 - 10.0
(103/L)
RBC 3.2 3.15 3.68 3.34 3.05 3.15 3.08 3.65 4.00 6.00
(106/L)
HGB 8.6 8.1 9.8 9.5 7.5 8.0 8.7 9.7 12.0 - 16.0
(g/dL)
HCT (%) 26 25 31 28 24 25 26 31 37.0 48.0
MCV (fL) 82 79 83 85 83 79 85 84 80.0 97.0
MCH 27 26 27 28 27 27 28 27 26.5 33.5
(pg)
MCHC 33 33 32 33 32 32 33 32 31.5 35.0
(g/dl)
PLT 677 537 488 577 492 487 367 349 150 450
(103/L)
RDW-CV 13.6 14.7 13.2 14.1 12.8 14.8 14.4 14.7 10.0 15.0
(%)
PDW (%) 8.7 8.5 11.3 9.8 7.4 8.2 7.8 7.7 10.0 18.0
MPV 8.6 8.7 7 6.4 8.1 7.6 6.0 8.1 6.50 11.0
(m3)
PCT (%) 0.0 0.47 0.34 0.37 0.4 0.4 0.22 0.28 0.15 0.50
Neutrofil 90.4 89.3 91.9 87.7 88.0 87.3 76.9 78.4 52.0 75.0
(%)
Limfosit 3.8 3.2 4 8.1 7.4 8.5 15.7 11.2 20.0 - 40.0
(%)
Monosit 5.4 6.6 3.3 3.3 3.7 4.2 3.2 5.8 2.00 8.00
(%)
Eosinofil 0.0 0.1 0.7 0.8 0.6 0.3 3.8 4.3 1.00 3.00
(%)
Basofil 0.4 0.8 0.1 0.1 0.3 0.1 0.03 0.3 0.00 0.10
(%)
LED I 89 36 Laki-laki : <10
Perempuan: <20
LED II 115 58 Laki-laki : <10
Perempuan: <20

02/02 03/0 06/02 11/02 16/02 19/02 23/02 Nilai


Kimia Darah 2 Rujukan
GDS (mg/dl) 436 140

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 21


HbA1C (%) 10 4-6
Ureum 35 12 27 10 50
(mg/dl)
Kreatinin 0.61 0.63 0.64 < 1.1
(mg/dl)
SGOT (U/L) 7 18 9 < 38
SGPT (U/L) 6 16 10 < 41
Asam Urat 4.4 5.0 P (2.4-5.7)
(mg/dl) L (3.4-7.0)
Albumin 2.0 2.1 1.9 2.1 2.3 2.5 3.5-5.0
(g/dl)
Kolesterol 158 182 200
total (mg/dl)
Kolesterol 30 48 L(>55); P
HDL (mg/dl) (>65)
Kolesterol 87 95 <130
LDL (mg/dl)
Trigliserida 205 208 200
(mg/dl)
Elektrolit
Natrium 129 130 134 136 -145
(mmol/l)
Kalium 4 3.4 4.1 3.5 5.1
(mmol/l)
Klorida 96 92 100 97 111
(mmol/l)

Kimia 03/02 06/0 10/02 14/0 19/02 23/02 Nilai


Darah 2 2 Rujukan
GDP 263 251 241 234 207 194 < 100
(mg/dl)
GD2PP 391 343 302 294 383 243 80-144
(mg/dl)

Urin rutin 02/02/2016 Nilai Rujukan


Warna Kuning Kuning Muda
Ph 6.5 4.5 8.0

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 22


Bj >1.030 1.005 1.035
Protein (mg/dl) ++/100 Negatif
Glukosa (mg/dl) +++/500 Negatif
Urobilinogen (mg/dl) Negatif Negatif
Keton (mg/dl) Negatif Negatif
Nitrit (mg/dl) +/15 Negatif
Blood (RBC/ul) Negatif Negatif
Lekosit (WBC/ul) +-/1 Negatif
Vit.C (mg/dl) Negatif Negatif
Sedimen lekosit (lpb) 2 <5
Sedimen Eritrosit (lpb) 4 <5
Sedimen Torak (lpk) -
Sedimen Kristal (lpk) -
Sedimen Epitel Sel (lpk) 3
Sedimen Lain-lain (ul) -

Analisis Cairan Sendi (02/02/2016)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Volume 11 1-10
Hitung Jenis Sel PMN 70%; MN30% 60-70% mononukleus
Total Protein 2,4 6,8-8,7
LDH 15103 100-190
Tes Glukosa 428 <10
Hitung Sel >10.000 Jumlah Leukosit <200
Test Musin Jelek Normal
Viscositas 2 cm -
Bekuan Bekuan -
PH 6 -
Warna Putih Keruh Jernih/Tidak Berwarna
BJ 1,025 <1.018 Transudat
>1.018 Eksudat

Kultur dan Sensitivitas (02/02/2016)


Biakan Aerob : Staphylococcus aureus
Gram : Coccus Gram Positif

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 23


No. Nama Antibiotik MIC Interpretasi
A B A B
1. Cefoxitin screen Neg - Neg -
2. Benzylpenicilin >=0.5 - R -
3. Oxacillin <=0.25 - S -
4. Gentamicin <0.5 - S -
5. Ciprofoloxacin <0.5 - S -
6. Levofloxacin <=0.12 - S -
7. Moxifloxacin <=0.25 - S -
8. Erytromicin <=0.25 - S -
9. Clindamycin <=0.25 - S -
10. Quinupristin/Dalfopristin <=0.25 - S -
11. Linezolid 1 - S -
12. Vancomycin <=0.5 - S -
13. Tetracycline >=16 - R -
14. Nitrofurantoin <=16 - S -
15. Rifampicin <=0.5 - S -
16. Trimetroprim/Sulfamethoxazole <=10 - S -
17. Tigecycline <=0.12 - S -

Pemeriksaan Mikrobiologi
(Permintaan : 02/02/2016; Hasil Keluar : 10/02/2016)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Jenis Spesimen Cairan Sendi -
Pewarnaan BTA Positif (1+) Negatif

Pemeriksaan Mikrobiologi (10/02/2016)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Jenis Spesimen Sputum -
Pewarnaan BTA Negatif Negatif

Kultur dan Sensitivitas OAT (10/02/2016)


(Permintaan : 02/02/2016; Hasil Keluar : 10/02/2016)
Kultur & Sensitivitas Hasil Nilai Rujukan
OAT

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 24


Kultur Positif Negatif
S (Streptomicyn) Sensitif Sensitif
I (INH) Sensitif Sensitif
R (Rifampicyn) Sensitif Sensitif
E (Ethambutol) Sensitif Sensitif

F. Pemeriksaan Radiologi
1. Foto Femur Sinistra Ap/Lateral (02/02/2016)
Kesan : Osteochondroma os Femur Sinistra
2. Foto Genu / Knee Joint Sinistra AP/Lateral (02/02/2016)
Kesan : Osteoarthritis genu dextra grade III
3. Foto Thoraks PA (11/02/2016)
Kesan : Tidak terdapat kelainan radiologi
G. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang
yang didapatkan, maka pasien didiagnosis dengan Artritis Tuberkulosis Genu
Sinistra.
H. Pembahasan
Dilaporkan suatu kasus seorang pria 47 tahun dengan diagnosis
Artiritis TB. Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dan adanya efusi
pada genu sinistra, serta edema pada regio femur sinistra. Dari anamnesa dan
pemeriksaan fisis, serta hasil analisis cairan sendi pasien ini (ditemukan LDH
yang sangat meningkat, hitung sel yang meningkat, tes musin yang jelek, ada
nya bekuan dan viskositas 2cm) sehingga pasien ini awalnya didiagnosis
dengan artritis septik genu sinistra. Namun, 8 hari kemudian hasil kultur dan
sensitivitas serta pewarnaan BTA dari cairan sendi pasien menunjukkan bahwa
dari kultur dan sensitivitas cairan sendi hasilnya ditemukan adanya
Staphylococcus aureus (coccus gram positif) yang masih sensitif terhadap
banyak antibiotik yang diujikan dan hasil pemeriksaan BTA pada cairan sendi

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 25


dari efusi yang di aspirasi pada genu sinistra yaitu positif 1. Sehingga
diagnosis berubah menjadi Artritis Tuberkulosis.
Diagnosis Artritis Tuberkulosis dapat ditegakkan dari gejala klinis
yaitu bersifat monoartikular dan lebih sering melibatkan sendi lutut, pinggul,
dan pergelangan. Gejala umum yang timbul adalah nyeri lokal dan
pembengkakan yang diikuti dengan keterbatasan gerak dari daerah yang
terkena. Mungkin terjadi kelemahan otot regional dan deformitas yang
mungkin terjadi. Namun penegakan diagnosis pasti harus melalui uji
mikrobiologi atau histologi dari sampel yang diisolasi dari sendi. Konfirmasi
Bakteri Tahan Asam (BTA) dari cairan tubuh atau jaringan adalah salah satu
standar emas untuk diagnosis.1
Pasien ini didiagnosis Artritis Tuberkulosis berdasarkan gejala klinik
yaitu mengenai monoartikular, pembengkakan sendi penopang tubuh (genu
sinistra), disertai efusi yang berkembang sejak 3 bulan yang lalu dan makin
bertambah seiring waktu dan adanya riwayat trauma pada tungkai kiri
sebelumnya. Hasil pemeriksaan BTA pada cairan sendi dari efusi yang di
aspirasi pada genu sinistra yaitu positif 1.
Artritis Tuberkulosis merupakan bagian dari TB ekstra paru yang
jarang dan terjadi terutama akibat penyebaran hematogen dari fokus utama.
Pada pasien ini, dari keluhan pasien, gejala klinik serta hasil pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan BTA sputum dan pemeriksaan radiologi
berupa foto thoraks PA, memberikan hasil negatif untuk TB paru. Menurut
Krama SB, kurang dari 50% dari individu dengan artritis TB memiliki TB
8
paru aktif pada saat diagnosis. Dari anamnesa didapatkan informasi bahwa
pasien tidak pernah ada keluhan yang mengarah pada diagnosa TB paru atau
terdiagnosa dengan TB paru, sehingga pada awal pasien masuk rumah sakit
diagnosis artritis TB belum diperhitungkan. Pasien artritis TB umumnya
memiliki gejala lokal dan gejala dasar yang ringan, yang sering kali
menyebabkan keterlambatan signifikan dalam penegakan diagnosis. Diagnosis

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 26


artritis TB juga sering tertunda karena presentasi klinis yang bervariasi dan
jarang ditemukan gejala dasar tuberkulosis. Keterlambatan diagnosis dan
pengobatan dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan sendi, terutama pada
pasien dengan artritis septik akibat infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. 2
Sebanyak 15-20% dari kasus TB ekstraparu, terjadi pada pasien
dengan status immunocompromissed misalnya pada pasien penyakit kronik,
pasien yang mendapat terapi immunosupresi atau pada pasien HIV.9 Pasien di
kasus ini menderita Diabetes Melitus tipe 2 yang diketahui sejak 6 tahun yang
lalu dan tidak berobat teratur. Kemungkinan besar pasien ini pernah terinfeksi
kuman TB di masa lalu dan status nya menjadi Latent Tuberculosis Infection
(LTBI) yaitu keadaan seseorang terinfeksi mycobacterium tuberculosis namun
tidak didapatkan bukti klinis maupun mikrobiologis sedang terinfeksi TB.
Sepuluh persen pasien LTBI dengan sistem imunitas yang normal akan
berkembang menjadi infeksi tuberkulosis yang aktif, jumlah ini akan
10
meningkat pada pasien LTBI dengan sistem imunitas yang menurun. Pada
pasien ini sistem imunitas tubuh nya terganggu akibat penyakit kronis yaitu
DM tipe 2.
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang dapat menyebabkan
penurunan sistem imunitas selular. Terdapat penurunan jumlah sel limfosit T
dan netrofil pada pasien DM yang disertai dengan penurunan jumlah T helper
1 (Th1) dan penurunan produksi mediator inflamasi seperti TNF , IL-1 serta
IL-6. Limfosit Th1 mempunyai peranan penting untuk mengontrol dan
menghambat pertumbuhan basil M.tb, sehingga terdapatnya penurunan pada
jumlah maupun fungsi limfosit T secara primer akan bertanggungjawab
terhadap timbulnya kerentanan pasien DM untuk terkena TB. Fungsi
makrofag juga mengalami gangguan yang ditandai dengan ketidakmampuan
untuk menghasilkan reactive oxygen species, fungsi kemotaksis dan fagositik
yang menurun.11

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 27


Infeksi oleh basil tuberkel akan menyebabkan gangguan yang lebih
lanjut pada sitokin, makrofag-monosit dan populasi sel T CD4/CD8.
Keseimbangan antara sel limfosit T CD4 dan CD8 memainkan peranan
penting dalam mengatur pertahanan tubuh melawan mikobakteri dan
12
menentukan kecepatan regresi pada TB aktif. Derajat hiperglikemi juga
berperan dalam menentukan fungsi mikrobisida pada makrofag. Pajanan kadar
gula darah sebesar 200 mg% secara signifikan dapat menekan fungsi
penghancuran oksidatif dari makrofag. Penderita DM yang kurang terkontrol
dengan kadar hemoglobin terglikasi (HbA1c) tinggi menyebabkan TB
menjadi lebih parah dan berhubungan dengan mortalitas yang lebih tinggi.13
Pemeriksaan kultur dari cairan sendi pasien ini didapatkan bakteri
Staphylococcus aureus. Bakteri ini merupakan bakteri yang pasling banyak
ditemukan pada kasus artritis septik. Staphylococcus aureus merupakan flora
normal pada kulit, kemungkinan besar saat pasien jatuh terjadi perlukaan yang
menjadi jalan masuk dari bakteri ini. Jadi, pada genu sinistra pasien
mengalami infeksi S.aureus dan M.tuberculosis. 7
Pemeriksaan laboratorium yang menonjol pada pasien ini yaitu pada awal
masuk rumah sakit didapatkan peningkatan signifikan dari jumlah leukosit dan
peningkatan LED namun selama di perawatan jumlah leukosit dan LED mulai
menurun. Hal ini dapat disebabkan adanya proses inflamasi karena infeksi
yang dialami pasien sehingga terjadi peningkatan jumlah leukosit yang
disertai peningkatan LED. Setelah pemberian tindakan terapi dilakukan
kembali pemeriksaan darah, jumlah leukosit dan LED yang menurun
menunjukkan bahwa pemberian terapi tepat pada sasasannya yang
menunjukkan adanya perbaikan kondisi pasien. 14
Pasien juga mengalami kondisi hipoalbuminemia yaitu kurangnya
albumin dalam darah pasien. Keadaan hipoalbuminemia secara garis besar
dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu penurunan sintesis protein (terjadi pada
gangguan fungsi hati), kebocoran albumin ke ruang ekstraseluler (terjadi pada

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 28


keadaan inflamasi) dan intake protein yang kurang. Pada pasien ini
hipoalbuminemia dapat terjadi akibat adanya proses inflamasi dari penyakit
infeksi dan keadaan hiperglikemik yang dialaminya sehingga meningkatkan
kebocoran plasma ke ruang ekstraseluler, juga dari status gizi pasien yang gizi
kurang dapat juga mengindikasikan bahwa pasien kurang mengkonsumsi
protein.15
Anemia pada pasien ini terjadi akibat adanya penyakit kronis yang
dialami pasien yaitu TB ekstra paru dan Diabetes Melitus Tipe 2. Anemia
penyakit kronik dapat terjadi akibat: 16,17
1. Destruksi eritrosit yang disebabkan oleh aktivasi faktor pejamu seperti
makrofag yang memfagosit eritrosit secara prematur.
2. Resistensi dan inadekuasi eritropoetin.
3. Keterbatasan besi sehingga menghambat eritropoeisis.

Laporan Kasus Besar Artritis Tuberkulosis 29

Você também pode gostar