Você está na página 1de 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ekonomi yang semakin cepat dan banyaknya
persaingan dalam menentukan kebijaksanaan baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Disamping itu, dengan persaingan yang
semakin ketat antar perusahaan menuntut manajemen perusahaan
untuk melakukan perencanaan dan pengendalian kegiatan
perusahaan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
perusahaan. Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai tujuan
tertentu yang ingin dicapainya. Ada perusahaan pada keuntungan
maksimal dan ada yang tidak, misalnya dalam bentuk sosial. Tujuan
perusahaan berbeda-beda, namun salah satu tujuan yang selalu
ada pada perusahaan adalah profitabilitas. Dalam hal profitabilitas
menjadi tujuan akhir yang berguna bagi perusahaan unuk mencapai
tujuan.
Keuntungan merupakan persyaratan kelangsungan hidup bagi
perusahaan. Diperlukan ukuran-ukuran atau indikator-indikator
keuangan untuk mengetahui keberhasilan perusahaan dalam upaya
mencapai tujuannya yaitu untuk menghasilkan keuntungan, apakah
hasil tersebut sudah dapat dikatakan maksimal atau belum
biasanya diukur dengan menggunakan angka-angka tertentu.
Indikator-indikator tersebut dapat diperoleh dari laporan keuangan
yang disusun secara periodik, yang secara umum berupa laporan
neraca, laporan rugilaba. Untuk mengetahui indicator- indikator
keuangan tersebut dilakukan analisis laporan keuangan.
Dengan dilakukannya analisis terhadap laporan keuangan
suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk mengetahui keadaan
dan perkembangan finansial dari perusahaan yang bersangkutan.

1
Dan laporan keuangan digunakan untuk membantu mengatasi
kesenjangan tersebut, dengan cara mengolah kembali laporan
keuangan sehingga dapat membantu para pengambil keputusan
melakukan prediksi-prediksi. Laporan keuangan yang akan disusun
oleh suatu perusahaan di Indonesia, harus mengacu pada aturan
yang berlaku, yaitu seperti tertuang pada Standart Akuntansi
Keuangan, yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses penguraian
laporan keuangan kedalam laporan kedalam komponen laporan
keuangan dan penelaahan masing-masing komponen laporan
keuangan serta hubungan antar komponen, dengan menggunakan
teknik analisis yang ada agar diperoleh pengertian yang tepat dan
gambaran yang komprehensif tentang laporan keuangan tersebut,
agar analisis laporan keuangan dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien. Analisis terhadap laporan keuangan digunakan metode
dan teknik analisis untuk menentukan dan mengukur hubungan
antara pos-pos dalam laporan keuangan, sehingga dapat diketahui
perubahan-perubahan masing-masing pos bila diperbandingkan.
Hasil dari perbandingan tersebut dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas
yang dapat menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan. Berdasarkan latar belakang diatas maka kelompok
ingin mengkaji dan membahas topik tentang Analisis Laporan
Keuangan PT Indofarma (Persero) Tbk.

1.2 Rumusan Masalah


1. Metode apakah yang digunakan dalam Analisis Laporan
Keuangan ?

2
2. Bagaimana Kinerja PT Indofarma (Persero) Tbk dilihat dari
laporan keuangan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Metode Analisis Laporan Keuangan dan
Kinerja PT PT Indofarma (Persero) Tbk.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kesehatan
keuangan pada PT Indofarma (Persero) Tbk tahun 2012, 2013
dan 2014 berdasarkan rasio keuangan menurut KEPMEN
BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Laporan Keuangan


2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Ada beberapa pengertian laporan keuangan yang telah
dikemukakan oleh beberapa orang antara lain:
Menurut Siegel :
laporan Keuangan yang diperlukan adalah neraca, laporan
laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan. Ketiganya dapat
digabungkan dengan laporan pelengkap untuk melukiskan status
keuangan atau kinerja organisasi.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) :
Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan, laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan
rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan
lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan.
Menurut Sugiyarso Dan Winarni (2006:1) laporan keuangan
adalah:

3
Merupakan daftar ringkasan akhir transaksi keuangan
organisasi yang menunjukan kegiatan operasional dan akibatnya
selama tahun buku yang bersangkutan.
2.1.2 Tujuan dan Kegunaan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress Report)
secara periodic yang dilakukan oleh pihak manajemen yang
bersangkutan.
Harapan (2004:132) menyatakan tujuan laporan keuangan
berdasarkan Prinsip Akuntansi Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu
perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka
memperoleh laba.
3. Memberikan informasi keuangan yang membantu para pengguna
laporan dalam menaksir potensi perubahan dalam menghasilkan
laba.
4. Memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi
mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi
5. Memberikan informasi tentang sejauh mana pengungkapan
informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang
relevan untuk kebutuhan pengguna laporan, seperti informasi
mengenai kebutuhan akuntansi yang dianut perusahaan.
2.1.3. Unsur Laporan Keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran
posisisi keuangan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Masing
masing unsur yang berkaitan dengan posisi keuangan tersebut di
definisikan sebagai berikut:

4
a. Aktiva
Merupakan sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai
akibat dan peristiwa masa lalu dan diharapkan akan memberi
manfaat ekonomi bagi perusahaan dimasa depan.
b. Kewajiban
Merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diharapkan akan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi.
c. Ekuitas
Merupakan hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja
perusahaan disajikan pada laporan keuangan yang sebut laporan
laba-rugi. Unsur yang berkaitan dengan kinerja perusahaan
tersebut didefinisikan sebagai berikut:
a) Income
Merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
tidak berasal dari kontribusi.
b) Expensi
Merupakan penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya
aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal.
2.1.4 Jenis-jenis Laporan Keuangan
Jenis laporan keuangan utama dan pendukung, menurut
Harapan (2004:106) adalah sebagai berikut:

5
1. Neraca
Daftar Neraca merupakan laporan yang menggambarkan
posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu.
Neraca merupakan suatu daftar aktiva, kewajiban, dan
ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir tahun.
Laporan laba rugi merupakan suatu ikhtisar pendapatan dan
beban selama periode waktu tertentu, misalnya setahun. Wild, et
al. (2005:16) mengatakan bahwa analisis keuangan (financial
analysis) merupakan penggunaan laporan keuangan untuk
menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan, dan untuk
menilai kinerja keuangan di masa depan
2. Laporan Laba Rugi
Perhitungan laporan laba-rugi menggambarkan jumlah hasil
biaya dan laba-rugi perusahaan.
3. Laporan Sumber dan Penggunaan dana
Disini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu
periode
4. Laporan Aliran Arus Kas
Laporan aliran arus kas disini menggmabarkan sumber
penggunaan kas dalam satu periode.

5. Laporan Harga Pokok Produksi


Laporan harga pokok produksi disini menggambarkan berapa
dan unsur apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi
suatu barang. Dalam hal tertentu harga pokok produksi (HPPd) ini
disatukan dalam laporan harga pokok penjualan (HPP)
HPP = PPd + Persediaan awal persediaan akhir.
6. Laporan Laba Ditahan
Laporan laba ditahan ditahan menjelaskan posisi laba ditahan
yang tidak dibagikan kepada pemilik saham
7. Laporan Perubahan Modal

6
Laporan perubahan modal ini menjelaskan perubahan posisi
modal baik saham dalam PT atau modal dalam perusahaan
perseroan.
8. Dalam Suatu Kajian Dikenal Laporan Kegiatan Keuangan
Laporan ini menggambarkan transaksi laporan keuangan
perusahaan yang mempengaruhi kas. Laporan ini jarang
digunakan. Laporan ini merupakan rekomendasi Trueblood
Committee tahun 1974.
2.2. Analisis Rasio
Analisis rasio merupakan salah satu alat penting yang
digunakan dalam menganalisis laporan keuangan. Untuk melakukan
analisis rasio ini, dihitung rasio keuangan dengan menggunakan
laporan keuangan perusahaan.
Menurut Drs. Djarwanto Ps (2001:123), Yang dimaksud dengan
ratio dalam analisa laporan keuangan adalah suatu angka yang
menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya
dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan
keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang
sederhana.
a. Return On Assets (ROA)
Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam mengelola aktivanya sehingga
menghasilkan pendapatan. ROA mengukur efektivitas dalam
menghasilkan laba melalui aktiva perusahaan.
Menurut Boynton, et al. (2003:36): Pengembalian atas aktiva
adalah suatu pengukuran profitabilitas dalam hubungannya dengan
struktur aktiva perusahaan. Semakin tinggi angka yang diperoleh
maka semakin tinggi tingkat pengembalian terhadap aktiva yang
telah dihasilkan oleh perusahaan.

7
Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf 49 (IAI:2004) adalah sumber daya yang dikuasai
oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan.
Laba Bersih
Rumus : ROA = Aktiva x 100%

b. Return On Equity (ROE)


Return On Equity (ROE) membandingkan laba bersih setelah
pajak dengan ekuitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk
menghasilkan laba berdasarkan ekuitas pemegang saham. Return
On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk
memperoleh net income.
Menurut Brigham dan Daves (2004:240), Rasio keuangan yang
paling penting adalah rasio yang membandingkan laba bersih
dengan ekuitas pemegang saham, yang disebut dengan tingkat
pengembalian atas ekuitas. Pemegang saham berinvestasi untuk
mendapatkan keuntungan atas dana yang diinvestasikannya, dan
rasio tingkat pengembalian atas ekuitas atau return on equity (ROE)
mengindikasikan seberapa baik perusahaan dapat memberikan
keuntungan bagi para pemegang saham secara akuntansi.
Semakin tinggi ROE menggambarkan semakin baik manajemen
perusahaan karena dari modal yang dikelola dapat menghasilkan
pendapatan yang optimal.
Laba B ersih
Rumus : ROA = Ekuitas x 100%

c. Net Profit Margin (NPM)

8
Persentase laba atas kegiatan usaha yang murni dari kegiatan
perusahaan yang bersangkutan ditunjukkan oleh rasio Net Profit
Margin (NPM) yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan bersih. Rasio ini
menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari bisnis
(setelah dikurangi dengan segala biaya-biaya). Net Profit Margin
mengukur efektivitas perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan.
Laba Bersih
Rumus : ROA = Penjualan x 100%

d. Earning Per Share (EPS)


Dalam lingkaran keuangan, alat ukur yang paling sering
digunakan adalah Earning Per Share (EPS). Angka yang ditunjukkan
dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai performance
perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas (go
public) karena investor maupun calon investor berpandangan
bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan
prediksi mengenai besarnya dividen per saham di kemudian hari
dan tingkat harga saham di kemudian hari, serta EPS juga relevan
untuk menilai efektivitas manajemen. Earning Per Share (EPS)
merupakan ukuran yang digunakan untuk menunjukkan jumlah
uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa.
Menurut Nachrowi (2006:71), dalam berinvestasi di bursa,
investor akan memperlihatkan berbagai aspek, salah satunya
adalah penghasilan per lembar saham (earning per share atau
EPS). EPS merupakan salah satu indikator yang dapat
menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan
ditentukan oleh laba perusahaan.

9
Laba Bersih Setelah Pajak
Rumus : ROA = Jumlah Lembar Saham x 100%

2. 3. Saham
Salah satu efek yang paling popular diperdagangkan di pasar
modal adalah saham. Menurut Basir dan Fakhruddin (2005:11),
yang dimaksud dengan saham (stock) adalah surat berharga yang
menunjukkan kepemilikan seorang investor di dalam suatu
perusahaan. Artinya, jika seseorang membeli saham suatu 8
perusahaan, berarti dia telah menyertakan modal ke dalam
perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli. Dalam
kegiatan perdagangan di bursa efek, saham yang diperjualbelikan di
pasar modal ini berbeda jenis tingkatannya, perbedaan ini tersusun
berdasarkan nilai jaminan yang diberikan oleh saham tersebut.
Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu
negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus,
fungsi ekonomi dan fungsi perusahaan, berarti dia telah
menyertakan modal ke dalam perusahaan tersebut sebanyak
jumlah saham yang dibeli. Dalam kegiatan perdagangan di bursa
efek, saham yang diperjualbelikan di pasar modal ini berbeda jenis
tingkatannya, perbedaan ini tersusun berdasarkan nilai jaminan
yang diberikan oleh saham tersebut.
Ada beberapa tipe dari saham, termasuk saham biasa
(common stock), saham preferen (preferred stock), saham harta
(treasury stock), dan saham kelas ganda (dual class stock). Saham
preferen biasanya memiliki prioritas lebih tinggi dibanding saham
biasa dalam pembagian dividen dan aset, dan kadangkala memiliki
hak pilih yang lebih tinggi seperti kemampuan untuk memveto
penggabungan atau pengambilalihan atau hak untuk menolak

10
ketika saham baru dikeluarkan (yaitu, pemgang saham preferen
dapat membeli saham yang dikeluarkan sebanyak yang dia mau
sebelum saham itu ditawarkan kepada orang lain). Saham yang
biasa dijual di bursa efek adalah saham biasa dan saham preferen
tidak diperjualbelikan di bursa efek. Struktur kelas ganda memiliki
beberapa kelas saham (contohnya, Kelas A, Kelas B, Kelas C)
masing-masing dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri-
sendiri. Saham harta adalah saham yang telah dibeli balik dari
masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham
dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor
internalnya antara lain adalah:
1) laba perusahaan,
2) pertumbuhan aktiva tahunan,
3) likuiditas,
4) nilai kekayaan total,
5) penjualan.
Sementara itu, faktor eksternalnya adalah:
1) kebijakan pemerintah dan dampaknya,
2) pergerakan suku bunga,
3) fluktuasi nilai tukar mata uang,
4) rumor dan sentimen pasar,
5) penggabungan usaha (Business Combination).
2.3.1. Jenis-Jenis Harga Saham
Dalam prakteknya, terdapat beberapa harga saham yang
diperdagangkan dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat
yang diperoleh bagi pemegang saham yaitu nilai nominal (nilai
pari), nilai dasar dan nilai pasar. (Rusdin, 2006:74)
1. Nilai Nominal (Nilai Pari)
Nilai pari merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat
saham yang bersangkutan, di Indonesia saham yang diterbitkan
harus memiliki nilai nominal dan untuk satu jenis saham yang sama
pada suatu perusahaan harus memiliki satu jenis nilai nominal.

11
2. Nilai Dasar
Pada prinsipnya, harga dasar saham ditentukan dari harga
perdana saat saham tersebut diterbitkan. Harga dasar ini akan
berubah sejalan dengan dilakukannya berbagai tindakan emiten
yang berhubungan dengan saham seperti right issue, stock split,
waran, dan lain-lain.
3. Nilai Pasar
Nilai pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang
sedang berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar
saham tersebut adalah harga penutupannya.
Menurut Darmadji (2006:189) penilaian terhadap surat
berharga dapat dikelompokkan menjadi analisis fundamental dan
analisis teknikal.
1) Analisis Fundamental, merupakan salah satu cara
melakukan penelitian saham dengan mempelajari atau
mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro
ekonomi dan kondisi industri perusahaan, termasuk
berbagai indikator keuangan dan manajemen
perusahaan seperti pendapatan, laba, pertumbuhan
penjualan, return on equity, profit margin untuk menilai
kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan
perusahaan di masa mendatang.
2) Analisis Teknikal, salah satu metode yang digunakan
untuk menilai saham dimana dalam metode ini para
analis menggunakan data-data statistik yang dihasilkan
dari aktivitas perdagangan perdagangan saham seperti
harga saham dan volume transaksi.
2.4. Teori Struktur Modal (Capital Structure Theory)
Struktur modal merupakan perimbangan antara hutang
jangka panjang dengan modal sendiri. Teori ini mengemukakan
bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa

12
datang tidak dipengaruhi oleh besarnya struktur 8 modal (dengan
asumsi tidak ada pajak). Manajer keuangan tidak perlu memikirkan
perencanaan besarnya struktur modal karena tidak berpengaruh
terhadap kemampuan perusahaan memperoleh laba. Kemampuan
memperoleh laba ini nantinya akan mempengaruhi besarnya
dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Jika
kemampuan laba tinggi maka harga saham akan naik. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya laba tidak
relevan mempengaruhi tinggi rendahnya harga saham.
2.5. Signalling Theory
Signalling Theory menekankan kepada pentingnya informasi
yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi
pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi
investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya
menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk
keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan
datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana
pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat
waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat
analisis untuk mengambil keputusan investasi.

BAB III
PEMBAHASAN

Berikut ini adalah data keadaan keuangan PT Indofarma


(Persero) Tbk pada tahun 2012,2013 dan 2014 dapat disajikan pada
Tabel di bawah ini.

13
Dari ringkasan laporan keuangan PT Indofarma (Persero) Tbk
pada Tabel di atas dapat diketahui jumlah aset, liabilitas dan ekuitas
PT Indofarma (Persero) Tbk mengalami fluktuasi. Sedangkan untuk
jumlah laba/rugi PT Indofarma (Persero) Tbk, pada tahun 2013
menderita kerugian dan pada tahun 2014 mendapat laba walaupun
jumlah laba lebih kecil dibandingkan tahun 2012. Alasan penulis
tertarik untuk melakukan penelitian pada PT Indofarma (Persero)
Tbk yang pertama berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor:
KEP-100/MBU/2002 BUMN non jasa keuangan terdiri dari BUMN
yang bergerak dibidang infrastruktur dan non infrastruktur, BUMN
infrastruktur terdiri dari 18 perusahaan dan BUMN non infrastruktur
terdiri dari 97 perusahaan. Dari jumlah perusahaan tersebut baik
infrastruktur maupun non infrastruktur tidak semua perusahaan
mencantumkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia. Alasan
berikutnya yaitu, dari jumlah perusahaan yang mencantumkan
laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia terdapat laporan
keuangan perusahaan dari PT Indofarma (Persero) Tbk yang
mengalami fluktuasi pada jumlah asset, liabilitas dan ekuitas serta
pada tahun 2013 menderita kerugian dan pada tahun 2014
mendapat laba walaupun jumlah laba lebih kecil dibandingkan
tahun 2012. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah
dikemukakan, penulis mengangkat judul penelitian Analisis Rasio

14
Keuangan Untuk Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT Indofarma
(Persero) Tbk (Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-
100/MBU/2002). Sehubungan dengan latar belakang diatas,
rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana tingkat
kesehatan keuangan pada PT Indofarma (Persero) Tbk tahun 2012,
2013, dan 2014 berdasarkan rasio keuangan menurut Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002?
3.1. Kerangka Konsep

3.2. Konsepsional
Penilaian kinerja merupakan suatu proses untuk menyediakan
informasi tentang sejauhmana suatu kegiatan tertentu tercapai,
bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar
tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya

15
dan bagaimana tindak lanjut atas perbedaan tersebut. Rasio
keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari
satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
menggambarkan kepada penganalisis tentang baik buruknya
keadaan posisi keuangan suatu badan usaha terutama apabila
angka rasio tersebut dapat dibandingkan dengan angka rasio
pembanding yang digunakan sebagai standar.
3.3. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dengan
menggunakan metode penilaian tingkat kesehatan BUMN Non Jasa
Keuangan menurut keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Nomor: KEP-100/MBU/2002. Dalam penilaian aspek keuangan ini,
indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya menurut
keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-
100/MBU/2002, berikut dapat dilihat pada Tabel .

1. Return On Equity (ROE)


Laba Setelah Pajak
ROE = Modal Sendiri x 100 %

2. Return On Investment (ROI)


EBIT + Pe nyusutan
ROI = Capital Employed x 100 %

16
3. Cash Ratio
Kas+ Bank + Surat Berharga Jangka Pendek
Cash Ratio = Current Liabilities x 100 %

4. Current Ratio
Current Asset
Current Ratio = Current Liabilities x 100%

5. Collection Periods (CP)


Total PiutangUsaha
CP = Total PendapatanUsaha x 365%

6. Perputaran Persediaan (PP)


Total Persediaan
PP = Total Pendspatan Usaha x 365%

7. Total Aset Turn Over (TATO)


Total Pendapatan
TATO = Capital Employed x 100 %

8. Ratio Total Modal Sendiri Terhadap Terhadap Total Aset ( TMS


terdapat TA)
Total Modal Sendiri
TMT terhadap TA = Total Aset x 100 %

Tingkat kesehatan BUMN digolongkan menjadi :


1. Sehat, yang terdiri dari : AAA apabila total (TS) lebih besar dari
95, AA apabila 80 < TS <= 95, A apabila 65 < TS <= 80.
2. Kurang sehat, yang terdiri dari : BBB apabila 50 < TS <= 65, BB
apabila 40 < TS <= 50, B apabila 30 < TS <= 40.
3. Tidak sehat, yang terdiri dari : CCC apabila 20 < TS <= 30, CC
apabila 10 < TS <= 20, C apabila TS <= 10.
3.4. Hasil Analisis
1. Return On Equity

17
2. Return On Investment

3. Cash Ratio

4. Current Ratio

18
5. Collection Periods

6. Perputaran Persediaan

7. Total Asset Turn Over

19
8. Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset (TMS terhadap TA)

9. Penilaian Tingkat Kesehatan PT Indofarma (Persero) Tbk dari


Aspek Keuangan.

Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan pada PT


Indofarma (Persero) Tbk dari tahun 2012 sampai dengan 2014,
untuk menilai tingkat kesehatan keuangan maka menurut Sutrisno
(2007:34) bobot dari hasil penilaian aspek keuangan dibuat
ekuivalennya agar dapat diperoleh asil akhir kategori kesehatan
BUMN. Bobot dari hasil penilaian aspek keuangan akan dikalikan
dengan 70%. Hasil total skor PT Indofarma (Persero) Tbk dari tahun

20
2012 sampai dengan 2014 setelah dikalikan dengan ekuivalennya
kemudian dinilai dengan kategori tingkat kesehatan disajikan pada
Tabel di bawah ini.

3.5. Rasio Profitabilitas


Return On Equity (ROE) tahun 2012 sebesar 6,52%, tahun
2013 sebesar - 9,18% dan tahun 2014 sebesar 0,20%. Penurunan
nilai ROE pada tahun 2013 dikarenakan PT Indofarma menderita
kerugian disebabkan adanya perubahan jumlah beban pokok
penjualan yang meningkat tidak diimbangi dengan penjualan bersih
yang menurun. Selain itu, penyebab PT Indofarma menderita
kerugian yaitu melemahnya nilai tukar rupiah menyebabkan harga
bahan baku meningkat dan mengakibatkan pengeluaran yang lebih
besar. Menurut data Bank Indonesia pada 30 Desember 2013,
sepanjang tahun 2013 rupiah menjadi mata uang di Asia yang
mengalami pelemahan terburuk jika dibandingkan dengan mata
uang lain yaitu sebesar 26,42%. Adapun nilai ROE dari tahun 2012-
2014 yang mempengaruhi total skor yang diperoleh PT Indofarma
(Persero) Tbk karena tidak mencapai bobot nilai maksimal yaitu
sebesar 20 menunjukkan bahwa kinerja perusahaan masih kurang
baik dalam tingkat pengembalian saham kepada para investornya.

21
Return On Investment (ROI) tahun 2012 sebesar 13,37%, tahun
2013 sebesar 3,50% dan tahun 2014 sebesar 10,16%. Penurunan
ROI pada tahun 2013, karena kerugian yang diderita PT Indofarma
pada tahun tersebut serta adanya kenaikan total aset secara
signifikan yang menyebabkan kenaikan pada capital employed lebih
tinggi daripada jumlah EBIT dan akumulasi penyusutan perusahaan
yang menurun. ROI PT Indofarma (Persero) Tbk pada tahun 2014
sebesar 10,16% yang menunjukkan bahwa setiap Rp100 aktiva
yang digunakan dalam kegiatan operasi, perusahaan hanya mampu
menghasilkan keuntungan Rp10,16. Dengan pencapaian ROI yang
diperoleh PT Indofarma (Persero) Tbk ditahun 2012-2014 yang tidak
mencapai bobot nilai maksimal yaitu sebesar 15, menunjukkan
bahwa manajemen perusahaan belum efisien dan produktif dalam
mengelola aktiva yang dimiliki untuk dapat menghasilkan laba bagi
perusahaan.
3.6. Rasio Likuiditas
Cash Ratio/ Rasio Kas tahun 2012 sebesar 166,62%, tahun
2013 sebesar 91,28% dan tahun 2014 sebesar 94,32%.
Menurunnya rasio kas pada tahun 2013 dan 82014 dibandingkan
dengan tahun 2012 disebabkan oleh kompenen aktiva lancar yang
terdiri dari kas, bank dan surat berharga jangka pendek mengalami
penurunan yang tidak sebanding dengan kenaikan kewajiban
lancarnya. Selama periode tahun 2012-2014, perusahaan memiliki
banyak kas atau setara kas untuk melunasi kewajiban lancar atau
utang lancar perusahaan. Pada tahun 2012-2014 PT Indofarma telah
mencapai bobot nilai maksimal yaitu sebesar 5. Manajemen
perusahaan harus mencari cara agar jumlah kas atau setara kas
yang dimiliki perusahaan tidak terlalu kecil untuk berjaga-jaga
apabila ada kewajiban atau utang yang harus segera dibayar oleh

22
perusahaan. Current Ratio/ Rasio Lancar tahun 2012 sebesar
210,25%, tahun 2013 sebesar 126,52% dan tahun 2014 sebesar
130,36%. Perolehan rasio lancar PT Indofarma (Persero) Tbk pada
tahun 2013 lebih kecil dibandingkan tahun 2012 dan 2014
dikarenakan kenaikan aktiva lancar sebanding dengan kenaikan
kewajiban lancarnya. Skor nilai rasio lancar periode 2012-2014
adalah 5 dan telah mencapai bobot nilai maksimal. Skor nilai rasio
lancar perusahaan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
mampu untuk membiayai utang jangka pendek atau utang
lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar.
3.7. Rasio Aktivitas
Collection Periods/ perputaran piutang tahun 2012 dan tahun
2013 sebanyak 78 hari serta tahun 2014 sebanyak 55 hari. Rasio
collection periods pada PT Indofarma (Persero) Tbk pada periode
2012-2014 menunjukkanpenurunan pada tahun 2014. Penurunan
collection periods disebabkan total piutang usaha mengalami
penurunan, sedangkan total pendapatan usaha mengalami
kenaikan. Semakin besar collection periods berarti semakin besar
pula resiko tidak tertagihnya piutang usaha tersebut. Skor nilai
peputaran piutang yang meningkat selama periode 2012-2014
menunjukkan bahwa manajemen perusahaan terus berusaha untuk
meningkatkan kinerja keuangannya. Perputaran persediaan tahun
2012 sebanyak 51 hari, tahun 2013 sebanyak 65 hari dan tahun
2014 sebanyak 57 hari. Skor nilai perputaran persedian tahun 2012
sebesar 5, tahun 2013 sebesar 4,5 dan tahun 2014 sebesar 5. Skor
nilai perputaran persediaan pada PT Indofarma (Persero) Tbk pada
tahun 2012 dan 2014 mendapatkan bobot nilai maksimal yaitu
sebesar 5, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan
bobot nilai disebabkan penigkatan persediaan yang tidak sebanding

23
dengan peningkatan pendapatan usaha. Tingkat perputaran yang
semakin tinggi atau lama hari penyimpanan persediaan yang
semakin rendah menunjukkan semakin efisiennya kegiatan operasi
perusahaan karena modal kerja yang tertanam dalam persediaan
semakin sedikit. Total Asset Turn Over (TATO) tahun 2012 sebesar
97,46%, tahun 2013 sebesar 103,78% dan tahun 2014 sebesar
111,39%. Rasio perputaran total aset/total asset turn over (TATO) PT
Indofarma (Persero) Tbk periode 2012-2014 mengalami kenaikan
setiap tahunnya menunjukkan bahwa manajemen perusahan sudah
efektif dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan.
Rasio dan skor nilai TATO pada PT Indofarma (Persero) Tbk periode
2012-2014 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya walaupun
belum mendapatkan bobot nilai maksimal yaitu sebesar 5.
3.8. Rasio Solvabilitas
Rasio total modal sendiri terhadap total aset tahun 2012
sebesar 54,69%, tahun 2013 sebesar 45,64% dan tahun 2014
sebesar 47,42%. Rasio total modal sendiri terhadap total aset PT
Indofarma (Persero) Tbk cenderung terus mengalami penurunan
tiap tahunnya. Dengan semakin menurunnya rasio ini, menunjukkan
bahwa perusahaan lebih mengandalkan utang untuk membiayai
operasionalnya. Struktur modal yang didominasi utang tidaklah
selalu buruk bagi perusahaan, terkadang penggunaan utang lebih
dipilih karena beban bunga dapat dikurangkan dari pendapatan
dalam perhitungan perpajakan. Rasio dan skor nilai TATO pada PT
Indofarma (Persero) Tbk periode 2012-2014 terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya walaupun belum mendapatkan bobot
nilai maksimal yaitu sebesar 10.

24
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Hasil penilaian tingkat kesehatan keuangan PT Indofarma
(Persero) Tbk memperoleh predikat sehat dengan kategori A tahun
2012 serta predikat kurang sehat dengan kategori BBB tahun 2013
dan 2014. PT Indofarma (Persero) Tbk diharapkan mampu
meningkatkan tingkat kesehatan keuangannya agar dapat
memperoleh predikat sehat dengan kategori AAA dengan
meningkatkan kinerja keuangannya.
Hasil perhitungan rasio Return On Equity (ROE), Return On
Investment (ROI), Rasio Kas (Cash Ratio), Rasio Lancar (Current
Ratio), Perputaran Persediaan dan Rasio Total Modal Sendiri
terhadap Total Aset mengalami fluktuasi sedangkan Collection
Periods dan Total Asset Turn Over (TATO) selama tahun 2012 sampai
dengan 2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hasil
penilaian tingkat kesehatan keuangan PT Indofarma (Persero) Tbk
selama tahun 2012 sampai dengan 2014 berdasarkan Surat
Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002 memperoleh
predikat Sehat dengan kategori A pada tahun 2012 serta
memperoleh predikat Kurang Sehat dengan kategori BBB pada
tahun 2013 dan 2014. PT Indofarma (Persero) Tbk diharapkan

25
mampu meningkatkan rasio-rasio keuangannya untuk mencapai
bobot nilai maksimal berdasarkan surat keputusan Menteri BUMN
No: KEP-100/MBU/2002. Adapun rasio keuangan yang perlu
ditingkatkan antara lain Return On Equity (ROE), Return On
Investment (ROI), Total Asset Turn Over (TATO) dan Rasio Total
Modal Sendiri terhadap Total Aset.
4.2. SARAN
PT Indofarma (Persero) Tbk diharapkan mampu meningkatkan
tingkat kesehatan keuangannya agar dapat memperoleh predikat
sehat dengan kategori AAA dengan meningkatkan kinerja
keuangannya karena sebagai perusahaan BUMN mempunyai tugas
untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. Penelitian ini hanya
sebatas aspek keuangan untuk menilai tingkat kesehatan
perusahaan BUMN karena terbatasnya data yang diperoleh
sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menggunakan subjek, periode, variabel dan lebih banyak objek agar
dapat menambah wawasan dalam penelitian terkait tingkat
kesehatan BUMN serta diharapkan dapat memperoleh hasil yang
lebih baik dari penelitian-penelitian sebelumnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Basir, Saleh dan Fakhruddin M, Henry. 2005. Strategi untuk


Meningkatkan Nilai Saham Melalui Tindakkan Korporasi.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Brigham, Eugine F & Philip R. Daves. 2004. Intermediate Financial
Management. Eighth Edition. South Western Thomson. United
State of America.
Boynton, William C., Johnson, Raymond N., and Kell, Walter G. 2001.
Modern Auditing. 7th Edition. John Willey & Sons Inc. New York.
Darsono dan Ashari, 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan
Keuangan, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Djarwanto Ps, 2001. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Edisi
Pertama. Cetakan Kedelapan. BPFE. Yogyakarta.
Fachruddin, 2012. Analisis Kinerja Keuangan Pada PT PLN
(PERSERO) Pusat Periode 2006-2010, Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin, Makassar
Harapan, Sofyan. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan Edisi
Pertama. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri, 2011. Analisis kritis Atas laporan keuangan,
Edisi Pertama,Cetakan ke Empat, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan,
Salemba Empat, Jakarta.
Inanda, Silvani, 2007. Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat
Penilai Kinerja Keuangan Pada PT Pertamina EP. Area Rantau-
Aceh Tamiang,
Keown J. Arthur, Martin D. John, 2004. Manajemen Keuangan :
Prinsip-prinsip dan Aplikasi, PT Indeks Kelompok Gramedia,
Jakarta.

27
Mamduh, Hanafi dan Abdul Halim, 2003. Analisis Laporan
Keuangan, YKPN, Yogyakarta.
Mulyadi, 2001. Akuntansi manajemen, Edisi 3, Salemba Empat,
Jakarta.
Munawir, 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Penerbit
Liberty, Yogyakarta.
Nachrowi D Nachrowi. 2006. Ekonometika, untuk Analisis Ekonomi
dan Kebijakan Moneter, Cetakan Pertama. Jakarta: Lembaga
Penerbit FE UI.
Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty, 2005. Analisis Laporan Keuangan,
Penerbit UPP AMP-YKPN, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang, 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan,
Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Rusdin. 2006. Pasar Modal. Alfabeta. Bandung
Sawir, Agnes, 2001. Analisisi Kinerja Keuangan dan Perencanaan
Keuangan Perusahaan, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Siegel dan Shim. 1999. Kamus Istilah Akuntansi : alih bahasa oleh
Moh.Kurdi. Jakarta: Gramedia.
Soemarso, 2004. Akuntansi Suatu Pengantar , Salemba Empat,
Jakarta.
Sutrisno, 2007. Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi.
Ekonesia, Yogyakarta.
Sugiyarso dan Winarni. 2006. Manajemen Keuangan Cetakan
Kedua . Yogyakarta: Media Pressindo
Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Tiga, Jilid
satu, Bayu Media Publishing, Malang.
Wild, John J., K. R. Subramanyam, dan Robert F. Hasley. 2004. The
McGraw-Hill Companies Inc., diterjemahkan oleh Yanivi S.
Bachtiar dan S. Nurwahyu Harapan. 2005. Analisis Laporan
Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Financial Statement
Analysis.

28

Você também pode gostar