Você está na página 1de 9

ANALISA POLITIK DI BALIK KUNJUNGAN RAJA

SALMAN KE ASIA
Oleh: Rafika Husnia Munfaati

Menurut sumber yang dilansir Liputan6, Raja Salman memulai kunjungan


pertamanya ke Asia dengan menginjakkan kaki di Malaysia. Ia tiba pada 26
Februari 2017 dan berada di sana selama empat hari. Setelah itu pada 1
Maret, Raja Salman akan terbang menuju Indonesia bersama 1.500 delegasi
termasuk 10 menteri dan 25 pangeran. Jumlah tersebut lebih dari dua kali
lipat perwakilan Saudi yang ia bawa ke Kuala Lumpur yang jumlahnya 600
orang.

---

Rabu siang (1/3) pukul 12.30, Raja Salman yang tiba di Bandara Halim
Perdanakusuma disambut langsung oleh Presiden Joko Widodo bersama
protokoler negara dan dijadwalkan menuju Istana Bogor. Rombongan yang
semula dikonfirmasi berjumlah 1.500 orang, bertambah menjadi 1.700 orang
delegasi dengan 14 menteri dan 25 pangeran. Sore harinya, Raja Salman
meninggalkan Istana Bogor menuju Jakarta. Pada Kamis, 2 Maret 2017, Raja
Salman melakukan kunjungan ke gedung DPR RI yang dipimpin oleh Ketua
DPR RI Setya Novanto dan dilanjutkan pertemuan dengan sejumlah tokoh
ormas islam di Istana Merdeka. Usai pertemuan, Wakil Ketua GNPF MUI KH
Muhammad Zaitun Rasmin menyampaikan komentarnya mengenai
sinergitas Islam moderat yang ada di kedua negara. Beliau berpendapat
bahwa Islam yang ada di Indonesia maupun di Arab Saudi sama-sama Islam
moderat dan tidak ada pertentangan. "Mainstream di Saudi Islam Moderat
juga. Jadi, ketemu kita disini." imbuhnya.

Pada Jumat siang keesokan harinya, Raja Salman menghadiri pertemuan


dengan 28 tokoh lintas agama yang merupakan inisiatif presiden RI sendiri
selepas jamuan teh di Hotel Raffles, Setiabudi, Jakarta Selatan. Dalam
pertemuan selama sekitar 45 menit tersebut, Presiden Joko Widodo
memperkenalkan perwakilan tokoh-tokoh agama itu sebagai wujud
kemajemukan di Indonesia. Presiden menyebut kerukunan para tokoh agama
sebagai pilar kesatuan dan persatuan karena memberikan teladan
pengembangan toleransi dan harmoni.

Menanggapi hal itu, Yenni Wahid mengatakan, Raja Arab Saudi Salman bin
Abdulaziz Al-Saud berharap pertemuan tokoh lintas agama bisa terus

1
dilanjutkan. Sehingga bisa memupuk tali persaudaraan dan menghilangkan
syakwasangka persaudaraan umat.

Para pemuka agama mengatakan bahwa beliau merepresentasikan Islam


yang damai dan berdialog, kata Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo
dalam pesan pendeknya. Kehadiran Raja Salman, dalam situasi sekarang di
Indonesia, khususnya Jakarta, bermakna simbolis yang mengandung pesan
mendalam untuk membangun perdamaian, dialog, dan harmoni yang
merupakan syarat untuk stabilitas, khususnya politik dan ekonomi.

Dalam kesempatan itu, Azyumardi Azra mengusulkan dibangun kerja sama


antara Pusat Dialog Antaragama di Vienna, Austria, dan pusat dialog serupa
di Indonesia. Arahnya untuk memajukan Islam yang moderat.

Malam harinya, Raja Salman menerima kunjungan kehormatan Wakil


Presiden Jusuf Kalla di hotel tempatnya menginap. Kalla mengatakan, Raja
Salman terkejut saat diberi tahu bahwa dirinyaselaku Ketua Dewan Masjid
Indonesiamemimpin 800.000 masjid di Indonesia.

Raja berharap masjid di Indonesia yang begitu banyak didirikan dapat


memberikan kesejahteraan dan memperkuat Islam di Indonesia
yang rahmatan lil alamin itu, kata Kalla.
Di tempat terpisah, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti dan
Rais Syuriah PB Nahdlatul Ulama Masdar Farid Masudi menyatakan,
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai organisasi massa Islam
terbesar di Indonesia mendukung ajakan Raja Salman untuk memerangi
terorisme. Indonesia sebagai negara berdasarkan Pancasila dengan pemeluk
Islam terbesar di dunia mendapatkan momen untuk menunjukkan pemeluk
Islam yang ramah.
Setelah semua rangkaian itu, Raja Salman akan bertolak ke Bali selama lima
hari, mulai tanggal 4 hingga 9 Maret. Raja Salman telah memesan empat
hotel mewah di kawasan International Tourism Development Center (ITDC)
Nusa Dua. Kepala Association of the Indonesia Tours and Travel
Agencies (Ikatan Agen Tur dan Perjalanan Indonesia), I Ketut Ardana,
menjelaskan, dari informasi yang diterimanya Raja Salman telah memesan
Hotel The St Regis Resort, The L Resort and Spa, Hilton Bali Resort, dan The
Ritz Carlton. Namun sebelumnya, Raja Salman akan berkunjung ke Brunei
Darussalam dahulu selama setengah hari pada Sabtu, 4 Maret.

Usai berkunjung ke Indonesia, dilansir dari The Asia One, Raja Salman akan
melanjutkan perjalanan ke Jepang dari 12-14 Maret dan berikutnya ke Cina.
Raja Salman diperkirakan menghabiskan dua minggu terakhir bulan Maret
untuk berlibur di Maladewa (Maldives). Koran lokal, Mihaaru, melaporkan

2
tiga resort telah disediakan untuk mereka bermalam disana. Lalu terakhir ke
Yordania untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi Liga Arab kemudian
kembali ke Saudi.

Lantas yang paling menarik untuk disoroti berikutnya adalah apa sebenarnya
misi dari tur Raja Salman ke Asia itu. Sebab kunjungan ke Indonesia sendiri
dianggap banyak pihak sebagai kunjungan yang historis. Pasalnya, ini adalah
kunjungan Raja Saudi sejak 46 tahun lalu. Apalagi dalam kunjungan ini, Raja
Salman ditemani rombongan sebanyak itu.

Visi 2013 dan Krisis Ekonomi Arab

Visi 2030 diumumkan pada 25 April 2016 oleh Deputi Putra Mahkota
Pangeran Mohammad bin Salman al-Saud. Sasaran-sasaran dari Visi 2030,
antara lain mengubah Saudi Public Investment Fund menjadi sovereign
fund dengan nilai aset US$ 2,5 trililun atau yang terbesar di dunia.

Lembaga investasi ini akan menguasai 10% lebih kapasitas investasi global.
Saudi juga mencanangkan pendapatan non-minyak naik enam kali lipat dari
sekitar US$ 43,5 miliar per tahun menjadi US$ 267 miliar dan meningkatkan
ekspor non-minyak dari 16% PDB menjadi 50% PDB. Saudi juga berambisi
masuk kelompok 15 negara dengan perekonomian terbesar di dunia,
dibandingkan saat ini yang berada di posisi 20. Dalam hal sumber energi,
Saudi akan membangun pusat energi surya di bagian utara negara. Industri
di Saudi, menurut Visi 2030 akan didasarkan pada kekuatan energi surya,
bukan pada sumber energi lain yang kurang di negara tersebut, seperti air.

Lalu, Saudi akan melepas kurang dari 5% saham raksasa minyak negara,
Aramco, dan perolehan dananya akan digunakan untuk mendanai sovereign
wealth fund. Saudi juga berencana meningkatkan jumlah kunjungan jemaah
haji dan umrah dari delapan juta menjadi 80 juta pada 2030 dengan
pembangunan infrastruktur, seperti bandara Jeddah dan Taif. Infrastruktur di
Mekah serta area-area investasi di seputar Masjidil Haram juga akan
ditingkatkan.

Arab Saudi yang berpenduduk 33 juta jiwa memiliki PDB sebesar US$ 2,145
triliun atau ke-13 terbesar di dunia dengan PDB per kapita US$ 65.000 atau
ke-10 terbesar di dunia. Angkatan kerjanya berdasarkan data 2009 mencapai
7,63 juta orang. Namun, sekitar 80 persen tenaga kerja di sektor jasa berasal
dari luar negeri.

Berdasarkan Visi 2030, Arab Saudi berupaya meningkatkan partisipasi


perempuan di pasar tenaga kerja dari 22 persen menjadi 30 persen dan

3
mengurangi tingkat pengangguran dari 11,6 persen menjadi 7 persen. Saudi
juga berencana meningkatkan kontribusi sektor swasta terhadap PDB dari
3,8 persen menjadi 5,7 persen.

Sejak pertengahan 2014, Saudi menghadapi krisis neraca yang besar


disebabkan anjloknya harga minyak dan naiknya batas belanja militer.
Besarnya krisis neraca itu sampai memaksa Saudi berutang dengan
mengeluarkan obligasi untuk menutupi defisit keuangannya yang terus
meningkat. Saudi telah mengeluarkan lebih dari 62 miliar dolar
cadangannya dalam bentuk mata uang asing pada tahun 2015. Saudi
berutang 4 miliar dolar dari bank lokal pada Juli 2015. Saudi mengeluarkan
obligasi pertama tahun 2007. IMF mengestimasi, defisit di neraca anggaran
Saudi mencapai 20% dari PDB pada tahun 2015. Defisit akan terus terjadi
sampai tahun 2020. Bagi negara yang biasa mengalami surplus keuangan,
perubahan ini akan menjadi penderitaan. Estimasi dari Capital Economics
menunjukkan bahwa pemasukan pemerintah akan menurun 82 miliar dolar
pada tahun 2015, setara 8% dari PDB. Faktor utama dari adanya tekanan ini
adalah anjloknya harga minyak dari 107 dolar per barel pada bulan Juni 2014
menjadi 44 dolar per barel pada Agustus 2015. Total penurunan itu
sebanding dengan setengah dari produk ekonomi negara dan 80% dari
pemasukan pemerintah dari industri minyak.

Penurunan harga minyak bukan satu-satunya sebab memburuknya


perekonomian Saudi. Dana mulai mengalir keluar dari Saudi setelah musim
semi arab (arab spring) seiring dengan aliran pokok modal, mencapai 8%
dari PDB pertahun sampai sebelum anjloknya harga minyak. Sejak saat itu,
hangusnya cadangan mata uang asing Saudi terjadi makin cepat. Hal itu
mencapai puncaknya pada Agustus 2014 dimana total belanja mencapai 737
miliar dolar dan cadangan menurun menjadi 672 miliar dolar pada Mei 2015,
artinya menurun minimal 12 miliar dolar dalam sebulan.

Semua itu masih ditambah dengan besarnya dana yang disedot untuk
proyek-proyek politik-militer di luar negeri, seperti intervensi militer di Yaman
dan intervensi di Suriah. Juga belanja militer yang tidak ada tanda akan
menurun. Semua faktor secara gabungan menjadi tekanan besar bagi neraca
keuangan Saudi dan tekanan besar bagi dana cadangan mata uang asing
Saudi.

Meski demikian tetap saja banyak belanja Saudi yang tidak prioritas dan
cenderung berlebihan. Misalnya, biaya membeli keamanan dalam negeri dan
harga loyalitas yang mencapai 32 miliar dolar. Juga liburan mewah ke Prancis
yang diikuti oleh 1.000 orang rombongan, tentu biayanya sangat besar.
Bagaimana dengan liburan sepekan ke Bali kali ini dengan rombongan 1500

4
orang? Dan liburan ke Maladewa selama dua pecan? Berdasarkan tingkat
belanja seperti itu, cadangan Saudi mungkin saja akan menurun menjadi 200
miliar dolar pada akhir tahun 2018.

Arab Saudi adalah negara pengekspor minyak tertinggi di dunia dan


perekonomiannya adalah yang terbesar di regional Arab. Selama ini
pemasukan Saudi banyak bergantung dari minyak. Bahkan pernah tercatat
90 persen dari pendapatan Saudi dihasilkan dari sektor minyak.

Harga minyak yang turun dari US$ 90/barel di tahun 2010 menjadi US$ 40-
US$ 50/barel akhir-akhir ini berpengaruh besar pada Arab Saudi. Menurut
Rusli Abdulah, pengamat ekonomi dari INDEF (Institute of Development and
Economics and Finance), ekonomi Saudi sebenarnya saat ini dalam keadaan
buruk. Defisitnya terhadap GDP Arab Saudi itu sekitar -11,7% di tahun 2016.
Itu neraca anggarannya. Tetapi kalau dibandingkan di tahun 2010, defisitnya
tidak sampai dua digit, tetapi hanya satu digit.

Pemasukan dari minyak yang menurun drastis sejak 2011 lalu itu membuat
sumbangan sektor industri yang didominasi minyak menurun drastis. Peran
industri yang sebagian besarnya industri minyak itu sekira 58,8% di tahun
2010, lalu turun menjadi 45,9% di tahun 2015 dan turun lagi menjadi di
bawah 45% pada tahun 2016.

Akibat dari terpangkasnya pemasukan dari minyak itu, angka pertumbuhan


Saudi juga ikut terpangkas. Pada tahun 2011, ekonomi Saudi tumbuh
sebesar 9,96%, kemudian mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi
3,49% dan pada 2016 kembali turun menjadi 1%.

Geo-Politik Strategis Arab di Asia

Dikutip dari berbagai sumber, Kerajaan Arab Saudi memiliki Rencana


Nasional Transformasi (NTP) yang digagas Mohammed bin Salman, wakil
putra mahkota kerajaan yang muda dan ambisius. Dia menetapkan hampir
350 target untuk badan-badan pemerintah Saudi yang akan membutuhkan
investasi asing (foreign direct investment) yang kuat. Dengan ini meskipun
harga minyak mentah mulai membaik setelah anjlok sejak 2015, Arab mulai
berkomitmen akan mengurangi ketergantungannya pada pendapatan dari
minyak dalam jangka panjang. Dalam proyek ini, Arab membutuhkan mitra
dan investor dari Kawasan Asia Pasifik.

Di Malaysia, Raja Salman menandatangani kesepakatan kerja sama strategis


antara Aramco dan Petronas. Selain itu, Raja Salman juga menawarkan
rencana penjualan perdana (IPO) saham Saudi Aramco. Raja Salman

5
berharap mendapat calon pembeli potensial untuk membeli saham Aramco
saat IPO pada 2018 mendatang.

Di Indonesia, Pertamina dan Saudi Aramco bersepakat melanjutkan tahapan


Proyek Refining Development Masterplan Program (RDMP) Cilacap melalui
penetapan kontrak engineering and project management services kepada
Amec Foster Wheeler Energy Limited, sebuah konsultan bisnis asal Inggris.
Keikutsertaan Saudi Aramco, perusahaan minyak milik pemerintah Arab
Saudi, dalam industri kilang Indonesia adalah bagian dari upaya Pertamina
untuk menjadi perusahaan energi dan petrokimia terintegrasi terbesar di
dunia.

Pemerintah Indonesia juga telah menandatangani 11 nota kesepahaman


dengan Pemerintah Arab Saudi. Berikut nota kesepahaman (MoU) kedua
negara:

1. Deklarasi pemerintah Kerajaan Arab Saudi perihal peningkatan


pimpinan sidang komisi bersama. Menteri Kabinet Kerja yang
menandatangani MoU ini adalah Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

2. Pendanaan Arab Saudi terhadap pembiayaan proyek pembangunan


antara Saudi Fund for Development dan Pemerintah Indonesia. Menteri
Keuangan RI dan Wakil Direktur Saudi Fund adalah dua orang yang
menandatangani MoU ini.

3. Nota kesepahaman kerja sama kebudayaan antara Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia serta Kementerian
Kebudayaan dan Informasi Kerajaan Arab Saudi.

4. Program kerja sama antara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia dan Otoritas Usaha Kecil dan Menengah
Kerajaan Arab Saudi mengenai pengembangan usaha kecil dan
menengah.

5. Nota kesepahaman antara Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia dan Kementerian Kesehatan Kerajaan Arab Saudi di bidang
kerja sama kesehatan.

6. Nota kesepahaman antara otoritas aero nautica Pemerintah


Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi.

6
7. Program kerja sama Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia dengan Kementerian Pendidikan Kerajaan Arab
Saudi dalam bidang kerja sama saintek dan pendidikan tinggi.

8. Nota kesepahaman antara Kementerian Agama Republik Indonesia dan


Kementerian Urusan Islam Dakwah dan Bimbingan Kerajaan Arab
Saudi di bidang urusan Islam.

9. Nota kesepahaman antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah


Kerajaan Arab Saudi di bidang kerja sama kelautan dan perikanan.

10. Program kerja sama perdagangan antara Kementerian


Perdagangan Republik Indonesia serta Kementerian Perdagangan dan
Investasi Kerajaan Arab Saudi.

11. Perjanjian kerja sama dalam pemberantasan kejahatan antara


Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri
Kerajaan Arab Saudi.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, Presiden Jokowi telah


menginstruksikan menteri-menteri yang menandatangani nota kesepahaman
dengan Arab Saudi untuk segera menindaklanjutinya.

Sri Mulyani mengungkapkan, nilai komitmen investasi yang diberikan Saudi


Fund for Development sebesar 1 miliar dollar AS, atau Rp 13,3 triliun (nilai
tukar Rp 13.300 per dollar AS). Rinciannya, 750 juta dollar AS untuk
pembiayaan program pembangunan. Namun ia belum bisa memastikan
apakah dana itu akan mengucur ke proyek infrastruktur atau program
lainnya. Sisanya, 250 juta dollar untuk mendanai kegiatan atau mendukung
ekspor non migas Arab Saudi ke Indonesia.

Aljazeera menyatakan jika kunjungan Raja Salman harus dilihat sebagai


puncak dari gerakan yang diberlakukan wakil putra mahkota tersebut pada
akhir 2016, ketika NTP diumumkan dan diikuti dengan kunjungan khusus ke
Jepang dan China.
Di Jepang dan China, wakil putra mahkota - yang juga menteri pertahanan -
menerima jaminan dari Perdana Menteri Shinzo Abe dan Presiden Xi Jinping
yang akan mempromosikan investasi penting ke Arab. Tokyo dan Beijing
merupakan jejaring importir energi besar Arab Saudi sebagai fundamental
dalam kepentingan nasional mereka. China melampaui Amerika Serikat
sebagai importir terbesar minyak mentah di dunia pada Oktober 2016.
Adapun rencana ambisi yang utama dalam NTP Arab Saudi, adalah
penawaran umum perdana saham perusahaan minyak raksasa milik negara,

7
Saudi Aramco. Dikutip dari Forbes, perusahaan bakal melepas hingga 5
persen sahamnya yang diprediksi senilai 100 miliar dolar (Rp 1.335 triliun).
Mencari investasi dari ekonomi kelas berat Asia seperti China dan Jepang
dalam upaya ini membutuhkan perhatian raja. Sehingga wajar jadwal
kunjungan Raja Salman dilakukan ke dua negara dengan ekonomi terbesar
di kawasan Asia Pasifik ini. Dengan China, Arab Saudi berharap negara itu
bisa menjadi penyeimbang geopolitik yang semakin signifikan ke AS.
Apalagi, pasca dilantiknya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat
yang dinilai akan mempengaruhi kebijakan politik luar negeri. Sebagai
informasi, Arab Saudi pada Agustus 2016 meneken 15 perjanjian awal
dengan China - mulai dari pembangunan rumah di Arab Saudi sampai
proyek air dan penyimpanan minyak. Sementara dengan Jepang, dua
negara juga sepakat untuk menginvestasikan hingga 45 miliar dolar AS
untuk pengembangan teknologi baru dengan SoftBank Group.

Sikap Politis Umat Memandang Kunjungan Raja Salman

Setelah mengkaji secara mendalam, kunjungan Raja Salman sebagai


representatif penguasa tertinggi KSA ke kawasan Asia setidaknya dapat
dipandang sebagai berikut:

1. Upaya mengapresiasi negeri-negeri muslim atas keberhasilannya


mewujudkan moderatisasi islam di Asia. Sebaliknya Indonesia
sekaligus mengampanyekan gambaran model islam moderat/islam
nusantara yang menghargai keberagaman dan menjungjung tinggi
tolerasi baik secara budaya maupun agama.

2. Upaya penyelamatan ekonomi Arab dengan melakukan berbagai


investasi di kawasan potensial Asia. Sikap ini bahkan menunjukkan
kepada kita betapa egoisnya mereka di tengah panasnya gejolak
revolusi kaum muslimin di timur tengah bangkit satu per satu.

3. KSA tidak lebih dari sekedar penjaga kepentingan musuh-musuh islam


atas negeri-negeri kaum muslimin. Mereka mencontohkan keberhasilan
proyek barat menanamkan ideologi kapitalisme-sekulernya dalam
jajaran dunia islam.

Wallahu alam bish showab.


---

Referensi:

8
Website Hizbut Tahrir Indonesia & umum

Você também pode gostar