Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SALMAN KE ASIA
Oleh: Rafika Husnia Munfaati
---
Rabu siang (1/3) pukul 12.30, Raja Salman yang tiba di Bandara Halim
Perdanakusuma disambut langsung oleh Presiden Joko Widodo bersama
protokoler negara dan dijadwalkan menuju Istana Bogor. Rombongan yang
semula dikonfirmasi berjumlah 1.500 orang, bertambah menjadi 1.700 orang
delegasi dengan 14 menteri dan 25 pangeran. Sore harinya, Raja Salman
meninggalkan Istana Bogor menuju Jakarta. Pada Kamis, 2 Maret 2017, Raja
Salman melakukan kunjungan ke gedung DPR RI yang dipimpin oleh Ketua
DPR RI Setya Novanto dan dilanjutkan pertemuan dengan sejumlah tokoh
ormas islam di Istana Merdeka. Usai pertemuan, Wakil Ketua GNPF MUI KH
Muhammad Zaitun Rasmin menyampaikan komentarnya mengenai
sinergitas Islam moderat yang ada di kedua negara. Beliau berpendapat
bahwa Islam yang ada di Indonesia maupun di Arab Saudi sama-sama Islam
moderat dan tidak ada pertentangan. "Mainstream di Saudi Islam Moderat
juga. Jadi, ketemu kita disini." imbuhnya.
Menanggapi hal itu, Yenni Wahid mengatakan, Raja Arab Saudi Salman bin
Abdulaziz Al-Saud berharap pertemuan tokoh lintas agama bisa terus
1
dilanjutkan. Sehingga bisa memupuk tali persaudaraan dan menghilangkan
syakwasangka persaudaraan umat.
Usai berkunjung ke Indonesia, dilansir dari The Asia One, Raja Salman akan
melanjutkan perjalanan ke Jepang dari 12-14 Maret dan berikutnya ke Cina.
Raja Salman diperkirakan menghabiskan dua minggu terakhir bulan Maret
untuk berlibur di Maladewa (Maldives). Koran lokal, Mihaaru, melaporkan
2
tiga resort telah disediakan untuk mereka bermalam disana. Lalu terakhir ke
Yordania untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi Liga Arab kemudian
kembali ke Saudi.
Lantas yang paling menarik untuk disoroti berikutnya adalah apa sebenarnya
misi dari tur Raja Salman ke Asia itu. Sebab kunjungan ke Indonesia sendiri
dianggap banyak pihak sebagai kunjungan yang historis. Pasalnya, ini adalah
kunjungan Raja Saudi sejak 46 tahun lalu. Apalagi dalam kunjungan ini, Raja
Salman ditemani rombongan sebanyak itu.
Visi 2030 diumumkan pada 25 April 2016 oleh Deputi Putra Mahkota
Pangeran Mohammad bin Salman al-Saud. Sasaran-sasaran dari Visi 2030,
antara lain mengubah Saudi Public Investment Fund menjadi sovereign
fund dengan nilai aset US$ 2,5 trililun atau yang terbesar di dunia.
Lembaga investasi ini akan menguasai 10% lebih kapasitas investasi global.
Saudi juga mencanangkan pendapatan non-minyak naik enam kali lipat dari
sekitar US$ 43,5 miliar per tahun menjadi US$ 267 miliar dan meningkatkan
ekspor non-minyak dari 16% PDB menjadi 50% PDB. Saudi juga berambisi
masuk kelompok 15 negara dengan perekonomian terbesar di dunia,
dibandingkan saat ini yang berada di posisi 20. Dalam hal sumber energi,
Saudi akan membangun pusat energi surya di bagian utara negara. Industri
di Saudi, menurut Visi 2030 akan didasarkan pada kekuatan energi surya,
bukan pada sumber energi lain yang kurang di negara tersebut, seperti air.
Lalu, Saudi akan melepas kurang dari 5% saham raksasa minyak negara,
Aramco, dan perolehan dananya akan digunakan untuk mendanai sovereign
wealth fund. Saudi juga berencana meningkatkan jumlah kunjungan jemaah
haji dan umrah dari delapan juta menjadi 80 juta pada 2030 dengan
pembangunan infrastruktur, seperti bandara Jeddah dan Taif. Infrastruktur di
Mekah serta area-area investasi di seputar Masjidil Haram juga akan
ditingkatkan.
Arab Saudi yang berpenduduk 33 juta jiwa memiliki PDB sebesar US$ 2,145
triliun atau ke-13 terbesar di dunia dengan PDB per kapita US$ 65.000 atau
ke-10 terbesar di dunia. Angkatan kerjanya berdasarkan data 2009 mencapai
7,63 juta orang. Namun, sekitar 80 persen tenaga kerja di sektor jasa berasal
dari luar negeri.
3
mengurangi tingkat pengangguran dari 11,6 persen menjadi 7 persen. Saudi
juga berencana meningkatkan kontribusi sektor swasta terhadap PDB dari
3,8 persen menjadi 5,7 persen.
Semua itu masih ditambah dengan besarnya dana yang disedot untuk
proyek-proyek politik-militer di luar negeri, seperti intervensi militer di Yaman
dan intervensi di Suriah. Juga belanja militer yang tidak ada tanda akan
menurun. Semua faktor secara gabungan menjadi tekanan besar bagi neraca
keuangan Saudi dan tekanan besar bagi dana cadangan mata uang asing
Saudi.
Meski demikian tetap saja banyak belanja Saudi yang tidak prioritas dan
cenderung berlebihan. Misalnya, biaya membeli keamanan dalam negeri dan
harga loyalitas yang mencapai 32 miliar dolar. Juga liburan mewah ke Prancis
yang diikuti oleh 1.000 orang rombongan, tentu biayanya sangat besar.
Bagaimana dengan liburan sepekan ke Bali kali ini dengan rombongan 1500
4
orang? Dan liburan ke Maladewa selama dua pecan? Berdasarkan tingkat
belanja seperti itu, cadangan Saudi mungkin saja akan menurun menjadi 200
miliar dolar pada akhir tahun 2018.
Harga minyak yang turun dari US$ 90/barel di tahun 2010 menjadi US$ 40-
US$ 50/barel akhir-akhir ini berpengaruh besar pada Arab Saudi. Menurut
Rusli Abdulah, pengamat ekonomi dari INDEF (Institute of Development and
Economics and Finance), ekonomi Saudi sebenarnya saat ini dalam keadaan
buruk. Defisitnya terhadap GDP Arab Saudi itu sekitar -11,7% di tahun 2016.
Itu neraca anggarannya. Tetapi kalau dibandingkan di tahun 2010, defisitnya
tidak sampai dua digit, tetapi hanya satu digit.
Pemasukan dari minyak yang menurun drastis sejak 2011 lalu itu membuat
sumbangan sektor industri yang didominasi minyak menurun drastis. Peran
industri yang sebagian besarnya industri minyak itu sekira 58,8% di tahun
2010, lalu turun menjadi 45,9% di tahun 2015 dan turun lagi menjadi di
bawah 45% pada tahun 2016.
5
berharap mendapat calon pembeli potensial untuk membeli saham Aramco
saat IPO pada 2018 mendatang.
4. Program kerja sama antara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia dan Otoritas Usaha Kecil dan Menengah
Kerajaan Arab Saudi mengenai pengembangan usaha kecil dan
menengah.
6
7. Program kerja sama Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia dengan Kementerian Pendidikan Kerajaan Arab
Saudi dalam bidang kerja sama saintek dan pendidikan tinggi.
7
Saudi Aramco. Dikutip dari Forbes, perusahaan bakal melepas hingga 5
persen sahamnya yang diprediksi senilai 100 miliar dolar (Rp 1.335 triliun).
Mencari investasi dari ekonomi kelas berat Asia seperti China dan Jepang
dalam upaya ini membutuhkan perhatian raja. Sehingga wajar jadwal
kunjungan Raja Salman dilakukan ke dua negara dengan ekonomi terbesar
di kawasan Asia Pasifik ini. Dengan China, Arab Saudi berharap negara itu
bisa menjadi penyeimbang geopolitik yang semakin signifikan ke AS.
Apalagi, pasca dilantiknya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat
yang dinilai akan mempengaruhi kebijakan politik luar negeri. Sebagai
informasi, Arab Saudi pada Agustus 2016 meneken 15 perjanjian awal
dengan China - mulai dari pembangunan rumah di Arab Saudi sampai
proyek air dan penyimpanan minyak. Sementara dengan Jepang, dua
negara juga sepakat untuk menginvestasikan hingga 45 miliar dolar AS
untuk pengembangan teknologi baru dengan SoftBank Group.
Referensi:
8
Website Hizbut Tahrir Indonesia & umum