Você está na página 1de 20

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Bayi Tabung dalam Perspektif Islam


Dosen: Argitya Righo, S. Kep., Ners

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
Dian Susanti I1031151002
Agung Nur Rasyid I1031151010
Selvy Rahmayuni I1031151011
Novara Qusnul Luvfianti I1031151013
Nurul Hafiza I1031151018
Monika Ratnasari I1031151022
Nurmanila I1031151027
Lili Asrika Sari I1031151034
Widya Astuti Wibowo I1031151039
Fira Nuruliza I1031151042
Iin Arbain I1031151043
Yuni Agustia I1031151046
Uray Nurul Syifa I1031151048

PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya, saya sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul Bayi Tabung dalam Perspektif Islam, untuk memenuhi
tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Selain itu juga, makalah ini diharapkan mampu menjadi sumber pembelajaran bagi
kita semua untuk mengerti lebih jauh tentang pandangan agama terhadap kemajuan
teknologi inseminasi buatan dan bayi tabung
Makalah ini dibuat dengan meninjau beberapa sumber dan menghimpunnya
menjadi kesatuan yang sistematis. Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak
yang menjadi sumber referensi bagi saya. Terimakasih juga kepada dosen
pembimbing dan semua pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Saya sebagai
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Pontianak, 1 Maret 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
2.1 Definisi............................................................................................................3
2.2 Jenis-Jenis Bayi Tabung..................................................................................4
2.3 Proses Bayi Tabung.........................................................................................5
2.4 Macam-macam Proses Bayi Tabung...............................................................7
2.5 Manfaat Dan Akibat Bayi Tabung..................................................................9
BAB III........................................................................................................................10
BAYI TABUNG DALAM PERSPEKTIF ISLAM.....................................................10
3.1 Al quran........................................................................................................10
3.2 Hadits............................................................................................................11
3.3 Fatwa Majelis MUI.......................................................................................14
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................15
4.1 Kesimpulan...................................................................................................15
4.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana diketahui, bahwa anak bagi orang tua ketika ia masih hidup dapat
dijadikan sebagai penenang, dan sewaktu ia pulang ke rahmatullah anak sebagai
pelanjut dan lambang keabadian. Oleh karena itu, bagi yang tidak memiliki anak akan
berupaya untuk mendapatkan anak.
Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan
menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia Allah
SWT. Demikian halnya diantara panca maslahat yang diayomi oleh maqashid asy-
syariah (tujuan filosofis syariah Islam) adalah hifdz an-nasl (memelihara fungsi dan
kesucian reproduksi) bagi kelangsungan dan kesinambungan generasi umat manusia.
Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi (QS.Al-Insyirah:5-6) termasuk
kesulitan reproduksi manusia dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran dan
ilmu biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia agar mereka
bersyukur dengan menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya.
Dengan semakin berkembang dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi, teknologi modern menemukan bahwa untuk mendapatkan anak tidak perlu
melalui adopsi anak yang sebenarnya tidak memiliki hubungan nasab dengan orang
yang mengadopsinya, tetapi dengan mengikuti program inseminasi maupun bayi
tabung, seseorang dapat memiliki anak, bahkan dilahirkan dari kandungan perempuan
itu sendiri. Permasalahan inilah yang kemudian dikaji dalam makalah ini.
Teknologi bayi tabung dan inseminasi buatan merupakan hasil terapan sains
modern yang pada prinsipnya bersifat netral sebagai bentuk kemajuan ilmu
kedokteran dan biologi. Sehingga meskipun memiliki daya guna tinggi, namun juga
sangat rentan terhadap penyalahgunaan dan kesalahan etika bila dilakukan oleh orang
yang tidak beragama, beriman dan beretika sehingga sangat potensial berdampak
negatif dan fatal. Oleh karena itu kaedah dan ketentuan syariah merupakan pemandu

1
etika dalam penggunaan teknologi ini sebab penggunaan dan penerapan teknologi
belum tentu sesuai menurut agama, etika dan hukum yang berlaku di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Apa defenisi dari bayi tabung ?
Apa jenis-jenis bayi tabung ?
Bagaimana Proses bayi tabung bisa terjadi ?
Apa jenis-jenis proses bayi tabung ?
Apa maanfaat dan dampak bayi tabung ?
Bagaimana islam memandang bayi tabung ?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui defenisi dari bayi tabung ?
Untuk mengetahui jenis-jenis bayi tabung ?
Untuk mengetahui proses bayi tabung bisa terjadi ?
Untuk mengetahui jenis-jenis proses bayi tabung ?
Untuk mengetahui manfaat dan dampak bayi tabung ?
Untuk mengetahui bagaimana islam memandang bayi tabung ?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Bayi Tabung merupakan terjemahan dari artificial


insemination. Artificial artinya buatan atau tiruan, sedangkan insemination
berasal dari kata latin. Inseminatus artinya pemasukan atau penyampaian.
Artificial insemination adalah penghamilan atau pembuahan buatan. Dalam
kamus seperti dalam kitab al-fatawa karangan Mahmud Syaltut. Bayi yang di
dapatkan melalui proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim sehingga
terjadi embrio dengan bantuan ilmu kedokteran. Dikatakan sebagai
kehamilan, bayi tabung karena benih laki-laki yang disebut dari zakar laki-laki
disimpan dalam suatu tabung.
Untuk menjalani proses pembuahan yang dilakukan di luar
rahim, perlu disediakan ovom (sel telur dan sperma). Jika saat ovulasi
(bebasnya sel telur dari kandung telur) terdapat sel-sel yang masak maka sel
telur itu di hisab dengan sejenis jarum suntik melalui sayatan pada perut,
kemudian di taruh dalam suatu tabung kimia, lalu di simpan di laboratorium
yang di beri suhu seperti panas badan seorang wanita. Kedua sel kelamin
tersebut bercampur (zygote) dalam tabung sehingga terjadinya fertilasi.
Zygote berkembang menjadi morulla lalu dinidasikan ke dalam rahim seorang
wanita. Akhirnya wanita itu akan hamil.
Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti
bayi yang terbentuk di dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode
untuk membantu pasangan subur yang mengalami kesulitan di bidang
pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara teknis, dokter
mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang disebut
laparoscop ( temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris ). Sel telur itu
kemudian diletakkan dalam suatu mangkuk kecil dari kaca dan dipertemukan

3
dengan sperma dari suami wanita tadi. Setelah terjadi pembuahan di dalam
mangkuk kaca itu tersebut, kemudian hasil pembuahan itu dimasukkan lagi ke
dalam rahim sang ibu untuk kemudian mengalami masa kehamilan dan
melahirkan anak seperti biasa.
Bayi tabung dalam istilah ilmiahnya adalah usaha manusia
untuk mengadakan pembuahan, dengan menyatukan atau mempertemukann
antara sel telur wanita (ovum) dengan spermatozoa pria dalam sebuah tabung
gelas. Proses pembuah seperti ini disebut dengan in vivo. Sedangkan proses
pembuahan secara alamiah disebut dengan in vitro.3
Masalah bayi tabung, jika bayi tabung, jika sperma dan ovum
yang dipertemukan itu berasal dari suami istri yang sah, maka hal itu
dibolehkan. Tetapi jika sperma dan ovum yang dipertemukan itu bukan
berasal dari suami istri yang sah, maka hal itu tidak dibenarkan, bahkan
dianggap sebagai perzinahan terselubung.
Dibolehkannya bayi tabung bagi suami istri yang sah,
disebabkan karena manfaatnya sangat besar dalam kehidupan rumah tangga.
bagi suami istri yang sangat merindukan seorang anak, namun tidak bisa
berproses secara alami, maka setelah diproses melalui bayi tabung, anak yang
dirindukan itu akan segera hadir di sisiny. disinilah letak maslahatnya,
sehingga kebolehannya didasarkan melalui mashlahat al mursalah.
Dapat disimpulkan bahwa bayi tabung adalah usaha atau upaya
manusia untuk melakukan proses pembuahan di luar tubuh atau di luar rahim
ibunya (dalam tabung) karena rahim mengalami kerusakan atau kelemahan
dengan bantuan ilmu kedokteran dengan menggunakan media sebuah tabung
gelas dan setelah terjadi pembuahan kemudian embrio ditransplantasikan ke
dalam rahim perempuan sampai saat bayi dilahirkan.


2.2 Jenis-Jenis Bayi Tabung
Bayi yang ditetapkan melalui proses pembuahan yang
dilakukan di luar rahim disebut bayi tabung, di mana ovum dan sperma lebih

4
dahulu dimasukkan dalam tabung, sehingga terjadi embrio tidak secara alami,
melainkan bantuan ilmu kedokteran, kemudian dimasukkan ke dalam rahim
perempuan. Setidaknya ada dua tehnik inseminasi buatan yang dikembangkan
di dunia kedokteran, yaitu:
a. Fertilization In Vitro (VIP), yaitu dengan cara men ambil sperma suami dan
ovum isteri lalu diproses divitro (tabung). Setelah terjadi pembuahan, ditransfer
ke rahim isteri.
b. Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT), yaitu dengan cara mengambil sperma
suami dan ovum isteri. Setelah bercampur dan terjadi pembuahan, maka segera
ditanam di saluran telur (Tuba Palopi). Tehnik kedua ini dianggap lebih alami
dari pada tehnik pertama karena sperma hanya bisa membuahi ovum di tuba
palopi setelah terjadi ejakulasi melalui hubungan seksual di mana ovum dan
sperma lebih dahulu dimasukan dalam suatu tabung.

Apabila ditinjau dari segi sperma, ovum dan tempat embrio
ditransplantasikan, maka bayi tabung dapat dibagi menjadi 8 jenis, yaitu:
1. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri,
kemudian embrionya ditran plantasikan ke dalam rahim istri.
2. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami istri, lalu
embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim ibu pengganti (surrogate mother).
3. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami dan ovumnya yang berasal
dari donor, lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri.
4. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor dan ovumnya yang berasal
dari istri, lalu embrionya ditranplantasikan ke dalam rahim istri.
5. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor dan ovumnya berasal dari
istri lalu embrionya di transplantasikan ke dalam rahim Surrogate Mother.
6. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami dan ovumnya berasal dari
donor, lalu embrionya di transplantasikan ke dalam rahim Surrogate Mother.
7. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari donor, lalu embrionya
ditransplantasikan ke dalam rahim istri.
8. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari donor, lalu embrionya
ditransplantasikan ke dalam rahim istri Surrogate Mother.

2.3 Proses Bayi Tabung

5
Bayi tabung merupakan pilihan terakhir bagi mereka yang ingin
mendapatkan keturunan namun sampai saat ini belum juga mendapatkan
kehamilan. Di bawah ini akan dijelaskan proses dalam pembuatan bayi tabung
:
a. Perjuangan Sperma Menembus Sel Telur
Langkah pertama dalam proses pembuatan bayi tabung ini diperlukan adanya
sperma. Untuk mendapatkan kehamilan, satu sel sperma harus bersaing dengan
sel sperma yang lain. Sel Sperma yang kemudian berhasil untuk menerobos sel
telur merupakan sel sperma dengan kualitas terbaik saat itu.
b. Perkembangan Sel telur
Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel telur. Sel telur
tersebut akan berjalan melewati saluran telur dan kemudian bertemu dengan sel
sperma pada kehamilan yang normal.
c. Injeksi
Dalam IVF, dokter akan mengumpulkan sel telur sebanyak-banyaknya.
Dokter kemudian memilih sel telur terbaik dengan melakukan seleksi. Pada
proses ini pasien disuntikkan hormon untuk menambah jumlah produksi sel telur.
Perangsangan berlangsung 5 6 minggu sampai sel telur dianggap cukup matang
dan siap dibuahi. Proses injeksi ini dapat mengakibatkan adanya efek samping.
d. Pelepasan Sel telur
Setelah hormon penambah jumlah produksi sel telur bekerja maka sel telur
siap untuk ikumpulkan. Dokter bedah menggunakan laparoskop untuk
memindahkan sel-sel telur tersebut untuk digunakan pada proses bayi tabung
(IVF) berikutnya.
e. Sperma beku
Sebelumnya suami akan menitipkan sperma kepada laboratorium dan
kemudian dibekukan untuk menanti saat ovulasi. Sperma yang dibekukan
disimpan dalam nitrogen cair yang dicairkan secara hati-hati oleh para tenaga
medis.
f. Menciptakan Embrio
Dalam menciptakan embrio ini, dokter akan menyatukan sperma dan ovum
yang telah dipilih sebelumnya. Pada sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat,
akan sangat mudah bagi dokter untuk menyatukan keduanya dalam sebuah piring

6
lab. Namun bila sperma tidak sehat sehingga tidak dapat berenang untuk
membuahi sel telur, maka akan dilakukan teknik ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm
Injection). Pada teknik ICSI ini dokter akan menyuntikkan satu sperma hidup ke
dalam sel telur.
g. Embrio Berumur 2 hari
Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan dihasilkan sel telur
yang telah dibuahi (disebut dengan nama embrio). Embrio ini kemudian akan
membelah seiring dengan waktu. Embrio ini memiliki 4 sel, yang diharapkan
mencapai stage perkembangan yang benar.
h. Pemindahan Embrio
Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer yang diinjeksikan
ke sistem reproduksi pasien (rahim ibu).
i. Implanted fetus
Setelah embrio memiliki 4 8 sel, embrio akan dipindahkan kedalam rahim
wanita dan kemudian menempel pada rahim. Selanjutnya embrio tumbuh dan
berkembang seperti layaknya kehamilan biasa sehingga kehadiran bakal janin
dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG seperti tampak pada gambar diatas.

2.4 Macam-macam Proses Bayi Tabung

a. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri.


Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami istri dari pembuahan
bakal anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa
persetubuhan. Keterarahan perkawinan kepada kelahiran baru sebagaimana
diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi. Dengan demikian teknik kedokteran
telah mengatur dan menguasai hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia
pria dan wanita. Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini,
maka bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan
ilmu kedokteran di bidang pro-kreasi manusia.
b. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak.
Ada kemungkinan bahwa benih dari suami istri tidak bisa dipindahkan ke
dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan alasan
lain. Dalam kasus ini, maka diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk

7
mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini
ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan semua pihak yang
terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang
sangat besar. Suami istri bisa memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat
dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya
belum ada ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa wanita
sewaan ingin mempertahankan bayi itu dan menolak uang pembayaran, maka
pastilah sulit dipecahkan.
c. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti
bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk
pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang mandul itu harus dicarikan
penggantinya melalui seorang donor.Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena
sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari orang lain. Pertama, apakah
pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain
sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau
wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi
dengan orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa
benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah lain lagi yang bisa muncul.
d. Munculnya Bank Sperma
Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank bank
sperma. Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank bank
tersebut. Bahkan orang bisa menjual belikan benih benih itu dengan harga
yang sangat mahal misalnya karena benih dari seorang pemenang Nobel di
bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank sperma adalah akibat
lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah menyimpannya dan
memperdagangkannya seolah olah benih manusia itu suatu benda ekonomis.
Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non komersial. Sementara itu
bank bank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang
menginginkan pembuahan artifisial bisa memilih sperma itu dari banyak
kemungkinan yang tersedia lengkap dengan data mutu intelektual dari

8
pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak diberitahukan
kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.


2.5 Manfaat Dan Akibat Bayi Tabung
Manfaat dari bayi tabung adalah bisa membantu pasangan
suami istri yang keduanya atau salah satu nya mandul atau ada hambatan
alami pada suami atau istri menghalangi bertemunya sel sperma dan sel
telur.Misalnya karena tuba falopii terlalu sempit atau ejakulasinya terlalu
lemah.Namun akibat(mafsadah) dari bayi tabung adalah:
Percampuran Nasab, padahal Islam sangat menjaga kesucian / kehormatan
kelamin dan kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa
yang halal dan haram dikawini) dan kewarisan.
Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi
percampuran sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.
Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik didalam
rumah tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan anak yang
sangat unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifat-sifat fisik dan
karakter/mental si anak dengan bapak ibunya.
Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya
terselubung dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek daripada anak
adopsi yang pada umumnya diketahui asal dan nasabnya.
Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada bayi
tabung lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada pasangan suami
istri yang punya benihnya,sesuai dengan kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan
anatara anak dengan ibunya secara alami.

9
BAB III
BAYI TABUNG DALAM PERSPEKTIF ISLAM

3.1 Al quran

Surah Al Israa ayat 70

Artinya : Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami


angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

[862] Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-


pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan.

Surah At Tiin ayat 4

Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang


sebaik-baiknya .

10

Surah An Nur ayat 30-31

Artinya : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah


mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian
itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang mereka perbuat".Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah
Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara

11
lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak
yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.

3.2 Hadits

Proses pembuahan dengan metode bayi tabung antara sel sperma


suami dengan sel telur isteri, sesungguhnya merupakan upaya medis untuk
memungkinkan sampainya sel sperma suami ke sel telur isteri. Sel sperma tersebut
kemudian akan membuahi sel telur bukan pada tempatnya yang alami. Sel telur yang
telah dibuahi ini kemudian diletakkan pada rahim isteri dengan suatu cara tertentu
sehingga kehamilan akan terjadi secara alamiah didalamnya.

Proses seperti ini merupakan upaya medis untuk mengatasi kesulitan


yang ada, dan hukumnya boleh (jaiz) menurut syara. Sebab upaya tersebut adalah
upaya untuk mewujudkan apa yang disunnahkan oleh Islam, yaitu kelahiran dan
berbanyak anak, yang merupakan salah satu tujuan dasar dari suatu pernikahan.

Diriwayatkan dari Anas ra bahwa Nabi SAW telah bersabda:


Menikahlah kalian dengan perempuan yang penyayang dan subur (peranak), sebab
sesungguhnya aku akan berbangga di hadapan para nabi dengan banyaknya jumlah
kalian pada Hari Kiamat nanti. (HR. Ahmad).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra bahwa Rasulullah saw telah


bersabda Menikahlah kalian dengan wanita-wanita yang subur (peranak) karena

12
sesungguhnya aku akan membanggakan (banyaknya) kalian pada Hari Kiamat
nanti.(HR. Ahmad)

Dengan demikian jika upaya pengobatan untuk mengusahakan


pembuahan dan kelahiran alami telah dilakukan dan ternyata tidak berhasil, maka
dimungkinkan untuk mengusahakan terjadinya pembuahan di luar tenpatnya yang
alami. Kemudian sel telur yang telah terbuahi oleh sel sperma suami dikembalikan ke
tempatnya yang alami di dalam rahim isteri agar terjadi kehamilan alami. Proses ini
dibolehkan oleh Islam, sebab berobat hukumnya sunnah (mandub) dan di samping itu
proses tersebut akan dapat mewujudkan apa yang disunnahkan oleh Islam, yaitu
terjadinya kelahiran dan berbanyak anak.

Dalam proses pembuahan buatan dalam cawan untuk menghasilkan


kelahiran tersebut, disyaratkan sel sperma harus milik suami dan sel telur harus milik
isteri. Dan sel telur isteri yang telah terbuahi oleh sel sperma suami dalam cawan,
harus diletakkan pada rahim isteri.

Hukumnya haram bila sel telur isteri yang telah terbuahi diletakkan
dalam rahim perempuan lain yang bukan isteri, atau apa yang disebut sebagai ibu
pengganti (surrogate mother). Begitu pula haram hukumnya bila proses dalam
pembuahan buatan tersebut terjadi antara sel sperma suami dengan sel telur bukan
isteri, meskipun sel telur yang telah dibuahi nantinya diletakkan dalam rahim isteri.
Demikian pula haram hukumnya bila proses pembuahan tersebut terjadi antara sel
sperma bukan suami dengan sel telur isteri, meskipun sel telur yang telah dibuahi
nantinya diletakkan dalam rahim isteri.

Ketiga bentuk proses di atas tidak dibenarkan oleh hukum Islam,


sebab akan menimbulkan pencampuradukan dan penghilangan nasab, yang telah
diharamkan oleh ajaran Islam. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa dia telah
mendengar Rasulullah SAW bersabda ketika turun ayat lian: Siapa saja
perempuan yang memasukkan kepada suatu kaum nasab (seseorang) yang bukan

13
dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat apa pun dari Allah dan Allah
tidak akan pernah memasukkannya ke dalam surga. Dan siapa saja laki-laki yang
mengingkari anaknya sendiri padahal dia melihat (kemiripan)nya, maka Allah akan
tertutup darinya dan Allah akan membeberkan perbuatannya itu di hadapan orang-
orang yang terdahulu dan kemudian (pada Hari Kiamat nanti). (HR. Ad Darimi)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, dia mengatakan bahwa Rasulullah


SAW telah bersabda:Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang
bukan ayahnya, atau (seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya,
maka dia akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.
(HR. Ibnu Majah).

"Tidak ada dosa setelah syirik yang iebih besar dari pada sperma
yang disemaikan oleh seorang lelaki ke dalam rahim wanita yang tidak halal
baginya". (HR. Ibnu Abi Al-Dunya dari Al-Haitsam bin Malik-al-Thai).

Tidak halal bagi seseorang beriman kepada Allah dan hari akhir,
menumpahkan airnya (spermanya) kepada tempat persemaian (rahim) wanita lain.
(HR. Abu Daud).

3.3 Fatwa Majelis MUI



HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

BAYI TABUNG/ INSEMINASI BUATAN
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia,
MEMUTUSKAN
Memfatwakan :

14
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah
hukumnya mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-
kaidah agama.
2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain
(misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram
beraasarkan kaidah Sadd az-zariah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah
yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak
yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung
kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zariah, sebab hal ini akan
menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab
maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.
4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangna suami isteri
yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin
antar lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah
Sadd az-zariah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina
sesungguhnya.

Jakarta, 13 Juni
1979

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bayi tabung adalah usaha atau upaya manusia untuk melakukan proses
pembuahan di luar tubuh atau di luar rahim ibunya (dalam tabung) karena rahim
mengalami kerusakan atau kelemahan dengan bantuan ilmu kedokteran dengan
menggunakan media sebuah tabung gelas dan setelah terjadi pembuahan kemudian
embrio ditransplantasikan ke dalam rahim perempuan sampai saat bayi dilahirkan.
Hukum bayi tabung pada hakikatnya haram bila dengan sperma donor dan boleh bila
dengan sperma suami sendiri karena merupakan upaya untuk mendapatkan keturunan
dengan memanfaatkan teknologi yang selalu berkembang dan menjunjung tinggi
etika dan kaidah-kaidah syariah.

4.2 Saran
Diharapkan setelah mempelajari materi ini kita lebih mengenal akan
hukum bayi tabung dan dapat dengan bijak ketika kita menangani kasus tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Guwandi. (2007). Hukum dan Dokter. Jakarta: Agung Seto.
Handayani, F. (2013). PROBLEMATIKA BAYI TABUNG MENURUT
HUKUM ISLAM. Hukum Islam , XIII (1), 109-119.
Yanggo, H. T., & dkk. (2004). Membendung Liberalisme. Jakarta: Republika.
Al Quran dan Hadits
Fatwa Ulama

17

Você também pode gostar