Você está na página 1de 8

ANGIOFIBROMA NASOFARING

DEFINISI

Angiofibroma nasofaring adalah suatu tumor jinak nasofaring yang secara histologik
jinak dan secara klinis bersifat ganas, karena mempunyai kemampuan mendestruksi tulang
dan meluas ke jaringan sekitarnya, seperti ke sinus paranasal, pipi, mata dan tengkorak,
serta sangat mudah berdarah yang sulit dihentikan.

ETIOLOGI

Etiologi tumor ini masih belum jelas, berbagai macam teori banyak diajukan:
1. Teori jaringan asal, yaitu pendapat bahwa tempat perlekatan spesifik angiofibroma
nasofaring adalah di dinding posterolateral atap rongga hidung.
2. . Faktor keseimbangan hormonal, adanya kekurangan androgen atau kelebihan
estrogen juga banyak dikemukakan sebagai penyebab. Angapan ini berdasarkan atas
adanya hubungan erat antara tumor dengan jenis kelamin dan umur. Benyak ditemukan
pada anak dan remaja laki-laki. Itulah sebabnya tumor ini disebut juga angiofibroma
nasofaring belia (Juvenile nasopharyngeal angiofibroma).

PATOLOGI

Tumor ini berwarna merah, sering menimbulkan epistaksis dan bila tidak diobati
tumor ini dapat meluas kedalam orbita dan rongga tengkorak

Tumor nasofaring pertama kali tumbuh dibawah mukosa secara perlahan-lahan dari
tahun ke tahun ditepi sebelah posterior dan lateral koana di atap nasofaring. Tumor ini akan
tumbuh besar dan meluas dibawah mukosa, sepanjang atap nasofaring, mencapai tepi
posterior septum dan meluas ke arah bawah membentuk tonjolan massa diatap rongga
hidung posterior. Perluasan kearah anterior akan mengisi rongga hidung, mendorong
septum kesisi kontralateral, tumor melebar kearah foramen sfenopalatina, masuk ke fissura
pterigomaksila dan akan mendesak dinding posterior sinus maksila. Bila meluas terus, akan
masuk ke fossa intratemporal yang akan menimbulkan benjolan dipipi, dan rasa penuh di
wajah. Apabila tumor ltelah mendorong salah satu atau kedua bola mata maka tampak
gejala yang khas pada wajah yang disebut muka kodok. Perluasan ke intrakranial dapat
terjadi melalui fossa infretemporal dan pterigomaksila masuk kefossa serbri media. Dari
sinus etmoidmasuk ke fossa serebri atau dari sinus sphenoid ke sinus kavernosus dan
fossa hipofse.

DIAGNOSIS

Tanda dan gejala sudah terjadi kira-kira 6 bulan saat ddidiagnosa, umumnya telah terjadi
perluasan di luar nasofaring.

Diagnosis angiofibroma nasofaring biadanya ditegakkan biasanya berdasarkan


gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang juga menunjang diagnosis.
Gejala klinis

Gejala klinis yang sering ditemukan adalah sumbatan hidung yang progressif dan
penderita akhirnya bernafas melalui mulut dan epistaksis berulang massif. Timbul rinora
konik dan dari hidung keluar ingus yang purulenta dan diikuti gangguan penciuman,
rinolalia, dan anosmia. Tuli atau otalgia, tinitus akibt okulasi pada tuba eustachius, dapat
terjadi otitis media. Sefalgia hebat terjadi bila tumor sedah meluas ke intrakranial, sakit
kepala yang timbul akibat dari tumor mengadakan ekspansi ke dasar tengkorak yang
mengakibatkan penekanan pada cabang nervus trigeminus kemudian muncul berbagai
macam paralysis dari syaraf yang terkena.
Pemeriksaan fisik

Dilakukan dengan bantuan alat, yaitu rinoskopi posterior ditemukan massa tumor yang
konsistensinya kenyal, warna abu-abu sampai merah muda, bagian tumor yang terlihat
biasanya diliputi oleh selaput lendir berwarna keunguan, sedangkan bagian yang keluar
nasofaring berwarna putih atau abu-abu, mukosanya mengalami hipervaskularisasi dan
tidak jarang ditemukannya adanya ulserasi.
Pemeriksaan penunjang
N Pemeriksan radiologik konvensional (foto kepala potongan anterior, posterior, lateral, posisi
waters) akan terlihat gambaran colman miller yaitu pendorongan prosesus pterigoideus ke
belakang, sehingga fisura pterigopalatna akan melebar, akan terlihat juga massa jaringan
lunak didaerah nasofaring yang dapat mengerosi dinding orbita, arkus zigoma dan tulang
disekitar nasofaring.
N Pada CT-scan dengan zat kontras akan tampak perluasan massa tumor serta destruksi
tulang ke jaringan sekitarnya.
N Pada pemeriksaan arteriografi, arteri karotis interna akan memperlihatkan vaskularisasi
tumor yang biasanya berasal dari cabang a. maksila interna homolateral.
N Pemeriksaan histopatologik jaringan tumor pasca bedah : tumor terdiri dari unsur pembuluh
darah dan jaringan ikat, pada pemeriksaan PA tidak dapat dilakukan sebelum pasca
pembedahan karena biopsi merupakan kontraindikasi sebab akan mengakibatkan
perdarahan massif.
N Selain itu harus pula diperhatikan faktor umur, jenis kelamin, keadaan tumor serta
eksistensinya.

Untuk menentukan perluasan tumor dibuat penderajatan sebagai berikut

STADIUM I Tumor di nasofaring

STADIUM II Tumor meluas ke rongga hidung dan / ke


sinus sphenoid

STADIUM III Tumor meluas ke salah satu / lebih dari sinus


maksila dan etmoid fosa pterigomaksila dan
infremoral, rongga mata dan pipi

STADIUM IV Tumor meluas ke rongga intrakranial

KOMPLIKASI
Anemia berat akibat epistaksis yang hebat dan berulang-ulang.
Bila tumor telah mengadakan ekstensi kedaerah sekitarnya, maka kemungkinan akan terdapat
kelainan-kelainan :
1. Exopthalmus atau ptosis yang terjadi akibat penekanan pada kavum orbita
2. Deformitas tulang pipi dan hidung akibat ekstensi ke sinus dan kavum nasi
3. Paresis dan paralisis akibat ekstensi ke intra kranial, biasanya gangguanpada syaraf
II, III, IV dan VI.
Akibat sumbatan pada ostium tuba eustachius dapat terjadi otitis media
Meluas ke rongga hidung dapat menyebabkan sumbatan ostium sinus sehingga timbul sinsitis
yang mngenai seluruh paranasal lainnya
Bila tumor meluas ke arah orofaring maka tumor akan menekan palatum molle dan dapat
menimbulkan disfagia dan lambat laun menyebabkan sumbatan jalan nafas.

PENATALAKSANAAN
1) Perawatan umum
a. Perbaikan keadaan umum, jika didapatkan anemia berat dapat diberikan transfusi
darah
b. Bila terjadi epistaksis usahakan pemasangan tampon anterior hidung, jika perlu
dilakukan pemasangan tampon posterior (tampon bellogue)
2) Perawatan khusus
Pengobatan angiofibroma terdiri dari :
a. Pembedahan
Pembedahan dianggap sebagai cara pengobatan terbaik dan operasi harus
dilakukan dirumah sakit. Kesukaran utama dalam pembedahan adalah perdarahan
hebat yang dapat mencapai 2000 3000 cc dalam waktu yang relatif singkat serta
tindakan untuk mengeksisi seluruh jaringan tumor dalam daerah relatif sempit.
Berbagai pendekatan operasi dapat dilakukan sesuai dengan lokasi tumor dan
perluasannya seperti transpalatal yaitu insisi pada palatum dan ancangan rinotomi
lateral yaitu melalui insisi pada bagian samping hidung luar, rinotomilateral, rinotomi
sublabial atau kombinasi dengan kraniotomi bila sudah meluas ke intrakranial.
Teknik degloving yaitu dengan menarik jaringan tengah muka dan hidung kearah
cranial setelah dibuat bebrapa insisi, sehingga didapati jalan masuk yang luas
kearah nasofaring. Bila massa tumor masih tersisa pada saat pembedahan, mudah
sekali timbul residif.
b. Radioterapi
Radiioterapi prabedah diberikan untuk tumor yang sudah meluas ke jaringan
intrekranial dan sekitarnya yang telah mendestruksi dasar tengkorak dan tidak
mungkin dilakukan reseksi. Adanya kecendrungan tumor berubah menjadi ganas
pasca radioterapi, merupakan komplikasi yang tidak diharapkan, dapat juga
diberikan terapi hormonal meskipun hasilnya tidak sebaik radioterapi.
c. Pengobatan hormonal
Pengobatan hormonal dengan dietilstilbestrol 5 mg perhari selama 6 minggu dapat
mengecilkan tumor dan mengurangi kecendrungan terjadinya perdarahan. Oleh
sebab itu pemberian hormon seaiknya diikuti dengan pembedahan. (1,2,3,4,5)

PROGNOSIS

Prognosis tumor ini jelek kalau tidak segera didiagnosis secara dini dan dilakukan
pengobatan dan penanganan yang tepat dan umumnya prognosisnya ditentukan oleh
beberapa faktor :
Keadaan umum penderita
Besarnya tumor dan ekspansinya terutama ke daerah intrakranial
Bila dengan cara operatif tumor dapat diangkat seluruhnya tanpa sisa, prognosisnya baik
DIAGNOSA KEPERAWATAN dan INTERVENSI KEPERAWATAN ANGIOFIBROMA
NASOFARING BELIA

Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf

1. Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol

2. Kriteria hasil : mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri.

3. Intervensi Keperawatan :

1. Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, frekuensi, durasi

2. Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung) dan aktivitas hiburan.

3. Dorong penggunaan ketrampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, visualisasi,


bimbingan imajinasi) musik, sentuhan terapeutik.

4. Evaluasi penghilangan nyeri atau kontrol

5. Kolaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi misalnya Morfin, metadon atau campuran
narkotik.

Gangguan sensori persepsi berubungan dengan gangguan status organ sekunder

1. Tujuan : mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsi

2. Kriteria hasil : mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan

3. Intervensi Keperawatan :

1. Tentukan ketajaman penglihatan, apakah satu atau dua mata terlibat.

2. Orientasikan pasien terhadap lingkungan

3. Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi

4. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur

5. Bicara dengan gerak mulut yang jelas

6. Bicara pada sisi telinga yang sehat

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah sekunder

1. Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

2. Kriteria hasil :
1. Melaporkan penurunan mual dan insidens muntah

2. Mengkonsumsi makanan dan cairan yang adekuat

3. Menunjukkan turgor kulit normal dan membran mukosa yang lembab

4. Melaporkan tidak adanya penurunan berat badan tambahan

3. Intervensi Keperawatan :

1. Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan
toleransi pasien

2. Berikan dorongan higiene oral yang sering

3. Berikan antiemetik, sedatif dan kortikosteroid yang diresepkan

4. Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama dan setelah pemberian obat, kaji
masukan dan haluaran.

5. Pantau masukan makanan tiap hari

6. Ukur TB, BB dan ketebalan kulit trisep (pengukuran antropometri)

7. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori, kaya nutrien dengan masukan cairan
adekuat.

8. Kontrol faktor lingkungan (bau dan panadangan yang tidak sedap dan kebisingan)

Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresi

1. Tujuan : tidak terjadi infeksi

2. Kriteria hasil :

1. Menunjukkan suhu normal dan tanda-tanda vital normal

2. Tidak menunjukkan tanda-tanda inflamasi : edema setempat, eritema, nyeri.

3. Menunjukkan bunyi nafas normal, melakukan nafas dalam untuk menegah disfungsi dan
infeksi respiratori

3. Intervensi Keperawatan :

1. Kaji pasienterhadap bukti adanya infeksi :

2. Periksa tanda vital, pantau jumlah SDP, tempat masuknya patogen, demam, menggigil,
perubahan respiratori atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa perih saat berkemih
3. Tingkatkan prosedur cuci tangan yang baik pada staf dan pengunjung, batasi pengunjung
yang mengalami infeksi.

4. Tekankan higiene personal

5. Pantau suhu

6. Kaji semua sistem (pernafasan, kulit, genitourinaria)

Resiko terhadap perdarahan berhubungan dengan gangguan sistem hematopoetik

1. Tujuan : perdarahan dapat teratasi

2. Kriteria hasil :

1. Tanda dan gejala perdarahan teridentifikasi

2. Tidak menunjukkan adanya epistaksis

3. Intervensi Keperawatan :

1. Kaji terhadap potensial perdarahan : pantau jumlah trombosit

2. Kaji terhadap perdarahan : epsitaksis

3. Instruksikan cara-cara meminimalkan perdarahan : minimalkan penekanan/ gesekan pada


hidung

2.10 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi
data tentang klien. (Potter, Patricia A. 2005. Hal 144)
1. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat kanker
payudara.
2. Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu.
3. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan makanan
yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan (daging dan ikan).
4. Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan lingkungan dan kebiasaan
hidup. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)

Pada pengkajian Angiofibroma Nasofaring Juvenilis ditemukan tanda dan gejalanya yaitu :
1. Aktivitas
Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
2. Sirkulasi
Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan darah,
epistaksis/perdarahan hidaung.
3. IntegritasEgo
Faktor stres, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak
berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah.
4. Eliminasi
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus,
distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahanpengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut rasa
kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor
kulit.
6. Neurosensori
Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus
7. Nyeri/kenyamanan
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di daerah leher karena
fibrosis jaringan
8. Pernapasan
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok)
9. Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama / berlebihan, demam, ruam
kulit.
10. Interaksisosial
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung

Você também pode gostar

  • Proses Keperawatan
    Proses Keperawatan
    Documento2 páginas
    Proses Keperawatan
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • Askep Anak
    Askep Anak
    Documento11 páginas
    Askep Anak
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • Askep Anak BP
    Askep Anak BP
    Documento16 páginas
    Askep Anak BP
    Anonymous wfejpreti
    Ainda não há avaliações
  • Invaginasi
    Invaginasi
    Documento21 páginas
    Invaginasi
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • Satuan Acara Penyuluhan Diet Nutrisi Pasca Operasi
    Satuan Acara Penyuluhan Diet Nutrisi Pasca Operasi
    Documento5 páginas
    Satuan Acara Penyuluhan Diet Nutrisi Pasca Operasi
    rifqiMS
    Ainda não há avaliações
  • LP Kolostomi
    LP Kolostomi
    Documento12 páginas
    LP Kolostomi
    for document
    Ainda não há avaliações
  • Milea (Suara Dari Dilan)
    Milea (Suara Dari Dilan)
    Documento37 páginas
    Milea (Suara Dari Dilan)
    Alya Islamiyati
    80% (15)
  • 1663 - Vitamin Dan Mineral
    1663 - Vitamin Dan Mineral
    Documento28 páginas
    1663 - Vitamin Dan Mineral
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • 1663 - Vitamin Dan Mineral
    1663 - Vitamin Dan Mineral
    Documento28 páginas
    1663 - Vitamin Dan Mineral
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • Tabel Askep Bronkitis
    Tabel Askep Bronkitis
    Documento12 páginas
    Tabel Askep Bronkitis
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • KP, Di, DP
    KP, Di, DP
    Documento4 páginas
    KP, Di, DP
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • Sexual Abuse
    Sexual Abuse
    Documento12 páginas
    Sexual Abuse
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • Tabel Askep Bronkitis
    Tabel Askep Bronkitis
    Documento12 páginas
    Tabel Askep Bronkitis
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • Pathway Bronkitis
    Pathway Bronkitis
    Documento1 página
    Pathway Bronkitis
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • Tumor Tiroid
    Tumor Tiroid
    Documento19 páginas
    Tumor Tiroid
    Leroy Christy Lawalata
    Ainda não há avaliações
  • PDF
    PDF
    Documento100 páginas
    PDF
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • Penyebab Luka
    Penyebab Luka
    Documento2 páginas
    Penyebab Luka
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • Askep Ca - Paru - 2
    Askep Ca - Paru - 2
    Documento9 páginas
    Askep Ca - Paru - 2
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • Keperawatan Menghadapi Era Globalisasi
    Keperawatan Menghadapi Era Globalisasi
    Documento13 páginas
    Keperawatan Menghadapi Era Globalisasi
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • DETEKSI DINI KPSP
    DETEKSI DINI KPSP
    Documento20 páginas
    DETEKSI DINI KPSP
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • Role Play Isolasi Sosial
    Role Play Isolasi Sosial
    Documento2 páginas
    Role Play Isolasi Sosial
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações
  • Askep Anak
    Askep Anak
    Documento7 páginas
    Askep Anak
    meisin kuraesin
    Ainda não há avaliações