Você está na página 1de 29

PETROGRAPHIC DETERMINATION OF THE COMPOSITION

OF THE BINARY COAL BLENDS


(Analisa Petrografi terhadap Komposisi Batubara Blending)
Alan Davis
Coal and Organic Petrology Laboratories, 105 Academic Projects Bldg., Penn State University,
University Park, PA 16802, USA
Abstract

ICCP telah melakukan beberapa riset/pekerjaan untuk menentukan komposisi blending coal secara
petrography. Yang pertama adalah blending antara medium volatile bituminous dan High volatile A
bituminous dari batubara yang kaya akan kandungan vitrinite. Blending yang kedua dilakukan pada
batubara yang memiliki rank komponen yang similar, akan tetapi salah satu batubaranya memiliki
kandungan vitrinite yang rendah (54%). Hal tersebut sudah diantisipasi bahwa akan ditemui
kesulitan dalam membedakan lower rank inertinite dengan higher rank vitrinite pada blending
keduanya. Kedua metode baik Reflectance dan Point-Counting digunakan dalam penentuan
komposisi blendingnya.

Hasil dari blending yang pertama dapat dikatakan excellent, dengan rata-rata perbedaan hasil
komposisi blending dengan kondisi aktualnya hanya sebesar 2.3%. Sementara untuk blending yang
lebih sulit yaitu yang kedua, dengan metode Reflectance diperoleh perbedaan sebesar 10.1% dan
5.8% untuk metode point-counting. Apabila kedua hasil rata-rata tersebut disesuaikan (adjusted)
untuk menghitung partikel yang tidak/belum terdeteksi yang kesemuanya mengandung inertinite,
Abstract

Maka masing-masing hasil rata-rata tersebut berkurang menjadi 5.8% dan 3.3%. Dalam hal ini
proses adjustment dapat dilakukan hanya apabila memiliki pengetahuan dalam komposisi
petrography terhadap masing-masing komponen batubara; dan jelas, untuk meningkatkan tingkat/
level kemampuan penentuan komposisi blending batubara dengan menggunakan metode
petrography akan membutuhkan pengembangan terhadap cara untuk prorate (menyamaratakan
?) partikel dengan (mengasumsikan) hanya mengandung inertinite saja. Penentuan reflectance
terhadap (masing-masing) komponen batubara di dalam material blending dapat dinyatakan sangat
baik (berhasil).

KEY WORDS RESUME


1. Introduction

Key Words Comments


Batubara dengan rank yang bervariasi di dalam
blending dapat dengan mudah dibedakan di bawah
mikroskop. Kesulitan akan muncul ketika reflectance
vitrinite atau inertinite dari salah satu komponen
batubara converge dengan bagian dari komponen
batubara yang lainnya. Membedakannya akan dapat
tidak mungkin apabila partikel batubara (berukuran)
Key Words Comments
-sangat kecil, dimana penampakan struktur yang
digunakan untuk mencirikan/membedakan antar
maceral tidak ada atau kurang; pada kasus seperti ini
partikel vitrinite dari batubara high rank tidak dapat
dibedakan dari inertinite yang terdapat pada
batubara lower rank.
Penelitian pada paper ini dilakukan pada dua
campuran batubara, yang pertama dirancang agar
dapat dengan mudah dilakukan proses
pengamatannya, sedangkan yang kedua sengaja
dirancang agar diperoleh campuran yang kompleks.

Pada campuran pertama, kandungan maceral


inertinite pada kedua komponen batubara rendah,
sehingga memudahkan untuk dapat membedakan
kandungan vitrinite pada masing-masing komponen
batubara.
Pada campuran kedua, meskipun rank dari kedua
komponen batubara telah diperhitungkan sama agar
dapat dengan mudah membedakan komponen
vitrinite-nya secara visual,
Key Words Comments
Salah satu komponen batubara-nya memiliki
kandungan maceral inertinite yang cukup signifikan
besarnya.
Meskipun campuran yang dibuat ini tidak sekompleks
dibandingkan dengan proses blending komersial yang
modern, juga dengan ukuran partikel yang berbeda,
akan tetapi diharapkan dapat digunakan untuk dapat
mengetahui komposisi batubara hasil blending secara
komersial-modern menggunakan metode
petrography

2. Method

Key Words Comments


Batubara yang akan digunakan untuk penelitian
dicrushed dan di screened ukuran 850 x 75 m
sebelum dicampur.
Bulk sample dari kedua campuran, dibagi masing2
secara proporsional untuk mengurangi tingkat variasi
yang tinggi
2. Method

Key Words Comments


Cetakan silinder disiapkan untuk masing-masing hasil Apa maksud dari : masing-
blending , menggunakan jumlah minimum epoxy masing silinder dipotong
resin dan alat pressure-mounting (ASTM, 1997). setengah ?
Masing-masing clinder kemudian dipotong setengah
dan bagian permukaan yang berhadapan dari kedua
setengah bagian dari masing-masing cylinder
tersebut di ground dan di polished (ASTM, 1997)

Key Words Comments


2.1. Komposisi Blending
Untuk sample I, satu komponen merupakan
batubara medium volatile bituminous (Coal A,
Penn State PSOC-1500) dan batubara high
volatile A bituminous (Coal B, Penn State DECS-
12)
Untuk sample II, satu komponen merupakan
batubara medium volatile bituminous dengan
kandungan komponen inertinite yang tinggi (Coal
C, Dofasco Line Creek)
2. Method

Key Words Comments


Dengan batubara yang sama pada sample I yaitu high
volatile A bituminous (batubara B)
Komposisi blending I adalah 40% A dan 60% B.
Karena tedapat perbedaan yang signifikan terhadap
rank dan kandungan ash diantara kedua komponen
batubara tersebut , maka diperlukan koreksi untuk
menghitung persentase volume komposisi campuran
dengan nilai yang diperoleh secara petrography .
Batubara A memiliki kandungan Karbon (C) dmmf =
91.6%, sesuai dengan nilai density (helium) 1.35.
Batubara B memiliki kandungan Carbon (dmmf)
84.7%, sesuai dengan nilai helium density 1.29. Nilai d
ash-free coal digunakan dalam persamaan di bawah
ini untuk menghitung density batubara yang akan
dianalisa (danal)
2. Method

Key Words Comments


Dimana A adalah dry ash % dan dash diasumsikan
bernilai 3. danal yang telah dihitung untuk batubara A
adalah 1.55 dan batubara B 1.36. Sehingga
persentase komposisi volume untuk campuran adalah
36.9% A/63.1% B (40/1.55 to 60/1.36)

Begitu pula dengan blending yang kedua, yaitu 55%


untuk batubara C dan 45% untuk batubara B. Koreksi
terhadap persentase berat pada kasus ini berlaku
(metode) penetapan, bukan/tidak menggunakan
perhitungan dari nilai density gas helium. Bedasarkan
moisture basis, nilai densitas batubara C dan D
masing-masing adalah 1.33 dan 1.34. Komposisi
campuran/blending yang II untuk masing-masing
batubara setelah dikoreksi berdasarkan % volume
basis adalah 55.2% dan 44.8%
2. Method
2.2. Petunjuk Untuk Analis

Key Words Comments


Peserta analis yang mengerjakan analisa petrografi ini Automated Image Analysis
diminta untuk mengerjakan (1) Proporsi (2) random Microscope (?)
reflectance dari dua komponen di dalam campuran
masing2 dengan menggunakan (A) point-count Point count itu apakah
konvensional dan mikroskop reflektan, atau (B) image merupakan metode yang
analysis microscopy berbeda dengan metode
penentuan reflectance?
Analis diminta untuk mengerjakan analisa reflektan Bukankah pada saat penentuan
sebelum analisa point-count dengan maksud untuk reflectance untuk lebih
membatasi interaksi antara immersion oil dan detailnya menggunakan point
permukaan batubara. Apabila dirasakan permukaan count?
sampel tidak memuaskan, maka dapat dilakukan re-
polish. Analis yang menggunakan teknik petrography Apakah point count itu sama
konvensional dapat menggunakan analisa reflektan dengan stepping stage?
dan atau point-count untuk membedakan komponen
campuran, sementara bagi mereka yang
menggunakan sistem automated microscope
menggunakan image analysis sebagai dasar dalam
membedakan maceral-nya.
2. Method
2.2. Petunjuk Untuk Analis

Key Words Comments


Karena perbedaan komposisi campuran batubara dari Automated Image Analysis
kedua sampel , maka instruksi berbeda juga harus Microscope (?)
dilakukan pada masing-masing campuran. Untuk
campuran 1 yang relatif lebih mudah, 100
pengukuran reflectance harus dilakukan pada
masing2 2 (dua) mount sample untuk memberikan
hasil total 200 point. Random reflectance lebih dipilih
dibandingkan dengan maximum reflectance dengan
tujuan untuk membatasi waktu yang dibutuhkan
dalam pengerjaan;
Untuk campuran yang kedua, perbedaan perlakukan
harus diterapkan, dikarenakan komposisi salah satu
batubara di dalam campuran memiliki komposisi
vitrinit yang rendah/sedikit. Untuk campuran yang ke-
2, maka analist harus meng-adjust tahapan pada
setiap grid point sehingga setiap vitrinite yang berada
di dalam partikel pada setiap titik pengukuran untuk
pengukuran random reflectance harus dilakukan
pembacaan
2. Method
2.2. Petunjuk Untuk Analis

Key Words Comments


Apabila hanya terdapat inertinite, dan tidak terdapat
vitrinite di dalam partikel, maka dibuatkan catatan
terpisah (tanpa melakukan pembacaan reflectance) ;
dan kemudian diberikan judul Non-Assignable
Inertinite (NAI). 200 point pengukuran harus
dilakukan, sehingga total pada 2 (dua) sampel adalah
sejumlah 400 pengukuran.
Untuk kedua campuran, hasil yang diperoleh dari
masing2 kedua sampel mount digunakan untuk
membuat reflectance histogram.
2. Method
2.2. Petunjuk Untuk Analis

Key Words Comments


Masing-masing histogram tersebut berupa bimodal, Bagaimana cara
dengan dua mode yang mewakili vitrinite dari dua menggabungkan dua histogram
batubara di dalam campuran. Masing2 dari kedua menjadi 1 (satu) histogram
histogram, analist diminta untuk memilih (low-rank dengan high-rank)
kemungkinan nilai batas (threshold) diantara kedua
komponen batubara tersebut. Rata-rata reflektan
untuk kedua populasi Vitrinite yang terpisah
kemudian dihitung seperti pada gambar.
Kemudian, analis diminta untuk menghitung jumlah
pembacaan vitrinite reflektan yang berada diantara
kedua sisi threshold. Nilai tersebut adalah perkiraaan
prosentase dari high-dan low reflecting vitrinite di
dalam campuran. Analis kemudian diminta untuk
menggabungkan semua pembacaan reflektan dari
kedua sampel menjadi sebuah histogram tunggal dan
untuk menghitung mean reflectance dan proporsi
dari dua populasi vitrinit
2. Method
2.2.2. Point-Count Analysis

Key Words Comments


Prosedur yang dilakukan untuk analisa point-count Bagaimana cara
adalah sama untuk kedua campuran. Analis diminta menggabungkan dua histogram
untuk tidak menggunakan non-polarized light dan menjadi 1 (satu) histogram
menggunakan 500 point pada setiap sampel mount, (low-rank dengan high-rank)
dengan jarak antar partikel kurang lebih 0.5mm dan
(jarak) antara traverse kurang lebih 1mm.

Partikel Low_rank Coal dan High rank coal dibedakan


berdasarkan penampakan visual maceral Vitrinite dan
Liptinite di posisi manapun di dalam partikel yang
tepat berada di bawah cross-hair.
Apabila cross-hair berada pada partikel yang (hampir)
keseluruhannya mengandung inertinite, maka analis
diminta untuk menggolongkannya ke dalam NAI.
Ketika cross-hair berpotongan/melewati mineral di
dalam partikel, yang dapat dimasukkan ke dalam LRC
atau HRC, maka parttikel tersebut akan dihitung
untuk menyesuaikan.
2. Method
2.2.2. Point-Count Analysis

Key Words Comments


Akan tetapi, apabila partikel keseluruhannya
mengandung mineral dan tidak dapat
dimasukkan/diperhitungkan sebagai salah satu
komponen batubara, partikel tsb tidak akan dihitung.
Hasil perhitungan/pengukuran dari kedua sampel
tersebut kemudian digabungkan; Untuk kedua
campuran, nilai NAI kemudian diperoleh dan
kemudian proporsi LRC dan HRC dalam basis NAI-Free
basis kemudian dihitung

2. Method
2.2.3. Automated Analysis
Key Words Comments
Laboratorium yang menggunakan image-analysis Automated Image Analysis
dapat menggunakan metode yang mereka inginkan di Microscope/Computer (?)
dalam menghitung proporsi volume dan rata2
vitrinite reflectance dari komponen batubara dari
tiap2 campuran. Hasil tersebut nantinya harus dapat
dibandingkan dengan metode konvensional
3. Result
3.1. Blend 1-Blend Composition

Key Words Comments


Rata-rata dari delapan hasil adalah 34.6% batubara A,
bila dibandingkan dengan jumlah komposisi aktual
36.9%. Standard deviasi sebesar 4.91. Hasil rata-rata
dari 9 analis menggunakan prosedur manual point-
count, sama dengan prosedur reflectance, yaitu
34.6%, akan tetapi standard deviasi untuk prosedur
point-count lebih rendah yaitu sebesar 2.80 . Gambar
2 memperlihatkan penyebaran hasil kedua prosedur.
Hal tsb memungkinkan disebabkan oleh jumlah
pembacaan yang dilakukan semakin banyak VS 200
untuk reflectance. Gambar tersebut juga
menampilkan hasil pengukuran dengan
menggunakan metode automatic, dan rata-rata
komposisi campuran yang dihasilkan adalah sebesar
34.00% batubara A, sangat dekat dengan yang
ditentukan secara konvensional
3. Result
3.2. Blend 1-Blend Reflectance
Key Words Comments
Hasil rata-rata dari delapan (8) partisipan yang
menggunakan metode konvensional adalah 0.76%
dan 1.34% untuk masing2 kedua komponen batubara
(A dan B). Dan standard deviasi untuk masing2
delapan hasil yang diperoleh adalah 0.033 dan 0.021,
dekat dengan batas reproducibility yang diterbitkan
oleh Iternational Organization for Standardization
(1994). (Gambar 3)
Sementara, untuk metode automatic, menghasilkan
hasil yang sedikit lebih besar dari hasil maksimum
mean reflektan pada metode konvensional (Gambar
3)
3. Result
3.2. Blend 1-Blend Reflectance
3. Result
3.3. Amount of NAI
Key Words Comments
Jumlah NAI kecil, nilai maksimum (reflektan (?)) yang
dilaporkan yaitu 1.8%.

3. Result
3.4. Blend 2 Blend Composition

Key Words Comments


Harus dicamkan bahwa campuran 2 (memang) di
design untuk lebih sulit dianalisa, hasilnya
diperkirakan (tidak) akan dapat diterima, terutama
setelah dilakukan koreksi terhadap nilai NAI. Akan
tetapi, bagaimanapun hasilnya tidak se-akurat yang
diperoleh pada campuran-1.
Pada gambar 4, nilai rata-rata dari 19 analis adalah
45.1% batubara C, dibandingkan dengan komposisi
sebenarnya yaitu 55.2%. Standar deviasi nya adalah
4.01
3. Result
3.4. Blend 2 Blend Composition

Key Words Comments


Harus dicamkan bahwa campuran 2 (memang) di
design untuk lebih sulit dianalisa, hasilnya
diperkirakan (tidak) akan dapat diterima, terutama
setelah dilakukan koreksi terhadap nilai NAI. Akan
tetapi, bagaimanapun hasilnya tidak se-akurat yang
diperoleh pada campuran-1.
Pada gambar 4, nilai rata-rata dari 19 analis adalah
45.1% batubara C, dibandingkan dengan komposisi
sebenarnya yaitu 55.2%. Standar deviasi nya adalah
4.01.
Hasil rata-rata dari 20 analis yang menggunakan
prosedur point-count untuk campuran ke-2 ternyata
lebih akurat dibandingkan dengan yang
menggunakan metode reflectance, yaitu 49.4% (nilai
sebenarnya 55.2%), meskipun standar deviasi kurang
lebih sama yaitu 4.24. Kekurang akuratan metode
reflectance, diperkirakan disebabkan karena batubara
higher-rank, higher-inertinite dimasukkan ke dalam
3. Result
3.4. Blend 2 Blend Composition

Key Words Comments


..dimasukkan ke dalam perhitungan. Hal tsb
disebabkan karena terdapat tidak cukup vitrinite di
dalam batubara yang didominasi oleh inertinite yang
sebenarnya diperlukan untuk pengukuran
reflectance. Akan tetapi, bagaimanapun..,
pembacaan reflectance yang didobel, telah
membantu .(sulit dipahami maksud pernyatannya..)
Pada gambar berikut, turut disertakan hasil analis
yang melakukan pengukuran dengan menggunakan
metode automated image-analysis dengan hasil 50%
untuk komposisi batubara C di dalam campuran,
hampir sama dengan hasil yang diperoleh metode
konvensional.
3. Result
3.4. Blend 2 Blend Composition
3. Result
3.5. Blend 2 Jumlah NAI
Key Words Comments
Adalah logis apabila besarnya nilai perhitungan NAI
pada saat pengukuran reflectance pada campuran ke-
2 berasal dari batubara C yang kaya akan kandungan
inertinite. Dengan dasar dari kandungan inertinite
dari masing2 komponen batubara dan proporsinya di
dalam campuran, yaitu 81.8% Inertininte di dalam
campuran adalah berasal dari batubara C dan 18.2%
berasal dari batubara B. Rata2 NAI untuk campuran,
yang dihasilkan dari analis yang menggunakan
metode reflectance, adalah 11.6% (range: 6.3-24.2%).
Dengan asumsi bahwa NAI berasal dari kedua
batubara denan proporsi yang sama dengan proporsi
awal (original) campuran , maka breakdown dari rata-
rata NAI adalah 9.5% Batubara C/2.1% Batubara B.
(Kemudian) dengan memasukkan komposisi inertinite
tersebut ke dalam masing-masing proporsi kedua
batubara, merubah rata2 perhitungan komposisi
campuran yang semula 45.1% Batubara C/54.9%
Batubara B menjadi 49.4% Batubara C/50.6% btbara
B
3. Result
3.5. Blend 2 Jumlah NAI
Key Words Comments
..(komposisi aktual adalah 55.2% Batubara C/44.8%
Batubara B).
Perbedaan antara proporsi Batubara C yang diperoleh
dari hasil pengukuran dan yang merupakan hasil
konversi adalah (49.4 45.1 = 4.3%) menjadikan hal
tersebut sebagai major dilemma terhadap penentuan
komposisi blending dengan menggunakan metode
petrography Bagaimana/Mengapa nilai NAI
dijadikan sebagai koreksi terhadap komponen
batubara yang sebenarnya memiliki perbedaan yang
signifikan dari kandungan maceral inertininte?
Rata2 NAI yang dihasilkan menggunakan analisa
Point-Count sebesar 7.7.% (range: 0.0 19.1%). Jauh
lebih rendah dibandingkan dengan yang
menggunakan metode reflectance, dan hal tersebut
memperlihatkan bahwa metode point-count
bagaimanapun lebih mudah di dalam mengerjakan
batubara yang kaya akan kandungan inertinite atau ..
3. Result
3.5. Blend 2 Jumlah NAI
Key Words Comments
Dengan metode lain yaitu dengan cara
membedakannya secara visual dibandingkan dengan
pengukuran reflectance. Dengan memperhitungkan
NAI pada komponen batubara sebagaimana yang
disebutkan di atas menghasilkan nilai 6.3% untuk
Batubara C dan 1.4% untuk Batubara B. Sehingga
perhitungan ulang untuk memperkirakan komposisi
(dengan metode point-count) yaitu senilai 51.9%
Batubara C/48.1% Batubara B (dibandingkan dengan
komposisi aktual senilai 55.2/44.8

3. Result
3.6. Blend 2 Nilai Reflectance

Key Words Comments


Nilai rata-rata dari 19 analis yang menggunakan
metode konvensional adalah 1.16 dan 0.77% untuk
masing2 komponen Batubara C dan B
3. Result
3.6. Blend 2 Nilai Reflectance
Key Words Comments
Sebagai perbandingan, telah dilakukan pula
pengukuran reflectance petrography sebelumnya
untuk masing-masing individu batubara sebelum di-
campur/di-blending, dengan nilai 1.16% dan 0.78%.
Stabdar deviasi untuk ke-19 hasil pengukuran kedua
batubara adalah masing-masing 0.042 dan 0.031,
yang tidak sebaik seperti campuran 1, yang
kemungkinan disebabkan karena banyaknya jumlah
analis.

3. Result
3.7. Perbandingan Variabilitas Karena Perbedaan Operator dan Subsample (grain mounts)

Key Words Comments


Cetakan sampel silinder (cylindrical molds) yang telah
disiapkan untuk campuran 1 telah dipotong menjadi
2 (dua) bagian dan permukaan yang saling
berhadapan awalnya dikirimkan ke lab lain. Hal
tersebut dimaksudkan untuk meminimalisir
terjadinya..
3. Result
3.7. Perbandingan Variabilitas Karena Perbedaan Operator dan Subsample (grain mounts)

Key Words Comments


perbedaan. Untuk kelima original cylinders,
mungkin untuk membandingkan hasil yang sama dari
analis yang menggunakan metode konvensional.
Tabel berikut memperlihatkan daftar perbedaan
diantara analis untuk masing2 silinder dengan
kategori sbb:
mean reflectance dari komponen low-rank
mean reflectance dari komponen high-rank
Proporsi dari HRC di dalam campuran yang diukur
dengan reflectance
Proporsi dari HRC di dalam campuran dengan
menggunakan point-counting
4. Conclusion

Key Words Comments


1. Kelompok analis yang mengerjakan pengukuran
petrography pada campuran ke-1 menghasilkan
hasil yang baik, bahkan dengan tanpa mengetahui
bahwa pekerjaan petrography yang mereka
lakukan melibatkan campuran yang secara kasat
mata dapat dibedakan sebagai batubara yang
kaya akan kandungan vitrinite.

Você também pode gostar