Você está na página 1de 16

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Cidera kepala adalah kerusakan neurologis yang terjadi akibat adanya trauma pada
jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang
terjadi.( Price, Sylvia Anderson, Patofisiologi konsep klinis proses penyakit, 2005).

Cedera kepala pada dasarnya dikenal dua macam mekanisme trauma yang mengenai
kepala yakni benturan dan goncangan (Gernardli and Meany, 2006).

Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak. Cedera kepala paling
sering dan penyakit neurologhi yang sering diantara penyakit neurologi dan merupakan
proporsi epidemik sebagai hasil kecelakaan jalan raya ( Smeltzer, Suzanne C, Buku ajar
keperawatan medikal bedah, 2005 hal 2210)

B. Etiologi

Cidera kepala dapat disebabkan karena beberapa hal diantaranya adalah :

1. Oleh benda / serpihan tulang yang menembus jaringan otak misal : kecelakaan,
dipukul dan terjatuh.
2. Trauma saat lahir misal : sewaktu lahir dibantu dengan forcep atau vacum.

C. Manifestasi klinis

1. Fraktur Tengkorak
Nyeri menetap/ setempat
Fraktur kubah serebral cranial menyebabkan bengkak di sekitar fraktur
Fraktur dasar tengkorak
a. Melintasi sinus paranasalpada tulang frontal, atau lokasi tengah telinga dan hilang
temporal.
b. Hemoragi hidung, faring, telinga dan di bawah konjungtifa.
c. Ekimosis atau memar dan mastoid (tanda battle).
d. CSS keluar dari telinga, hidung, hematom kaca mata.
- Laserasai/ kontosio di tunjukkan oleh
cairan spinal berdarah (Smeltzer, 2001).
2. Komotio Serebri
- Periode tak sadarkan diri yang berakhir selama beberapa detik sampai beberapa menit
(kehilangan kesadaran komplit sewaktu).
- Pusing/ berkunang-kunang.
3. Kontosio Serebri
Denyut nadi lemah, pernafasan dangkal.
Kulit dingin dan pucat
Defekasi dan berkemih tanpa disadari.
TD dan suhu subnormal
Fungsi motorik abnormal
Gerakan mata abnormal
Peningkatan TIK
4. Hematoma Epidural
- Kehilangan kesadaran sebentar saat cedera, diikuti dengan pemulihan yang nyata
secara perlahan-lahan.
- Peningkatan TIK
- Deficit neurologist fokal seperti dilatasi dan fiksasi pupil/ paralysis ekstremitas.
- Ptosis kelopaka mata.
- Kelemahan respon motorik kontralateral
- Reflek hiperaktif
- Tanda babinski positif.
- Kekakuan, deserebasi.
5. Hematoma Subdural
Hematoma subdural akut
a. Koma, gangguan kesadaran, status neurologist
memburuk.
b. TD meningkat, nadi meningkat, pernafasan
meningkat, peningkatan TIK.
Hematoma subdural kronis
Sakit kepala berat
Perubahan progresif tingkat kesadaran (apatis, letargi).
Berkurangnya perhatian
Menurunnya kognitif
Hernianopsi
Hemiparese
Kelainan pupil
6. Hemoragi dan Hematoma Intraserebral
- Sakit kepala
- Defisit neurologis
Berdasarkan klasifikasi manifestasi klinis dari cedera kapala menurut Hudak dan Gallo
(2004) :

1. Cedera kepala ringan


- GCS : 13 15
- Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia tapi kurang dari 30 menit
- Tidak ada fraktur tengkorak
- Tidak ada contosio serebri
- Hematoma
2. Cedera kepala sedang
- GCS : 9 12
- Kehilangan kesadaran/ amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam
- Dapat mengalami fraktur tengkorak
3. Cedera kepala berat
- GCS : 3 8
- Kehilangan kesadaran/ terjadi amnesia lebih dari 24 jam
- Contusio serebral
- Hematoma Intrakranial

D. Patofisiologi

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi, energi yang dihasilkan di dalam sel sel syaraf hamper seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah
keotak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolism otak tidak boleh kurang dari 20 mg
% karena akan menimbulkan koma, kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan tubuh, sehingga bila kadar oksigen plasma turun sampai 70 % akan terjadi
gejala gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh
berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolism anaerob yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan
otak akan terja dipenimbunan asam laktat akibat metabolism anaerob. Hal ini akan
menyebabkan oksidasi metabolism anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis
metababolik. Dalam keadaan normal Cerebral Blood Flow (CBF) adalah 50 60 ml/
menit 100 gr. Jaringan otak yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala
menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktifitas atypical myocardial,
perubahan tekanan vaskuler dan udema paru. Perubahan otonim pada fungsi ventrikel
adalah perubahan gelombang T dan P aritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel serta
takikardi. Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana
penurunan tekanan vaskuler akan menyebabkan pembuluh darah arteriol akan
berkontraksi. Pengaruh persyarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah
arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.
Pathways

Cidera Kepala TIK - Oedem


- Hematom
Respon Biologi Hypoxemia

Kelainan Metabolisme
Cidera Otak Primer Cidera Otak Sekunder
Kontusio

Laserasi Kerusakan Sel Otak

Gangguan Autoregulasi Rangsangan Simpatis Stress

Aliran Darah Keotak Tahanan Vaskuler Katekolamin

Sistemik & TD Sekresi Asam Lambung

O2 Ggan Metabolisme Tek. Pemb.Darah Mual, Muntah

Pulmonal

Asupan Nutrisi
Asam Laktat Tek. Hidrostatik Kurang

Oedem Otak Kebocoran Cairan Kapiler

Gangguan perfusi
Oedema Paru Cardiac Out Put
jaringan serebral

Difusi O2 Terhambat

Gangguan Pola
Napas
E. Klasifikasi cidera kepala
a. Cidera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik ( acceselarsi descelerasirotasi ) yang
menyebabkan gangguan pada jaringan.Pada cidera primer dapat terjadi :
1). Geger kepala ringan
2). Memarotak
3). Laserasi.
b. Cedera kepala sekunder :timbul gejala seperti :
1). Hipotensisistemik
2). Hiperkapnea
3). Hipokapnea
4). Udemaotak
5). Komplikasi pernapasan
6). Infeksi komplikasi pada organ tubuh yang lain.
Jenis perdarahan yang sering ditemui pada cidera kepala :
a. Epidural hematoma
Terdapat pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan duramater akibat
pecahnya pembuluh darah / cabang cabang arteri meningeal media yang terdapat
diantara duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena sangat
berbahaya . Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1 2 hari. Lokasi yang paling
sering yaitu di lobus temporalis dan parietalis.

Gejala gejalanya :

1). Penurunan tingkat kesadaran

2). Nyeri kepala

3). Muntah

4). Hemiparese
5). Dilatasi pupil ipsilateral

6). Pernapasan cepat dalam kemudian dangkal ( reguler )

7). Penurunan nadi

8). Peningkatan suhu

b. Subdural hematoma

Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut
dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang
biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut
dapat terjadi dalam 48 jam 2 hari, 2 minggu atau beberapa bulan. Gejala
gejalanya :

1). Nyeri kepala

2). Bingung

3). Mengantuk

4). Menarik diri

5). Berfikir lambat

6). Kejang

7). Udem pupil.

c. Perdarahan intra serebral

Berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri,


kapiler dan vena.Gejala gejalanya :

1). Nyeri kepala

2). Penurunan kesadaran

3). Komplikasi pernapasan

4). Hemiplegi kontra lateral


5). Dilatasi pupil

6). Perubahan tanda tanda vital.

d. Perdarahan Subarachnoid

Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah


dan permukaan otak, hampir selalu ada pada cedera kepala yang hebat.Gejala
gejalanya :

1). Nyeri kepala

2). Penurunan kesadaran

3). Hemiparese

4). Dilatasi pupil ipsilateral

5). Kaku kuduk.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Spinal X ray
Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi (perdarahan
atau ruptur atau fraktur).
2. CT Scan
Memeperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti.
3. Myelogram
Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya bendungan dari spinal
aracknoid jika dicurigai.
4. MRI (magnetic imaging resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta besar/
luas terjadinya perdarahan otak.
5. Thorax X ray
Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
6. Pemeriksaan fungsi pernafasan
Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi yang penting diketahui
bagi penderita dengan cidera kepala dan pusat pernafasan (medulla oblongata).
7. Analisa Gas Darah
Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan.

G. Komplikasi
a. Edema Pulmonal
b. Kejang
c. Bocornya cairan cerebros spinal
d. Hipertermia
e. Masalah mobilitasi
f. Infeksi
H. Pengkajian primer
1. Airway / jalan nafas
a. Adakah sumbatan jalan nafas oleh benda asing, darah, bronkospasme, sputum
atau lender.
b. Adakah suara ronchi maupun wheezing
2. Breathing

a. Frekuensi nafas, cepat dan dangkal, irama irreguler


b. Bentuk dada, adakah penggunaan otot bantu pernafasan
c. Adakah batuk
3. Circulation
a. TD, HR, irama teratur/tidak, denyut kuat/lemah
b. Cappilary refill
c. Terdapat edema/tidak
d. Warna kulit sianosis / pucat.
4. Disability
Kesadaran, Pupil isokor/anisokor, refleks terhadap cahaya.

5. Exposure / Environtment
Bebaskan klien dari baju yang ketat
I. Pengkajian sekunder
a. Riwayat kesehatan
i. Kapan cedera terjadi
ii. Apa penyebab cedera
iii. Obyek apa yang membentur kepala
iv. Dari mana arah dan kekuatan pukulan
v. Apa ada kehilangan kesedaran, durasi periode tidak sadar, dapatkah pasien
dibangunkan
b. Tingkat kesadaran (GCS)
c. Pemantauan TTV
vi. Tanda dan peningkatan TIK : perlambatan nadi, pelebaran tekanan nadi,
peningkatan tekanan darah sistolik
vii. Pada saat kompresi otak meningkat, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah
menurun
viii. Hipertermia
ix. Takikardi dan hipotensi arteri jika terjadi perdarahan di tempat lain
d. Fungsi motor
x. Respon abnormal (respon motorik berkurang, perluasan respon)
xi. Kemampuan dan kualitas bicara
xii. Pembukaan mata spontan
xiii. Ukuran dan kualitas pupil dan reaksi terhadap cahaya
e. Pemeriksaan Fisik
Aktifitas / istirahat
S : Lemah, lelah, kaku dan hilang keseimbangan

O : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, guadriparese,goyah dalam


berjalan ( ataksia ), cidera pada tulang dan kehilangan tonus otot.

Sirkulasi

O : Tekanan darah normal atau berubah, nadi bradikardi, takhikardi dan


aritmia.

Integritas ego
S : Perubahan tingkah laku / kepribadian

O : Mudah tersinggung, bingung, depresi dan impulsive

Eliminasi
O : bab / bak inkontinensia / disfungsi.

Makanan / cairan
S : Mual, muntah, perubahan selera makan

O : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, disfagia).

Neurosensori :
S : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo, tinitus, kehilangan
pendengaran, perubahan penglihatan, diplopia, gangguan pengecapan /
pembauan.
O : Perubahan kesadara, koma.

Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, atensi dan kinsentarsi)


perubahan pupil (respon terhadap cahaya), kehilangan penginderaan,
pengecapan dan pembauan serta pendengaran. Postur (dekortisasi,
desebrasi), kejang. Sensitive terhadap sentuhan / gerakan.

Nyeri / rasa nyaman


S : Sakit kepala dengan intensitas dan lokai yang berbeda.

O : Wajah menyeringa, merintih.

Repirasi
O : Perubahan pola napas ( apnea, hiperventilasi ), napas berbunyi, stridor ,
ronchi dan wheezing.

Keamanan
S : Trauma / injuri kecelakaan

O : Fraktur dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan ROM, tonus otot


hilang kekuatan paralysis, demam,perubahan regulasi temperatur tubuh.

Intensitas sosial
O : Afasia, distarsia

J. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan b/ d oedema cerebri, meningkatnya aliran darah ke
otak.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi b/ d kelemahan otot untuk menguyah dan menelan.
3. Gangguan pola nafas b/ d obstruksi trakeobronkial, neurovaskuler, kerusakan
medula oblongata.

K. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Gangguan Gangguan perfusi - Pantau status
perfusi jaringan tidak neurologis secara Mengidentifikasi kerusakan secara fungsional dan
jaringan b/ d dapat diatasi teratur. mempengaruhi pilihan intervensi yang akan
oedema setelah dilakukan - Evaluasi dilakukan.
cerebri, tindakan kemampuan
meningkatny keperawatan membuka mata
a aliran darah selama 2x 24 jam (spontan, rangsang
ke otak. dengan KH : nyeri). Penggunaan sepatu tenis hak tinggi dapat
- Mampu - Kaji respon motorik membantu mencegah foot drop, penggunaan bantal,
mempertahan terhadap perintah gulungan alas tidur dan bantal pasir dapat
kan tingkat yang sederhana. membantu mencegah terjadinya abnormal pada
kesadaran - Pantau TTV dan bokong.
- Fungsi sensori catat hasilnya.
dan motorik - Anjurkan orang
membaik. terdekat untuk
berbicara dengan Mempertahankan mobilitas dan fungsi sendi/ posisi
klien normal ekstrimitas dan menurunkan terjadinya vena
- Kolaborasi statis.
pemberian cairan
sesuai indikasi
melalui IV dengan
Proses penyembuhan yang lambat sering akli
alat kontrol.
menyertai trauma kepala dan pemulihan fisik
merupakan bagian yang sangat penting.

Keterlibatan pasien dalam program latihan sangat


penting untuk meningkatkan kerjasama atau
keberhasilan program
Gangguan Pasien tidak - Kaji kemampuan
kebutuhan mengalami pasien untuk Faktor ini menentukan terhadap jenis makanan
nutrisi b/ d gangguan nutrisi mengunyah dan sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi.
kelemahan setelah dilakukan menelan, batuk dan
otot untuk perawatan selama mengatasi sekresi.
menguyah 3 x 24 jam - Auskultasi bising
dan menelan dengan KH : usus, catat adanya
Fungsi bising usus pada umumnya tetap baik pada
- Tidak penurunan/
mengalami hilangnya atau suara kasus cidera kepala.
tanda- tanda hiperaktif.
mal nutrisi - Jaga keamanan saat
dengan nilai memberikan makan
lab. Dalam pada pasien, seperti Jadi bising usus membantu dalam menentukan
rentang meninggikan kepala
respon untuk makan atau berkembangnya
normal. selama makan atatu
- Peningkatan selama pemberian komplikasi seperti paralitik ileus.
berat badan makan lewat NGT.
sesuai tujuan. - Berikan makan
dalam porsi kecil
dan sering dengan Menurunkan regurgitasi dan terjadinya aspirasi
teratur.
- Kaji feses, cairan
lambung, muntah
darah.
- Kolaborasi dengan Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi
ahli gizi. pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat
meningkatkan kerjasama pasien saat makan.

Perdarahan subakut/ akut dapat terjadi dan perlu


intervensi dan metode alternative pemberian makan.

Metode yang efektif untuk memberikan kebutuhan


kalori.
Gangguan Tidak terjadi - Pantau frekuensi,
pola nafas b/ gangguan pola irama, kedalaman Perubahan dapat menunjukan komplikasi pulmonal
d obstruksi nafas setelah pernafasan. Catat atau menandakan lokasi/ luasnya keter libatan otak.
trakeobronkia dilakukan ketidakteraturan
l, tindakan pernafasan.
neurovaskule keperawatan - Angkat kepala
r, kerusakan selama 2x 24 jam tempat tidur sesuai
Pernafasan lambat, periode apneu dapat
medula dengan KH : aturan posisi miring
oblongata. - Memperlihatk sesuai indikasi. menendakan perlunya ventilasi mekanis.
an pola nafas - Anjurkan pasien
normal/ untuk latihan nafas
efektif, bebas dalam yang efektif
sianosis jika pasien sadar. Untuk memudahkan ekspansi paru dan menjegah
dengan GDA - Auskultasi suara
lidah jatuh yang menyumbat jalan nafas.
dalam batas nafas. Perhatikan
normal pasien daerah hipoventilasi
dan adanya suara-
suara tambahan
yang tidak normal. Mencegah/ menurunkan atelektasis.
(krekels, ronki dan
whiszing).

Untuk mengidentifikasi adanya masalah paru


seperti atelektasis, kongesti atau obstruksi jalan
nafas yang membahayakan oksigenasi serebral atau
- Kolaborasi untuk menandakan adanya infeksi paru (umumnya
pemeriksaan AGD, merupakan komplikasi pada cidera kepala).
tekanan oksimetri.

- Berikan oksiegen
Menentukan kecukupan oksigen, keseimbangan
sesuai indikasi.
asam-basa dan kebutuhan akan terapi.

Mencegah hipoksia, jika pusat pernafasan tertekan.


Biasanya dengan menggunakan ventilator mekanis

DAFTAR PUSTAKA

Asikin Z. (2006). Simposium Keperawatan Penderita Cidera kepala Penatalaksanaan


Penderita dengan Alat Bantu Napas. (Jakarta).

Doenges. M. E. (2002). Nursing Care Plan. Guidelines For Planning Patient Care (2 nd).
Philadelpia, F.A. Davis Company

Harsono. (2003)Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Kariasa I Made. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cedera Kepala. Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta.

Long; BC and Phipps WJ. (2004). Essensial of Medical Surgical Nursing : A Nursing process
Approach St. CV. Mosby Company.

Tabrani. (2006). Agenda Gawat Darurat. Penerbit Alumni. Bandung.


LAPORAN PENDAHULUAN

CIDERA KEPALA DI RUANG CEMPAKA

RSUD KOTA SALATIGA

Di Susun Oleh :
MUHAMMAD AFIFUDIN

1001042

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2013

Você também pode gostar