Você está na página 1de 4

Perawat : Berpraktek yang Beretika

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang dianggap sebagai kunci keberhasilan
kesembuhan pasien di rumah sakit, sebab perawat merupakan tenaga pelayanan kesehatan
yang selalu berhadapan langsung dengan pasien selama 24 jam. Peningkatan teknologi yang
sedemikian dengan diimbangi semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula
terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
keperawatan. Hal ini merupakan tantangan bagi perawat dalam mengembangkan profesionalisme
dalam pemberian pelayanan yang berkualitas. Profesionalisme perawat salah satunya dicapai
melalui penerapan standar praktek keperawatan berdasarkan prinsip etik keperawatan.
Profesionalisme perawat bertujuan agar perawat dalam melakukan asuhan keperawatan tidak
menimbulkan kerugian bagi pasien.
Di Indonesia, etika dalam praktik keperawatan diatur didalam kode etik keperawatan,
namun dibeberapa negara ada yang belum mempunyai kode etik keperawatan. Namun tidak ada
jaminan bahwa perawat yang dinegaranya terdapat kode akan memberikan perawatan pasien
dengan etika. Kode etik ini bertujuan untuk mencegah kesalahpahaman dan konfik karena
merupakan kristalisasi perilaku yang dianggap benar dan berdasarkan pertimbangan
kepentingan profesi. Kode etik dan prinsip etik harus bisa menjadi pedoman bagi perawat
dalam melakukan pelayanan keperawatan.
Terdapat beberapa prinsip etik keperawatan yaitu: 1) Autonomy (penentuan diri).
Prinsip otonomi menegaskan bahwa pasien mempunyai kebebasan untuk menentukan keputusan
pada dirinya terkait perawatan yang akan diterimanya. Sehingga perawat harus memberikan
kebebasan pada pasien untuk menerima ataupun menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
2) Beneficience (melakukan hal yang baik) berarti perawat harus merawat dan memperlakukan
pasien dengan baik. Pada prinsip ini, perawat harus melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP); 3) Juctice (keadilan). Merupakan hak setiap orang
untuk diperlakukan sama. Dalam prakteknya, masih ada keluarga pasien yang mengeluhkan
adanya perbedaan perlakuan antara pemberian perawatan di kelas 1 dibanding pasien kelas 3.
Tentunya ini menjadi tantangan besar bagi perawat untuk bisa melakukan tindakan keperawatan
yang sama tanpa membedakan kelas perawatan pasien; 4) Non malfience (tidak merugikan)
berarti segala tindakan yang dilakukan pada pasien tidak menimbulkan bahaya secara fisik dan
psikologik. Pada prinsip ini prinsip pasien safety harus selalu dijaga. Prinsip 5) Veracity
(kejujuran). Perawat harus menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak berbohong pada pasien.
Hal ini sangat fundamental untuk membangun hubungan saling percaya dengan pasien. Perawat
terkadang tidak memberitahukan kondisi sebenarnya pada pasien yang sakit parah. Hal ini
tentunya tidak boleh dilakukan, karena melanggar prinsip etik. Sebab bagaimanapun juga pasien
berhak mengetahui tentang kondisi penyakitnya; 6) Confidentiality (kerahasiaan). Perawat wajib
melindungi informasi apapun tentang pasien yang bersifat pribadi. Seringkali kita sebagai
perawat lupa mengenai prinsip ini, bahwa informasi terkait pasien tidak boleh untuk
disebarluaskan secara tidak tepat. Kepada teman sejawat pun, perawat tidak berhak menceritakan
informasi tentang pasien yang tidak bersangkutan dengan perawatan.
Penerapan prinsip etik ini penting untuk dilakukan, sebab jika perawat tidak
memperhatikan prinsip etik maka beresiko menimbulkan kerugian/bahaya fisik bagi pasien
seperti nyeri, kecacatan atau kematian, serta bahaya emosional seperti perasaan tidak berdaya
atau terisolasi. Kerugian yang dialami pasien tersebut akan menyebabkan ketidakpuasan
pasien yang pada akhirnya akan berdampak pada citra dan pendapatan rumah sakit. Sebaliknya
perawat yang mengetahui tentang prinsip etik dan menerapkannya dalam pemberian asuhan
keperawatan akan menimbulkan kepuasan kepada pasien dan mempertahankan hubungan antara
perawat, pasien dan petugas kesehatan lain sehingga klien merasa yakin akan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas.
Melalui tulisan ini, saya mengajak para perawat untuk melihat ke dalam diri, sudahkah
praktek beretika ini terealisasi di lapangan, hal ini penting demi meningkatkan kesembuhan
pasien di rumah sakit dan dalam untuk pembuatan keputusan bersama tim kesehatan. Karena
bukanlah hal yang mustahil bagi perawat untuk menjadi Agent of change dalam mendukung
kesembuhan pasien dan memastikan tim kesehatannya berperilaku sesuai dengan standar etik
yang ada.
DAFTAR REFERENSI PENULISAN

Canadian Nurses Assoccation. 2004. Ethic, Relationships and Quality Practice Environtments.
Available from: https://www.cna-aiic.ca/~/media/cna/page-content/pdf-
en/ethics_in_practice_jan_2010_e.pdf?la=en
Dalami, Ermawati. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta : CV.Trans Inficsho Media
Haryono,Rudi. 2013. Etika Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Yogyakarta : Gosyen
Publishing.
Poter, perry. 2005. Fundamental Of Nursing. Jakarta : EGC.
Purba,Jeni Marlindawani & Pujiastuti. 2010. Dilema Etik & Pengambilan Keputusan Etis.
Jakarta : EGC
RIWAYAT PENULIS
DATA PRIBADI Nama Lengkap Avin Maria
Jenis Kelamin Wanita
Tempat, Tanggal Lahir Yogyakarta, 21 November
1991
Agama Katholik
Alamat Gg. Pace Mundu no 232
Caturtunggal Depok SLeman
Yogyakarta
No. HP 08562929575
Email maria.avin@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN 1998-2003 SD Caturtunggal 4 Depok
Sleman
2003 2006 SLTP N 4 Depok Yogyakarta
2006 2009 SMA N 2 Yogyakarta
2009-2013 S1 Ilmu Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
2014-201 Profesi Ners Ilmu
Keperawatan Universitas
Gadjah Mada
2016 Magister Keperawatan
Universitas Diponegoro

Você também pode gostar