Você está na página 1de 7

Contoh Blanko DKP Kayu

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor :


P.1/VI-BPPHH/2015, penerbitan formulir atau blanko Deklarasi Kesesuaian
Pemasok (DKP) dapat diterbitkan oleh:

1. Pemilik Hutan Hak (termasuk kayu yang berasal dari Tanah Bengkok,
Titisara, kuburan, dan kayu bekas/bongkaran).

2. Pemegang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK).

3. Pemegang Izin Usaha Industri (IUI) dan Tanda Daftar Industri (TDI).

4. Pemilik Tempat Penampungan Terdaftar (TPT) yang menampung


kayu dari Hutan Hak, TPT yang menampung kayu Hak Pengelolaan
(Perum Perhutani).

5. Pelaku usaha Industri Rumah Tangga/Pengrajin.

6. Pemegang ETPIK Impor Kayu dan Produk Kayu.

SVLK-Penjelasan Perdirjen BUK No P1/2015


Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.1/VI-
BPPHH/2015 adalah perubahan atas Perdirjen BUK No P.14/VI-
BPPHH/2014 tentang standar dan pedoman pelaksanaan penilaian kinerja
pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL) dan verifikasi legalitas kayu
(VLK).

Beberapa pengertian dan penjelasan tentang penerbitan Deklarasi


Kesesuaian Pemasok (DKP) pada Hutan Hak (termasuk kayu yang berasal
dari Tanah Bengkok, Titisara, kuburan, dan kayu bekas/bongkaran), Izin
Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK), Izin Usaha Industri
(IUI), Tanda Daftar Industri (TDI), Tempat Penampungan Terdaftar (TPT)
yang menampung kayu dari Hutan Hak, TPT yang menampung kayu Hak
Pengelolaan (Perum Perhutani), Industri Rumah Tangga/Pengrajin, serta
Impor Kayu dan Produk Kayu adalah sebagai berikut:
1. Penerbitan DKP dilakukan oleh pemilik Hutan Hak yang dalam
penatausahaan hasil hutannya menggunakan Nota Angkutan atau
SKAU. Masa berlaku DKP hutan hak adalah sama dengan masa
berlaku dokumen angkutan (Nota Angkutan/SKAU). DKP
ditandatangani oleh pemilik kayu. Pelaksanaan DKP dikecualikan
terhadap hasil hutan kayu dari pohon yang tumbuh secara alami dan
pengangkutannya disertai/dilengkapi dokumen SKSKB.

2. Penerbitan DKP dilakukan oleh IUIPHHK/IUI/TDI yang tidak memiliki


ETPIK yang seluruh bahan bakunya berasal dari Hutan Hak yang
sudah SLK atau DKP dan bukan dari kayu lelang.

3. Dalam hal IUIPHHK menggunakan bahan baku dari IUIPHHK atau


IUI/TDI atau TPT atau hutan hak yang belum memperoleh S-LK,
maka dapat memperoleh bahan baku dari IUIPHHK atau IUI/TDI
atau TPT atau hutan hak yang menggunakan DKP. Dalam hal IUI/TDI
menggunakan bahan baku dari kayu bongkaran/kayu bekas (daur
ulang)/sampah kayu bukan dari kayu lelang, wajib dilengkapi surat
keterangan/berita acara dari Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi kehutanan atau dari Aparat Desa/Kelurahan.

4. Penerbitan DKP dilakukan oleh TPT yang bahan bakunya berasal


dari Hutan Hak yang sudah SLK/DKP, kayu Perum Perhutani yang
sudah SPHPL/SLK, dan kayu olahan (KO) yang akan digunakan
IUIPHHK/IUI.

5. Penerbitan DKP dilakukan oleh Industri Rumah Tangga/Pengrajin


dan bukan dari kayu lelang.
Dalam hal industri rumah tangga atau pengrajin kayu menggunakan
bahan baku dari TPT atau hutan hak yang belum memperoleh S-LK,
maka dapat memperoleh bahan baku dari TPT atau hutan hak yang
menggunakan DKP. Dalam hal industri rumah tangga atau pengrajin
kayu menggunakan bahan baku dari kayu bongkaran, kayu bekas
(daur ulang) dan/ sampah kayu bukan dari kayu lelang, wajib
dilengkapi surat keterangan/berita acara dari Dinas Kabupaten/Kota
yang membidangi kehutanan atau dari Aparat Desa/Kelurahan.
1. Penerbitan DKP dilakukan oleh Importir Terdaftar (IT) terhadap kayu
dan/atau produk kayu yang di impor. Importir dalam mendeklarasi
kesesuaian pemasok wajib melakukan uji tuntas (due diligence)
terhadap kayu dan/atau produk kayu impornya. Due diligence
dilaksanakan untuk kayu dan/atau produk kayu impor yang tidak
bersertifikat.

Penggunaan DKP telah memenuhi syarat standar nasional &


internasional:

1. ISO/IEC 17050-1:2010 Penilaian Kesesuaian Deklarasi Kesesuaian


oleh Pemasok Bagian I: Persyaratan Umum.

2. SNI ISO/IEC 17050-2:2010 Penilaian Kesesuaian Deklarasi


Kesesuaian oleh Pemasok Bagian 2: Dokumen Pendukung.

3. SNI ISO/IEC 17065:2012 Penilaian Kesesuaian Persyaratan untuk


Lembaga Sertifikasi Produk, Proses dan Jasa.

Biaya SVLK Terbaru-PermenLHK P.96/Menhut-


II/2014
Penjelasan singkat tentang Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.96/Menhut-II/2014 atas perubahan Permenhut No
P13/Menhut-II/2013 terkait biaya audit sertifikasi pengurusan/pembuatan
SVLK:

(1) PermenLHK No P 96/Menhut-II/2014 merupakan revisi dari Peraturan


Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2014 tentang standar biaya
penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL) dan verifikasi
legalitas kayu atas pemegang izin atau pemegang hutan hak.

(2) Perubahan berdasarkan kajian dan evaluasi atas standar biaya


khususnya yang terkait Industri Rumah Tangga/Pengrajin, TDI, IUI,
IUIPHHK, dan Tempat Penampungan Terdaftar (TPT).

(3) Standar biaya SVLK digunakan sebagai pedoman pembiayaan kegiatan


penilaian kinerja PHPL dan VLK yang anggarannya dibebankan kepada
Kementerian Kehutanan dan/ pemohon/pemegang izin usaha kayu.

(4) Besaran biaya merupakan batas tertinggi yang digunakan sebagai


pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penilaian kinerja
PHPL dan/VLK.

(5) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 23 bulan Desember
tahun 2014.

Di bawah ini adalah kisaran biaya maksimal (tarif batas tertinggi)


mengurus sertifikat PHPL & SVLK terbaru (PermenLHK P96/2014 atas
perubahan Permenhut P13/2013):

(A) Kisaran biaya PHPL:

Pemegang Hak Pengelolaan (Perum Perhutani) dan IUPHHK-


HA/HT/RE = Rp 476.800.000.

Biaya SVLK Terbaru-PermenLHK P.96/Menhut-


II/2014
POSTED ON // LEAVE A COMMENT
Penjelasan singkat tentang Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.96/Menhut-II/2014 atas perubahan Permenhut No
P13/Menhut-II/2013 terkait biaya audit sertifikasi pengurusan/pembuatan
SVLK:

(1) PermenLHK No P 96/Menhut-II/2014 merupakan revisi dari Peraturan


Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2014 tentang standar biaya
penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL) dan verifikasi
legalitas kayu atas pemegang izin atau pemegang hutan hak.

(2) Perubahan berdasarkan kajian dan evaluasi atas standar biaya


khususnya yang terkait Industri Rumah Tangga/Pengrajin, TDI, IUI,
IUIPHHK, dan Tempat Penampungan Terdaftar (TPT).

(3) Standar biaya SVLK digunakan sebagai pedoman pembiayaan kegiatan


penilaian kinerja PHPL dan VLK yang anggarannya dibebankan kepada
Kementerian Kehutanan dan/ pemohon/pemegang izin usaha kayu.

(4) Besaran biaya merupakan batas tertinggi yang digunakan sebagai


pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penilaian kinerja
PHPL dan/VLK.
(5) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 23 bulan Desember
tahun 2014.

Di bawah ini adalah kisaran biaya maksimal (tarif batas tertinggi)


mengurus sertifikat PHPL & SVLK terbaru (PermenLHK P96/2014 atas
perubahan Permenhut P13/2013):

(A) Kisaran biaya PHPL:

Pemegang Hak Pengelolaan (Perum Perhutani) dan IUPHHK-


HA/HT/RE = Rp 476.800.000.

(B) Kisaran biaya SVLK:

Pemegang Hak Pengelolaan (Perum Perhutani) dan IUPHHK-HA/HT =


Rp 179.760.000.

IPK dan IUPHHK-HTHR = Rp 201.890.000.

IUPHHK-HKm/HD secara kelompok = Rp 43.508.000.

Industri rumah tangga/pengrajin = Rp 6.663.800.

TDI, IUI modal investasi s/d 500 juta, Industri Primer Hasil
Hutan Kayu (IUIPHHK) kapasitas produksi s/d 2000 m3/tahun =
Rp 10.060.600.

IUIPHHK kapasitas di atas 2000 s/d 6000 m3/tahun = Rp


11.448.000.

IUI dan IUIPHHK kapasitas diatas 6000 m3/tahun = Rp


28.879.400.

Tempat Penampungan Terdaftar (TPT) = Rp 9.389.600.

Hutan rakyat/hak secara kelompok = Rp 27.424.000.


IUPHHK-HTR (perorangan) secara kelompok = Rp 53.276.000.

IUPHHK HTR (koperasi) secara kelompok = Rp 43.508.000.

Di bawah ini adalah kisaran biaya surveillance/penilikan (batas tertinggi)


PHPL & SVLK:

Biaya surveillance PHPL pada Pemegang Hak Pengelolaan


(Perhutani) dan IUPHHK-HA/HT/RE = Rp 129.175.000.

Biaya surveillance SVLK pada Pemegang Hak Pengelolaan


(Perhutani), IUPHHK-HA/HT = Rp 76.421.000.

Você também pode gostar