Você está na página 1de 5

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG

Disusun untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Penyidikan Pajak
Semester V Tahun Ajaran 2010/2011

ALASAN PENGHENTIAN PENYIDIKAN

Diajukan oleh :
Aziz Wahyu Suprayitno
NPM : 08320006468

PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN

SPESIALISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

2011

ALASAN PENGHENTIAN PENYIDIKAN


A. SECARA UMUM
Menurut undang-undang, penyidikan oleh kepolisian dapat dihentikan.
Alasan penghentian penyidikan tersebut harus jelas sebagai dasar
penghentian penyidikan. Alasan penghentian tersebut adalah:
1. Tidak diperoleh bukti yang cukup.
Artinya penyidik tidak memperoleh cukup bukti untuk menuntut tersangka
atau bukti yang diperoleh penyidik tidak memadai untuk membuktikan
kesalahan tersangka jika diajukan ke depan pengadilan. Atas dasar inilah
kemudian penyidik berwenang menghentikan penyidikan.
2. Peristiwa yang disangkakan bukan merupakan tindak pidana.
Apabila dari hasil penyidikan dan pemeriksaan, penyidik berkesimpulan
bahwa apa yang disangkakan terhadap tersangka bukan merupakan
perbuatan yang melanggar hukum atau tindak kejahatan maka penyidik
berwenang menghentikan penyidikan.
3. Penghentian penyidikan demi hukum.
Penghentian atas dasar alasan demi hukum pada pokoknya sesuai dengan
alasan hapusnya hak menuntut dan hilangnya hak menjalankan pidana.
a) Asas nebis in idem.
Yaitu seseorang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya atas dasar
perbuatan yang sama, dimana atas perbuatan itu telah diputus oleh
pengadilan yang berwenang untuk itu dan memperoleh kekuatan
hukum tetap.
b) Apabila tersangkanya meninggal dunia.
c) Karena kadaluarsa. Tenggang waktu itu, menurut KUHP:
Lewat masa satu tahun terhadap sekalian pelanggaran dan bagi
kejahatan yang dilakukan dengan alat percetakan.
Lewat masa 6 tahun bagi tindak pidana yang dapat dihukum
dengan pidana denda, kurungan atau penjara, yang tidak lebih
dari hukuman penjara selama tiga tahun.
Lewat tenggang waktu 12 tahun bagi semua kejahatan yang
diancam dengan hukuman penjara lebih dari 3 tahun.
Lewat 18 tahun bagi semua kejahatan yang dapat diancam dengan
hukuman pidana mati atau penjara seumur hidup.
Atau bagi orang yang pada waktu melakukan tindak pidana belum
mencapai umur 18 tahun, tenggang waktu kadaluarsa yang
disebut pada poin 1 sampai 4, dikurangi sehingga menjadi
sepertiganya.
Dasar hukum penghentian penyidikan oleh penyidik terdapat dalam KUHAP
pasal 7 ayat (1) huruf I dan Pasal 109 ayat 2, serta pasal 16 ayat (1) huruf h
UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu :
Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena
kewajibannya mempunyai wewenang :
a.
b.

i. mengadakan penghentian penyidikan.


(pasal 7 ayat (1) huruf I KUHAP)
Dalam hal penyidik menghentikan penyidikan karena tidak
terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan
merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi
hukum, maka penyidik memberitahukan hal itu kepada penuntut
umum, tersangka atau keluarganya. (Pasal 109 ayat 2 KUHAP)
Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik
Indonesia berwenang untuk :
a.
b.

h. mengadakan penghentian penyidikan.


(pasal 16 ayat (1) huruf h UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia)

B. SECARA KHUSUS (DI BIDANG PERPAJAKAN)


Dalam Pasal 44B UU KUP, disebutkan bahwa :
(1) Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri
Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak
tanggal surat permintaan.
Penjelasan : Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan
Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak
pidana perpajakan sepanjang perkara pidana tersebut belum dilimpahkan
ke pengadilan.
(2)Penghentian penyidik tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan setelah Wajib Pajak
melunasi utang pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang
tidak seharusnya dikembalikan dan ditambah dengan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak
yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya
dikembalikan.
Penjelasan : cukup jelas
Jadi , dapat disimpulkan bahwa alasan penghentian penghentian di
bidang perpajakan menurut Pasal 44B UU KUP adalah Wajib Pajak telah
melunasi utang pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak
seharusnya dikembalikan dan ditambah dengan sanksi administrasi berupa
denda sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar,
atau yang tidak seharusnya dikembalikan.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


130/PMK.03/2009 tentang Tata Cara Penghentian Penyidikan Tindak
Pidana Di Bidang Perpajakan Untuk Kepentingan Penerimaan Negara
dinyatakan bahwa pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang
seharusnya tidak dikembalikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2) dihitung sebesar:
a. jumlah kerugian pada pendapatan negara yang tercantum dalam berkas
perkara dalam hal penghentian penyidikan dilakukan setelah berkas
perkara dinyatakan lengkap oleh Penuntut Umum; atau
b. jumlah kerugian pada pendapatan negara yang dihitung oleh penyidik
atau ahli yang dituangkan dalam laporan kemajuan dalam hal
penghentian penyidikan dilakukan pada saat penyidikan masih berjalan.

DAFTAR PUSTAKA
Tusni, Nur Hariandi. 2010. Alasan Penghentian Penyidikan. PrimairOnline,
30 April 2010.

http://www.primaironline.com/berita/tips/alasan-penghentian-
penyidikan

(diakses 11 Januari 2011)

KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga. 2010. MyTax Profesional: Undang


Undang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta: KPP Pratama Jakarta


Menteng Tiga

KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga. 2010. MyTax Profesional: Peraturan


Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 130/PMK.03/2009 tentang Tata Cara


Penghentian

Penyidikan Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan Untuk Kepentingan


Penerimaan

Negara. Jakarta: KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang


Kepolisian Negara Republik Indonesia

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang


Hukum Acara Pidana

Você também pode gostar