Você está na página 1de 6

MAKALAH

PANCASILA DI ERA REFORMASI

KELOMPOK : VI

YOGA ARMANDO GUMAY


06121181520013

RUDI HERMAWAN
06121381520031

DOSEN PENGASUH : Ir. Hj MARYANAH HAMZAH, MS

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah


Pada hakikatnya Pancasila mengandung dua pengertian pokok, Sebagi pandangan
hidup Bangsa Indonesia dan sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Dari kedua pengertian
pokok ini, Kemudian dilahirkan atau dapat ditarik berbagai pengertian-pengertian lainnya.
Pancasila merupakan dasar ideologi Negara Republik Indonesia secara resmi tercantum
di dalam alinea ke-empat pembukaan undang-undang dasar 1945, yang ditetapkan oleh PPKI
tanggal 18 Agustus 1945.
Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia, pada tanggal 1 juni 1945 Presiden
Sukarno untuk pertama kali memberikan nama Pancasila secara ekplisit bagi kesatuan dari
butir-butir utama yang diusulkan untuk dijadikan dasar negara Indonesia.
Pancasila yang disahkan sebagai Dasar Negara yang dipahami sebagai system filsafat
bangsa yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa. Sebagai Ideologi, nilai-nilai Pancasila
sudah menjadi Budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini, nilai-nilai luhur
Pancasila diindikasikan mulai dilupakan masyarakat Indonesia. Sendi-sendi kehidupan di
masyarakat sudah banyak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila.
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik ketika
negara Indonesia didirikan,dan hingga sekarang di era reformasi, Negara Indonesia tetap
berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara.Sebagai dasar negara tentulah
pancasila harus menjadi acuan Negara dalam menghadapi tantangan global dunia yang
terus berkembang.
Di reformasi ini peran pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga
eksistensi kepribadianbangsa indonesia,

1.2. Rumusan masalah


Setelah membaca dari bagian latar masalah diatas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dan harus kita bahas di dalam makalah ini adalah :
Bagaimanakah nilai pancasila pada masa era reformasi sampai sekarang ?

1.3. Tujuan penulisan


Makalah ini sengaja kami tulis selain untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen, juga agar makalah ini dapat membuka wawasan kita semua tentang nilai-nilai dan
membuka hati kita untuk selalu mengamalkan nilai-nila pancasila dalam kehidupan sehari
hari di era sekarang ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Reformasi


Makna reformasi secara etimologis berasal dari kata Reformation dengan akar kata
reform yang secara semantik bermakna make or become better by removing or putting
right what is bad wrong. Secara harpiah demokrasi memilki makna suatu pergerakan untuk
memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk
dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-
citakan rakyat.
Reformasi yang ber-KetuhananYang Maha Esa. Reformasi yang berperikemanusiaan
yang adil dan beradab. Reformasi yang berdasarkan nilai persatuan. Reformasi yang berakar
pada asas kerakyatan. Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Reformasi bergulir di Indonesia dengan di motori oleh mahasiswa dan tokoh-tokoh
bangsa ini yang merasa bahwa krisis yang melanda negara ini di awali dari krisis ekonomi
ternyata telah membawa kita pada krisis yang lebih besar seperti krisis politik, kepemimpinan
dan akhirnya pada suksesi atau pergantian kepemimpinan secara nasional. Tentu telah banyak
korban yang berguguran dalam proses reformasi tersebut semisal contoh mahasiswa trisakti
yang menjadi korban dalam tragedi semanggi I-II, kerusuhan masa yang anakis dan rutal
dengan melakukan penjarahan, pemerkosaan, pengerusakan fasilitas-fasilitas umum di
Jakarta, solo, Medan, dan kota-kota lain di Indonesia. Semangat dan jiwa reformasi yang
digulirkan menjadi kacau dan tidak tentu arah dan justru malah menodai nilai dan tujuannya
sendiri. Tentu ini menjadi tanda tanya besar ketika semangat untuk meluruskan dan
mengembalikan tatanan negara ini menjadi lebih baik justru di lapangan justru kita temui hal
yang kontraprodu
Salah satu tujuan reformasi dibidang politik dan hukum adalah mengembalikan UUD
1945 dan pancasila sebagai falsafah dasar kehidupan bangsa dan negara. Kita dapat
mengetahui dengan seksama bahwa dalam pelaksanaan UUD 1945 dan pancasila dalam masa
orma dan orba terjadi deviasia/ penyimpangan oleh oknum-oknum penyelenggara
pemerintah. Sehingga dalam pelaksanaan berpolitik dan berpemerintahan hanya menjadi
senjata dan dalil pembenaran dari semua tujuan penguasa untuk melanggengkan dan
menikmati kekuasaan sehingga muncul pemerintahan yang lalu seperti otoliter obsolud,
terpimpin dan kolusi untuk korupsi dan nepotisme dalam kekuasaan.

2.2. Nilai Pancasila pada masa era reformasi


Pada dasarnya, manusia bertingkah laku dan bersikap berdasarkan latar belakang dan
motivasi nilai-nilai tertentu. Bahkan, suatu tindakan dinilai telah berdsarkan motivasi atau
iktikad atau niat itu . Jadi, tingkah laku seseorang merupakan produk dan perwujudan dari
nilai-nilai.
Nilai abstrak daripada norma, artinya norma adalah perwujudan dari nilai-nilai. Nilai-
nilai itu dapat berwujud nilai Indra, nilai ilmu pengetahuan (nilai ilmiah), nilai filsafat,
ataupun agama.
Pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang reformatif artinya memiliki aspek
pelaksanaan yang senantiasa mampu menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat. Dalam
mengantisipasi perkembangan jaman yaitu dengan jalan menata kembali kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Akan tetapi nilai-nilai esensialnya
bersifat tetap yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan keadilan.
Pancasila yang terdiri dari lima sila (Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia)
merupakan satu kesatuan yang saling mengikat/menjiwai dan memiliki motto Bhinneka
Tunggal Ika yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia
tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan
kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam
budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Namum semenjak reformasi nilai-nilai pancasila kian tersingkirkan, keberadaanya
yang mulai dilupakan oleh generasi penerus bangsa serta pengaruh globalissi yang semakin
besar menjadi salah satu faktor menurunnya pemahaman pancasila pada generasi muda
bangsa ini dan telah menjadikan masyarakat Indonesia kehilangan roh kebangsaannya.
Akibatnya, merosotnya moral dan lunturnya rasa kebersamaan dan persatuan masyarakat
bangsa Indonesia. Ini sudah terbukti dengan banyaknya pertikaian di masyarakat dan
aturan/undang-undang dibuat lebih mentingkan kelompok daripada kepentingan nasional atau
bangsa yang ujung-ujungnya berdampak pada aturan yang tidak tegas alias ngambang dan
penindakannya pun jadi ragu/ngambang pula.
Pelaksanaan Pancasila pada masa reformasi cenderung meredup dan tidak adanya
istilah penggunaan Pancasila sebagai propoganda praktik penyelenggaraan pemerintahan. Hal
ini terjadi lebih dikarenakan oleh adanya globalisasi yang melanda Indonesia. Masyarakat
terbius akan kenikmatan hedonisme yang dibawa oleh paham baru yang masuk sehingga lupa
dari mana, di mana, dan untuk siapa sebenarnya mereka hidup. Seakan-akan mereka
melupakan bangsanya sendiri yang dibangun dengan semangat juang yang gigih dan tanpa
memandang perbedaan.

Dalam perkembangan masyarakat yang secara kultur, masyarakat lebih cenderung


menggunakan Pancasila sebagai dasar pembentukan dan penggunakan setiap kegiatan yang
mereka lakukan. Peran Pancasila dalam hal ini sebenarnya adalah untuk menciptakan
masyarakat kerakyatan, artinya masyarakat Indonesia sebagai warga negara dan warga
masyarakat mempunyai kedudukan dan hak yang sama. Dalam menggunakan hak-haknya
selalu memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan negara dan masyarakat. Karena
mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban harus seimbang dan tidak memihak ataupun
memaksakan kehendak kepada orang lain.
Dalam pokok-pokok kerakyatan, masyarakat dituntut untuk saling menghargai dan
hidup bersama dalam lingkungan yang saling membaur dan bisa membentuk sebuah
kepercayaan (trust) sebagai modal untuk membangun bangsa yang berjiwa besar dan
bermoral sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila.
Di masa era reformasi, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan
menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan
masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Faktanya, Pancasila memang sedang kehilangan
legitimasi, rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya sudah umum kita ketahui, karena
setiap rejim selalu menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter, dan hal
inilah yang dapat menimbulkan gerakan reformasi seperti yang di sebutkan di bagian atas.
Terlepas dari kelemahan masa lalu, tetapi sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa
ini Pancasila harus tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus tetap menjadi dasar
dari penuntasan persoalan kebangsaan yang kompleks seperti globalisasi yang selalu
mendikte, krisis ekonomi yang belum terlihat penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang
berpotensi disintegrasi, dan intoleransi yang parah atau segregasi sosial dan konflik
komunalisme yang masih rawan. Kelihatannya, yang diperlukan dalam konteks era reformasi
adalah pendekatan-pendekatan yang lebih konseptual, komprehensif, konsisten, integratif,
sederhana dan relevan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara.
Oleh karena itu yang harus dilakukan Indonesia sebagai bangsa yang daulat, maka
Pancasila harus dimaknai secara proposional dan kontekstual. Proposional dan kontekstual
dapat diartikan, Pancasila harus ditempatkan membumi pada realitas masyarakat dalam
pendekatan kultural-doktinal-demokratis, dan bukan ditempatkan diatas menara gading yang
elitis-doktrinal-otoriter. Pancasila harus dipandang dan dikonsolidasi secara proposional
antara ortodoksi dan ortopraksis. Artinya, negara bangsa ini harus tetap menempatkan
Pancasila tetap konsisten pada pemikiran para pendiri bangsa pada satu sisi, dan memiliki
kemampuan adaptasi terhadap perkembangan dunia kontemporer pada sisi lainnya.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Setelah membaca keseluruhan bagian dari makalah diatas ini maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa nilai Pancasila pada masa era reformasi sampai sekarang ini sangatlah
memprihatinkan bahkan kadang terlupakan, buktinya masih banyak terjadi konflik, KKN,
pemerasan, dll, semuanya dikarenakan tidak adanya kesadaran bersama untuk mengamalkan
nilai pancasila.
Kita sebagai warga Negara Indonesia sudah seharusnya mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-sehari. Agar Negara kita menjadi seperti apa yang dicita-
citakan pancasila itu sendiri.

3.2. Saran-saran
Makalah ini bisa dikatakan tidak lah sempurna, masih banyak kesalahan disana-sini
yang mana semua terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman serta bahan yang
kami miliki, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kebaikan kita
bersama.

Você também pode gostar